Anda di halaman 1dari 6

PENELITIAN

TERAPI HIPNOSIS TERHADAP PENURUNAN SENSASI NYERI


PASCABEDAH ORTOPEDI

Paulus Subiyanto*, Ratna Sitorus**, Luknis Sabri***

Abstrak
Terapi hipnosis belum banyak dikenal dan dikembangkan sebagai terapi keperawatan di Indonesia. Penelitian kuasi eksperimen
ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh hipnosis dalam menurunkan sensasi nyeri pasien pascabedah ortopedi. Sampel penelitian
sebanyak 32 responden, terdiri dari 16 responden pada kelompok kontrol dan intervensi. Nyeri diukur dengan numeric pain
intensity scale skala 0-5. Prosedur terapi hipnosis dikembangkan dalam bentuk rekaman pita kaset. Pengumpulan data dilakukan
di dua rumah sakit. Hasil uji dengan independent t-test menunjukkan ada perbedaan signifikan rerata selisih tingkat sensasi nyeri
sebelum dan setelah terapi baik pada kelompok kontrol dan intervensi (p = 0,020, = 0,05). Kelompok intervensi mempunyai
rerata selisih tingkat sensasi nyeri yang lebih besar dari kelompok kontrol. Hasil yang sama juga ditunjukkan dengan paired
sample t-test bahwa ada perbedaan signifikan rerata tingkat sensasi nyeri sebelum dan setelah terapi pada kelompok kontrol dan
intervensi (p = 0,000, = 0,05). Kombinasi terapi analgesik dan hipnosis lebih efektif dibandingkan analgesik sebagai terapi
tunggal untuk menurunkan tingkat sensasi nyeri pascabedah ortopedi.
Kata kunci: nyeri pascabedah, terapi analgesik, terapi hipnosis
Abstract
Hypnotherapy has not been widely known and developed as a nursing therapy in Indonesia. The research was aimed to identify
the effect of hypnosis in reducing the pain sensation of orthopedic post-operative patients. This quasy-experimental study
involved 32 respondents, 16 respondents for each control and intervention group. The pain was measured by numeric pain
intensity scale of 0 to 5. The hypnotherapy procedure was conducted using a cassette-recorder. The data were undertaken
directly by the researcher at two hospitals. Independent t-test showed that there was a significant average deviation of the pain
sensation level in the pre and post therapy from both groups (P = 0.020, = 0.05). However, the average deviation of pain
sensation level of the intervention group was greater than the control group. The same result was obtained with paired t-test
sample. There was a significant average deviation of pain sensation levels in the pre and post therapy for both groups (p =
0.000, = 0.05). The combination therapy between analgesic and hypnotherapy was more effective in reducing the level of
orthopedic postoperative pain sensation than the single therapy.
Key words: analgesic therapy, hypnotherapy, post-operative pain

LATAR BELAKANG mengalami debilitation (kelemahan tenaga/


kehilangan motivasi), menghambat kualitas hidup,
Nyeri dinyatakan sebagai tanda-tanda vital
dan depresi. Nyeri akut pascabedah yang tidak
kelima oleh The American Pain Society (2005,
ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi
dalam Smeltzer & Bare, 2005). Joint Commission
sindrom nyeri kronik yang dapat menyebabkan
on the Accreditation of Healthcare Organization
terjadinya banyak komplikasi.
(JCAHO) (2003, dalam Black & Hawk, 2005)
berdasarkan hal tersebut menyatakan bahwa Manajemen nyeri memberi tantangan pada
keluhan nyeri harus dinilai pada semua pasien setiap anggota tim pelayanan kesehatan untuk
karena mereka mempunyai hak untuk dikaji dan saling bekerja sama dan memberi efek yang
diberikan penatalaksanaan nyeri secara tepat. sinergis. Sikorski and Barker (2004, dalam Black
& Hawk, 2005) menyatakan bahwa
Sikorski dan Barker (2004, dalam Black &
penatalaksanaan nyeri bukanlah penatalaksanaan
Hawk, 2005) mengemukakan bahwa nyeri akut
tunggal tetapi suatu penatalaksanaan universal.
yang tidak berkurang dapat menyebabkan pasien
48 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 47-52

