Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Tingginya kebutuhan akan tenaga listrik tersebut, maka dibutuhkan suatu sistem
pengelolaan energi listrik, ini agar energi listrik tersebut dapat dimanfaatkan
secara maksimal guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik saat
ini maupun di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan
sistem tenaga listrik seperti desain sistem pembangkit, jaringan transmisi dan
sistem jaringan distribusinya.
Salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi listrik dari
pusat pembangkit sampai ke konsumen atau pelanggan adalah sistem distribusi.
Sedangkan salah satu komponen sistem distribusi yang memegang peranan cukup
penting dalam penyaluran daya adalah transformator dan jaringan distribusinya.
Sistem distribusi mempunyai fungsi yang penting sebagai komponen dari sistem
tenaga listrik khususnya dalam penyaluran tenaga listrik kekonsumen maka perlu
dilakukan suatu studi sebagai salah satu upaya memaksimalkan pemenuhan
kebutuhan energi listrik terhadap konsumen (masyarakat).
1. 1 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah sistem distribusi tegangan rendah ?
1. 2 Tujuan Penulisan
1
a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana sistem distribusi pada
tegangan rendah.
2
BAB II
Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks
karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,
transformator, beban dan alat-alat pengaman dan pengaturan yang saling
dihubungkan membentuk suatu sistem yang digunakan untuk membangkitkan,
menyalurkan, dan menggunakan energi listrik.
1. Sistem Pembangkitan
2. Sistem Transmisi
Pada sistem saluran transmisi biasanya digunakan level tegangan yang lebih
tinggi. Hal ini karena fungsi pokok saluran transmisi adalah menyalurkan daya,
sehingga yang dipentingkan adalah sistem mampu menyalurkan daya dengan
efisiensi yang tinggi atau rugi-rugi daya dan turun tegangannya kecil. Upaya yang
dilakukan adalah mempertinggi level tegangan agararus yang mengalir pada
3
jaringan transmisilebih kecil. Level tegangan saluran transmisi lebih tinggi dari
tegangan yang dihasilkan generator pembangkit. Tegangan saluran transmisi
umumnya berkisar antara 70 s/d 500 kV. Untuk menaikkan tegangan dari level
pembangkit ke level tegangan saluran transmisi diperlukan transformator penaik
tegangan.
3. Sistem Distribusi
4
Gambar 2.1 Konfigurasi sistem penyaluran tenaga listrik
5
primer atau jaringan Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian
diturunkan lagi tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan
rendah, yaitu tegangan 380/220 volt,lalu disalurkan melalui jaringan Tegangan
Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PLN. Pelanggan-
pelanggan dengan dayatersambung besar tidak dapat dihubungkan pada Jaringan
Tegangan Rendah, melainkan dihubungkan langsung pada jaringan tegangan
Transmission of Electrical Energy 3menengah,bahkan ada pula pelanggan yang
terhubung pada jaringan transmisi, tergantung dari besarnya daya tersambung.
Setelah melalui jaringan Tegangan menengah, jaringan tegangan rendah dan
sambungan Rumah (SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas
daya dan kWh meter. Rekening listrik pelanggan tergantung pada besarnya daya
tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah melalui kWh meter, tenaga listrik
lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik pelanggan. Instalasi PLN
umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter instalasi listrik
umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan, tenaga
listrik langsung masuk ke alat-alat listrik milik pelanggan seperti lampu, kulkas,
televisi, dam lain-lain.
Hubungan sistem ketenagalistrikan dapat dilihat seperti gambar di bawah
ini :
Keterangan :
G : Generator (Source 13,8 kV)
SUTET : Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (500 kV)
SUTT : Saluran Udara Tegangan Tinggi (150 kV)
6
JTM : Jaringan Tegangan Menengah (20 kV)
JTR : Jaringan Tegangan Rendah (220-380 V)
GITET : Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (500/150 kV)
GI : Gardu Induk (15/20 kV)
GD : Gardu Distribusi (20 kV/220-380 V)
B : Beban
2.2 Konsep Sistem JTR
Penerapan distribusi sekunder yaitu pada trafo distribusi atau bisa disebut
trafo TR yang mengubah tegangan tinggi ke tegangan rendah.
