Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
menyebabkan tingginya kebutuhan akan pemanfaatan energi di berbagai aspek
kehidupan. Salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan hingga saat
ini adalah sumber energi listrik. Energi listrik mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan sumber energi lain, demikian juga sebaliknya. Hal inilah yang
menyebabkan energi listrik merupakan salah satu pilihan utama pemakaian energi.

Tingginya kebutuhan akan tenaga listrik tersebut, maka dibutuhkan suatu sistem
pengelolaan energi listrik, ini agar energi listrik tersebut dapat dimanfaatkan
secara maksimal guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik saat
ini maupun di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan
sistem tenaga listrik seperti desain sistem pembangkit, jaringan transmisi dan
sistem jaringan distribusinya.

Salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi listrik dari
pusat pembangkit sampai ke konsumen atau pelanggan adalah sistem distribusi.
Sedangkan salah satu komponen sistem distribusi yang memegang peranan cukup
penting dalam penyaluran daya adalah transformator dan jaringan distribusinya.

Sistem distribusi mempunyai fungsi yang penting sebagai komponen dari sistem
tenaga listrik khususnya dalam penyaluran tenaga listrik kekonsumen maka perlu
dilakukan suatu studi sebagai salah satu upaya memaksimalkan pemenuhan
kebutuhan energi listrik terhadap konsumen (masyarakat).

1. 1 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah sistem distribusi tegangan rendah ?

b. Bagaimanakah sistem distribusi tegangan menengah ?

c. Bagaimanakah gardu sistem distribusi ?

d. Bagaimanakah simulasi jaringan distribusi ?

1. 2 Tujuan Penulisan

1
a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana sistem distribusi pada
tegangan rendah.

b. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana sisem distribusi pada tegangan


menengah.

c. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana gardu pada sistem distribusi.

d. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana simulasi jaringan distribusi.

2
BAB II

SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH

2.1 Struktur Jaringan Ketenagalistrikan

Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks
karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,
transformator, beban dan alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling
dihubungkan membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan,
menyalurkan, dan menggunakan energi listrik.

Namun secara mendasar sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan atas 3


bagian utama yaitu :

1. Sistem Pembangkitan

Pada sistem pembangkitan, level tegangan disesuaikan dengan spesifikasi


generator pembangkit yang digunakan, biasanya berkisar antara 11s/d 24 kV.
Untuk pembangkit yang berkapasitas lebih besar biasanya menggunakan level
tegangan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar arus yang mengalir tidak terlalu
besar.Karena untuk kapasitas daya tertentu, besar arus yang mengalir berbanding
terbalik dengan tegangannya. Level tegangan pada pembangkit biasanya tidak
tinggi, karena semakin tinggi level tegangan generator, jumlah lilitan generator
harus lebih banyak lagi. Dengan lilitan yang lebih banyak mengakibatkan
generator menjadi lebih besar dan lebih berat sehingga dinilai tidak efisien.

2. Sistem Transmisi

Pada sistem saluran transmisi biasanya digunakan level tegangan yang lebih
tinggi. Hal ini karena fungsi pokok saluran transmisi adalah menyalurkan daya,
sehingga yang dipentingkan adalah sistem mampu menyalurkan daya dengan
efisiensi yang tinggi atau rugi-rugi daya dan turun tegangannya kecil. Upaya yang
dilakukan adalah mempertinggi level tegangan agararus yang mengalir pada

3
jaringan transmisilebih kecil. Level tegangan saluran transmisi lebih tinggi dari
tegangan yang dihasilkan generator pembangkit. Tegangan saluran transmisi
umumnya berkisar antara 70 s/d 500 kV. Untuk menaikkan tegangan dari level
pembangkit ke level tegangan saluran transmisi diperlukan transformator penaik
tegangan.
3. Sistem Distribusi

Pada jaringan distribusi biasanya menggunakan tegangan yang lebih rendah


dari tegangan saluran transmisi. Hal ini karena daya yang didistribusikan oleh
masing-masing jaringan distribusi biasanya relatif kecil dibanding dengan daya
yang disalurkan saluran transmisi, dan juga menyesuaikan dengan tegangan
pelanggan atau pengguna energi listrik. Level tegangan jaringan distribusi yang
sering digunakan ada dua macam, yaitu 20 kV untuk jaringan tegangan menengah
(JTM) dan 220 V untuk jaringan tegangan rendah(JTR). Dengan demikian
diperlukan gardu induk yang berisi trafo penurun tegangan untuk menurunkan
tegangan dari saluran transmisi ke tegangan distribusi 20 kV. Diperlukan juga
trafo distribusiuntuk menurunkan tegangan dari 20 kV ke 220V sesuai tegangan
pelanggan. Level tegangan beban pelanggan menyesuaikan dengan jenis
bebannya, misalnya beban industri yang biasanya memerlukan daya yang relatif
besar biasanya menggunakan tegangan menengah 20 kV, sedangkan beban rumah
tangga dengan daya yang relatif kecil, biasanya menggunakan tegangan rendah
220 V.
Ketiga bagian utama (pembangkitan, transmisi, dan distribusi) tersebut
menjadi bagian penting dan harus saling mendukung untuk mencapai tujuan
utama sistem tenaga listrik yaitu penyaluran energy listrik kepada konsumen.

4
Gambar 2.1 Konfigurasi sistem penyaluran tenaga listrik

Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik


(power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui
saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh
transformator step-upyang ada dipusat listrik. Saluran transmisi tegangan tinggi
mempunyai tegangan 70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus untuk tegangan 500kV
dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi. Setelah tenaga
listrik disalurkan, maka sampailah tegangan listrik ke gardu induk (G1), lalu
diturunkan tegangannya menggunakan transformator step-down menjadi tegangan
menengah yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Kecenderungan
saat ini menunjukan bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang
adalah tegangan 20kV. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi

5
primer atau jaringan Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian
diturunkan lagi tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan
rendah, yaitu tegangan 380/220 volt,lalu disalurkan melalui jaringan Tegangan
Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN. Pelanggan-
pelanggan dengan dayatersambung besar tidak dapat dihubungkan pada Jaringan
Tegangan Rendah, melainkan dihubungkan langsung pada jaringan tegangan
Transmission of Electrical Energy 3menengah,bahkan ada pula pelanggan yang
terhubung pada jaringan transmisi, tergantung dari besarnya daya tersambung.
Setelah melalui jaringan Tegangan menengah, jaringan tegangan rendah dan
sambungan Rumah (SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas
daya dan kWh meter. Rekening listrik pelanggan tergantung pada besarnya daya
tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah melalui kWh meter, tenaga listrik
lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik pelanggan. Instalasi PLN
umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter instalasi listrik
umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan, tenaga
listrik langsung masuk ke alat-alat listrik milik pelanggan seperti lampu, kulkas,
televisi, dam lain-lain.
Hubungan sistem ketenagalistrikan dapat dilihat seperti gambar di bawah
ini :

Gambar 2.2 Hubungan sistem ketenagalistrikan

Keterangan :
G : Generator (Source 13,8 kV)
SUTET : Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (500 kV)
SUTT : Saluran Udara Tegangan Tinggi (150 kV)

6
JTM : Jaringan Tegangan Menengah (20 kV)
JTR : Jaringan Tegangan Rendah (220-380 V)
GITET : Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (500/150 kV)
GI : Gardu Induk (15/20 kV)
GD : Gardu Distribusi (20 kV/220-380 V)
B : Beban
2.2 Konsep Sistem JTR

Sistem distribusi tegangan rendah merupakan bagian dari sistem distribusi


yang terletak mulai dari rel pembagi pada suatu gardu distribusi sampai pada
KwH meter konsumen.