Perawat merupakan komponen paling penting pada bagian ekstremitas atas atau bawah yang
dari tim pelayanan kesehatan karena merupakan dirawat di ruang perawatan bedah dewasa, usia
advokat utama bagi pasien untuk menurunkan di atas 11 tahun, kesadaran compos mentis, dan
dan/atau membebaskannya dari rasa nyeri. bersedia untuk dilakukan tindakan hipnosis
selain mendapatkan terapi analgesik. Kriteria
Terapi analgesik walaupun tergolong efektif
eksklusi yang menyebabkan subyek yang
untuk menurunkan rasa nyeri tetapi mempunyai
memenuhi kriteria inklusi t idak dapat
beberapa efek samping yang merugikan, seperti
diikutsertakan dalam penelitian ini antara lain:
iritasi lambung, hepatotoksik, mual, muntah,
tidak mampu berkomunikasi verbal dengan baik
hipotensi ortostatik, palpitasi, disorientasi,
dan jelas, mengalami gangguan pendengaran,
konstipasi, retensi urin, depresi pernafasan,
sedang dalam pengaruh alkohol, obat-obat
menekan refleks batuk, bahkan dapat terjadi
narkotika dan anestesia, ada riwayat epilepsi,
toleransi dan adiksi (Hamilton, 2005; Kee &
menderita gangguan jiwa, dan mengalami
Hayes, 1993). Dengan demikian, pemberian
retardasi mental.
analgesik hendaknya diberikan secara hati-hati
dan dimulai dengan dosis paling minimal. Penelitian ini secara etik dirancang dengan
rasio keuntungan lebih besar dengan risiko
Terapi perilaku kognitif seperti hipnosis
seminimal mungkin. Sebelum dilakukan
(McCloskey & Bulechek, 2004) merupakan jenis
tindakan pembedahan dan sebelum menyatakan
terapi yang efektif untuk mengatasi nyeri dengan
bersedia, responden diberikan informed consent
sedikit atau hampir tidak ada efek samping sama
untuk dilakukan terapi hipnosis. Semua data dan
sekali. Dampak yang diharapkan adalah dapat
identitas responden dijamin kerahasiaannya oleh
mempersingkat lama rawat, meningkatkan
penelit i dan semua responden mendapat
pemulihan fisik, dan meringankan respon
perlakuan yang sama (diperlakukan secara sopan
psikoemosional pasien-pasien yang menjalani
dan dihargai) oleh penelit i. Persetujuan
pembedahan. Di Indonesia terapi hipnosis ini
responden ditunjukkan dengan menandatangani
belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan
formulir persetujuan.
secara optimal dalam praktik keperawatan
pro fesional. Penelitian ini bertujuan Alat untuk mengumpulkan dat a yang
mengidentifikasi pengaruh hipnosis dalam dikembangkan dalam penelitian ini adalah
menurunkan sensasi nyeri pasien pascabedah format terstruktur yang berisi lapor diri pasien
ortopedi. dengan numeric pain scale intensity yang
dilengkapi dengan FACES pain rating scale
setelah dilakukan int ervensi dengan
METODOLOGI menyebutkan rentang skala nyeri 0 sampai 5.
Penelitian ini dilaksanakan di dua RS di Pelaksanaan terapi dan pengumpulan data
Jakarta selama enam minggu dalam kurun waktu dilakukan langsung oleh peneliti dengan
antara bulan Mei dan Juni 2007, menggunakan menggunakan format dan alat ukur yang telah
desain kuasi eksperimen dengan uji klinis pre dan disiapkan. Terapi hipnosis dilakukan dua kali
post test. Teknik pengambilan sampel yang dalam sehari selama dua hari (hari I dan hari II
digunakan adalah purposive sampling. Kelompok pascabedah ortopedi), pagi setelah bangun tidur
kontrol dalam penelitian ini hanya memperoleh dan malam hari menjelang tidur. Pengkajian
terapi analgesik sedangkan kelompok intervensi nyeri dilakukan sebelum dan setelah terapi
memperoleh kombinasi terapi analgesik dan hipnosis yaitu pada hari H, hari I dan hari II
hipnosis. Kriteria inklusi yang dipilih dalam pascabedah ortopedi dengan menanyakan pada
penelitian ini adalah pasien pascabedah ortopedi pasien skala nyeri tertinggi yang dirasakan pada
hari tersebut.
Terapi hipnosis terhadap penurunan sensasi nyeri pascabedah ortopedi (Paulus Subiyanto, Ratna Sitorus, Luknis Sabri) 49