7
e. Kelas pelanggan (pada beban rendah, pada beban tinggi)
Penjelasan :
1. Tegangan maksimum (rated voltage) : 440 Volt fasa – fasa, 240 Volt
(phasa- netral)
8
230 Volt fasa - netral
3. Frekuensi : 50 Hz
4. Sistem pembumian
9
Gambar 2.4 Diagram jaringan tegangan rendah (220/380 V)
10
Gambar 2.6 Dalam satu SLP, maksimum 5 pelanggan secara seri
Perhitungan matrix admintasi dan matrix impedansi bus, bai pada jaringan
tegangan menengah maupun jaringan tegangan rendah, dalam satu penyulang
yang mendapat 1 suplai daya dapat dibuatkan diagram impedansinya seperti
gambar 2.8 berikut :
11
Gambar 2.8 Diagram impedansi
12
µ = 0,8. Impedansi saluran antara tiang satu dengan tiang disebelahnya, daimbil
sama yaitu :
Zs = 0,01 + j0,03 Ω
Impedansi ekivalen beban pertiang :
ZB = 11,733 + j8,8 Ω
Dari kedua data diatas, dan rangkaian pengganti yang dibicarakan
sebelumnya, dapat disusun matrix admmintasi dan matrix impedansi bus. Karena
ada 15 simpul, maka ukuran matrix Zbusdan Ybus adalah 15 x 15. Arus yang masuk
simpul 1 (masuk penyulang 220 V) dihitung dengan cara yang sama seperti
perhitungan jaringan tegangan menengah, yaitu :
𝑉nom
I1 = 𝑍bus 1,1
I1 = 151,778 –j131,3867
|I1| = 200,746 A
13
Gambar 2. 1 Drop Tegangan
Jika pada tiang 15 dipasang gardu trafo lain, sehingga penyulang Jaringan
Tegangan Rendah tersebut mendapat 2 masukan tegangan 220V, seperti terlihat
dalam Gambar 2.21.
Hal ini menggambarkan dua buah sumber (trafo TR) yang di tarik dari sisi-A dan
sisi-B yang ditarik untuk melayani beberapa titip penyambungan rumah (SLTR).
Hal ini ditujukan untuk menentukan titik tengah terendah (Vdrop ≤ 10%).
14
Gambar 2. 2 Penyulang jaringan tegangan rendah dengan suplai dari 2 gardu trafo
15
Profil tegangannya seperti Gambar 3.10.
16
Pemasangan SKTR lebih banyak digunakan pada daerah-daerah yang
penduduknya lebih rapat dan tidak dipengaruhi oleh banyaknya tanaman yang
berada disekitar SKTR.
Ketentuan umum Jaringan Tegangan Rendah (JTR) mempunyai beberapa
kriteria sebagai berikut.:
Jarak Gawang
Maksimum 50 meter untuk JTR murni dan JTR Underbuild.
Maksimum 40 meter untuk JTR semi Underbuild.
Untuk daerah yang jauh dan konsumennya sedikit, langsung dijaringi
dengan JTM dan trafo kecil, sehingga tak memperlukan JTR.
1. Konstruksi TR-1
2. Konstruksi TR-2
17
Konstruksi TR-2 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan
sudut kurang dari 45°, dengan menggunakan large angle assembly (penggantung
untuk tiang belokan/sudut). TR-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang
yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar
membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.
3. Konstruksi TR-3
18
4. Konstruksi TR-4
5. Konstruksi TR-5
6. Konstruksi TR-6
19
Konstruksi TR-6 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang
pencabangan, yang menggunakan suspension small angle assambly dan fixed
dead-end assambly untuk mengaitkan kabel.
7. Konstruksi TR-7
8. Konstruksi TR-8
20
9. Konstruksi TR-9
21
Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Melalui Saluran Udara
Konstruksi ini merupakan sambungan tenaga listrik dengan menggunakan
konstruksisaluran udara baik untuk sambungan Fasa 1 atau Fasa 3. Jenis
konstruksi di golongkan dalam jenis-jenis konstruksi ti pe A, Tipe B, Tipe C, ti pe
D, Tipe E, ti pe F dan ti pe G.
1. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe A
Konstruksi tipe A adalah konstruksi sambungan tenaga listrik tanpa memakai
tiang atap/dak standar dan di pergunakan jika jarak antara tiang dan bangunan
(sambungan luar pelayanan) sampai dengan APP tidak melebihi 30 meter.
Sambungan masuk pelayan anti dak mengenai fisik bangunan dan di lindungi
dengan pipa PVC tahan mekanis atau sejenis.
2. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe B
Konstruksi tipe B adalah konstruksi sambungan tenaga listrik memakai tiang
atap/dak standar dan di pergunakan apabila jarak aman terhadap lingkungan atau
permukaan jalan tidak memenuhi syarat jika memakai sambungan tipe A.
Penghantar sambungan masuk pelayanan, diluar pipa dak standar, dilindungi
dengan pipa PVC atau sejenis; ujung pipa bagian atas di tutup dengan protective
cup dan bagian bawah di tutup dengan cable gland.
3. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe C
Konstruksi tipe C adalah sambungan pelayanan dengan sambungan luar
pelayananmendatar dimana jarak bangunan dan ti ang atap sangat dekat (± 3
22
meter). Umumnyadi gunakan pada daerah pertokoan/ruko/rukan. Ketentuan
mengenai SMP sama dengan Tipe A atau B.
4. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tipe D
Konstruksi tipe D untuk sambungan tenaga listrik seri pada ruko, rumah petak,
tokodan pertokoan atau mall. Sambungan pelayanan memakai kabel jenis
NYFGbY atau NYY yang di masukan dalam pipa PVC tahan mekanis. Semua
kabel dilindungi secara fisik dari sentuhan tangan.
Pada konstruksi ini sadapan pencabangan dapat dilakukan dengan:
a. T doos atau kotak pencabangan
b. Konektor/H atau O Pressed Connector atau tipe piercing
5. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik pada Tiang Melalui Kabel Bawah
Tanah Tipe E
Konstruksi E menggunakan kabel NYFGbY yang di tarik dari tiang SUTR.
Ujung kabelpada ti ang harus diterminasi. Sambungan ke jaringan harus memakai
bimetal joint Al-Cu yang di bungkus dengan heathshrink sleeve. Kabel turun ke
tanah di beri pelindungpipa galvanis 11/2 inci sepanjang 2,5 meter di atas tanah
dan ti ap 1,5 meter di ikatdengan stainless steel dan link dan protective plastic
tape Selanjutnya persyaratan konstruksi sama dengan persyaratan konstruksi kabel
bawah tanah. Kabel naik di dalam bangunan di lindungi dengan pipa galvanis 1
1/2 inci yang di ikatkan pada tembok dengan expanding fixing collar (dyna bolt
fixing collar) sampai ke titik pasang meter kWh.
6. Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik tipe F
Konstruksi ti pe F merupakan sambungan tenaga listrik dengan alat pengukur
kWh danpembatas terpasang terpusat pada tiang untuk beberapa rumah/bangunan.
7. Konstruksi Sambungan Tenaga LIstrik ti pe G
Konstruksi tipe G sama dengan tipe F, hanya alat pengukur kWh dan
pembatas
terpasang terpusat pada bangunan.
23
BAB III
24
Selain itu struktur jaringan juga ditentukan aspek-aspek lainnya seperti :
1. Aspek pentanahan netral sistem :
a. Netral diisolasikan (Ungrounded) atau sistem dengan netral tidak ditanahkan
misalnya ; LBS, Arrester, GI, GH, Trafo dan yang lainnya.
b. Netral ditanahkan (Grounded)
1. Melalui tahanan (resistance grounding) contohnya Netral trafo dan JTM
20 kV (hight resistance grounding).
2. Melalui ditanahkan (grounding)
3. Secara langsung (solid grounding : JTM (20 kV) yang disebut sebagai
solid multi grounded.
4. Peterson Coil : digunakan untuk GI.
2. Aspek Penggunaan Hantaran :
a. Dari segi lintasannya :
1. Jaringan Udara (over-head network)
2. Jaringan bawah tanah (under-ground network)
b. Dari segi fasa saluran :
1. Saluran dengan satu fasa.
2. Saluran tiga fasa :
- Saluran tiga fasa tiga kawat.
