Anda di halaman 1dari 13

TEORI GESTALT

A. Konsep Dasar Gestalt

A.1 Tentang Pendekatan Gestalt

M.A Subandi (Psikoterapi, hal.90-93) Salah satu pendekatan yang


sangat memperhatikan kemampuan organisme untuk berkembang dan
menentukan tujuannya adalah pendekatan Gestalt. Pendekatan gestalt lebih
menekankan pada apa yang terjadi saat ini-dan-di sini, dan proses yang
berlangsung, bukan pada masa lalu ataupun masa depan. Yang penting
dalam pendekatan ini adalah kesadaran saat ini dalam pengalaman
seseorang.

Penemu psikoterapi Gestalt adalah Frederick (Fritz) Perls dan


mulai berkembang pada awal tahun 1950. Pendekatan Gestalt berfokus
pada masa kini dan itu di butuhkan kesadaran saat itu juga. Kesadaran
ditandai oleh kontak, penginderaan, dan gairah. Kontak dapat terjadi tanpa
kesadaran, namun kesadaran tidak dapat dipisahkan dari kontak.

Geralt Corey dalam bukunya (Teori dan Praktek Konseling dan


Psikoterapi, hal. 118) mengatakan bahwa terapi Gestalt yang
dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi yang
mengharuskan individu menemukan jalannya sendiri dan menerima
tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.

A.2 Konsep Dasar

Psikoterapi Gestalt menitikberatkan pada semua yang timbul pada


saat ini. Pendekatan ini tidak memperhatikan masa lampau dan juga tidak
memperhatikan yang akan datang. Jadi pendekatan Gestalt lebih
menekankan pada proses yang ada selama terapi berlangsung.Dalam buku
Geralt Corey menekankan konsep-konsep seperti perluasan kesadaran,
penerimaan tanggung jawab pribadi, urusan yang tak terselesaikan,
penghindaran,dan menyadari saat sekarang.

Bagi Perls, tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa
lalu telah pergi dan masa depan belum terjadi,maka saat sekaranglah yang
terpenting. Guna membantu klien untk membuat kontak dengan saat
sekarang, terapis lebih suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan ”apa” dan
“bagaimana” ketimbang “mengapa”, karena pertanyaan mengapa dapat
mengarah pada pemikiran yang tak berkesudahan tentang masa lampau
yang hanya akan membangkitkan penolakan terhadap saat sekarang.

THEORY GESTALT page 1


Konsep dasar pendekatan Gestalt adalah Kesadaran, dan sasaran
utama Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Menurut buku M.A Subandi
(psikoterapi, hal. 96) kesadaran meliputi:

1. Kesadaran akan efektif apabila didasarkan pada dan disemangati oleh


kebutuhan yang ada saat ini yang dirasakan oleh individu
2. Kesadaran tidak komplit tanpa pengertian langsung tentang kenyataan
suatu situasi dan bagaimana seseorang berada di dalam situasi
tersebut.
3. Kesadaran itu selalu ada di sini-dan-saat ini. Kesadaran adalah hasil
penginderaan, bukan sesuatu yang mustahil terjadi.

Dalam buku Geralt Corey (1995), dalam terapi Gestalt terdapat juga
konsep tentang urusan yang tak terselesaikan, yaitu mencakup perasaan-
perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, sakit hati,
kecemasan rasa diabaikan dan sebagainya. Meskipun tidak bisa
diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan dan
fantasi tertentu. Karena tidak terungkap dalam kesadaran, perasaan itu
tetap tinggal dan dibawa kepada kehidupan sekarang yang menghambat
hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Dengan ini,
di harapkan klien akan dibawa kesadarannya dimasa sekarang dengan
mencoba menyuruhnya kembali kemasa lalu dan kemudian klien disuruh
untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya saat lalu sehingga perasaan
yang tak terselesaikan dulu bisa dihadapi saat ini.

