SEARCH
Pages
Beranda
MAKALAH IMUNISASI
DAN VAKSINANSI
November 28, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang imunologi, kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila
antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan
membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi Berhasil
tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang
dibentuk.
Pada umumnya, tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang
kuat ialah jenis kuman ganas. Karena itu anak akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB) adalah karena penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah pencegahan penyakit terhadap infeksi yang mutlak
harus dilakukan pada bayi sedini mungkin, guna mempertahankan kualitas hidupnya.
Imunisasi atau vaksin merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memberikan
kekebalan pada bayi, anak dan balita dalam keadaan sehat. Secara alamiah tubuh juga memiliki
pertahanan terhadap berbagai kuman yang masuk. Hal ini tentunya peran orang tua atau calon
orang tua sangatlah penting untuk mengetahui tentang hakekat imunisasi itu sendiri. Atas dasar
inilah, maka penyusun menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memberikan informasi
kepada para calon orang tua maupun orang tua mengenai imunisasi dan vaksin.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
(terhadap penyakit). Kalau dalam istilah kesehatan, imunisasi diartikan pemberian vaksin untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu. Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara
disuntikkan maupun diteteskan pada mulut anak balita (bawah lima tahun).[1]
Vaksin adalah senyawa antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif
dan meningkatkan imunitas tubuh terhadap suatu penyakit. Proses penyuntikan vaksin kedalam
tubuh di sebut vaksinasi. Vaksin ditemukan oleh Edward Jenner pada tahun 1796. Vaksin
terbuat dari virus yag telah dimatikan atau dilemahkan dengan menggunakan bahan-bahan
tambahan lainnya seperti formalaldehid, thymerosal dan lainnya. Vaksin dapat juga berupa
organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya seperti dalam bentuk protein, peptida, partikel
serupa virus, dsb. Vaksin yang paling terkenal adalah vaksin cacar, polio, dan lain-lain. Saat ini
telah tersedia sekitar 23 jenis vaksin, dan masih banyak vaksin baru lain yang sedang dalam
proses penelitian dan pengembangan, seperti misalnya vaksin HIV AIDs, vaksin demam
Prinsip pemberian imunisasi dalam hal ini adalah memasukkan kuman yang telah
dilemahkan ke dalam tubuh yang fungsinya untuk menangkal penyakit. Cara pemberian
imunisasi ini adalah melalui suntikan ataupun oral (lewat mulut). Melalui imunisasi, beberapa
penyakit bisa dilenyapkan seperti halnya penyakit cacar di tahun 1970-an. Sejarah pun telah
kemungkinan hidup seseorang. Di Indonesia, program imunisasi mulai dikenalkan pada 1956.[3]
1. Tujuan Imunisasi
a. Mencegah penyakit difteri. Difteri adalah penyakit yang bermula dari infeksi pada hal ini
terkadang nyaris tanpa disertai radang tenggorokan yang menyebabkan saluran pernapasan
tersumbat, kerusakan jantung dan kematian. Serta bisa menyebabkan infeksi paru-paru dan
kerusakan otak .
b. Mencegah terjadinya pertusis. Penyakit batuk biasanya banyak terjadi pada anak balita.
Penyebab penyakit ini adalah kuman Haemophylus pertusis. Kuman ini biasanya berada di
saluran pernafasan. Bila anak-anak dalam keadaan daya tahan tubuhnya melemah, maka kuman
bersin. Perawatan dan pencegahan penyakit ini tidak terlalu sulit. Bila
anak tidak begitu menderita dan cuaca cukup baik, boleh ia dibawa
c. Mencegah Tetanus. Tetanus adalah manifestasi sistemik tetanus disebabkan oleh absorbs
eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan oleh clostridiumtetani pada masa pertumbuhan aktif
bila dalam kondisi baik. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah
otot.
Pada intinya imunisasi memiliki tujuan yaitu untuk mengurangi angka penderita suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada
penderitanya.
2. Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memiliki manfaat diantaranya yaitu:[5]
a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau
kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
C. Jenis-jenis Imunisasi
1. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien yang dimaksudkan untuk
memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk
a. Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak berlangsung
b. Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat penolak
(imunoglobulin).
2. Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada
antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya prosesnya
a. Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari suatu
penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang campak lagi.
b. Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau
Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan bisa didapat secara
a. Imunisasi Hepatitis B
Pemberian vaksinasi hepatitis B ini berguna serta bermanfaat dalam rangka untuk
mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati dan bila hal itu terus terjadi
sampai si anak dewasa akan bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati.
b. Imunisasi BCG
Pemberian vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin) dan juga imunisasi BCG ini
bermanfaat dan berguna dalam rangka untuk mencegah timbulnya penyakit TBC. Dilakukan
sekali pada bayi dengan sebelum usia 3 bulan. Biasanya dilakukan bila bayi berusia 1 bulan.
Bila bayi telah berusia lebih dari 3 bulan dan belum mendapat imunisasi BCG maka
harus dilakukan uji tuberkulin untuk mengetahui apakah bayi sudah terpapar bakteri TBC.
c. Imunisasi DPT
Diberikan dalam rangka dan bermanfaat untuk pencegahan terjadinya penyakit Difteri,
Pertusis dan Tetanus. Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan
pernafasan, serta mengeluarkan racun yang dapat melemahkan otot jantung. Penyakit Pertusis
menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas. Kalau penyakit campak berat dapat mengakibatkan
d. Imunisasi Polio
Ini adalah jenis vaksinasi yang pemberiannya melalui oral (mulut) dan manfaat imunisasi
polio ini untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kecacatan.
Imunisasi diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi berusia 1 sampai 4 bulan.
e. Imunisasi Campak
Pemberiannya hanya sekali saja yaitu pada saat anak berusia 9 bulan. Pemberiannya dapat
diulang pada saat anak masuk SD atau mengikuti program BIAS (Bulan Imunisasi Anak
Dan berikut beberapa jenis vaksin penting namun belum diwajibkan oleh pemerintah:[10]
D. Cara Imunisasi
1. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak divaksinasi.
2. Persiapan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan dan memberi
5. Melakukan Tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
6. Periksa kembali apakah penerima vaksin dalam keadaan sehat dan berikan antipiretik bila
diperlukan.
7. Periksa jenis vaksin yang akan diberikan dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan
baik dan apakah tampak tanda-tanda perubahan dari warna atau membeku yang menunjukkan
kerusakan.
9. Periksa apakah vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk
12. Memberi petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus
dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat.
13. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis termasuk nomor batch dan
14. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang
Secara umum, tata cara pemberian imunisasi menurut Satgas Imunisasi Ikatan Dokter
1. Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan
dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap tanda-
2. Pembersihan kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan, namun apabila kulit
3. Pemberian suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuscular atau subkutan dalam.
Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar dan petunjuk
keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan trauma akibat
suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali
lateralis atau otot deltoid. Untuk otot vastus lateralis, jarum harus diarahkan ke arah lutut dan
Sejak tahun 1980, WHO telah memberi rekomendasi bahwa daerah anterolateral paha
adalah bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi bayi-bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus)
Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko kerusakan saraf,
pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat
disuntik, walaupun demikian cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah
Pemberian vaksin DPT, DT, dan TT dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Kocok flakon sehingga endapan vaksin tercampur dengan sempuma dan dosisnya tepat.
e. Usaplah karet penutup flakon dengan kapas alkohol (tunggu sampai kering).
h. Bila ada gelembung udara, ketuklah pelan-pelan supaya gelembung naik ke atas, lalu doronglah
i. Cara menyuntikan vaksin intramuskular/subkutis. Tepatnya ialah di bagian tengah pangkal paha
luar atau bokong harus hati-hati banyak syaraf (untuk DPT), sedangkan untuk TT biasanya
subkutan pada pangkal lengan. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas lembab oleh air
bersih. Letakan ibu jari dan telunjuk pada sisi yang akan disuntik dan renggangkan kulitnya.