- Saluran tiga fasa dengan satu kawat tanah.
3. Aspek hubungan antara sumber pengisian dengan pemakaian.
a. Jariangan radial (radial network)
b. Jaringan lingkar (ring atau loop network)
c. Jaringan anyaman (grid atau masih network)
a. Konfigurasi Radial
Sistem ini hanya memiliki satu jalur atau satu sumber dari sumber ke beban.
Penghantar yang terletak di pangkal jaringan sistem ini pada umumnya memiliki
25
diameter dan kuat hantar arus ( KHA ) yang lebih besar karena beban yang
dipikulnya lebih besar dari pada penghantar yang lebih dekat ke ujung jaringan.
Jenis ini paling banyak digunakan dalam melayani pelanggannya, karena
sistem ini membutuhkan biaya yang murah dan memiliki bentuk jaringan yang
sederhana dan dapat diterapkan pada feeder primer dan feeder sekunder dari
saluran distribusi.
b. Konfigurasi Ring
Sistem Konfiguarasi Ring ini secara ekonomis menguntungkan, karena pada
jaringan terbatas hanya pada saluran yang terganggu, sedangkan pada saluran
26
yang lain masih dapat menyalurkan tenaga listrik dari sumber lain dalam
rangkaian yang tidak terganggu. Sehingga kontinuitas pelayanan sumber tenaga
listrik dapat terjamin dengan baik.
c. Konfigurasi Spindel
Sistem jaringan distribusi primer Spindel adalah gabungan sistem jaringan
radial dan ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya
diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah GH.
27
Spindel biasanya digunakan pada Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah
(SKTM).
Namun pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi sebagai sistem
Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang
berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen TR
atau TM.
Saluran distribusi merupakan rangkaian impedansi yang terdiri atas tahanan dan
induktansi. Impedansi saluran dinyatakan sebagi berikut :
di mana,
Z = Total impedansi seri per fasa (ohm).
XL= Total reaktansi induksi suatu konduktor (ohm
X = Reaktansi induksi suatu konduktor (ohm/km).
L = Panjang saluran (km).
28
IR= Arus pada ujung terima atau ujung beban.
Z= = Impedansi saluran.
Apabila tegangan :
Sehingga,
29
Daya ril sisi kirim adalah :
30
3.3 Losses Jaringa Distribusi
Susut tegangan (Jatuh tegangan) adalah perbedaan tegangan antara tegangan kirim
dan tegangan terima karena adanya impedansi pada penghantar. Maka pemilihan
penghantar (penampang penghantar) untuk tegangan menengah harus
diperhatikan. Jatuh tegangan yang di-ijinkan tidak boleh lebih dari 5% (ΔV ≥
5%). Secara umum ΔV dibatasi sampai dengan 3,5%.
31
Gambar 3. 3 Drop Tegangan GD Sisi Kiri vs Sisi Terima
Sebagai ilustrasi gambar 7.2 diatas., diagram vektor arus dan tegangan pada beban
induktif (𝜑 negatif ) ; nilai turun tegangan sama dengan panjang garis A – E
Dimana,
32
bila tegangan sumber diketahui sebagai referensi, maka :
Tegangan beban akan sukar dicari karena adanya arus kapasitif ( IC, biasanya
diabaikan untuk JTM) dan perbedaan faktor daya disumber dengan faktor daya
dibeban. Akibatnya sudut fasa disumber ( 𝜑S ) tidak sama dengan sudut fasa
dibeban (𝜑B ) , sehingga ada perbedaan sudut ( 𝛿 ) antara vektor tegangan Es dan
VB
Diagram vektor arus dan tegangan SUTM pada beban Induktif (𝜑 negatif)
yang disederhanakan dengan asumsi diatas, lihat gambar 7.4 berikut.
33
Segitiga ODC , misalkan AD = V * adalah turun tegangan dengan harga
pendekatan berdasarkan asumsi tersebut diatas , berlaku :
sama dengan susut tegangan. Kesalahan perhitungan antara harga sebenarnya dan
harga pendekatan sebesar DE.
