Call sign adalah susunan dari huruf-huruf atau Angka-angka yang diberikan oleh
Instansi pemerintah untuk sebuah station dan gunanya adalah;
1. Memanggil sebuah station
2. Berbicara sebuah Station
3. Membicarakan sebuah station
4. Menunjuk sebuah station
Adapun alokasi International yang diberikan kepada pemerintah Indonesia adalah sbb;
1. JZA – JZZ diperoleh sejak tahun 1974
2. PKA – POZ
3. YBA – YHZ
4. 7AA – 717
5. 8AA – 812
Bagaimana mengetahui asal Negara dari pada call sign untuk satu station?
1. Dari karakter pertama, sebab seluruh abjad diberikan oleh Negara tersebut;
Contohnya;
- B → China
- F → France
- G → UK
- M → UK
- I → ITALIA
- K → US
- N → US
- W → US
- R → RUSIA
- U → UKRANIA
l. Cara-Cara Berisyarat
Cara-cara berisyarat berdasarkan urutan pada Tabel Pelengkap I, yang dapat dipergunakan
dalam berkomunikasi adalah:
a. Pengisyaratan dengan bendera semaphore
b. Berisyarat Morse (baca: Mors!) dengan mempergunakan bendera
bendera tangan atau lengan.
c. Berisyarat Suara dengan mempergunakan pengeras suara (megaphone).
Bilamana mungkin, harus dipergunakan bahasa biasa, tetapi apabila terdapat kesulitan dalam
bahasa, kelompok-kelompok dari kode isyarat isyarat internasional dapat disampaikan dengan
menggunakan tabel-tabel ejaan fonetik.
d. Pengisyaratan dengan cahaya, menggunakan tanda-tanda morse.
e. Isyarat-isyarat bunyi, mempergunakan tanda-tanda morse.
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perimbangan waktu yang dimaksudkan itu,
harap perhatikan contoh di bawah ini:
Contoh:
Tuturan kata “BAB TIGA” akan diisyaratkan sebagai berikut:
Dalam melakukan pengisyaratan cahaya dan bunyi mematuhi instruksi sebagaimana yang telah
ditentukan, yakni dengan cara mengisyaratkan tanda-tanda titik (pendek) sedikit lebih pendek
dalam perimbangannya terhadap tanda-tanda garis (panjang). Kedua macam tanda dasar itu
menjadi lebih jelas kecepatan standar (patokan) adalah 40 huruf untuk setiap menitnya
(dalam melakukan isyarat cahaya).
Sebagai dasar dari tanggung jawab itu adalah konvensi International yang telah diberlakukan di
Indonesia mengenai keselamatan jiwa manusia di laut 1974 (SOLAS ’74) bab V. peraturan 10,
tentang berita-berita bahaya, kewajiban dan prosedur.
Untuk mencapai suatu keberhasilan yang maksimal didalam proses penyelamatan di laut,
diperlukan aturan-aturan yang mengatur tata cara berkomunikasi antar stasiun, kesiapsiagaan
baik personil maupun awak kapal yang dalam keadaan bahaya, perlengkapan dan alat-alat
penolong awak kapal yang dalam keadaan bahaya, serta perlengkapan dan alat-alat penolong
di atas kapal.
ISYARAT BAHAYA
1. Kebakaran dan Keadaan Darurat Bunyi lonceng kapal dan bunyi alarm terus menerus untuk
jangka waktu 10 detik.
2. Meninggalkan Kapal 7 tiup pendek dan 1 tiup suling kapal serta yang sama pada bel alarm
terus menerus.
3. Orang Jatuh ke laut Berteriak dan katakan orang jatuh ke laut.
4. Pembatalan Dari situasi kebakaran dan keadaan darurat 3 tiup pendek pada suling kapal
dan 3 bunyi pendek pada alarm umum