HASIL PENELITIAN Grafik 1. Perbandingan rerata perubahan tingkat


sensasi nyeri sebelum terapi sampai dengan hari kedua
Karakteristik dari 32 responden penelitian ini pascaterapi
yaitu usia termuda 12 tahun dan usia tertua 65 3.5

tahun. Kelompok usia 12-59 tahun berjumlah 29 3.0

responden (90,6%) dan kelompok usia 60-65

Tingkat sensasi nyeri


tahun 2 responden (9,4%). Responden dengan 2.5

jenis kelamin laki-laki adalah 22 responden 2.0

(68,7%) dan wanita 10 responden (31,3%).


1.5
Responden berpendidikan SLTA sebanyak 14 kelompok kontrol

(43,8%), perguruan tinggi 11 (34,4%), sekolah 1.0


pra th intra th post th
kelompok intevensi

dasar 6 (18,8%), dan SLTP sebanyak 1 (3,1%). Tahap intervensi

Responden dengan budaya Jawa adalah yang


terbanyak yaitu 16 orang (50%); budaya Cina dan Hasil analisis dengan paired sample t test
Batak masing-masing 21,9% dan 18,8%; Flores, menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan
Betawi dan Padang masing-masing satu orang rerata tingkat sensasi nyeri sebelum dan setelah
(3,1%). terapi analgesik (kelo mpok kontrol) pada
pascabedah hari pertama dan kedua. Pada
Jenis analgesik yang digunakan sampai hari
pascabedah hari pertama didapatkan nilai p = 0,003
kedua pascabedah ortopedi adalah 27 responden
dengan  = 0,05 dan pada pascabedah hari kedua
(84,4%) mendapatkan terapi analgesik non-
didapatkan nilai p = 0,000 dengan = 0,05.
narkotik, dan 5 responden (15,6%) mendapatkan
terapi analgesik narkotik. Tidak ada perbedaan Hasil serupa juga ditunjukkan pada kelompok
signifikan tingkat sensasi nyeri sebelum terapi intervensi. Hasil analisis dengan paired sample t
pada kedua kelompok usia (p = 0,690), pada test menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan
kedua jenis kelamin (p = 0,163), pada tingkat rerata tingkat sensasi nyeri sebelum dan setelah
pendidikan (p = 0.161), pada perbedaan latar kombinasi terapi analgesik dan hipnosis pada
belakang budaya (p = 1,000), dan pada jenis pascabedah hari pertama dan hari kedua. Pada
analgesik yang digunakan (p = 0,657). pascabedah hari pertama didapatkan nilai p = 0,003
dengan  = 0,05 dan pada pascabedah hari kedua
Rerata tingkat sensasi nyeri (dalam skala
didapatkan nilai p = 0,000 dengan = 0,05.
nyeri 0-5) sebelum terapi diberikan pada
kelompok intervensi adalah pada skala 3 (tiga), Rerata tingkat sensasi nyeri sebelum terapi
lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (2,69). antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi
Setelah diberikan intervensi di hari pertama adalah 2,84 dengan st andar deviasi 0,767,
pascabedah, rerata tingkat sensasi nyeri pada sedangkan setelah terapi (pascabedah hari kedua)
kelompok intervensi di skala 1,81 menurun lebih adalah 1,41 dengan standar deviasi 0,560. Nilai
tajam dibanding kelompok kontrol hingga mean perbedaan atau selisih tingkat sensasi nyeri
dibawah rerata kelompok kontrol yang berada di sebelum dan setelah terapi adalah 1,43 dengan
skala 2,06. standar deviasi 0,619. Rerata penurunan tingkat
sensasi nyeri pada kelompok intervensi adalah
Rerata tingkat sensasi nyeri di hari kedua
1,69, lebih besar dari kelompok kontrol yaitu 1,19.
pascabedah pada kelompok intervensi masih
Hasil uji statistik dengan paired sample t test
tetap berada di bawah rerata tingkat sensasi nyeri
didapatkan nilai p = 0,000 (= 0,05) yang berarti
kelompok kontrol yaitu di skala 1,31. Sedangkan
ada perbedaan signifikan antara tingkat sensasi
rerata tingkat sensasi nyeri di hari kedua
nyeri sebelum dan setelah terapi pada kelompok
pascabedah pada kelompok kontrol di skala 1,50
kontrol dan kelompok intervensi pascabedah hari
seperti terlihat pada grafik 1.
kedua.
50 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 47-52