Sistem distribusi tegangan rendah disebut juga dengan distribusi sekunder.


Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan menyalurkan tenaga
listrik dari gardu distribusi ke konsumen dengan tegangan operasi yakni tegangan
rendah (380/220 volt). Sistem distribusi tegangan rendah memiliki tegangan kerja
setinggi-tingginya 1 kV.

Penerapan distribusi sekunder yaitu pada trafo distribusi atau bisa disebut
trafo TR yang mengubah tegangan tinggi ke tegangan rendah.

Kontruksi sistem distribusi tegangan rendah ini dapat berupa kontruksi


saluran udara dan kontruksi saluran bawah tanah. Pemilihannya tergantung atas
konsep perencanaannya.

Sambungan pelayanan dapat berupa sistem fasa 1 atau fasa 3. Pada


umumnya konsep operasi dari suatu sistem distribusi tegangan rendah adalah
radial. Sangat jarang berbentuk tertutup atau loop kecuali atas pertimbangan
khusus.

Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh :

a. Susut tegangan yang disyaratkan


b. Luas penghantar jaringan
c. Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi
d. Sifat daerah prlayanan (desa, kota)

7
e. Kelas pelanggan (pada beban rendah, pada beban tinggi)

Umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia susut


tegangan diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi.

Gambar 2.3 Konfigurasi sistem distribusi tegangan rendah

Penjelasan :

 Trafo Distribusi disebut juga trafo TR dari sistem tegangan 20 kV menjadi


230/400 V.
 Panel APP yang dilengkapi PHB terdiri atas beberapa jurusan. Sistem
distribusi tegangan rendah ini terbentuk dari komponen-komponen APP,
kabel, tiang, alat proteksi, alat pengukur, fitting, dan lain-lain.
 Persyaratan atau Spesifikasi Teknis (SPLN T6.001 2013)

1. Tegangan maksimum (rated voltage) : 440 Volt fasa – fasa, 240 Volt
(phasa- netral)

2. Tegangan pelayanan (nominal voltage) : 400 Volt fasa - fasa

8
230 Volt fasa - netral

3. Frekuensi : 50 Hz

4. Sistem pembumian

PNP (Pentanahan Netral Pengaman) atau T – N – C – S

5. Uji tegangan 1 menit : 2500 Volt

6. Uji tegangan implus (1,5 / 50 wave) : 8000 Volt

2.3 Sistem Tegangan


a. Sistem tegangan yang dianut ada 3 macam :

 Sistem 3 fasa (fasa tiga) : 400V/230V


 Sistem 2 fasa (fasa dua) : 440/240V, 240/....V
 Sistem 1 fasa (fasa satu) : 110V, 220V, 250V
b. Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep teknis (Distribution System
Engineering) yang dianut satu sama lain dapat berbeda, misalnya :
 Sistem Kontinental : 3 fasa – 3 kawat
(Distribution Substation Concept) 3 fasa – 4 kawat
 Sistem Amerika : 2 fasa – 3 netral (Multi Grounded)
 Sistem Kanada : 1 kawat (Swer)

2.4 Model Pembebanan SR


Model penyambungan dari trafo distribusi ke rumah-rumah melalui
beberapa tiang. Setiap tiang melayani beberapa rumah yang dibagi per fasanya
maksimum lima rumah secara seri.
Lingkaran-lingkaran kecil dan nomor-nomor pada lingkaran tersebut
melukiskan nomor-nomor tiang dan beban-beban yang tersambung ketiang
tersebut.

9
Gambar 2.4 Diagram jaringan tegangan rendah (220/380 V)

Pada jaringan tegangan rendah 220/380 V ada beberapa ketentuan yang


perlu diperhatikan. Dalam satu tiang disambung maksimum 5 sambungan layanan
pelanggan, seperti gambar 2.5.

Gambar 2.5 Satu tiang maksimum

10
Gambar 2.6 Dalam satu SLP, maksimum 5 pelanggan secara seri

Dalam satu sambungan layana pelanggan (SLP), dapat diasambung seri


maksimum 5 pelanggan seperti gambar 2.6, dengan tetap memperhatikan jatuh
tegangan yang diizinkan. Jarak sambungan maksimum dari tiang ke rumah
terkahir adalah 150 m, dan jarak sambungan maksimum dari tiang ke rumah atau
dari rimah ke rumah maksimum 30 m.
Pada sambungan satu tiang atap, maksimum dapat disambung 3
sambungan layanan pelanggan seperti gambar 2.7 berikut :

Gambar 2.7 Satu tiang atap dapat disambung maksimum 3 SLP

Perhitungan matrix admintasi dan matrix impedansi bus, bai pada jaringan
tegangan menengah maupun jaringan tegangan rendah, dalam satu penyulang
yang mendapat 1 suplai daya dapat dibuatkan diagram impedansinya seperti
gambar 2.8 berikut :

11
Gambar 2.8 Diagram impedansi

Analisa jaringan teganga rendah, maka Zb adalah beban ekivalen pada


tiang tersebut. Sedangkan untuk jaringan tegangan menengah, Zb adalah
impedansi ekivalen beban yang dipikul trafo. Zs adalah impedansi penyulang
antara tiang/gardu dengan tiang/gardu disebelahnya.

2.5 Profil Tegangan Jaringan Tegangan Rendah


Profil tegangan menggambarkan sifat / karakteristik suatu tegangan
apabila dibebani secara deret akan mengalami penurunan tegangan pada sisi tiang
ujung (terjauh dari sumber, trafo). Untuk melihat profil tegangan rendah pada
gambar berikut :

Gambar 2.9 Jaringan tegangan rendah 220 V

Gardu trafo yang diamati melayani beban perumahan dengan


penyulangnya ditopang oleh 15 tiang. Beban pertiang 3300 VA, 220V dengan cos

12
µ = 0,8. Impedansi saluran antara tiang satu dengan tiang disebelahnya, daimbil
sama yaitu :
Zs = 0,01 + j0,03 Ω
Impedansi ekivalen beban pertiang :
ZB = 11,733 + j8,8 Ω
Dari kedua data diatas, dan rangkaian pengganti yang dibicarakan
sebelumnya, dapat disusun matrix admmintasi dan matrix impedansi bus. Karena
ada 15 simpul, maka ukuran matrix Zbusdan Ybus adalah 15 x 15. Arus yang masuk
simpul 1 (masuk penyulang 220 V) dihitung dengan cara yang sama seperti
perhitungan jaringan tegangan menengah, yaitu :

𝑉nom
I1 = 𝑍bus 1,1

I1 = 151,778 –j131,3867
|I1| = 200,746 A

Vnom adalah tegangan nominal 220V. Tegangan pada masing-masing tiang,

Dimana adalah impedansi kolom 1 dari Zbus .

Tegangan ini dilukiskan dalam Gambar 3.8.

