PENDAHULUAN
Nifas merupakan periode mulai dari enam jam sampai dengan 42 hari
pasca persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas dilakukan sesuai standar
yang dilakukan minimal 3 kali kunjungan. Adapun jadwal kunjungan yang
dilakukan adalah pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, hari ke –
4 sampai dengan hari ke 28, serta hari ke 29 sampai dengan hari ke 42
sesudah melahirkan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Masa nifas atau
masa puerperium ini dimulai dari 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu atau 42 hari setelah itu. Angka kematian ibu pada 24 jam
pertama terjadi sekitar 50%. Hal ini memerlukan perhatian khusus dengan
memberikan pelayanan yang prima dan berkualitas kepada ibu setelah
melahirkan untuk memenuhi kebutuhan ibu dn bayi (Rini, 2016).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika
dibandingkan dengan negara–negara tetangga di Kawasan ASEAN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2013). Data dari
Kementerian Kesehatan RI 2016, selama periode 2010 – 2013 sebagian besar
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Pada tahun 2013 angka kematian
yang disebabkan karena perdarahan adalah 30,3 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan angka kematian ibu yang disebabkan oleh hipertensi sebesar 27,1
per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian ibu yang disebabkan karena
infeksi sebesar 7,3 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga menuntut tenaga
kesehatan untuk berperan besar terhadap penanganan penyebab kematian
tersebut. AKI juga dapat disebabkan karena komplikasi persalinan pada masa
nifas atau masa nifas yang tidak terkontrol oleh penolong persalinan menurut
data dari Kementerian Kesehatan RI 2016. Hal ini dapat dilihat dari
perbedaan angka cakupan kunjungan nifas (KF3) dengan persalinan oleh
tenaga kesehatan selama periode 2008 – 2013. Angka cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan pada yang didapatkan pada tahun 2013 mencapai
90,88%, sedangkan angka cakupan kunjungan nifas (KF3) hanya sebesar
86,64% (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2016, angka
kematian ibu di Jawa Timur cenderung mengalami penurunan pada tiga tahun
terakhir selama periode 2010 – 2016, tetapi pada tahun 2016 AKI kembali
mengalami peningkatan yaitu sebesar 91 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 89,6 per
100.000 kelahiran hidup. Penyebab tertinggi AKI pada tahun 2016 adalah
preeklamsi / eklamsi yaitu sebesar 30,90% atau sebanyak 165 orang.
Sedangkan penyebab AKI terkecil adalah infeksi sebesar 4,87% atau
sebanyak 26 orang. Penurunan AKI harus tetap diupayakan. Penyebab
1
2
tingginya angka kematian ibu selama masa nifas yaitu preeklamsi / eklamsi
dan penyebab lain juga harus ditekan untuk mewujudkan penurunan AKI di
Jawa Timur (Dinkes Provinsi Jatim, 2017)
Berdasarkan studi pendahuluan di PMB Sri Sulami, S.Tr. Keb di
Boreng Kedung Kandang pada bulan Agustus 2017 sampai dengan Agustus
2018 menjelaskan bahwa terdapat 234 ibu postpartum dengan tingkat
kunjungan pertama atau KF1, kunjungan kedua atau KF2 dankunjungan
ketiga atau KF3 sebesar 100%, kunjungan keempat atau KF4 sebesar 90%.
Komplikasi yang terjadi selama masa nifas disebabkan karena perdarahan
yang terjadi sebelum 24 jam pertama yaitu sebanyak 10 ibu postpartum, hal
ini disebabkan karena budaya tarak makan yang masih ada di wilayah
tersebut, kebiasaan menahan BAK dan BAB, serta kurangnya mobilisasi ibu
nifas. Adapun atonia uteri menjadi penyebab lain terjadinya komplikasi yaitu
sebanyak 2 ibu postpartum. Masalah lain yang terjadi yaitu puting lecet
sebanyak 12 orang dikarenakan kurangnya praktik ibu tentang cara menyusui
yang baik dan benar yang telah diajarkan oleh bidan, sedangkan ibu nifas
dengan masalah hemorroid dan luka jahitan yang tidak segera kering
sebanyak 22 orang dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang
kebutuhan nutrisi pada masa nifas dan adanya budaya pantang makan yang
masih melekat diwilayah tersebut. Adapun asuhan selama masa nifas yang
diberikan oleh PMB Sri Sulami S.Tr.Keb, adalah mencegah perdarahan,
melakukan pemberian ASI awal setelah IMD, mencegah hipotermia,
melakukukan perawatan tali pusat, mengajarkan cara menyusui dengan benar,
mengajarkan perawatan payudara, mengajarkan senam nifas serta
memberikan konseling tentang kontrasepsi.
