Anda di halaman 1dari 2

UJIAN BAGI SEORANG MUKMIN

Sesungguhnya kehidupan dunia adalah negeri ujian dan penuh dengan cobaan. Tidaklah
seorang hamba hidup di dunia kecuali dia akan diuji dan nantinya akan kembali kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman ;

“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan“
(Al-Anbiya’ :35).

Ujian dan cobaan dalam hidup di dunia terkadang berupa kelapangan dan kenikmatan, namun
terkadang juga berupa kesempitan dan musibah. Bisa berupa sehat maupuan kondisi sakit, bisa berupa
kekayaan maupun kemiskinan. Seorang mukmin akan menghadapi ujian dalam dua keadaan : kondisi
susah dan kondisi senang.

Dalam setiap ujian yang menimpa manusia akan selalu ada kebaikan. Oleh karena itu dalam
sebuah hadits dari sahabat Anas radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ُ‫ش ْيئًا إِ هَل َكانَ َخي ًْرا لَه‬


َ ُ‫َّللا ُ لَه‬
‫ضي ه‬ِ ‫ع َجبًا ِل ْل ُمؤْ ِم ِن !! ََل يَ ْق‬
َ

“Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Tidaklah Allah menetapkan kepadanya sesuatu kecuali itu
merupakan kebaikan baginya“ (H.R Ahmad).

Perkataan Nabi (‫ش ْيئ ًا‬


َ ) mencakup segala kondisi, baik itu ujian berupa kesusahan maupun
kesenganan. Seorang mukmin dalam setiap kondisi ujian yang dihadapai akan senantiasa dalam
kebaikan. Seorang mukmin yang mendapat taufik dari Allah, jika sedang diuji oleh Allah dengan
kesusahan dan kesempitan seperti sakit, miskin, dan musibah lainnya akan menghadapinya dengan
sabar. Dengan kondisi ujian semacam ini, seorang mukmin akan mendapat kebaikan berupa pahala
orang-orang yang sabar. Jika Allah mengujinya dengan kesenangan dan kemudahan seperti diberi
kondisi sehat dan kekayaan harta , maka seorang mukmin akan menjadi orang yang bersyukur kepada
Allah sehingga dia mendapat kebaikan berupa pahala orang-orang yang bersyukur.

Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits dari Suhaib bin Sinan radhiyallahu’anhu, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ َ ‫ َو ِإ ْن أ‬، ُ‫شك ََر فَ َكانَ َخي ًْرا لَه‬


ُ‫صابَتْه‬ َ َ ‫ْس ذَاكَ ِِل َ َح ٍد إِ هَل ِل ْل ُمؤْ ِم ِن ؛ إِ ْن أ‬
َ ُ ‫ص اب َت ْه‬
َ ‫س هرا ُء‬ َ ‫ع َجبًا ِِل َ ْم ِر ْال ُمؤْ ِم ِن !! ِإ هن أ َ ْم َرهُ ُكلههُ َخي ٌْر َولَي‬َ
ُ‫صبَ َر فَ َكانَ َخي ًْرا لَه‬
َ ‫ض هرا ُء‬ َ

“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Segala sesuatu yang terjadi padanya semua
merupakan kebaikan. Ini terjadi hanya pada orang mukmin. Jika mendapat sesuatu yang menyenangkan
dia bersyukur, maka itu kebaikan baginya. Jika mendapat keburukan dia bersabar, maka itu juga
kebaikan baginya“ (H.R Muslim).

Seorang mukin dalam kondisi kesusahan akan mendapat kebaikan berupa pahala orang yang
bersabar dan dalam kondisi lapang dan senang akan mendpat kebaikan berupa pahala orang yang
bersyukur. Senantiasa berubah-ubah kondisinya antara sabar dan syukur. Allah Ta’ala berfirman dalam
empat tempat di dalam Al-Qur’an :

ٍ ‫ش ُك‬
‫ور‬ َ ‫هار‬
ٍ ‫صب‬ ٍ ‫إِ هن فِي ذَلِكَ ََلَيَا‬
َ ‫ت ِل ُك ِل‬

“Sesungguhnya dalam yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang bersabar dan bersyukur“