B. Tujuan Pendekatan Gestalt

Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu seseorang agar


dapat menerima dan memiliki kembali (reowning)suasana hati. Gestalt
membantu induvidu agar dapat berada dalam kondisi saat ini dan di sini
(here and now). Merekadapat berpijak dalam suasana aman pada moment
kehidupan sekarang. Lebih lanjut dikatakan oleh Perls bahwa saran terapi
adalah menjadikan konseling tidak bergantung kepada orang lain,
menjadikan konseling menemukan sejak awal bahwa dia bisa melakukan
banyak hal, lebih baik dari pada kiranya, dengan kata lain ajaran Perls
adalah kosongkan pikiran anda dan capailah kesadaran.

Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan


potensinya secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari
potensinya yang dimilikinya. Melalui konseling konselor membantu klien
agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.

Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.

 Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami


kenyataan atau realitas.
 Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya

THEORY GESTALT page 2


 Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada
pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to
himself)

Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah


laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed
bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

C. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012).


Individu bermasalah, karena terjadinya pertentangan antara kekuatan “top
dog” dan “under dog”. Top dog adalah posisi kuat yang menuntut,
mangancam sedangkan under dog adalah keadaan membela diri, tidak
berdaya dan pasif. Individu bermasalah karena ketidakmampuan seseorang
dalam mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya karena
disebabkan mengalami kesenjangan antara masa sekarang dan masa yang
akan datang.

D. Model-model pendekatan Gestalt

D.1. Model Pola Hubungan Konselor dengan Konseli

M. A Subandi dalam bukunya (Psikoterapi, hal. 89), Hubungan


antara konselor dan klien adalah sejajar yaitu hubungan antara klien dan
konselor itu adanya /melibatkan dialog dan hubungan antara keduanya.
Pengalaman – pengalaman kesadaran dan persepsi konselor merupakan
inti dari proses konseling.

Menurut Gerald Corey dalam bukunya (Teori dan Praktek


Konseling dan Psikoterapi, hal. 132), hubungan terapis dan klien dalam
praktek terapi Gestalt yang efektif yaitu dengan melibatkan hubungan
pribadi-ke-pribadi antara terapis dan klien. Pengalaman-pengalaman,
kesadaran, dan persepsi-persepsi terapis menjadi laatar belakang,
sementara kesadaran dan reaksi-reaksi klien membentuk bagian muka
proses terapi.

D.2. Model Peran Konselor

Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012).


Dalam pendekatan teori Gestalt ini, peran konselor adalah:

1. Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang


berjalan, serta hambatan terhadap kesadaran.
2. Tugas terapis adalah menantang klien sehingga mereka mau
memanfaatkan indera mereka sepenuhnya dan berhubungan dengan
pesan-pesan tubuh mereka.

THEORY GESTALT page 3


3. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunujk non
verbal.
4. Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong
mereka menjadi sadar akan akibat dari bahasa mereka.

D.3. Model Operasional/Strategi

Dalam buku yang di baca penulis (M. A Subandi dalam bukunya


Psikoterapi dan Menurut Gerald Corey dalam bukunya Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi) dapat di simpulkan bahwa focus utama
konseling adalah bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-
hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Tugas konselor adalah
mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan
mau mencoba menghadapinya, klien bisa diajak untuk memilih dua
alternative, menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri
untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang. Selain
itu konselor diharapkan menghindari diri dari pikiran-pikiran yang abstrak,
keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi, maupun
memberi nasihat.

Konselor sejak awal sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi


matang maupun menyingkirkan hambatan-hambatan yang menyebabkan
klien tidak dapat berdiri sendiri. Konselor membantu klien menghadapi
transisi dari ketergantungannya terhadap factor luar menjadi percaya akan
kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan
membuka ketersesatan atau kebuntuan klien. Pada saat klien mengalami
ketersesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan
dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh
atau gila. Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan
mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang
lebih optimal.