Pemberian asuhan selama masa nifas yang sesuai dapat mencegah
terjadinya komplikasi serta kematian pada ibu. Untuk mendukung penurunan
AKI selama masa nifas diperlukan kerjasama dengan ibu nifas dan keluarga
untuk tepat waktu melakukan kunjungan nifas ke tenaga kesehatan. Bidan
berkontribusi besar terhadap penurunan AKI yang terjadi di Indonesia.
Asuhan komprehensif menunjukkan asuhan yang diberikan sesuai serta aman
bagi ibu nifas dengan ketrampilan yang baik. Berdasarkan data yang
diperoleh di atas, jumlah ibu nifas dalam kunjungan nifas tergolong tinggi
serta masih tingginya komplikasi yang terjadi pada ibu nifas. Dalam hal ini
dapat dilakukan asuhan kebidanan masa nifas fisiologi serta pencegahan
komplikasi masa nifas agar tidak terjadi peningkatan AKI di Kabupaten
Malang terutama di PMB Sri Sulami, S.Tr. Keb. Melihat kejadian tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan dalam masa nifas
fisiologis dengan menggunakan metode pendekatan manajemen kebidanan di
PMB Sri Sulami, S.Tr.Keb di Desa Boreng, Kecamatan Kedungkandang
Kabupaten Malang.
3
1.3 Tujuan
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada ibu nifas
b. Menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan pada ibu nifas
c. Menentukan diagnosa dan masalah potensial yang sesuai pada ibu nifas
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada ibu nifas,
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas,
f. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas,
g. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu
nifas, dan
h. Mendokumentasikan temuan dan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada ibu nifas.
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Postpartum
Diameter Palpasi
Waktu TFU Bobot Uterus
Uterus Serviks
Akhir Setinggi 900 – 1000
12,5 cm Lembut/lunak
persalinan pusat gram
Akhir 1
/2 pusat 450 – 500
minggu ke – 7,5 cm 2 cm
symphisis gram
1
Akhir
Tidak
minggu ke – 200 gram 5 cm 1 cm
teraba
2
Akhir
minggu ke – Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
6
Sumber : Yetti Anggraeni, 2010. Asuhan Kebidanan Masa
Nifas, Pustaka Rihama, halaman 37.
9
e) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya, seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.2 Jenis – jenis Lochea
2) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama – sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu pasca melahirkan, serviks menutup
(Anggraeni, 2010).
3) Vulva dan Vagina
Penurunan estrogen menyebabkan penipisan mukosa
vagina, dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali sekitar
minggu ke – 4 postpartum (Dewi dan Sunarsih, 2012).
10
4) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (Anggraeni,
2010).
5) Ovarium dan tuba fallopi
Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan
progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal
balik dari siekulasi menstruasi. Pada saat ini dimulai kembali
peroses ovulasi sehingga wanita bisa hamil kembali (Bahiyatun,
2009).
e. Perubahan Endokrin
Menurut Sulistyawati (2015), Selama proses kehamilan dan
persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon
yang berperan pada proses tersebut antara lain :
1) Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan
sebagai onset pemenuhan mamae pahari ke-3 postpartum.
2) Hormon Pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH dan
LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita
tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon
prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi ASI. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
3) Hypotalamik Pituitary Ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan memengaruhi lamanya
seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh factor
menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi
karena rendahnya kadar esterogen dan progesterone.
4) Kadar Esterogen
Setelah persalinan,terjadi penurunan kadar esterogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolactin yang juga sedang meningkat
dapat memengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan ASI.
4) Tekanan Darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90 –
120 mmHg dan diastolik antara 60 – 80 mmHg. Pada kasus
normal, setelah melahirkan biasanya tekanan darah tidak berubah.
h. Perubahan Hematologi
Selama minggu – minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen
dan plasma serta faktor – faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari
pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
menigkatkan faktor pembekuan darah. Leukosit meningkat dimana sel
darah putih mencapai 15000 selama persalinan akan tetapi tinggi pada
hari pertama dari masa postpartum. Jumlah hemoglobin, hematokrit dn
eritrosit akan sangat bervariasi pada awal – awal masa postpartum
sebagai akibat dari volume darah yaitu volume plasenta dan tingkat
volume darah yang berubah – ubah. Penurunan volume dan
peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3 – 7 postpartum
dan akan kembali normal dalam 4 – 5 minggu postpartum (Anggraeni,
2010).
4) Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi dengan
dosis 60 mg setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
5) Kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam
setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya.
b. Ambulasi
Karena lelah setelah melahirkan, ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring –
miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan –
jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas
mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan
sembuhnya luka – luka (Anggraeni, 2010).
c. Eliminasi
1) Miksi
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat pada 24-28 jam
pertama sampai sekitar hari ke 5 setelah melahirkan. Dalam 6 jam
pertama postpartum, pasien sudah harus dapat buang air kecil.
Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka
dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan,misalnya
infeksi. Biasanya, pasien menahan air kencing karena takut akan
merasakan sakit pada luka jalan lahir. Bidan harus dapat
meyakinkan pada pasien bahwa kencing sesegera mungkin setelah
melahirkan akan mengurangi komplikasi postpartum.
2) Defekasi
Dalam 24 jam pertama,pasien juga sudah harus dapat buang
air besar karena semakin lama feses tertahan dlam usus maka akan
semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar. Feses
yang tertahan dalam usus semakin lama akan mengeras karena
cairan yang terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh usus.
Bidan harus dapat meyakinkan pasien untuk tidak takut untuk
buang air besar karena buang air besar tidak akan menamba parah
luka jalan lahir. Untuk meningkatkan volume feses,anjurkan pasien
untuk makan tinggi serat dan banyak minum air putih
(Sulistyawati, 2015).
e. Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas
untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan
untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang
cukup sebagai persiapan untuk energy menyusui bayinya nanti
(Sulistyawati, 2015).
f. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang
melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati,
2015).
g. Pemilihan KB
Menurut Dewi dan Sunarsih (2012), tujuan dari kontrasepsi
adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Adapun jenis – jenis alat kontrasepsi adalah sebagai berikut :
1) Metode Amenorhea Laktasi (Mal)
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
ASI. MAL dapat dikatakan sebagai kontrasepsi bila terdapat
keadaan – keadaan berikut :
a) Menyusui secara penuh, tanpa susu formula dan makanan
pendamping.
b) Belum haid sejak masa nifas selesai.
c) Umur bayi kurang dari 6 bulan.
19
h. Senam Nifas
Menurut Anggraeni (2010), ibu post partum dianjurkan untuk
melakukan senam nifas agar fungsi tubuh cepat kembali ke keadaan
sebelum hamil. Selain itu dapat mencegah tubuh ibu dari keadaan yang
tidak diinginkan seperti perdarahan masa nifas dan tromboplebitis.
i. Perawatan Payudara
Tujuan dari perawatan payudara adalah untuk merawat payudara
agar tidak terjadi pembengkakan dan bendungan ASI. Selain itu juga
digunakan untuk memperlancar produksi ASI (Anggraeni, 2010).
a. Hipotermi
Hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun
suhu normal adalah 36,5°C – 37,5°C.
b. Infeksi
Merupakan suatu infeksi bakteri berat yang menyebar keseluruh tubuh
bayi. Penyebabnya adalah ketuban pecah sebelum waktunya dan
perdarahan atau infeksi pada ibu.
c. Asfiksia
Merupakan keadaan bayi tidak bisa bernafas dengan spontan dan teratur
karena disebabkan oleh bayi prematur, mekonium dalam ketuban,
kelainan kongenital pada bayi.
d. Ikterus
Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang terlihat pada sklera, selaput lendir,
kulit, atau organ lain akibat penumpukan bilirubbin. Keadaan ini
merupakan penyakit darah (Marmi dan Rahardjo, 2015).
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan
lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati & Wulandari,
2010).
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Bagaimana keadaan kesehatan klien saat ini, apakah klien
menderita penyakit tertentu : penyakit TBC, penyakit kusta, penyakit
menurun (DM, HT, asma, dll) (Anggraeni, 2010).
4) Riwayat kesehatan yang lalu
Data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan ada
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, diabetes,
hipertensi, asma.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan
bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertai
(Ambarwati & Wulandari, 2010).