Intramuskular, tusukan jarum tegak lurus melalui kulit diantara jari anda sampai masuk ke dalam
otot. Subkutan, tusukan jarum membentuk sudut 45° pada tempat yang akan disuntik melalui
kulit hingga di bawah kulit. Tarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai
pembuluh darah. Dorong piston dengan ibu jari untuk memasukan vaksin, kemudian cabutlah
1) Buka tutup metal dan tutup karet dengan menggunakan gergaji ampul yaitu angkat tutup metal
2) Ambil pipet dari kantongnya pasang pada bibir flakon tangan anda jangan menyentuh bibir
diatasi dengan cara tekan dagu bayi kebawah sehingga mulutnya terbuka kemudian teteskan
vaksin polio di atas lidah bayi sebanyak 2 tetes tanpa menyentuh bibir bayi.
b. Bersihkan karet flakon pelarut vaksin, masukan pada flakon vaksin campak, kocok hingga larut
d. Bila ada gelembung udara diketuk-ketuk pelan agar gelembung udara naik ke atas dan ke luar.
e. Bersihkan kulit yang akan disuntik, kemudian direnggangkan dengan ibu jari dan telunjuk.
f. Vaksin disuntikan sampai subkutan dengan sudut 45° dengan dosis 0,5 cc.
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin akan timbul setelah vaksinasi
yaitu:[15]
1. BCG
Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan terjadi
pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm. Setelah 2 – 3
minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian menjadi luka dengan
garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan
ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut
b. Reaksi berat
Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih dalam, kadang
juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan mungkin
terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau
2. DPT
a. Panas
Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT,
tapi panas ini akan sembuh 1 – 2 hari. Anjurkan agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan
dimandikan dengan cara melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat.
1) Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin disebabkan
peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena :
a) Tersentuh
b) Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril.
2) Kejang-kejang
Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas reaksi disebabkan oleh
3. Polio
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada
4. Hepatitis B
Pada pemberian vaksin ini, tidak tampak adanya efek akibat pemberian vaksin.
5. Campak
Efek samping vaksin campak : panas dan kemerahan. Anak-anak mungkin panas selama
1 – 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak
ringan.
Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul. Misalnya vaksin
polio oral akan menimbulkan imunitas lokal di samping sistemik, sedangkan vaksin polio
1. Dosis vaksin
Dosis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons imun yang
terjadi. Dosis yang terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan, sedangkan
dosis terlalu rendah tidak merangsang sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari
hasil uji coba, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.
2. Frekuensi pemberian
telah kita ketahui, respons imun sekunder menyebabkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih
tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. Di samping frekuensi, jarak pemberian pun
akan mempengaruhi respons imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar
antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi
spesifik tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat terjadi
apa yang dinamakan reaksi Arthus yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat
pembentukan kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. Oleh sebab itu,
pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji
coba.
3. Ajuvan
Ajuvan adalah zat yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons imun terhadap
antigen. Ajuvan akan meningkatkan respons imun dengan cara mempertahankan antigen pada
tempat suntikan, dan mengaktivasi sel APC untuk memproses antigen secara efektif dan
4. Jenis vaksin
Vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibandingkan vaksin
lainnya seperti vaksin mati atau yang diinaktivasi (killed atau inactivated), atau komponen
sehingga dibutuhkan vaksin hidup. Sel Tc dibutuhkan pada infeksi virus yang pengeluarannya
melalui budding. Vaksin hidup diperoleh dengan cara atenuasi. Tujuan atenuasi adalah untuk
menghasilkan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat ringan. Atenuasi
diperoleh dengan cara memodifikasi kondisi tempat tumbuh mikroorganisme, misalnya suhu
yang tinggi atau rendah, kondisi anaerob, atau menambah empedu pada media kultur seperti
pada pembuatan vaksin TBC yang sudah ditanam selama 13 tahun. Dapat pula dipakai
mikroorganisme yang virulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia avirulen, misalnya virus
cacar sapi.