34
maka DE = 0. susut tegangan V* = AD sebagai harga pendekatan, untuk
selanjutnya dapat dipakai untuk perhitungan ini .
35
Saluran udara tegangan menengah (SUTM) atau Saluran kabel tegangan
menengah (SKTM) umumnya memiliki ketiga elemen tersebut diatas. Pada
sebagian besar SUTM / SKTM , elemen reaktif kapasitifnya besar sehingga
merupakan pemasok daya reaktif. Pada transformator distribusi dan beban ,
umumnya komponen reaktif induktif lebih besar dan menyerap daya reaktif.
Elemen reaktif diatas sangat mempengaruhi susut tegangan dan rugi daya.
Disamping itu, sambungan pada SUTM dan SUTR yang kurang baik, penampang
penghantar yang tidak sesuai dengan beban yang tersambung, radius jangan, dan
daerah bebas hantaran serta beban yang tidak seimbang (un-balance).
Pada jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang cukup
besar mengalami rugi-rugi daya dalam penyaluran daya listrik. Rugi-rugi daya,
yaitu rugi-rugi yang mengakibatkan daya yang diterima lebih kecil dari yang
dibangkitkan yang dikirim, karena terjadi kerugian disepanjang saluran. Rugi-rugi
daya ini terdiri dari rugi-rugi daya aktif yang berupa panas dan rugi-rugi daya
reaktif yang menyebabkan tidak dapat dicapainya pengiriman secara maksimal.
Rugi-rugi energi, yaitu besarnya rugi-rugi daya dalam perioda waktu tertentu.
Berdasarkan penyebab rugi-rugi dapat pula dibagi atas dua jenis yaitu :
a. Rugi-rugi teknis, yaitu rugi-rugi yang dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis dari
material penghantar seperti tahanan, konduktifitas, temperatur dan lain-lain.
b. Rugi-rugi non teknis, yaitu rugi-rugi yang tidak dipengaruhi oleh sifat-sifat
teknis material penghantar.
Dalam perhitungan rugi-rugi saluran udara dibutuhkan nilai faktor rugi-rugi (Load
Loss Factor) sistem yang nilainya tergantung kepada faktor beban (Load Factor)
dimana untuk beban yang tetap atau tidak mengalami perubahan yang mencolok
nilai dari faktor rugi-rugi mendekati nilai dari faktor beban.
Akibat adanya arus (I) yang mengalir pada penyulang serta impedansi
saluran (Z), maka akan timbul penurunan tegangan (V) pada penyulang tersebut.
36
V=I.Z
Pada jaringan yang dialiri arus listrik akan timbul penurunan tegangan
disisi beban. Penurunan tegangan yang paling besar terjadi pada saat beban
puncak.
Penurunan tegangan maksimum pada beban penuh, yang dibolehkan
dibeberapa titik pada jaringan distribusi adalah (SPLN 72 :1987) [1] :
a. SUTM = 5-10 % dari tegangan kerja bagi sistem radial diatas tanah dan
sistem simpul.
b. SKTM = 2 % dari tegangan kerja pada sistem spindel dan gugus.
c. Trafo distribusi = 3 % dari tegangan kerja
d. Saluran tegangan rendah = 4 % dari tegangan kerja tergantung kepadatan
beban.
e. Sambungan rumah = 1 % dari tegangan nominal
Komponen impedansi (Z) pada saluran terdiri dari resistansi (R) dan
reaktansi (X) dimana besar impedansi adalah:
Z = R + jX
Sehingga besarnya penurunan tegangan (V) adalah arus yang mengalir (A) dikali
impedansi:
V = I ( R + jX )
37
BAB IV
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu
bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari :
1. instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM),
2. Transformator Distribusi (TD) dan
3. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok
kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah
(TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V). .
b. Jenis Konstruksinya :
a) Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton)
b) Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c) Gardu Kios
c. Jenis Penggunaannya :
a) Gardu Pelanggan Umum
b) Gardu Pelanggan Khusus
38
dapat dilengkapi/tidak dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas
ini lazimnya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi pemakaian
sendiri atau Trafo distribusi untuk umum yang diletakkan dalam satu kesatuan.