6) Riwayat Haid
Ditanyakan kapan pertama kali klien mendapat haid
(menarche), apakah haidnya teratur atau tidak, berapa hari siklus
haidnya, berapa lama haidnya, berapa banyak darah haid yang keluar
selama haid, bagaimana warna darah haidnya, bagaimana baunya dan
konsistensinya. Juga ditanyakan keluhan apa saja yang dialami klien
saat haid. Apakah ibu mengalami disminhore dan fluor albus
(Anggraeni, 2010).
7) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
a) Riwayat Kehamilan
Untuk mengetahui apakah selama kehamilan pernah ada
penyulit atau gangguan serta masalah – masalah yang
mempengaruhi masa nifas.
b) Riwayat Persalinan
Data ini perlu ditanyakan karena riwayat persalinan dapat
mempengaruhi masa nifas ibu, misalnya saat persalinan terjadi
retensio plasenta, perdarahan, preeklampsia atau eklampsia. Selain
itu yang perlu ditanyakan adalah tanggal persalinan, jenis
persalinan, jenis kelamin pada anak, keadaan bayi meliputi PBL,
BBL, penolong persalinan untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh
pada masa nifas saat ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c) Riwayat Nifas
Apakah ibu pernah mengalami pusing berlebihan, kaki
bengkak, lemas, perdarahan atau masalah – masalah lain yang
dapat mempengaruhi masa nifas selajutnya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
32
8) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas.
9) Pola Kebiasaan Sehari-hari selama Hamil dan saat Nifas.
a) Nutrisi
Kebutuhan energi ibu nifas atau menyusui pada 6 bulan
pertama kira-kira 700 kkal/hari dan enam bulan kedua 500
kkal/hari sedangan ibu menyusui bayi berumur 2 tahun rata-rata
sebesar 400 kkal/hari (Ambarwati & Wulandari, 2010).
b) Eliminasi
BAK : ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam
postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih melebihi 100cc, maka
dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung
kmih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
BAB : ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar
(defekasi) setelah hari ke-2 postpartum. Jika hari ke-3
belum juga buang air besar,maka perlu diberikan obat
pencahar peroral atau per rektal. Jika setelah pemberian
obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan
klisma (huknah) (Saleha, 2009).
c) Istirahat
Menganjurkan ibu istirahat cukup untuk menceah
kelelahan. Sarankan ibu untuk kembali melakukan kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau
beristirahat selama bayi tidur. Ibu mengatur kegiatan rumahnya
sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang hari
kira-kira 2 jam dan malam hari 7-8 jam. Kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi
jumlah ASI, memperlambat involusi uteri dan memperbanyak
perdarahan, dan mengakibatkan depresi (Widyasih,dkk. 2012).
d) Personal Hygiene
Dikaji untuk mngetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada
masa nifas masih mengeluarkan lokia. Mandi minimal 2x/hari,
gosok gigi minimal 2x/hari, ganti pembalut setiap kali penuh atau
sudah lembab (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah
sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 6-8 minggu postpartum
(Dewi & Sunarsih, 2012).
10) Data psikososial
a) Fase Taking In
33
b. Data Obyektif
1) Ibu
a) Pemeriksaan Umum
(1) Kesadaran umum : baik/cukup/lemah
(2) Kesadaran
:composmentis/apatis/delirium/somn
olens /koma
(3) Tekanan Darah : 90/60 – 140/90 mmHg (normal)
(4) Suhu : 36,5 -37,50 C (normal)
(5) Nadi : 60-80 kali/menit (normal)
(6) Pernapasan : frekuensi 16-24 kali/menit (normal)
b) Pemeriksaan Fisik
(1) Inspeksi
Kepala : kulit kepala dan rambut bersih/tidak,
rambut rontok/tidak
Muka : apakah ada oedema pada wajah, adakah
cloasma gravidarum.
Mata : konjungtiva anemis (pucat) menunjukkan
adanya anemia karena kekurangan
protein dan Fe sebagai sumber
pembentukan eritrosit.
Hidung : hidung bersih/tidak, ada/tidak ada secret;
keberadaan secret dapat mengganggu
jalan nafas.