D.4. Model Analisis dan Diagnosis Masalah

Dalam ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012), model


analisis dan diagnosis masalah menurut pendekatan Gestalt adalah:

1. Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi


yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada
klien.
2. Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.
Ada dua hal yang dilakukan konselor yaitu, membangkitkan motivasi
klien dan membangkitkan otonomi klien (menekankan bahwa klien
boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-
alasannya secara bertanggung jawab).
3. Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya
pada saat ini. Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali

THEORY GESTALT page 4


segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi disini dan
saat ini. Klien diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada
konselor.
4. Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyegaran tentang
pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien
memasuki fase akhir konseling. Pada fase ini klein menunjukkan
gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai
individu yang unik dan manusiawi.

D.5. Teknik dalam Pendekatan Gestalt

Dalam ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012), prinsip


kerja teknik konseling Gestalt yaitu:

1. Penekanan tanggung jawab klien. Konselor bersedia membantu klien


tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor menekankan agar
klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
2. Orientasi sekarang dan saat ini. Konselor tidak membangun kembali
(mengulang) masalalu atau motif tidak sadar, tetapi memfokuskan
keadaan sekarang. Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan
sekarang
3. Orientasi kesadaran. Konselor meningkatkan kesadaran klien tentang
diri sendiri dan masalah-masalahnya.

Dalam buku Gerald Corey tahun 1995. Teknik-teknik yang


biasanya dipakai yaitu:

1. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk
mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan
yaitu, kecenderungan top dog (adil, menuntut, dan berlaku
sebagai majikan) dan under dog (korban, bersikap tidak
berdaya, membela diri, dan tak berkuasa). Disini ada
permainan kursi kosong, yaitu klien diharapkan bermain dialog
dengan memerankan top dog maupun under dog sehingga klien
dapat merasakan keduanya dan dapat melihat sudut pandang
dari keduanya.

2. Teknik Pembalikan
Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa
klien terjun ke dalam suatu yang ditakutinya karena dianggap
bisa menimbulkan kecemasan, dan menjalin hubungan dengan
bagian-bagian diri yang telah ditekan atau diingkarinya. Gejala-
gejala dan tingkah laku sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasari. Jadi
konselor bisa meminta klien memainkan peran yang
bertentangan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya
atau pembalikan dari kepribadiannya.

THEORY GESTALT page 5


3. Bermain Proyeksi
Memantulkan pada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya
sendiri tidak mau melihat atau menerimanya.
4. Tetap dengan Perasaan
Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada
perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang ia
sangat ingin menghindarinya. Terapi mendesak klien untuk
tetap atau menahan perasaan yang ia ingin hindari itu.

E. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Gestalt

Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012) dan


buku Gerald Corey (Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, 1995).
Kelebihan dan Kelemahan pendekatan Gestalt adalah:

E.1. Kelebihan

 Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek


masa lampau yang relevan ke saat sekarang.
 Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal
dan pesan-pesan tubuh.
 Terapi Gestalt menolakk mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan
untuk tidak berubah.
 Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan
makna dan penafsiran-penafsiran sendiri.
 Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan
langsung menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.

E.2. Kelemahan

 Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh


 Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang
memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
 Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi
mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
 Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-
teknik Gestalt akan menggunakannya secara mekanis sehingga terapis
sebagai pribadi tetap tersembunyi.
 Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt
karena merasa dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis berpijak pada
kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya sebagai muslihat-
muslihat.