13
Gambar 2. 1 Drop Tegangan

Jika pada tiang 15 dipasang gardu trafo lain, sehingga penyulang Jaringan
Tegangan Rendah tersebut mendapat 2 masukan tegangan 220V, seperti terlihat
dalam Gambar 2.21.
Hal ini menggambarkan dua buah sumber (trafo TR) yang di tarik dari sisi-A dan
sisi-B yang ditarik untuk melayani beberapa titip penyambungan rumah (SLTR).
Hal ini ditujukan untuk menentukan titik tengah terendah (Vdrop ≤ 10%).

14
Gambar 2. 2 Penyulang jaringan tegangan rendah dengan suplai dari 2 gardu trafo

Arus I1 dan I15 dapat diperoleh dari:

Tegangan masing-masing tiang,

15
Profil tegangannya seperti Gambar 3.10.

Gambar 2. 3 Profil tegangan dengan suplai daya dari 2 gardu trafo

2.6 Standar Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan Rendah

Berdasarkan konstruksinya, jaringan distribusi tegangan rendah dapat


dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dan
Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR).
Pemasangan SUTR dilaksanakan untuk daerah-daerah yang jumlah
penduduknya masih sedikit dan tidak memerlukan keindahan tatanan lokasi.
Disamping itu, jumlah tanaman tidak mempengaruhi area jaringan. Biaya yang
dikeluarkan untuk pemasangan SUTR ini lebih murah dibandingkan dengan
pemasangan SKTR.

16
Pemasangan SKTR lebih banyak digunakan pada daerah-daerah yang
penduduknya lebih rapat dan tidak dipengaruhi oleh banyaknya tanaman yang
berada disekitar SKTR.
Ketentuan umum Jaringan Tegangan Rendah (JTR) mempunyai beberapa
kriteria sebagai berikut.:
Jarak Gawang
 Maksimum 50 meter untuk JTR murni dan JTR Underbuild.
 Maksimum 40 meter untuk JTR semi Underbuild.
 Untuk daerah yang jauh dan konsumennya sedikit, langsung dijaringi
dengan JTM dan trafo kecil, sehingga tak memperlukan JTR.

Ada 10 jenis konstruksi jaringan distribusi tegangan rendah, yang masing-


masing sesuai dengan kondisi/rute jaringan di lapangan. Masing-masing
konstruksi tersebut adalah :

1. Konstruksi TR-1

Konstruksi TR-1 merupakan konstruksi saluran kabel udarategangan


rendah (SKUTR) yang menggunakan suspension small angle assembly
(penggantung untuk tiang sangga/tumpu).

2. Konstruksi TR-2

17
Konstruksi TR-2 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan
sudut kurang dari 45°, dengan menggunakan large angle assembly (penggantung
untuk tiang belokan/sudut). TR-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang
yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar
membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.

3. Konstruksi TR-3

Konstruksi TR-3 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk tiang


akhir atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel digunakan fixed dead-
end clamp complete plastic strip (peralatan untuk penarik pada tiang awal/akhir
lengkap dengan plastic strap).

18
4. Konstruksi TR-4

Konstruksi TR-4 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR sebagai


tiang penyangga pada persimpangan (silang). Kedua saluran dikaitkan pada
suspension small angle assambly.

5. Konstruksi TR-5

Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada


tiang penegang. Kabel dikaitkan pada fixed dead-end assambly. Tiang
penegang/tiang tarik adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus
dimana gaya tarik kawat pekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.

6. Konstruksi TR-6

19
Konstruksi TR-6 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang
pencabangan, yang menggunakan suspension small angle assambly dan fixed
dead-end assambly untuk mengaitkan kabel.

7. Konstruksi TR-7

Konstruksi TR-7 merupakan konstruksi penyambungan SKUTR dengan


existing dengan menggunakan fixed dead-end assambly

8. Konstruksi TR-8

Merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang awal atau tiang


akhir dengan menggunakan ajustable.

20
9. Konstruksi TR-9

Konstruksi TR-9 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada trafo


tiang, dengan menggunakan fixed dead-end clamp untuk mengikat kabel.

10. Konstruksi TR-10

Konstruksi TR-10 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada trafo


tiang untuk tiga jurusan. Pengikat kabel digunakan fixed dead-end clamp.

21
Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Melalui Saluran Udara
Konstruksi ini merupakan sambungan tenaga listrik dengan menggunakan
konstruksisaluran udara baik untuk sambungan Fasa 1 atau Fasa 3. Jenis
konstruksi di golongkan dalam jenis-jenis konstruksi ti pe A, Tipe B, Tipe C, ti pe
D, Tipe E, ti pe F dan ti pe G.
1. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe A
Konstruksi tipe A adalah konstruksi sambungan tenaga listrik tanpa memakai
tiang atap/dak standar dan di pergunakan jika jarak antara tiang dan bangunan
(sambungan luar pelayanan) sampai dengan APP tidak melebihi 30 meter.
Sambungan masuk pelayan anti dak mengenai fisik bangunan dan di lindungi
dengan pipa PVC tahan mekanis atau sejenis.
2. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe B
Konstruksi tipe B adalah konstruksi sambungan tenaga listrik memakai tiang
atap/dak standar dan di pergunakan apabila jarak aman terhadap lingkungan atau
permukaan jalan tidak memenuhi syarat jika memakai sambungan tipe A.
Penghantar sambungan masuk pelayanan, diluar pipa dak standar, dilindungi
dengan pipa PVC atau sejenis; ujung pipa bagian atas di tutup dengan protective
cup dan bagian bawah di tutup dengan cable gland.
3. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe C
Konstruksi tipe C adalah sambungan pelayanan dengan sambungan luar
pelayananmendatar dimana jarak bangunan dan ti ang atap sangat dekat (± 3

22
meter). Umumnyadi gunakan pada daerah pertokoan/ruko/rukan. Ketentuan
mengenai SMP sama dengan Tipe A atau B.
4. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe D
Konstruksi tipe D untuk sambungan tenaga listrik seri pada ruko, rumah petak,
tokodan pertokoan atau mall. Sambungan pelayanan memakai kabel jenis
NYFGbY atau NYY yang di masukan dalam pipa PVC tahan mekanis. Semua
kabel dilindungi secara fisik dari sentuhan tangan.
Pada konstruksi ini sadapan pencabangan dapat dilakukan dengan:
a. T doos atau kotak pencabangan
b. Konektor/H atau O Pressed Connector atau tipe piercing
5. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik pada Tiang Melalui Kabel Bawah
Tanah Tipe E
Konstruksi E menggunakan kabel NYFGbY yang di tarik dari tiang SUTR.
Ujung kabelpada ti ang harus diterminasi. Sambungan ke jaringan harus memakai
bimetal joint Al-Cu yang di bungkus dengan heathshrink sleeve. Kabel turun ke
tanah di beri pelindungpipa galvanis 11/2 inci sepanjang 2,5 meter di atas tanah
dan ti ap 1,5 meter di ikatdengan stainless steel dan link dan protective plastic
tape Selanjutnya persyaratan konstruksi sama dengan persyaratan konstruksi kabel
bawah tanah. Kabel naik di dalam bangunan di lindungi dengan pipa galvanis 1
1/2 inci yang di ikatkan pada tembok dengan expanding fixing collar (dyna bolt
fixing collar) sampai ke titik pasang meter kWh.
6. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik tipe F
Konstruksi ti pe F merupakan sambungan tenaga listrik dengan alat pengukur
kWh danpembatas terpasang terpusat pada tiang untuk beberapa rumah/bangunan.
7. Konstruksi Sambungan Tenaga LIstrik ti pe G
Konstruksi tipe G sama dengan tipe F, hanya alat pengukur kWh dan
pembatas
terpasang terpusat pada bangunan.