Mulut dan gigi : gigi berlubang/ tidak, gigi yang
berlubang dapat menjadi port de entry
34
(4) Perkusi
Reflek patela ada / tidak.
c) Pemeriksaan penunjang
Apabila ada indikasi infeksi yang memerlukan pemeriksaan
penunjang (Anggraeni, 2010).
(1) Hemoglobin, hematokrit, leukosit.
(2) Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
2) Bayi
Keadaan umum: Untuk mengetahui kedaan umum bayi.
Kesadaran : Kesadaran penderita meliputi tingkat kesadaran
(sadar penuh, apatis, gelisah, koma) , gerakan
ekstrim, dan ketegangan otot (Saifuddin, 2010).
Nadi : Normalnya 120-160 denyut per menit;
bervariasi ketika tidur atau menangis dari 100-
180 denyut per menit (Varney, 2007).
Denyut jantung normal 130-160 kali/menit
(Sondakh, 2013).
Pernapasan : Normalnya 30-60 kali/menit; pernapasan
diafragma disertai gerakan dinding abdomen
(Varney, 2007).
Pernapasan normal 40-60 kali/menit (Sondakh,
2013).
36
(Tando, 2016).
a. Ibu
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosis interpretasi yang benar atas data – data yang telah
dikumpulkan. Diagnosis, masalah, serta kebutuhan ibu nifas tergantung
dari hasil pengkajian terhadap ibu (Dewi dan Sunarsih, 2012).
Diagnosa : P.......Ab......nifas normal hari ke 1 / 2 jam
Data Subyektif : Data subyektif yang mendukung diagnosa tersebut,
seperti ibu mengatakan telah melahirkan anak ke....
38
b. Bayi
1) Hipotermi
Data Subjektif: ibu mengatakan tubuh bayi terasa dingin
Data Objektif : suhu tubuh bayi dibawah normal (36,5°C – 37,5°C),
bayi nampak menggigil (Marmi dan Rahardjo,
2015).
2) Infeksi
41
2.3.5 Intervensi
2.3.6 Implementasi
2.3.7 Evaluasi
a. Ibu
1) Data Subjektif
Menurut Anggraeni (2010), menanyakan apakah uterus berkontraksi
dengan baik yang ditandai dengan perutnya yang mules, perdarahan
yang keluar berbau dan bernanah atau tidak.
2) Data Objektif
Menurut KIA (2016), adapun data objektif yang diperhatikan adalah :
a) Keadaan umum ibu
b) Tekanan darah, suhu tubuh, respirasi, dan nadi
c) Jumlah perdarahan
d) Kondisi perineum (apakah terdapat jahitan episiotomi atau tidak)
e) Tanda infeksi
f) Kontraksi uterus keras
g) TFU setengah pusat – symphisis
h) Lochea sanginolenta (merah kecoklatan dan berlendir)
3) Analisa
P.......Ab......nifas normal hari ke 6
4) Penatalaksanaan
a) Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
R : kontraksi uterus yang baik dapat membuat uterus berinvolusi
dengan baik, hal ini dapat mencegah terjadinya perdarahan.
Perdarahan abnormal dan berbau menandakan adanya infeksi
pada ibu.
b) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
R : dengan melihat tanda – tanda infeksi yaitu suhu meningkat
lebih dari 39°C, tekanan darah menurun dan nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah
sampai koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea bau dan
keluar nanah, dapat segera dilakukan penanganan pada ibu.
c) Mengajarkan senam nifas lanjutan
R :untuk mengembalikan otot – otot pada tubuh yang telah
meregang saat persalinan kembali kepada keadaan sebelum
hamil.
Masalah :
a) Gangugan pola tidur
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan kebidanan, ibu dapat
beristirahat dengan cukup.
KH :Ibu dapat beristirahat 6 – 8 jam perhari.
Intervensi :
46
b. Bayi
1) Data subjektif
Menanyakan kepada ibu tentang keseluruhan kesehatan bayi.
Menanyakan apakah ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan benar
dan apakah ada kesulitan selama memberikan ASI atau tidak.
2) Data objektif
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
49
a. Ibu
1) Data Subjektif
Menurut Anggraeni (2010), menanyakan apakah terjadi perdarahan
pada ibu, apakah kondisi ibu baik atau tidak, menanyakan pola nutrisi
dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda – tanda infeksi.