Firman Allah ini terdapat dalam surat Ibrahim ayat 5, Luqman ayat 31, Saba’ ayat 19, dan Asy-Syuura
ayat 33. Allah Ta’ala menyebutkan dua keadaan yang agung ini yaitu sabar tatakala menghadapi
musibah dan bersyukur tatakala memperoleh nikmat.
Hendaknya seorang mukimin mengetahui bahwasnya ketika Allah Ta’ala memberikan
kelapangan pada seorang hamba berupa nikmat harta, sehat, anak, dan kenikmatan lainnya bukan
merupakan bukti bahwa Allah meridhoi dan memberi kemuliaan kepada hamba tersebut. Demikian pula
kesempitan yang diperoleh seorang hamba berupa kekurangan harta, musibah sakit, dan musibah
lainnya tidak menunjukkan bahwa Allah tidak ridho atau sedang menghinakan hamba tersebut. Ini
merupakan persangkaan sebagian manusia yang telah Allah nafikan dalam firman-Nya :

‫) َوأ َ هما ِإذَا َما ا ْبت َََله ُ فَقَ َد َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقَهُ فَيَقُو ُل َربِي أَهَان َِن‬15( ‫سانُ ِإذَا َما ا ْبت َََله ُ َربُّهُ فَأ َ ْك َر َمهُ َونَعه َمهُ فَيَقُو ُل َربِي أ َ ْك َر َم ِن‬ ِ ْ ‫فَأ َ هما‬
َ ‫اْل ْن‬

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan,
maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu
membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“ (Al-Fajr : 15-16).

Allah Ta’ala menafikan persangkaan hamba-Nya tersebut dalam ayat selanjutnya dengan berfirman
: { ‫( } ك ََّلا‬Sekali-kali tidak demikian), maksudnya bahwa persangkaan mereka keliru dan tidak benar.
Barangsiapa yang Allah lapangkan baginya berupa harta, kesehatan, anak, dan kenikmatan lainnya
bukan merupakan bukti keridhoan Allah dan kemuliaan orang tersebut. Demikian pula barangsiapa yang
Allah beri kesempitan bukan menunjukkan bahwa Allah menghinakan orang tersebut. Apapun kondisi
seorang hamba semuanya adalah ujian dan cobaan. Terkadang Allah memberi ujian kepada hamba
berupa harta, kesehatan, keselamatan, dan kenikmatan lainnya dan terkadang Allah memberi ujian
kepada hamba berupa kemiskinan, sakit, dan kondisi lainnya.

Para ulama berbeda pendapat manakah yang lebih utama di sisi Allah : orang kaya yang bersyukur atau
orang miskin yang bersabar? Yang benar bahwasanya yang paling utama di antara keduanya adalah
yang paling bertakwa kepada Allah. Jika mereka sama-sama bertakwa maka akan mendapat balasan
yang sama. Orang yang pertama, Allah mengujinya dengan kekayaan dan dia bersyukur, adapun orang
yang kedua Allah uji dengan kemiskinan dan dia bersabar. Masing-masing dari keduanya telah
melakukan bentuk penghambaan kepada Allah seusai dengan tuntutan kondisi ujian yang dialaminya
sehingga keduanya mendapat keberuntungan. Ini merupakan keberuntungan dan kemenangan berupa
pahala bagi orang yang bersyukur dan orang yang bersabar.

Tempat kembalinya seluruh manusia adalah kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itu Allah menutup ayat-
Nya dengan berfirman

َ‫َوإِلَ ْينَا ت ُْر َجعُون‬

“Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan“ (Al-Anbiya’ :35)

Maksudnya bahwa seluruh manusia akan mendapat ujian di dunia kemudian semuanya akan kembali
kepada Allah, agar orang-orang yang berbuat kebaikan mendapat balasan atas kebaikannya dan orang-
orang yang berbuat keburukan mendapat hukuman atas keburukannya.

Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita dan kita senantiasa berusaha agar kita
menjadi orang yang beruntung dan mendapat kemenangan dalam menghadapai ujian dan cobaan baik
itu berupa nikmat maupun musibah. Hanya Allah satu-satunya Zat Yang Maha Memberi Petunjuk dan
tiada sekutu bagi-Nya.

Anda mungkin juga menyukai