23
BAB III

SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH

3.1 Struktur Jaringan Distribusi

Pada saluran distribusi dikenal berbagai macam jenis feeder (penyulang ),


ada yang sebagai feeder primer dan ada yang sebagai feeder sekunder. Jenis-jenis
feeder ini sangat diperlukan dalam memenuhi tingkat kontinuitas pelayanan pada
pelanggan.

Gambar 3.1 Stuktur jaringan distribusi

Struktur jaringan yang berkembang disuatu daerah merupakan kompromi


antara alasan-alasan teknis disuatu pihak dan ekonomi dilain pihak keduanya
ditekankan kebutuhan penggunaan dimana persyaratan batas-batas keandalan,
stabilitas dari konditinuitas pelayanan.
Dari segi keandalan yang ingin dicapai ada dua pilihan struktur jaringan :
 Jaringan dengan satu sumber pengisian : cara penyaluran ini merupkan
yang paling sederhana. Gangguan yang timbul akan menyebabkan
pemadaman.
 Jaringan dengan beberapa pengisian : keadalannya lebih tinggi. Secara
ekonomi lebih mahal karena menggunakan perlengkapan penyaluran yang
lebih banyak. Pemadaman akibat gangguan dapat ditiadakan atau setidak-
tidaknya dikurangi.

24
Selain itu struktur jaringan juga ditentukan aspek-aspek lainnya seperti :
1. Aspek pentanahan netral sistem :
a. Netral diisolasikan (Ungrounded) atau sistem dengan netral tidak ditanahkan
misalnya ; LBS, Arrester, GI, GH, Trafo dan yang lainnya.
b. Netral ditanahkan (Grounded)
1. Melalui tahanan (resistance grounding) contohnya Netral trafo dan JTM
20 kV (hight resistance grounding).
2. Melalui ditanahkan (grounding)
3. Secara langsung (solid grounding : JTM (20 kV) yang disebut sebagai
solid multi grounded.
4. Peterson Coil : digunakan untuk GI.
2. Aspek Penggunaan Hantaran :
a. Dari segi lintasannya :
1. Jaringan Udara (over-head network)
2. Jaringan bawah tanah (under-ground network)
b. Dari segi fasa saluran :
1. Saluran dengan satu fasa.
2. Saluran tiga fasa :
- Saluran tiga fasa tiga kawat.
- Saluran tiga fasa dengan satu kawat tanah.
3. Aspek hubungan antara sumber pengisian dengan pemakaian.
a. Jariangan radial (radial network)
b. Jaringan lingkar (ring atau loop network)
c. Jaringan anyaman (grid atau masih network)

Untuk memenuhi tingkat kontinuitas pelayanan, dikenal beberapa pola


jaringan distribusi primer, yaitu:

a. Konfigurasi Radial
Sistem ini hanya memiliki satu jalur atau satu sumber dari sumber ke beban.
Penghantar yang terletak di pangkal jaringan sistem ini pada umumnya memiliki

25
diameter dan kuat hantar arus ( KHA ) yang lebih besar karena beban yang
dipikulnya lebih besar dari pada penghantar yang lebih dekat ke ujung jaringan.
Jenis ini paling banyak digunakan dalam melayani pelanggannya, karena
sistem ini membutuhkan biaya yang murah dan memiliki bentuk jaringan yang
sederhana dan dapat diterapkan pada feeder primer dan feeder sekunder dari
saluran distribusi.

Gambar 3.2 Konfigurasi Radial

Gambar diatas menunjukan jaringan tegangan menengah berupa feeder-feeder


radial yang keluar dari GI. Pada setiap feeder terdapat Transformator Distribusi
(TD) yang dilengkapi dengan pengaman. Untuk wilayah kepadatan tinggi dan
jarak antara pusat beban dengan feeder terlalu jauh perlu digunakan Gardu
Hubung (GH).
Sistem ini memiliki banyak sekali kemungkinan untuk mengalami gangguan,
apabila terjadi gangguan pada salah satu feeder (penyulang), maka semua
pelanggan yang terhubung pada feeder tersebut terganggu.
Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung
kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.

b. Konfigurasi Ring
Sistem Konfiguarasi Ring ini secara ekonomis menguntungkan, karena pada
jaringan terbatas hanya pada saluran yang terganggu, sedangkan pada saluran

26
yang lain masih dapat menyalurkan tenaga listrik dari sumber lain dalam
rangkaian yang tidak terganggu. Sehingga kontinuitas pelayanan sumber tenaga
listrik dapat terjamin dengan baik.

Gambar 3.3 Konfigrasi Ring

c. Konfigurasi Spindel
Sistem jaringan distribusi primer Spindel adalah gabungan sistem jaringan
radial dan ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya
diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah GH.

Gambar 3.4 Konfigurasi Spindel


Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan
sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui GH. Pola

27
Spindel biasanya digunakan pada Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah
(SKTM).
Namun pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi sebagai sistem
Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang
berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen TR
atau TM.

3.2 Kapasitas Jaringan Distribusi

Saluran distribusi merupakan rangkaian impedansi yang terdiri atas tahanan dan
induktansi. Impedansi saluran dinyatakan sebagi berikut :

di mana,
Z = Total impedansi seri per fasa (ohm).
XL= Total reaktansi induksi suatu konduktor (ohm
X = Reaktansi induksi suatu konduktor (ohm/km).
L = Panjang saluran (km).

Gambar 3. 1 Diagram pengganti saluran distribusi

Dalam gambar 3.28 :


Vs= Tegangan pada ujung kirim atau ujung generator.
Is= Arus pada ujung kirim atau ujung generator.
VR= Tegangan pada ujung terima atau ujung beban.

28
IR= Arus pada ujung terima atau ujung beban.

Z= = Impedansi saluran.

Maka relasi tegangan dan arus.

Apabila tegangan :

Sehingga,

B5. Aliran Daya Komplek


Kapasitas daya pada sisi kirim,

Kapasitas daya pada sisi terima,

Aliran daya dari sisi kirim ke sisi terima adalah :

29
Daya ril sisi kirim adalah :

Daya Reaktif sisi kirim adalah :

Asumsikan, resistansi kawat mendekati nol, R = 0 ( Maka,

Daya sisi kirim maksimum, resistansi R = 0 dan sudut adalah :

30
3.3 Losses Jaringa Distribusi

Susut tegangan (Jatuh tegangan) adalah perbedaan tegangan antara tegangan kirim
dan tegangan terima karena adanya impedansi pada penghantar. Maka pemilihan
penghantar (penampang penghantar) untuk tegangan menengah harus
diperhatikan. Jatuh tegangan yang di-ijinkan tidak boleh lebih dari 5% (ΔV ≥
5%). Secara umum ΔV dibatasi sampai dengan 3,5%.

Gambar 3. 2 SUTM dengan beban diujung saluran

Susut tegangan /turun tegangan (harga sebenarnya) = V, yaitu selesih nilai

pengukuran tegangan disumber (magnitude vector, ) dikurangi dengan nilai

pengukuran tegangan dibeban ( magnitude vector, ).