Hasil uji statistik dengan independent sample terbukti efektif untuk mengatasi nyeri baik di hari
t test juga menunjukkan bahwa ada perbedaan yang pertama dan hari kedua pascabedah ortopedi.
signifikan rerata selisih tingkat sensasi nyeri Namun demikian, rerata selisih penurunan tingkat
sebelum dan setelah terapi pada kedua kelompok sensasi nyeri yang didapatkan kelompok intervensi
penelitian tersebut (p = 0,020, = 0,05). Kelompok lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.
intervensi mempunyai rerata selisih tingkat sensasi
Uji statistik dengan paired sample t test rerata
nyeri yang lebih besar dari pada kelompok kontrol.
tingkat sensasi nyeri sebelum dan setelah terapi
Hasil analisis terhadap 16 responden kelompok (pascabedah hari kedua) dilakukan untuk mem-
intervensi menunjukkan bahwa responden yang buktikan bahwa kombinasi terapi analgesik dan
mendapatkan terapi analgesik narkotika sejumlah hipnosis lebih efektif dari terapi analgesik sebagai
4 responden dan yang mendapat analgesik non- terapi tunggal untuk mengatasi nyeri. Untuk
narkotik sejumlah 12 responden. Rerata selisih memperkuat hasil temuan, dilakukan juga uji
sensasi nyeri sebelum dan setelah terapi hari kedua statistik dengan independent sample t test terhadap
pascabedah pada responden yang mendapat selisih rerata tingkat sensasi nyeri sebelum dan
analgesik narkotik adalah 1,75 lebih tinggi dari setelah terapi (pascabedah hari kedua) pada
responden yang mendapatkan terapi analgesik non- kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil
narkotik. Hasil uji statistik rerata selisih tingkat kedua uji statistik tersebut menunjukkan ada
sensasi nyeri pada kedua kelompok tersebut perbedaan yang signifikan. Dengan demikian dapat
didapatkan p = 0,657 (= 0,05), yang berarti tidak disimpulkan bahwa pemberian kombinasi terapi
ada perbedaan signifikan rerata selisih tingkat analgesik narkotik dan hipnosis terbukti lebih
sensasi nyeri antara responden yang mendapatkan efektif jika dibandingkan dengan pemberian terapi
terapi analgesik narkotik dan analgesik non- analgesik sebagai terapi tunggal dalam menurun-
narkotik pada kelompok intervensi. Hal ini kan tingkat sensasi nyeri pasien pascabedah
menunjukkan bahwa penurunan signifikan tingkat ortopedi.
sensasi nyeri pada kelompok intervensi tidak
Peneliti membuktikan bahwa penurunan
disebabkan oleh perbedaan jenis analgesik yang
tingkat sensasi nyeri pada kelompok intervensi
didapatkan responden.
yang lebih besar dari kelompok kontrol tidak
dipengaruhi oleh pemberian analgesik narkotik di
kelompok intervensi dengan melakukan uji statistik
PEMBAHASAN rerata selisih tingkat sensasi nyeri responden yang
World Health Organization/WHO mendapatkan terapi analgesik narkotik dan
merekomendasikan pemberian analgesik non- analgesik non-narkotik sebelum dan setelah terapi
narkotik pada pasien pascabedah diindikasikan (pascabedah hari kedua) pada kedua kelompok
untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang, penelitian tersebut. Hasil analisis statistik dengan
sedangkan jenis analgesik narkotik diindikasikan independen sample t test menunjukkan bahwa tidak
untuk mengatasi nyeri sedang sampai berat (Black ada perbedaan signifikan (p = 0,657,  = 0,05).
& Hawk, 2005). Cara pemberian ini diberikan juga Artinya, pemberian terapi analgesik narkotik tidak
pada responden penelitian oleh dokter untuk berpengaruh yang signifikan terhadap penurunan
mengatasi rasa nyeri pascabedah ortopedi. rerata tingkat sensasi nyeri pada kelompok
intervensi.
Pemberian terapi analgesik oleh tenaga medis
pada kelompok kont rol berdasarkan hasil Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
penelitian ini, terbukti efektif untuk mengatasi sebelumnya (Hilgard & Hilgard, 1983; Doody et
nyeri pascabedah ortopedi di hari pertama dan al., 1991; Williams et al., 1994; Dahlgren et al.,
kedua. Hal serupa juga terjadi pada kelompok 1995; Handel, 1998; Simon & Dahl, 1999,
intervensi. Kombinasi terapi analgesik dan hipnosis Rainville et al., 1999; Montgomery et al., 2000
Terapi hipnosis terhadap penurunan sensasi nyeri pascabedah ortopedi (Paulus Subiyanto, Ratna Sitorus, Luknis Sabri) 51

