Pengertian
Istithaah Kesehatan Haji adalah Kemampuan jamaah haji dari aspek kesehatan yang
meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat dipertanggung
jawabkan sehingga jamaah haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntutan agama
islam.
Pembinaan kesehatan haji diselenggarakan dalam bentuk pembimbingan kesehatan,
penyuluhan, konseling, pemberian brosur dan poster kepada Jemaah haji, deteksi
dini, serta upaya lainnya yang bersifat promotif dan preventif.
B. Tujuan
Tujuan umum
Meningkatnya kondisi kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia serta terbebasnya
masyarakat Indonesia/ Internasional dari transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar/ masuk oleh calon/ jemaah haji Indonesia
Tujuan Khusus
a. Terindentifikasinya calon jemaah haji yang memenuhi persyaratan kesehatan untuk
ibadah haji.
b. Terbinanya kondisi kesehatan calon jemaah haji dan kemandirian pemeliharaan
kesehatan.
c. Tersedianya petugas kesehatan haji yang berpengetahuan, terampil, berdedikasi dan
profesional disetiap jenjang pelayanan kesehatan haji.
d. Meningkatnya surveilans, sistem kewaspadaan dini dan respon KLB.
e. Terwujudnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi penanggulangan bencana dan
musibah masal pada jemaah haji Indonesia.
f. Tersedianya data/ informasi cepat, tepat, terpercaya dan diseminasi informasi
kesehatan haji.
g. Terbinanya kerjasama dan kemitraan lintas program, sektor, bilateral dan
multilateral tentang kesehatan haji.
h. Tersedianya obat dan alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
i. Menurunnya angka kunjungan sakit dan angka kematian jemaah haji di Arab Saudi.
C. Dasar Hukum
Terdapat dua Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) yang telah ditetapkan pada
tahun anggaran 2016, yaitu:
- Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji;
- Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Jemaah
Haji.
E. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan kesehatan haji Indonesia adalah seluruh calon/ jemaah haji
sejak terdaftar di daerah asal, di perjalanan, selama di Arab Saudi dan 14 hari setelah
kembali dari Arab Saudi, pengelola kesehatan haji, tenaga kesehatan, instansi
pemerintah di semua jenjang administrasi yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan haji, dan petugas kesehatan haji (Tim Kesehatan Haji Indonesia dan
Panitia Penyelenggaran Ibadah Haji di Arab Saudi bidang kesehatan)
Jemaah Haji selama menjalankan ibadah haji mendapat pendampingan petugas
kesehatan yang menyertai di kloter terdiri dari petugas 1 dokter dan dua para medis
serta petugas Non Kloter Kesehatan atau Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Arab Saudi. Pada Tahun 2016 ini, Petugas Kesehatan Haji Indonesia di Arab Saudi
dibagi atas Tim Promotif dan Preventif (TPP), TGC (Tim Gerak Cepat), TKR (Tim
Kuratif & Rehabilitatif) dan TPK (Tenaga Pendamping Kesehatan).
a. Konseling.
Konseling merupakan komunikasi dua arah. Konseling dilaksanakan oleh petugas
kesehatan berupa pemberian nasehat dan informasi terkait penyakit yang diderita oleh
jemaah haji. Konseling dilakukan di puskesmas atau rumah sakit oleh tenaga kesehatan.
Salah satu tujuan konseling adalah mengendalikan faktor risiko penyakit yang terdapat
pada jemaah haji sehingga jemaah haji menyadari faktor-faktor risiko yang ada pada
dirinya dan ikut berperan aktif menjaga kesehatannya.
b. Latihan Kebugaran.
Jalan Sehat
Senam Lansia
Aklimatisasi
c. Pemanfaatan Posbindu.
Jemaah haji dapat mengikuti program Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) yang
dibentuk oleh masyarakat dan dibina oleh Puskesmas. Posbindu akan memberikan
pembinaan kesehatan, mengontrol tekanan darah, test gula darah, lingkar perut, berat
badan, tinggi badan dan Index Massa Tubuh. Jemaah haji akan dipantau kondisi
kesehatannya secara berkala.
d. Kunjungan rumah.