F. Penerapan atau Aplikasi Pendekatan Gesatalt

F.1. Penerapan dalam Terapi Individu dan Kelompok

THEORY GESTALT page 6


Terapi Gestalt bisa diterapkan dengan berbagai cara, baik dalam setting
individual maupun setting kelompok Setting Individu, menurut ringkasan
Gudnanto (Pendekatan Konseling, 2012)

Sebagai contoh, klien adalah seorang ibu yang terlalu keras mendidik anak
perempuannya yang berusia 13 tahun. Aturan keras dari ibu membuat anak
merasa ketakutan, cemas dan trauma bahakan beberapa hari tidak pulang
kerumah yang tanpa sepengetahuan ibunya ternyata anaknya menginap di
rumah nenek. Suaminya yang merasa kecewa dan kewalahan terhadap
sikap istrinya yang keras itu akhirnya meminta cerai. Latar bekang yang
membuat istrinya keras seperti itu adalah didikan dari orang tua sang istri
yang terlalu keras dari kecil sampai remaja. Istri sebenarnya merasa “sakit
hati” dengan perlakuan itu dan sangant dendam. Dan didikan keras itulah
yang diteruskannya kepada putrinya.

Dalam kasus seperti ini, konselor dapat menerapkan teknik permainan


dialog yang didalamnya ada teknik kursi kosong. Klien disuruh untuk
berperan sebagai under dog yang menjadi korban. Klien di arahkan untuk
menjadi sadar akan perbuatannya saat ini bahwa sikapnya yang keras itu
hanya sebagai ungkapan balas dendam yang di teruskan kepada putrinya.
Selain itu, klien bisa disuruh untuk melakukan permainan ulangan.
Mengulang kembali apa yang dialaminya dulu atas sikap kasar orang
tuanya dengan upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan tersebut.

Setting Kelompok, menurut M.A Subandi dalam bukunya (Psikoterapi)

Sebagai contoh, teknik bermain peran di dalam kelompok. Misalnya


seseorang yang merasa khawatir akan apa yang di pikirkan orang lain
terhadapnya, ia kemudian diminta untuk memerankan orang yang
mungkin menilainya itu. Setelah ia memerankan orang yang danggapnya
menilai dirinya, ia di minta untuk mengecek kembali pada orang iti. Tidak
jarang terjadi bahwa apa yang dianggapnya itu tidak nyata. Semua itu
hanya penilaian saja, padahal orang lain tidak menilainya seperti yang
dianggapnya. Dalam setting kelompok seperti ini, biasanya anggota akan
lebih cepat mengenali keyakinan yang kurang rasional yang selama ini
belum pernah dicocokkannya dengan orang lain.

G. Tokoh-tokoh Gestalt

1. Max Wertheimer (1880-1943)


Max Wertheirmer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri
aliran psikologi gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal
15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya dibawah bimbingan
Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1915, ia bekerja di Universitas
Frankfurt dimana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt
yaitu Wolfgang Kohler dan Kurt Kofka.
Bersama-sama dengan Wolfgang Kohler (1887-1967) dan Kurt
Kofka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akirnya menelurkan

THEORY GESTALT page 7


ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di University of Frankfurt
bersama-sama dengan Kohler dan Kofka yang saat itu sudah menjadi
asisten di sana. Konsep pentingnya ialah : Phi Phenomenon, yaitu
bergerak obyek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah
memunculkan dalam waktu singkat dengan demikian memungkinkan
manusia melakukan interprestasi. Wertheimer menunjuk pada proses
interprestasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi
di otak dan sama sekali bukan proses fisik tetapi proses mental
sehingga dapat disimpulkan bahwa dia menantang pendapat Wundt.
Wertheimer di anggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia
melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama
stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak yang diberi suatu alat
untuk dapat melihat kedalam kotak itu. Didalam kotak terdapat duaah
buah garis yang melintang dan yang satu tegak, dan diperlihatkan
terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak gari
tegak melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena
sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan
secara bergantian.
Pada tahun 1923, Wertheirmer mengemukakan hukum-hukum
Gestalt dalam bukunya yang berjudul “investigation of gestalt
theory”. Hukum-hukum tersebut ialah:
a. Hukum Kedekatan (Law Of Proximity)
b. Hukum Ketertutupan (Law Of Closure)
c. Hukuim Kesamaan (Law of Equivalence)