dalam Kihlstorm, 2000) bahwa hipnosis efektif somatosensori tempat sensasi nyeri diproses. Area
unt uk memodulasi persepsi nyeri dengan cortex cingulated anterior ini diketahui terlibat
mempengaruhi proses-proses kognitif seseorang dalam sensasi nyeri.
dibandingkan individu yang tidak mendapatkan
Satu dari 19 (sembilan belas) responden
terapi hipnosis.
menolak sebelum diberikan terapi hipnosis dengan
Pikiran bawah sadar adalah tempat manusia alasan takut dengan efek samping hipnosis yang
menyimpan semua keyakinan, nilai-nilai, dan selama ini pernah didengarnya dan tetap menolak
mengontrol fungsi-fungsi tubuh manusia. Terapi setelah diberikan penjelasan. Satu orang
hipnosis adalah proses yang sangat alami dalam responden tidak melanjutkan terapi hipnosis
membuka pikiran atau alam bawah sadar selama karena tidak menyukai background musik yang
periode waktu tertentu dan dalam keadaan relaksasi ada dalam kaset hipnoterapi dan satu orang tidak
(Rafael, 2006). Pada tingkat gelombang otak alfa bisa konsentrasi dan menolak beberapa sugesti
(8-13 Hz) dan theta (4-7 Hz) atau pada tingkat yang diberikan.
relaksasi yang dalam merupakan area efektif
Temuan ini mendukung apa yang dinyatakan
pemberian terapi hipnosis. Memori-memori
oleh Lehndorff (1997) bahwa tidak ada satu
dengan mudah ditanamkan dan informasi baru
strategi yang berlaku sama bagi semua orang untuk
mudah disimpan. Pada keadaan ini fokus perhatian
mengurangi rasa nyeri. Manusia harus dilihat
pasien lebih banyak ditujukan pada sugesti yang
sebagai individu yang unik yang berbeda dengan
ditanamkan ke dalam pikiran bawah sadar mereka
individu lain. Untuk mengatasi hal ini perawat
sebagai upaya untuk mengatasi masalah atau
dapat menggunakan jenis kombinasi terapi lain
memfasilitasi perubahan dan kesehatan (Gunawan,
yang cocok untuk pasien selain mendapatkan
2006; Rafael, 2006).
terapi analgesik.
Sugesti yang ditanamkan dalam penelitian ini
Sebagian responden tampak tertidur selama
yaitu untuk membuat pasien mengalami relaksasi
terapi hipnosis dan sebagian dapat mengikuti sesi
yang dalam, mengubah karakter nyeri dan
terapi sampai selesai dengan penuh konsentrasi.
mengubah sikap seseorang terhadap nyeri telah
Tidak ditemukan efek samping yang merugikan
menunjukkan hasil yang positif. Dengan kata lain,
responden. Hampir semua mengatakan suasana
hipnosis efektif untuk menurunkan tingkat sensasi
hati atau batinnya menjadi lebih tenang dan rileks
nyeri pascabedah ortopedi.
serta memiliki kualitas tidur yang lebih baik di
Terapi hipnosis (hipnoanalgesia) berdasarkan malam harinya. Temuan ini juga mendukung
penelitian Dahlgren et al (1995 dalam Kihlstorm, pernyataan Doody et al (1991 dalam Kihlstorm,
2000) lebih dimediasi oleh proses-proses kognitif 2000) bahwa terapi hipnosis mempunyai sedikit
dan bukan secara langsung oleh pengaruh efek samping dan meringankan respon psikologis
fisiologis. Keberhasilan hipnoanalgesia tidak dan emosional pasien-pasien yang menjalani
berhubungan dengan peningkatan kadar serum beta pembedahan.
endorfin (Spiegel & Albert, 1983 dalam Kihlstorm,
2000). Hipnoanalgesia diduga dapat menghalangi
masuknya kesadaran dengan mengaktifkan sistem KESIMPULAN
limbik di bagian frontal untuk menghambat
Penurunan tingkat sensasi nyeri terjadi secara
transmisi impuls nyeri dari talamus ke struktur
signifikan pada kelompok kontrol dan kelompok
kortikal (National Institutes of Health, 1995). Teori
intervensi setelah diberikan terapi analgesik dan
lain menunjukkan bahwa hipnoanalgesia dapat
hipnosis pada hari pertama dan kedua pascabedah
meredakan nyeri dengan menurunkan aktivitas di
ortopedi. Penurunan tingkat sensasi nyeri pada
cortex cingulated anterior dan bukan
kelompok intervensi lebih besar jika dibandingkan
mempengaruhi aktivitas dari korteks
dengan kelompok kontrol.
52 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 47-52