Jenis-jenis gardu listrik atau gardu distribusi didesain berdasarkan maksud dan
tujuan penggunaannya sesuai dengan peraturan-peraturan teknis ekonomis dan
peraturan Pemda setempat.
1. Gardu distribusi konstruksi beton
39
Secara umum dimulai dari penyulang distribusi 20 kV yang keluar dari GI sampai
dengan meter (APP) yang meliputi:
1) JTM 20 Kv
2) Gardu Disribusi
3) JTR 220/380V
5) A P P
40
- Bangunan Fisik Gardu Beton
Ukuran dan dimensi
Gardu beton mengikuti ketersediaan lahan yang ada, namun harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut untuk PHB tertutup :
• Tinggi bangunan minimum 3 meter
41
• Bagian depan PHB terhadap dinding minimal 1 meter.
Catatan :
Pada beberapa kondisi jarak yang diambil terhadap dinding 60 cm dan jarak antar
PHB, trafo sebesar 1,2 meter.
Lubang kabel naik ke PHB minimal sedalam 1,2 meter dan harus diberikan
lobang kerja (manhole) minimal ukuran 0,8 x 0,6 meter.
Lubang ventilasi diberikan cukup pada dinding dikiri kanan PHB.
42
GARDU TEMBOK UNTUK KEDUDUKAN CELL 50 - 70 TYPE - 8R
43
2. Gardu distribusi konstruksi metal clad (kiosk type//Gardu besi).
44
Gardu portal adalah gardu listrik tipe terbuka (outdoor) yang memakai
konstruksi tiang/menara kedudukan transformator minimal 3 meter diatas
platform, umumnya memakai tiang beton ukuran 2x500 daN, Dalam hal ini trafo
distribusi terletak di bagian atas tiang. Gardu ini melayani daya listrik terbatas,
mengingat berat trafo yang relative tinggi, sehingga tidak mungkin menempatkan
trafo berkapasitas besar di bagian atas tiang (±5 meter di atas tanah).
45
Menengah.
• Arrester lighting
• Sistem pentanahan
46
Nama produk : Fuse Cut Out
Rated Voltage : 24 kV
Rated Current : 100 A
Rated Breaking Current :
10 kA
Basic Insulator Level : 125
kV
Pada gardu tiang panel distribusi tegangan rendah diletakkan pada bagian
bawah tiang. Pada gardu distribusi, sistem pengaman yang digunakan
umumnya berupa arrester untuk mengantipasi tegangan lebih (over voltage),
kawat tanah (ground wire) untuk melindungi saluran fasa dari sambaran
petir dan sistem pentanahan untuk menetralisir muatan lebih, serta sekring
pada sisi tegangan tinggi (fuse cut out) untuk memutus rangkaian jika terjadi
arus lebih (beban lebih).
Secara visual “Fuse Cut Out” ini dari bawah (jauh) tampak sedang on atau
off. Arrester dipasang di bagian luar gardu distribusi, yaitu pada SUTM
tempat penyam-bungan ke gardu distribusi. “Fuse cut out” dipasang dekat
arrester atau bisa juga dipasang di dalam gardu, jika jarak antara titik
penyambungan dan gardu distribusi relatif jauh dan saluran cabang menuju
gardu distribusi menggunakan kabel tanah. Untuk gardu tiang “Fuse Cut
Out” di pasang pada bagian atas tiang terdekat (titik jumper). Gambar 4.3
memperlihat kan sebuah pemutus beban 20 kV tipe “Fuse Cut out”.
47
b. Surge Arrester/Type L Fuse Cutout Combination
Untuk melindungi SUTM
dari sambaran petir maka
dipasang Lightning Arrester
pada sebagian besar jaringan
SUTM 20 kV sebagai
kompensasi dari Ground
Wire yang telah dihilangkan.
1. 24 KV- 5 KA
2. 24 KV - 10 KA
48
peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki
transformator.
Gambar 4. 4
Keterangan :
1. Transformator
2. Sirkit akhir 2 fasa
3. Arrester
4. Cut out fused, sakelar beban TR sudah terpasang di dalam transformator.
Catatan :
EL I – N = 220 Volt
EL II – N = 220 Vol
EL I – EL II = 440 Volt
Untuk pelayanan sistem 3 fasa memakai 3 buah trafo 1 fasa dengan titik netral di
gabungkan dari tiap-tiap transformator menjadi satu.
Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning
Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang dihubung
langsung dengan badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Rendah (PHB-TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk
dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian
Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan
dengan pembumian sisi Tegangan Rendah.
Instalasi dalam PHB terbagi atas 6 bagian utama.
• Instalasi switch gear tegangan menengah
49
• Instalasi switch gear tegangan rendah
• Instalasi transformator
• Instalasi pembumian
• 1 lightning arrester
• 1 panel PHB tegangan rendah dengan 2 jurusan.
Pembumian / Pentanahan
50
Pada instalasi Gardu Distribusi, peralatan yang harus dibumikan adalah arrester,
netral sekunder trafo, badan / bodi panel TR.
Pembumian Arrester :
Berfungsi untuk menyalurkan arus ke bumi akibat sambaran petir maupun akibat
switching.
Berfungsi untuk membatasi kenaikan tegangan fasa yang sehat bila terjadi
gangguan 1fasa ke tanah/ bumi.
5. GARDU DISTRIBUSI
51
Secara umum ada dua jenis gardu mobil :
2. Gardu Mobil jenis pasangan luar, yaitu gardu yang berada diatas mobil trailer,
Gardumobilinipadaumumnyauntukpemakaian
besar daripada yang jenis mobil. Hal ini bisa dilihat dari
[2]pengukuran sisi TM, [3] trafo distribusi, dan [4] panel sisi
tegangan rendah.
52
Gambar 4. 6 Gardu Mobil
Untuk transformator fase tiga , merujuk pada SPLN, ada tiga tipe vektor grup
yang digunakan oleh PLN, yaitu Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0. Titik netral langsung
dihubungkan dengan tanah. Untuk konstruksi, peralatan transformator distribusi
sepenuhnya harus merujuk pada SPLN D3.002-1: 2007.
Transformator gardu pasangan luar dilengkapi bushing Tegangan Menengah
isolator keramik. Sedangkan Transformator gardu pasangan dalam dilengkapi
bushing Tegangan Menengah isolator keramik atau menggunakan isolator plug-in
premoulded.
53
2 Transformators Completely Self Protected (CSP)
54
3 PHB sisi Tegangan Menengah (PHB-TM)
Berikut ini adalah Komponen Utama PHB-TM yang sudah
terpasang/terangkai secara lengkap yang lazim disebut dengan Kubikel-TM, yaitu
:
a.Pemisah – Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi sebagai pemisah atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemisah
hanya dapat dioperasikan dalam keadaan tidak berbeban.
b.Pemutus beban – Load Break Switch (LBS)
Berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik 20 kV. Pemutus
beban dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban dan terpasang pada kabel
masuk atau keluar gardu distribusi. Kubikel LBS dilengkapi dengan sakelar
pembumian yang bekerja secara interlock dengan LBS. Untuk pengoperasian
jarak jauh (remote control), Remote Terminal Unit (RTU) harus dilengkapi catu
daya penggerak.
c.Pemutus Tenaga - Circuit Breaker (CB)
Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dengan cepat dalam
keadaan normal maupun gangguan hubung singkat. Peralatan Pemutus Tenaga
(PMT) ini sudah dilengkapi degan rele proteksi arus lebih (Over Current Relay)
dan dapat difungsikan sebagai alat pembatas beban. Komponen utama PHB-TM
tersebut diatas sudah terakit dalam kompartemen kompak (lengkap), yang sering
disebut Kubikel Pembatas Beban Pelanggan.
d.LBS - TP (Transformer Protection)
55
Gambar 4. 9 Kubikel Ring Main Unit (RMU)
56
Arus ( KHA ) Penghantar JTR yang digunakan. Pada PHB-TR harus dicantumkan
diagram satu garis, arus pengenal gawai proteksi dan kendali serta nama jurusan
JTR. Sebagai peralatan sakelar utama saluran masuk PHB-TR, dipasangkan
Pemutus Beban (LBS) atau NFB (No Fused Breaker). Pengaman arus lebih (Over
Current) jurusan disisi Tegangan Rendah pada PHB-TR dibedakan atas :
a.No Fused Breaker (NFB)
No Fused Breaker adalah breaker/pemutus dengan sensor arus, apabila ada arus
yang melewati peralatan tersebut melebihi kapasitas breaker, maka sistem
magnetik dan bimetalic pada peralatan tersebut akan bekerja dan memerintahkan
breaker melepas beban.