2. Kurt Koffka (1886-1941)


Kofka lahir di Berlin pada tanggal 18 Maret 1886. Karirnya dalam
psikologi di mulai sejak dia diberi gelar Doktor oleh Unversitas Berlin
pada tahun 1908, pada tahun 1910, ia bertemu dengan Werheimer dan
Kohler, bersama kedua orang ini Kofka mendirikanaliran psikologi
Gestalt di Berlin. Sumbangn Kofka pada psikologi ialah penyajian
sistematis dan pengalaman dari prinsip-prinsip Gestalt dalam
rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai
pada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Kofka tentang
belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar didasarkan paa
anggapan bahwa belajar dapat di terangkan dengan prinsip-prinsip
psikologi gestalt.
Teori Kofka tentang belajar antara lain:
a. Jejak ingat (memory trances), adalah suatu pengalaman yang
membekas diotak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan
secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan
muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang
serupa dengan jejak-jejak ingtan ini.
b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan.
c. Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan
penyebab terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut
cenderung diperhalus dan di sempurnakan untuk mendapat
Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.

THEORY GESTALT page 8


d. Latihan terus menerus akan memperkuat jejak ingatan

3. Wolfgang Kohler (1887-1967)


Kohler lahir di Reval,Estonia pada tanggal 221 januari 1887.
Kohler mendapatkan gelah Ph.D pada tahun 1908 dibawah bimbingan
C.Stumpf di Berlin, ia pergi ke frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten
dari F.Schumman, ia bertemu deng Wertheirmer dan Koffka. Kohler
berkarir pada tahun 1913 – 1920, ia bekerja sebagai direktur stasiun
“Antrophoid” dari akademi ilmu-ilmu Persia di Teneriffe, dimana
pernah melakukan penyelidikan terhadap inteligensi kera.
Hasil kajiannya ditulis dalam buku bertajuk “The Mentaly Of Apes
(1925) Eksperimennya adalah:seekor simpase diletahkan di dalam
sangkar. Pisang digantung diatas sangkar. Didalam sangkar terdapat di
kotak berlainan jenis. Mula-mula hewantersebut lompat untuk
mendapatkan pisang itu namun tidak berhasil, simpase itu berhenti
sejenak, seolah-olah memikirkan cara untuk mencari cara untuk
mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu mendapat suati ide dan
kemudian menyusun kotak-kotak tersebut yang telah disediakan untuk
dijadikan tanggadan memanjatnya untuk mendapatkan pisang.
Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah
atau problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kognitif, dan ini
akan berlangsungb sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu,
menurut Gestalt apabila terjadi ketidakseimbangan kognitif, hal ini
akan medorong organisme menuju keseimbangan. Pada ksperimennya
Kohler sampai pada kesimpulan bahhwa organism dalam hal ini
simpanse dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh
dengan pengertian atau deng insight.

4. Kurt Lewin (1890-1947)


Lewin lahir di jerman, lulus Ph.D lulus dari Universitas Berlin
dalam bidang psikologi tahun 1914. Ia banyak terlibat dalam
pemikiran Gestalt, yaitu Wertheimer dan Kohler dan mengambil
psikological field juga dari Gestalt. Pada saat Hitler berkuasa lewin
meninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya di Amerika Serikat,
ia menjadi Professor di Cornell Univercity dan menjadi Director Of
The Researtch Center Instite Of Technologi (MIT) hingga akir
hayatnya di usia 56 tahun.
Mula-mula Lewin tertarik pada paham Gestalt, tetapi kemudian ia
mengkritik theory Gestalt karena dianggapnya tidak Adekuat. Lewin
kurang setuju dengan pendekatan Aristotelian yang mementingkan
struktur dan isi kejala kejiwaan. Ia lebih kearah kejiwaan pendekatan
Galilean, yaitu yang mementingkan fungsi kejiwaan. Konsep utama
Lewin adalah Life Space, yaitu lapangan psikologis tepat induvidu
berada dan bergerak. Lapangan psikologi ini terdiri dari fakta dan
obyek psikologis yang bermakna dan menentukan induvidu (B=FL)