Hasil penelitian menunjukkan kombinasi terapi Black, J. M. and Hawk (2005). Medical surgical
analgesik dan hipnosis terbukti lebih efektif jika nursing: Clinical management for positive
dibandingkan terapi analgesik sebagai terapi outcomes. 7th Edition. Philadelphia: Elsevier
tunggal untuk mengatasi nyeri. Inc.
Terapi hipnosis telah menjadi salah satu bagian Gunawan, A.W. (2006). Hypnotherapy: The art of
dalam manajemen nyeri pascabedah dan subconcious restucturing. Jakarta: PT.
diharapkan dapat menjadi inovasi prakt ek Gramedia Pustaka Utama.
keperawatan profesional. Pendidikan dan latihan
Hamilton, P.M. (2005). Pain and pain manage-
tentang terapi hipnosis bagi tenaga perawat
ment. Atlanta: Wild Iris Medical Education.
diperlukan untuk meningkatkan kompetensi
profesional mereka dalam manajemen nyeri pasien Kee, J.L., & Hayes, E.R. (1996). Farmakologi:
pascabedah. Pendekatan proses keperawatan. Alih bahasa
Dr. Peter Anugerah. Editor Ni Luh Gede
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
mengkaji pengaruh terapi hipnosis pada pasien-
pasien yang mengalami nyeri sedang sampai berat Kihlstorm, J.F. (2000). Hypnosis in surgery:
dan mendapatkan terapi analgesik narkotik untuk Efficacy, specificity, and utility. http://
menurunkan tingkat sensasi nyeri pascabedah www. inst it u t e-sho t .co m/hypno sis_ pain
ortopedi dengan jumlah responden yang lebih _utility.htm, diperoleh 19 Maret 2006.
banyak dan kriteria yang lebih spesifik.
Lehndorff, P.G., & Brian, T. (2005). 60 Detik
Rekomendasi yang lain adalah perlunya penelitian
meredakan rasa sakit. Alih bahasa: Dyah
lebih lanjut tentang pengaruh terapi hipnosis pada
Yasmina. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
kasus dan sistem tubuh yang berbeda (YA, IDA).
McCloskey, J.C., & Bulechek, G.M. ( 2004).
* Staf Akademik Akademi Keperawatan Panti Nursing Interventions Classification. 4 th
Rapih Yogyakarta edition. New York: Mosby Year Book, Inc.
** Staf Akademik Keperawatan Medikal Bedah
Nat ional Instit utes of Health Technology.
FIK UI
(1995).Assessment Conference Statement.
*** Staf Akademik FKM UI
htt p://co nsensus.nih.go v/1995/
1995BehaviorrelaxPainInsomniata017html.htm,
KEPUSTAKAAN diperoleh 10 Februari 2007.
Anonymous. (2006). Gelombang otak manusia Rafael, R. (2006). Hipnotherapy: Quit smoking.
dalam hipnosis. http://www.heavenhypno Cetakan ketiga. Jakarta: Gagas Media.
therapy.com /gelombang-otak.html, diperoleh
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2004). Brunner and
tanggal 2 April 2006.
Suddarth’s textbook of medical surgical
_________. Healthy hypnosis. (2004). http:// nursing. Volume 1. Philadelphia: Lippincott
www.myhypno.com/product_category.cfm?. Williams & Wilkins.
diperoleh 19 Maret 2006.

Anda mungkin juga menyukai