31
Gambar 3. 3 Drop Tegangan GD Sisi Kiri vs Sisi Terima

Sebagai ilustrasi gambar 7.2 diatas., diagram vektor arus dan tegangan pada beban
induktif (𝜑 negatif ) ; nilai turun tegangan sama dengan panjang garis A – E
Dimana,

Gambar 3. 4 Diagram vektor per fasa Arus danTegangan

Dengan menggunakan bilangan kompleks tersebut diatas, jika VB, IB dan ZL


diketahui, maka ES dapat dihitung, sebagai berikut :

32
bila tegangan sumber diketahui sebagai referensi, maka :

Tegangan beban akan sukar dicari karena adanya arus kapasitif ( IC, biasanya
diabaikan untuk JTM) dan perbedaan faktor daya disumber dengan faktor daya
dibeban. Akibatnya sudut fasa disumber ( 𝜑S ) tidak sama dengan sudut fasa
dibeban (𝜑B ) , sehingga ada perbedaan sudut ( 𝛿 ) antara vektor tegangan Es dan
VB

Untuk menyederhanakan perhitungan susut tegangan (turun tegangan) di SUTM,


maka diasumsikan bahwa:
Sudut 𝛿 diabaikan atau 𝛿 = 0 , sehingga dapat dianggap bahwa vektor Es
berimpit dengan vektor VB , akibatnya 𝜑 s = 𝜑 B = 𝜑

Arus kapasitif diabaikan atau Ic = 0, sehingga Is = IL = IB = I

Diagram vektor arus dan tegangan SUTM pada beban Induktif (𝜑 negatif)
yang disederhanakan dengan asumsi diatas, lihat gambar 7.4 berikut.

33
Segitiga ODC , misalkan AD = V * adalah turun tegangan dengan harga
pendekatan berdasarkan asumsi tersebut diatas , berlaku :

Jika diasumsikan sudut 𝛿 diabaikan atau 𝛿 = 0, maka persamaan diatas menjadi :

Gambar 3. 5 Diagram Vektor Arus dan Tegangan di SUTM beban Induktif


Dengan asumsi tersebut diatas terbukti dapat dianggap bahwa ;

sama dengan susut tegangan. Kesalahan perhitungan antara harga sebenarnya dan
harga pendekatan sebesar DE.

Perhitungan dengan menggunakan pendekatan akan semakin mendekati


harga sebenarnya jika sudut 𝛿 semakin kecil. Lihat gambar 7.4. dalam hal 𝛿 = 0

34
maka DE = 0. susut tegangan V* = AD sebagai harga pendekatan, untuk
selanjutnya dapat dipakai untuk perhitungan ini .

Vektor I sejajar dengan vektor IR (garis AB) sehingga ,

Lihat segitiga ADC ; AD = V* = proyeksi AC ke OA :

Rumus umum susut tegangan fasa-fasa dengan pendekatan yaitu ,

Didalam sistem jaringan distribusi tenaga listrik, tegangan pelayanan


sangat erat kaitannya dengan komponen sistem jaringan distribusi tenaga listrik
dapat berupa saluran udara (Overhead line = SUTM) atau saluran kabel
(Underground Cable = SKTM), transformator distribusi dan beban pada
konsumen / pelanggan.
Komponen yang bermacam-macam itu pada dasarnya tersusun dari
elemen-elemen berupa resistansi, induktansi dan kapasitansi. Elemen - elemen itu
memberi pengaruh berbeda pada tegangan dibagian sistem jaringan distribusi
tenaga listrik. Induktansi dan kapasitansi merupakan komponen reaktif,
Kapasitansi (C) bersifat membangkitkan daya reaktif. Kebalikannya,
Induktansi ( L ) menyerap daya reaktif .

35
Saluran udara tegangan menengah (SUTM) atau Saluran kabel tegangan
menengah (SKTM) umumnya memiliki ketiga elemen tersebut diatas. Pada
sebagian besar SUTM / SKTM , elemen reaktif kapasitifnya besar sehingga
merupakan pemasok daya reaktif. Pada transformator distribusi dan beban ,
umumnya komponen reaktif induktif lebih besar dan menyerap daya reaktif.
Elemen reaktif diatas sangat mempengaruhi susut tegangan dan rugi daya.
Disamping itu, sambungan pada SUTM dan SUTR yang kurang baik, penampang
penghantar yang tidak sesuai dengan beban yang tersambung, radius jangan, dan
daerah bebas hantaran serta beban yang tidak seimbang (un-balance).
Pada jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang cukup
besar mengalami rugi-rugi daya dalam penyaluran daya listrik. Rugi-rugi daya,
yaitu rugi-rugi yang mengakibatkan daya yang diterima lebih kecil dari yang
dibangkitkan yang dikirim, karena terjadi kerugian disepanjang saluran. Rugi-rugi
daya ini terdiri dari rugi-rugi daya aktif yang berupa panas dan rugi-rugi daya
reaktif yang menyebabkan tidak dapat dicapainya pengiriman secara maksimal.
Rugi-rugi energi, yaitu besarnya rugi-rugi daya dalam perioda waktu tertentu.

Berdasarkan penyebab rugi-rugi dapat pula dibagi atas dua jenis yaitu :
a. Rugi-rugi teknis, yaitu rugi-rugi yang dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis dari
material penghantar seperti tahanan, konduktifitas, temperatur dan lain-lain.

b. Rugi-rugi non teknis, yaitu rugi-rugi yang tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat
teknis material penghantar.

Dalam perhitungan rugi-rugi saluran udara dibutuhkan nilai faktor rugi-rugi (Load
Loss Factor) sistem yang nilainya tergantung kepada faktor beban (Load Factor)
dimana untuk beban yang tetap atau tidak mengalami perubahan yang mencolok
nilai dari faktor rugi-rugi mendekati nilai dari faktor beban.

3.4 Penurunan Tegangan

Akibat adanya arus (I) yang mengalir pada penyulang serta impedansi
saluran (Z), maka akan timbul penurunan tegangan (V) pada penyulang tersebut.

36
V=I.Z
Pada jaringan yang dialiri arus listrik akan timbul penurunan tegangan
disisi beban. Penurunan tegangan yang paling besar terjadi pada saat beban
puncak.
Penurunan tegangan maksimum pada beban penuh, yang dibolehkan
dibeberapa titik pada jaringan distribusi adalah (SPLN 72 :1987) [1] :
a. SUTM = 5-10 % dari tegangan kerja bagi sistem radial diatas tanah dan
sistem simpul.
b. SKTM = 2 % dari tegangan kerja pada sistem spindel dan gugus.
c. Trafo distribusi = 3 % dari tegangan kerja
d. Saluran tegangan rendah = 4 % dari tegangan kerja tergantung kepadatan
beban.
e. Sambungan rumah = 1 % dari tegangan nominal

Komponen impedansi (Z) pada saluran terdiri dari resistansi (R) dan
reaktansi (X) dimana besar impedansi adalah:
Z = R + jX
Sehingga besarnya penurunan tegangan (V) adalah arus yang mengalir (A) dikali
impedansi:
V = I ( R + jX )

37
BAB IV

GARDU SISTEM DISTRIBUSI

4.1 Gardu Distribusi

Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu
bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari :
1. instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM),
2. Transformator Distribusi (TD) dan
3. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok
kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah
(TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V). .

Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap


maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan
peraturan Pemda setempat.

Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :


a. Jenis pemasangannya :
a) Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
b) Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios

b. Jenis Konstruksinya :
a) Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
b) Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c) Gardu Kios

c. Jenis Penggunaannya :
a) Gardu Pelanggan Umum
b) Gardu Pelanggan Khusus

Khusus pengertian Gardu Hubung adalah gardu yang ditujukan untuk


memudahkan manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang

38
dapat dilengkapi/tidak dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas
ini lazimnya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi pemakaian
sendiri atau Trafo distribusi untuk umum yang diletakkan dalam satu kesatuan.

4.2 Klasifikasi Gardu Distribusi

Jenis-jenis gardu listrik atau gardu distribusi didesain berdasarkan maksud dan
tujuan penggunaannya sesuai dengan peraturan-peraturan teknis ekonomis dan
peraturan Pemda setempat.
1. Gardu distribusi konstruksi beton

Gardu Beton Merupakan gardu distribusi yang bangunan pelindungnya


terbuat dari beton (campuran pasir, batu dan semen). Gardu beton termasuk
`gardu jenis pasangan dalam, karena pada umumnya semua peralatan
penghubung/ pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam bangunan
beton. Dalam pembangunannya semua peralatan tersebut di disain dan diinstalasi
di lokasi sesuai dengan ukuran bangunan gardu. Gambar 11.1 memperlihatkan
sebuah gardu distribusi konstruksi beton.

Gambar 4. 1 Gardu Beton

39
Secara umum dimulai dari penyulang distribusi 20 kV yang keluar dari GI sampai
dengan meter (APP) yang meliputi:
1) JTM 20 Kv

2) Gardu Disribusi

3) JTR 220/380V

4) Saluran Masuk Pelayanan (SMP)

5) A P P

40
- Bangunan Fisik Gardu Beton
Ukuran dan dimensi
Gardu beton mengikuti ketersediaan lahan yang ada, namun harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut untuk PHB tertutup :
• Tinggi bangunan minimum 3 meter

• Jarak kiri kanan PHB terhadap tembok minimum 1 meter.

• Jarak belakang PHB terhadap dinding minimal 80 cm (0,8 meter).

• Pintu keluar minimal 0,75 meter.

41
• Bagian depan PHB terhadap dinding minimal 1 meter.

• Jarak antara PHB TM dengan PHB TR minimal 1 mater.

• Jarak antara PHB TM dengan transformator minimal 1 meter.

Catatan :
Pada beberapa kondisi jarak yang diambil terhadap dinding 60 cm dan jarak antar
PHB, trafo sebesar 1,2 meter.
Lubang kabel naik ke PHB minimal sedalam 1,2 meter dan harus diberikan
lobang kerja (manhole) minimal ukuran 0,8 x 0,6 meter.
Lubang ventilasi diberikan cukup pada dinding dikiri kanan PHB.

- Instalasi Pembumian pada Gardu Distribusi Beton

42
GARDU TEMBOK UNTUK KEDUDUKAN CELL 50 - 70 TYPE - 8R

Gardu Pelanggan Khusus

Gambar 4. 2 Bagan satu garis Gardu Pelanggan Khusus

43
2. Gardu distribusi konstruksi metal clad (kiosk type//Gardu besi).

Gambar 4. 3 Outdoor Metal-Clad Switchgear

Gardu distribusi yang bangunan pelindungnya terbuat dari besi. Gardu


besi termasuk gardu jenis pasangan dalam, karena pada umumnya semua
peralatan penghubung/pemutus, pemisah dan trafo distribusi terletak di dalam
bangunan besi. Semua peralatan tersebut sudah di instalasi di dalam bangunan
besi, sehingga dalam pembangunan nya pelaksana pekerjaan tinggal menyiapkan
pondasinya saja.

3. Gardu distribusi tipe tiang portal

44
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) yang memakai
konstruksi tiang/menara kedudukan transformator minimal 3 meter diatas
platform, umumnya memakai tiang beton ukuran 2x500 daN, Dalam hal ini trafo
distribusi terletak di bagian atas tiang. Gardu ini melayani daya listrik terbatas,
mengingat berat trafo yang relative tinggi, sehingga tidak mungkin menempatkan
trafo berkapasitas besar di bagian atas tiang (±5 meter di atas tanah).

- BANGUNAN FISIK GARDU PORTAL

a. Gardu Portal 50 kVA – 100 kVA, 2 jurusan TR

PHB-TR gardu ini dirancang untuk 2 Jurusan Jaringan Tegangan Rendah

b. Gardu Portal 160 – 400 kVA, 4 Jurusan TR

PHB-TR gardu ini dirancang untuk 4 Jurusan Jaringan Tegangan Rendah.

c.Gardu Portal Pelanggan Khusus

Gardu Portal untuk pelanggan khusus Tegangan Rendah dan Tegangan

45
Menengah.

- Instalasi Pembumian pada Gardu Portal

- Perlengkapan peralatan terdiri atas :


• Fuse cut out

• Arrester lighting

• Transformer type 100, 160, 200 kVA

• Satu lemari PHB tegangan rendah maksimal 4 jurusan

• Isolator tumpu atau gantung

• Sistem pentanahan

a. Fuse Cut Out

46
Nama produk : Fuse Cut Out
Rated Voltage : 24 kV
Rated Current : 100 A
Rated Breaking Current :
10 kA
Basic Insulator Level : 125
kV

Gambar 10.3 Fuse Cut Out

Pada gardu tiang panel distribusi tegangan rendah diletakkan pada bagian
bawah tiang. Pada gardu distribusi, sistem pengaman yang digunakan
umumnya berupa arrester untuk mengantipasi tegangan lebih (over voltage),
kawat tanah (ground wire) untuk melindungi saluran fasa dari sambaran
petir dan sistem pentanahan untuk menetralisir muatan lebih, serta sekring
pada sisi tegangan tinggi (fuse cut out) untuk memutus rangkaian jika terjadi
arus lebih (beban lebih).
Secara visual “Fuse Cut Out” ini dari bawah (jauh) tampak sedang on atau
off. Arrester dipasang di bagian luar gardu distribusi, yaitu pada SUTM
tempat penyam-bungan ke gardu distribusi. “Fuse cut out” dipasang dekat
arrester atau bisa juga dipasang di dalam gardu, jika jarak antara titik
penyambungan dan gardu distribusi relatif jauh dan saluran cabang menuju
gardu distribusi menggunakan kabel tanah. Untuk gardu tiang “Fuse Cut
Out” di pasang pada bagian atas tiang terdekat (titik jumper). Gambar 4.3
memperlihat kan sebuah pemutus beban 20 kV tipe “Fuse Cut out”.

47
b. Surge Arrester/Type L Fuse Cutout Combination
Untuk melindungi SUTM
dari sambaran petir maka
dipasang Lightning Arrester
pada sebagian besar jaringan
SUTM 20 kV sebagai
kompensasi dari Ground
Wire yang telah dihilangkan.
1. 24 KV- 5 KA
2. 24 KV - 10 KA

Gambar 10.4. Arrester


Lighting Surge Arrester: Penggunaan lighting arrester pada sistem distribusi
adalah untuk melindung peralatan terhadap gangguan akibat sambaran
petir. Arrester juga digunakan untuk melindungi saluran distribusi dari
flashover. Arrester dipasang dekat atau pada peralatan yang dihubungkan
dari fasa konduktor ke tanah.
Pada saat sistem bekerja normal, arrester memiliki sifat sebagai isolator.
Apabila terjadi sambaran petir, arrester akan berubah menjadi konduktor
dan membuat jalur ke tanah (bypass) yang mudah dilalui oleh arus petir,
sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi pada trafo.