b. Pengaman Lebur (Sekering)
Pengaman lebur adalah suatu alat pemutus yang dengan meleburnya bagian dari
komponennya yang telah dirancang dan disesuaikan ukurannya untuk membuka
rangkaian dimana sekering tersebut dipasang dan memutuskan arus bila arus
tersebut melebihi suatu nilai tertentu dalam jangka waktu yang cukup (SPLN
64:1985:1).
Fungsi pengaman lebur dalam suatu rangkaian listrik adalah untuk setiap saat
menjaga atau mengamankan rangkaian berikut peralatan atau perlengkapan
yangtersambung dari kerusakan, dalam batas nilai pengenalnya (SPLN
64:1985:24). Berdasarkan konstruksinya Pengaman Lebur untuk Tegangan
Rendah dapat digolongkan menjadi :
- Pelebur Tabung Semi Terbuka
Pelebur ini mempunyai harga nominal sampai 1000 Ampere. Penggunaannya
sebagai pengaman pada saluran induk Jaringan Tegangan Rendah, saluran induk
Instalasi Penerangan maupun Instalasi Tenaga. Apabila elemen lebur dari pelebur
ini putus dapat dengan mudah diganti.
- Pelebur Tabung Tertutup (tipe NH atau NT)
Jenis pengaman lebur ini paling banyak digunakan. Pemilihan besar rating
pengaman pelebur sesuai dengan kapasitas transformator dan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
57
Tabel 4. 2 Spesifikasi Teknis PHB-TR
5 Peralatan Pengukur
1 Transformator Tegangan - Potential Transformator (PT)
Fungsinya adalah mentransformasikan besaran Tegangan Tinggi ke besaran
Tegangan Rendah guna pengukuran atau proteksi dan sebagai isolasi antara sisi
tegangan yang diukur atau diproteksikan dengan alat ukurnya / proteksinya.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan transformator tegangan adalah
batas kesalahan transformasi dan pergeseran sesuai tabel dibawah ini :
Burden, yaitu beban sekunder dari transformator tegangan (PT), dalam hal ini
sangat terkait dengan kelas ketelitian PT-nya. Untuk instalasi pasangan dalam;
lazimnya transformator tegangan sudah terpasang pada kubikel pengukuran.
58
Gambar 4. 10 Transformator Arus.
59
Jika sadapan Lighning Arrester (LA) sesudah Fused Cut Out, dipilih Fuse
Link tipe–H. jika sebelum Fused Cut Out (FCO) dipilih Fuse Link tipe–K.
Sesuai Publikasi IEC 282-2 (1970)/NEMA) di sisi primer berupa pelebur
jenis pembatas arus. Arus pengenal pelebur jenis letupan (expulsion) tipe-H
(tahan surja kilat) tipe-T (lambat) dan tipe-K (cepat) menurut publikasi IEC No.
282-2 (1974) – NEMA untuk pengaman berbagai daya pengenal transformator,
dengan atau tanpa koordinasi dengan pengamanan sisi sekunder.
2 Lightning Arester (LA)
Untuk melindungi Transformator distribusi, khususnya pada pasangan luar
dari tegangan lebih akibat surja petir. Dengan pertimbangan masalah gangguan
pada SUTM, Pemasangan Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO
7 Konektor
60
Gambar 4. 12 Live Line Connector
Berisi kubikel jenis PMT atau LBS digunakan sebagai pembagi energi listrik atau
sebagai perlengkapan manuver untuk jaringan. Dioperasikan secara lokal maupun
jarak jauh
• Gardu distribusi
Berisi saklar / kubikel, peralatan proteksi , trafo step down 20 kV / 220 - 380 Volt
dan PHB-TR (Peralatan Hubung Bagi Tegangan Rendah).
61