THEORY GESTALT page 9


Tugas utama psikologi adlah meramalkan perilaku induvidu
berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan
psokologisnya pada waktu tertentu. Life Space terbagi atas bagian-
bagian yang memiliki batas-batas. Batas ini dapat dipahami sebagai
sebuah hambatan induvidu untuk mencapai tujuannya. Gerakan
induvidu mencapi tujuan (goal) disebut locomotion. Dalam lapangan
psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong
induvidu mendekati atau menjauhi tujuan. Apabila tidak terjadi
keseimangan (disequilibrium), maka terjadi ketegangan.
Salah satu teori Lewin yang bersifat praktis adalah konfli. Akibat
adanya vector-vector yang saling bertentangan dan tarik-menarik,
maka seseorang dalam suatu lapangan psikologi tertentu dapat
mengalami konflik (pertentangan batin) yang jika tidak segera
diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan.
Berdasarkan kepada vector yang saling bertentangan itu. Lewin
membagi konflik dalam 3 jenis :
a. konflik mendekat-dekat (Approach-Approach Conflict)
konflik ini terjadi jika seseorang menghadapi dua obyek yang
sama-sama bernilai positif.
b. konflik menjauh-jauh (Avoidance-Avoidance conflict)
konflik ini terjadi kalau seseorang berhadapan dengan dua obyek
yang sama-sama mempunyai nilai egative tetapi ia tidak bisa
menghindari dua obyek sekaligua.
c. konflik mendekat-menjauh (approach-Avoidance conflict)
konflik ini terjadi jika ada satu obyek yang mempunyi nili positif
dan nilai negatif sekaligus.

H. Kasus Menurut Teori Gestalt

Seorang remaja perempuan duduk diibangku kuliah, bermur 20


tahun, berinisial P memiliki konflik dalam memilih keputusan untuk masa
depannya. P adalah anak biasa melakukan semuan hal sendiri. Masa
kecilnya, P dikenal dengan anak yang sangat manja. Diumurnya sekarang,
P mengakui bahwa ia belum seluruhnya mandiri akan hidupnya. Walaupun
ia sudah ditinggalkan ibu dan ayah yang tidak tahu keberadaanya. Ia
belum bisa memikirkan pekerjaan untuk masa depan, ia menginginkan
setelah lulus srajana melanjutkan S2. Meski orang tua tidak ada disisinya
namun P masih memiliki abang yang mengurusi segala investasi dari
oorang tuanya. P memiliki masalah vawaha ia tudak sanggup mengatakan
keinginan untuk melanjutkan S2 dan meminta abangnya untuk menjul
sedikit aset yang ditinggalkan orang tuanya untuk biaya kuliah kelak.
Karena, sebelumnnya abang juga pernah menjual aset tersebut dengan
mengatas namakan P, padahal abangnya menggunakan untuk keperluan
pribadi. Jadi kali ini P ignin merealisasikan pendidikan S2nya.p merasa
bahwa permintaanya tu tidaklah berat, karena ia berfikir bahwa ia masih

THEORY GESTALT page 10


sanggup dan memiliki biaya untuk hal itu. Namun, bagaiman P seharusnya
bertindak?