4. Gardu distribusi tipe tiang cantol

Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang adalah


transformator dengan daya ≤ 100 kVA Fase 3 atau Fase 1. Transformator
terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu

48
peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki
transformator.

Gambar 4. 4
Keterangan :
1. Transformator
2. Sirkit akhir 2 fasa
3. Arrester
4. Cut out fused, sakelar beban TR sudah terpasang di dalam transformator.
Catatan :
EL I – N = 220 Volt
EL II – N = 220 Vol
EL I – EL II = 440 Volt
Untuk pelayanan sistem 3 fasa memakai 3 buah trafo 1 fasa dengan titik netral di
gabungkan dari tiap-tiap transformator menjadi satu.
Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning
Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang dihubung
langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk
dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian
Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan
dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.
Instalasi dalam PHB terbagi atas 6 bagian utama.
• Instalasi switch gear tegangan menengah

49
• Instalasi switch gear tegangan rendah

• Instalasi transformator

• Instalasi kabel tenaga dan kabel kontrol

• Instalasi pembumian

• Bangunan fisik gardu

Gambar 4. 5 Gardu tiang cantol tiga fasa

BANGUNAN FISIK GARDU CANTOL


Gardu cantol adalah type gardu listrik dengan transformator yang dicantolkan
pada tiang listrik besarnya kekuatan tiang minimal 200 daN.
Instalasi gardu Cantorl terdiri atas :
• 1 Cut out fused

• 1 lightning arrester
• 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan.

Pembumian / Pentanahan

50
Pada instalasi Gardu Distribusi, peralatan yang harus dibumikan adalah arrester,
netral sekunder trafo, badan / bodi panel TR.

Pembumian Arrester :

Berfungsi untuk menyalurkan arus ke bumi akibat sambaran petir maupun akibat
switching.

Pembumian Netral Sekunder :

Berfungsi untuk membatasi kenaikan tegangan fasa yang sehat bila terjadi
gangguan 1fasa ke tanah/ bumi.

Pembumian bodi trafo & panel TR :

Untuk mengamankan bodi peralatan dari kemungkinan gagalnya fungsi isolasi


sehingga tetap aman bagi manusia dan lingkungan.

5. GARDU DISTRIBUSI

TIPE : GARDU MOBIL

51
Secara umum ada dua jenis gardu mobil :

1. Gardu Mobil jenis pasangan dalam (mobil boks)

2. Gardu Mobil jenis pasangan luar, yaitu gardu yang berada diatas mobil trailer,

Gardumobilinipadaumumnyauntukpemakaian

sementara(darurat), yaitu untuk mengatasi kebutuhan daya

yang sifatnya temporer.

Gardu distribusi jenis trailer ini umumnya berkapasitas lebih

besar daripada yang jenis mobil. Hal ini bisa dilihat dari

konstruksi peralatan penghubung yang digunakan.

Pada setiap gardu distribusi umumnya terdiri dari empat ruang

(bagian) yaitu, [1] penyambungan/pemutusan sisi TM,

[2]pengukuran sisi TM, [3] trafo distribusi, dan [4] panel sisi

tegangan rendah.

52
Gambar 4. 6 Gardu Mobil

4.3 Komponen-Komponen Gardu

1 Transformator Distribusi Fase 3

Gambar 4. 7 Transformator Distribusi Fasa 3 yang dibelah

Untuk transformator fase tiga , merujuk pada SPLN, ada tiga tipe vektor grup
yang digunakan oleh PLN, yaitu Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0. Titik netral langsung
dihubungkan dengan tanah. Untuk konstruksi, peralatan transformator distribusi
sepenuhnya harus merujuk pada SPLN D3.002-1: 2007.
Transformator gardu pasangan luar dilengkapi bushing Tegangan Menengah
isolator keramik. Sedangkan Transformator gardu pasangan dalam dilengkapi
bushing Tegangan Menengah isolator keramik atau menggunakan isolator plug-in
premoulded.

Tabel 4. 1Vektor Group dan Daya Transformator

53
2 Transformators Completely Self Protected (CSP)

Gambar 4. 8 Transformator CSP ( Completely Self protected ) Terlihat Bagian


Dalamnya

Transformators Completely Self Protected (CSP) adalah transformator distribusi


yang sudah dilengkapi dengan Pengaman Lebur (fuse) pada sisi primer dan LBS
(Load Break Switch) pada sisi sekunder.
Spesifikasi teknis transformator ini merujuk pada SPLN No 95:1994 dan SPLN
D3.002-1: 2007.

54
3 PHB sisi Tegangan Menengah (PHB-TM)
Berikut ini adalah Komponen Utama PHB-TM yang sudah
terpasang/terangkai secara lengkap yang lazim disebut dengan Kubikel-TM, yaitu
:
a.Pemisah – Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah
hanya dapat dioperasikan dalam keadaan tidak berbeban.
b.Pemutus beban – Load Break Switch (LBS)
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus
beban dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban dan terpasang pada kabel
masuk atau keluar gardu distribusi. Kubikel LBS dilengkapi dengan sakelar
pembumian yang bekerja secara interlock dengan LBS. Untuk pengoperasian
jarak jauh (remote control), Remote Terminal Unit (RTU) harus dilengkapi catu
daya penggerak.
c.Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB)
Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat dalam
keadaan normal maupun gangguan hubung singkat. Peralatan Pemutus Tenaga
(PMT) ini sudah dilengkapi degan rele proteksi arus lebih (Over Current Relay)
dan dapat difungsikan sebagai alat pembatas beban. Komponen utama PHB-TM
tersebut diatas sudah terakit dalam kompartemen kompak (lengkap), yang sering
disebut Kubikel Pembatas Beban Pelanggan.
d.LBS - TP (Transformer Protection)

55
Gambar 4. 9 Kubikel Ring Main Unit (RMU)

Transformator distribusi dengan daya ≤ 630 kVA pada sisi primer


dilindungi pembatas arus dengan pengaman lebur jenis HRC (High Rupturing
Capacity). Peralatan kubikel proteksi transformator, dilengkapi dengan LBS yang
dipasang sebelum pengaman lebur.
Untuk gardu kompak, komponen proteksi dan LBS dapat saja sudah
terangkai sebagai satu kesatuan, dan disebut Ring Main Unit (RMU).