2) Data Objektif
Menurut KIA (2016), adapun data objektif yang diperhatikan adalah :
a) Keadaan umum ibu composmentis
b) Tekanan darah, suhu tubuh, respirasi, dan nadi
50
c) Jumlah perdarahan
d) Kondisi perineum (apakah terdapat jahitan episiotomi atau tidak)
e) Tanda infeksi
f) Kontraksi uterus baik
g) TFU tidak teraba
h) Lochea serosa (kuning kecoklatan)
3) Analisa
P.......Ab......nifas normal hari ke 14
4) Penatalaksanaan
a) Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
R : kontraksi uterus yang baik dapat membuat uterus berinvolusi
dengan baik, hal ini dapat mencegah terjadinya perdarahan.
Perdarahan abnormal dan berbau menandakan adanya infeksi
pada ibu.
b) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
R : dengan melihat tanda – tanda infeksi yaitu suhu meningkat
lebih dari 39°C, tekanan darah menurun dan nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah
sampai koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea bau dan
keluar nanah, dapat segera dilakukan penanganan pada ibu.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
R : nutrisi yang baik dan cairan yang cukup serta istirahat yang
baik dapat mempercepat proses involusi uteri berjalan dengan
lancar, serta dapat mencegah masalah – masalah yang terjadi
pada ibu baik fisik maupun psikis.
d) Mengajarkan senam nifas lanjutan
R :untuk mengembalikan otot – otot pada tubuh yang telah
meregang saat persalinan kembali kepada keadaan sebelum
hamil.
5) Evaluasi
Tanggal :
Pukul :
b. Bayi
1) Data subjektif
Menanyakan kepada ibu tentang keseluruhan kesehatan bayi.
Menanyakan apakah ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan benar
dan apakah ada kesulitan selama memberikan ASI atau tidak.
2) Data objektif
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Nadi antara 130 – 160 x/menit
51
a. Ibu
1) Data subjektif
Menurut Anggraeni (2010), menanyakan pada ibu penyulit yang
dialami selama masa nifas.
2) Data Objektif
Menurut KIA (2016), adapun data objektif yang diperhatikan adalah:
a) Keadaan umum ibu composmentis
b) Tekanan darah, suhu tubuh, respirasi, dan nadi
c) Jumlah perdarahan
52
BAB III
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Ny. X dengan 2 jam post partum
Pengumpulan Data
Wawancara, Observasi, Kajian Dokumentasi
Analisa Data
Meliputi identifikasi diagnosa dan masalah, identifikasi diagnosa dan masalah potensial,
identifikasi kebutuhan segera, didasarkan pada hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi
Perencanaan (Intervensi)
Merencanakan tindakan asuhan kebidanan nifas sesuai dengan kebutuhan
ibu dan konsep manajemen kebidanan
Penatalaksanaan (Implementasi)
Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
Evaluasi
Dokumentasi
Pembahasan
Hasil
Dalam studi kasus ini subjek penelitian atau informan studi kasus adalah klien
Ny.X dengan 2 jam post partum hingga 6 minggu post partum.
Syarat – syarat ibu nifas yang dapat digunakan dalam studi kasus ini adalah :
a. Bersedia untuk dijadikan subjek dalam penelitian / studi kasus ini.
b. Telah menandatangani lembar inform consent / persetujuan ibu nifas.
c. Ibu nifas fisiologis
3.6.1 Wawancara
3.6.3 Observasi
a. Tahap Persiapan
1) Menanyakan kepada bidan calon responden yang kooperatif.
2) Menemui ibu nifas yang akan menjadi subjek dan memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan studi kasus.
3) Menanyakan kesediaan calon subjek untuk menjadi subjek dalam studi
kasus.
4) Calon subjek yang bersedia dipersilahkan mengisi surat persetujuan
untuk menjadi subjek (inform consent).
b. Tahap Pelaksanaan
1) Penulis datang ke tempat bidan dan menjelaskan tujuan kunjungan dan
pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan penulis kepada Ny.X sesuai
standar asuhan kebidanan nifas.
2) Mengikuti perkembangan masa nifas ibu dengan mengikuti ibu nifas
dan melakukan kunjungan rumah serta mencatat data perkembangan
ibu sebanyak 4 kali kunjungan sesuai rencana kunjungan yang telah
disusun.
3) Setelah melakukan pengkajian secara menyeluruh, selanjutnya
pendokumentasian atau pencatatan pelaksanaan asuhan kebidanan dna
melakukan pengolahan data.