ANALISI KASUS

Menggunakan pendekatan gestalt seperti kasus diatas, konselor


dapat meberapkan teknik pembalikan. Teknik pembalikan maksudnya
adalah konseli terjun kedalam suatu yang ditakutinya karena dianggap bisa
menimbulkan kecemasan, dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian
diri yang telah ditekan atau dilingkarinya. Gejala gejala dan tinggakh laku
seringkali mempresentasikan pembalikan dari dorongan – dorongan yang
mendasari. Jadi konselor bisa meminta klien memainkan peran yang
bertentangan dengan perasaan perasaan yang dikjeluhkannya atau
pembalikan dari kepribadiannya. Seperti halnya P yang takut dan
raguuntuk mengungkapkan keinginannya kepada abangnya untuk
melanjutkan S2 dan meminta abangnya untuk menjual sedkit aset ayang
ditinggalkan oleh orang tua mereka untuk biaya kuliahnnya nanti. Karena
P sangat menginginkan setelah lulus sarjana natin P ingin melanjutkan S2.
Disini konselor perlu membawa konseling untung masuk kedalam suatu
yang ditakutinya itu. Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan
konseling untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan
kondisi konseling. P tidak perlu takut untuk mengatakan keinginannya
kepada abangnya tersebut, dan konselor pelu meyakinkan konseling
bahwa permintaannya itu akan di kbulokan oleh abangnya, dengan satu hal
yang perlu diingat P harus bertanggung jawab dengan apa yang telah
menjadi keputusannya itu kepada abangnya. Walaupun P belum bisa
memikirkan pekerjaan untuk masa depannya. Ada dua Hal yang di
lakukan konselor yaitu, membangkitkan motifasi P sekaligus meyakinkan
P bahwa permintaanya akan di kabulkan oleh sang abang, dan
membangkitkan otonomi P (menekankan bahwa P harus mengemukakan
alasan alaannya secara bertanggung jawab kepada konseling bahwa P
ingin melanjutkan S2 dengan sungguh-sungguh). Setelah P memperoleh
pemahaman dan penyegaran tentang penyegaran,perasaan dan tingkah
lakunya , konselor mengantarkan P memasuki fase akir konseling. Pada
fase ini P menunjukan gejala-gejala yang mengindikasikan intergritas
kepribadiannya sebagai induvidu yang unik dan manusiawi.

Sehingga dalam kasus ini, sebenarnya tujuan utama dari konseling


Gestalt aalah membantu P agar berani menghadapi berbagai rintangan
maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna
bahwa P harus menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak
untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Individu yang bermasalah
pada umunya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan

THEORY GESTALT page 11


baru memanfaatkan sebagian dari potensi yang dimilikinya. Melalui
konseling, konselor membantu P agar potensi yang baru dimanfaatkan
sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal. Dimana
pendekatan yang sangat memperhatikan kemampuan organisme untuk
berkembang dan menentukan tujuannya adalah pendekatan Gestalt.
Pendekatan Gestalt lebih menekankan pada apa yang terjadi saat ini dan
disini, dan proses yang berlangsung, bukan pada masalalu atau masa
depan. Sehingga P dapat mengatakan keinginannya itu kepada abangnya
dengan sungguh-sungguh. Bahwa keinginannya saat ini dapat
mempersiapkan dirinya untuk S2. Yang penting dalam pendekatan ini
adalah kesadaran saat ini dalam pengalaman seseorang.

THEORY GESTALT page 12


DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Hartono.soedarmadji,boy.2012.Psokologi Konseling.Jakarta:Kencana Prenada


Media Group

Notoatmodji.Soekidjo.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta:Rineka


Cipta

INTERNET:

TEORI DAN TEHNIK KONSELING “PENDEKATAN GESTALT diakses pada


04 november 2015 dari https://binham.wordpress.com/2012/05/22/teori-
dan-teknik-konseling-pendekatan-gestalt/

CONTOH KASUS PSIKOLOGI KESEHATAN BESERTA CONTOH KASUS


diakses pada 04 November 2015 dari
https://gonare.wordpres.com/2013/09/07/contoh-kasus-psikologi-kesehatan-
beserta-analisis-kasus/

MAKALAH TEORI GESTALT diakses pada 04 November 2015 dari


http://hanyasa.blogspot.co.id/2011/12/makalah-teori-gestalt.html

THEORY GESTALT page 13

Anda mungkin juga menyukai