4.PHB sisi Tegangan Rendah (PHB-TR)


PHB-TR adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih Perlengkapan
Hubung Bagi Tegangan Rendah dengan peralatan kontrol, peralatan ukur,
pengaman dan kendali yang saling berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap
dengan sistem pengawatan dan mekanis pada bagian-bagian penyangganya.
Secara umum PHB TR sesuai SPLN 118-3-1–1996,untuk pasangan dalam adalah
jenis terbuka. Rak TR pasangan dalam untuk gardu distribusi beton. PHB jenis
terbuka adalah suatu rakitan PHB yang terdiri dari susunan penyangga peralatan
proteksi dan peralatan Hubung Bagi dengan seluruh bagian-bagian yang
bertegangan, terpasang tanpa isolasi.
Jumlah jurusan per transformator atau gardu distribusi sebanyak-banyaknya 8
jurusan, disesuaikan dengan besar daya transformator dan Kemampuan Hantar

56
Arus ( KHA ) Penghantar JTR yang digunakan. Pada PHB-TR harus dicantumkan
diagram satu garis, arus pengenal gawai proteksi dan kendali serta nama jurusan
JTR. Sebagai peralatan sakelar utama saluran masuk PHB-TR, dipasangkan
Pemutus Beban (LBS) atau NFB (No Fused Breaker). Pengaman arus lebih (Over
Current) jurusan disisi Tegangan Rendah pada PHB-TR dibedakan atas :
a.No Fused Breaker (NFB)
No Fused Breaker adalah breaker/pemutus dengan sensor arus, apabila ada arus
yang melewati peralatan tersebut melebihi kapasitas breaker, maka sistem
magnetik dan bimetalic pada peralatan tersebut akan bekerja dan memerintahkan
breaker melepas beban.
b. Pengaman Lebur (Sekering)
Pengaman lebur adalah suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari
komponennya yang telah dirancang dan disesuaikan ukurannya untuk membuka
rangkaian dimana sekering tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus
tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam jangka waktu yang cukup (SPLN
64:1985:1).
Fungsi pengaman lebur dalam suatu rangkaian listrik adalah untuk setiap saat
menjaga atau mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan
yangtersambung dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya (SPLN
64:1985:24). Berdasarkan konstruksinya Pengaman Lebur untuk Tegangan
Rendah dapat digolongkan menjadi :
- Pelebur Tabung Semi Terbuka
Pelebur ini mempunyai harga nominal sampai 1000 Ampere. Penggunaannya
sebagai pengaman pada saluran induk Jaringan Tegangan Rendah, saluran induk
Instalasi Penerangan maupun Instalasi Tenaga. Apabila elemen lebur dari pelebur
ini putus dapat dengan mudah diganti.
- Pelebur Tabung Tertutup (tipe NH atau NT)
Jenis pengaman lebur ini paling banyak digunakan. Pemilihan besar rating
pengaman pelebur sesuai dengan kapasitas transformator dan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

57
Tabel 4. 2 Spesifikasi Teknis PHB-TR

5 Peralatan Pengukur
1 Transformator Tegangan - Potential Transformator (PT)
Fungsinya adalah mentransformasikan besaran Tegangan Tinggi ke besaran
Tegangan Rendah guna pengukuran atau proteksi dan sebagai isolasi antara sisi
tegangan yang diukur atau diproteksikan dengan alat ukurnya / proteksinya.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan transformator tegangan adalah
batas kesalahan transformasi dan pergeseran sesuai tabel dibawah ini :

Tabel 4. 3 Batas Kesalahan Transformasi Trafo Tegangan

Burden, yaitu beban sekunder dari transformator tegangan (PT), dalam hal ini
sangat terkait dengan kelas ketelitian PT-nya. Untuk instalasi pasangan dalam;
lazimnya transformator tegangan sudah terpasang pada kubikel pengukuran.

2 Transformator Arus - Current Transformator (CT)

58
Gambar 4. 10 Transformator Arus.

Transformator arus (Current Transformer- CT) adalah


salah satu peralatan di Gardu Distribusi, fungsinya untuk mengkonversi besaran
arus besar ke arus kecil guna pengukuran sesuai batasan alat ukur, juga sebagai
proteksi serta isolasi sirkit sekunder dari sisi primernya.
Faktor yang harus diperhatikan pada instalasi transformator arus adalah
Beban (Burden) Pengenal dan Kelas ketelilitian CT. Disarankan menggunakan
jenis CT yang mempunyai tingkat ketelitian yang sama untuk beban 20% - 120%
arus nominal. Nilai burden, kelas ketelitian untuk proteksi dan pengukuran harus
merujuk pada ketentuan/persyaratan yang berlaku. Konstruksi transformator arus
dapat terdiri lebih dari 1 kumparan primer (double primer).
6 Peralatan Switching dan Pengaman sisi Tegangan Menengah

1. Fused Cut Out (FCO)


Pengaman lebur untuk gardu distribusi pasangan luar dipasang
pada Fused Cut Out (FCO) dalam bentuk Fuse Link. Terdapat 3 jenis karakteristik
Fuse Link, tipe-K (cepat), tipe–T (lambat) dan tipe–H yang tahan terhadap arus
surja.
Data aplikasi pengaman lebur dan kapasitas transformatornya dapat dilihat
pada tabel. Apabila tidak terdapat petunjuk yang lengkap, nilai arus pengenal
pengaman lebur sisi primer tidak melebihi 2,5 kali arus nominal primer
tranformator.

59
Jika sadapan Lighning Arrester (LA) sesudah Fused Cut Out, dipilih Fuse
Link tipe–H. jika sebelum Fused Cut Out (FCO) dipilih Fuse Link tipe–K.
Sesuai Publikasi IEC 282-2 (1970)/NEMA) di sisi primer berupa pelebur
jenis pembatas arus. Arus pengenal pelebur jenis letupan (expulsion) tipe-H
(tahan surja kilat) tipe-T (lambat) dan tipe-K (cepat) menurut publikasi IEC No.
282-2 (1974) – NEMA untuk pengaman berbagai daya pengenal transformator,
dengan atau tanpa koordinasi dengan pengamanan sisi sekunder.
2 Lightning Arester (LA)
Untuk melindungi Transformator distribusi, khususnya pada pasangan luar
dari tegangan lebih akibat surja petir. Dengan pertimbangan masalah gangguan
pada SUTM, Pemasangan Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO

Gambar 4. 11 Lighting Arrester (LA)

Nilai arus pengenal LA : 5 KA – 10 KA – 15 KA


Untuk tingkat IKL diatas 110, sebaiknya tipe 15 KA. Sedang untuk perlindungan
Transformator yang dipasang pada tengah-tengah jaringan memakai LA 5 KA,
dan di ujung jaringan dipasang LA – 10 KA.

7 Konektor

60
Gambar 4. 12 Live Line Connector

Jenis konektor yang digunakan untuk instalasi gardu ini ditetapkan


menggunakan Live Line Connector (sambungan yang bisa dibuka- pasang) untuk
memudahkan membuka/ memasang pada keadaan bertegangan.
Penyadapan trafo dari SUTM dan pencabangan harus di depan tiang
peletakan trafo dari arah Pembangkit Listrik / Gardu Induk Konektor adalah
komponen yang dipergunakan untuk menyadap atau mencabangkan kawat
penghantar SUTM ke gardu.

4.4 Jenis-Jenis Gardu Berdasarkan Fungsinya

• Gardu induk sisi 20 kv


Berisi peralatan hubung bagi berbentuk tertutup yang disebut kubikel. Berfungsi
untuk memindahkan energi listrik dari trafo tenaga 150 / 20 kv atau 70 / 20 kv ke
penyulang-saluran distribusi 20 KV.
• Gardu hubung

Berisi kubikel jenis PMT atau LBS digunakan sebagai pembagi energi listrik atau
sebagai perlengkapan manuver untuk jaringan. Dioperasikan secara lokal maupun
jarak jauh
• Gardu distribusi

Berisi saklar / kubikel, peralatan proteksi , trafo step down 20 kV / 220 - 380 Volt
dan PHB-TR (Peralatan Hubung Bagi Tegangan Rendah).

61

Anda mungkin juga menyukai