Selama ini banyak pembahasan tentang pro dan kontra mengenai vaksinasi jika dikaitkan
dengan agama. Namun dalam makalah ini, penyusun menyajikan beberapa fatwa mengenai
imunisasi/vaksinasi yang dihimpun dalam suatu artikel terbaru (14 April 2012), yakni:[17]
a. Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah (Mufti Besar Kerajaan Arab Saudi ketua
Beliau menjawab,
ال بأس بالتداوي إذا خشي وقوع الداء لوجود وباء أو أسباب أخرى يخشى من وقوع الداء بسببها فال بأس بتعاطي الدواء لدفع
«من تصبح بسبع تمرات من تمر المدينة لم يضره:لبالء الذي يخشى منه لقول النبي صلى هللا عليه وسلم في الحديث الصحيح
( » وهذا من باب دفع البالء قبل وقوعه فهكذا إذا خشي من مرض وطعم ضد الوباء الواقع في البلد أو في أي1) سحر وال سم
يعالج بالدواء المرض الذي يخشى منه، كما يعالج المرض النازل،كان ال بأس بذلك من باب الدفاع
“La ba’sa (tidak masalah) berobat dengan cara seperti itu jika dikhawatirkan tertimpa penyakit
karena adanya wabah atau sebab-sebab lainnya. Dan tidak masalah menggunakan obat untuk
menolak atau menghindari wabah yang dikhawatirkan. Hal ini berdasarkan sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis shahih (yang artinya), “Barang siapa makan
tujuh butir kurma Madinah pada pagi hari, ia tidak akan terkena pengaruh buruk sihir atau
racun””
Ini termasuk tindakan menghindari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga jika
dikhawatirkan timbulnya suatu penyakit dan dilakukan imunisasi untuk melawan penyakit yang
muncul di suatu tempat atau dimana saja, maka hal itu tidak masalah, karena hal itu termasuk
tindakan pencegahan. Sebagaimana penyakit yang dating diobati, demikian juga penyakit yang
dikhawatirkan kemunculannya.
b. Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafidzahulla (Imam masjid dan khatib di Masjid
Umar bin Abdul Aziz di kota al Khabar KSA dan dosen ilmu-ilmu keagamaan, pengasuh
situs www.islam-qa.com)
Dalam fatwa beliau mengenai imunisasi dan valsin beliau menjawab. Rincian bagian
ketiga yang sesuai dengan pembahasan imunisasi dengan bahan yang haram tetapi
ولكنها عولجت كيميائيّا ً أو أضيفت إليها مواد أخرى غيَّرت من، محرمة أو نجسة في أصلها
َّ ما كان منها مواد: لقسم الثالث
نافعة آثار لها ويكون ، ” االستحالة ” يس َّمى ما وهو ، مباحة مواد إلى ووصفها اسمها
وهذه اللقاحات يجوز تناولها ألن االستحالة التي غيَّرت اسم موادها ومواصفاتها قد غيَّرت حكمها فصارت مباحة االستعمال.
“Rincian ketiga: vaksin yang terdapat didalamnya bahan yang haram atau najis pada asalnya.
Akan tetapi dalam proses kimia atau ketika ditambahkan bahan yang lain yang mengubah nama
dan sifatnya menjadi bahan yang mubah. Proses ini dinamakan “istihalah”. Dan bahan (mubah
ini) mempunyai efek yang bermanfaat. Vaksin jenis ini bisa digunakan karena “istihalah”
mengubah nama bahan dan sifatnya. Dan megubah hukumnya manjadi mubah/boleh digunakan”.
c. Fatwa Majelis Majelis Ulama Eropa untuk Fatwa dan Penelitian []المجلس األوربي للبحوث واإلفتاء
كما، إن استعمال هذا الدواء السائل قد ثبتت فائدته طبيا وأنه يؤدي إلى تحصين األطفال ووقايتهم من الشلل بإذن هللا تعالى:أوال
وبناء على ذلك فاستعماله في المداواة والوقاية جائز لما يترتب على منع استعماله من أضرار،أنه ال يوجد له بديل آخر إلى اآلن
فأبواب الفقه واسعة في العفو عن النجاسات – على القول بنجاسة هذا السائل – وخاصة أن هذه النجاسة مستهلكة في،كبيرة
وأن من المعلوم،زلة الضرورة-زل من- كما أن هذه الحالة تدخل في باب الضرورات أو الحاجيات التي تن،المكاثرة والغسل
أن من أهم مقاصد الشريعة هو تحقيق المصالح والمنافع ودرء المفاسد والمضار.
يوصي المجلس أئمة المسلمين ومسئولي مراكزهم أن ال يتشددوا في مثل هذه األمور االجتهادية التي تحقق مصالح معتبرة:ثانيا
Pertama:
Penggunaan obat semacam itu ada manfaatnya dari segi medis. Obat semacam itu
dapat melindungi anak dan mencegah mereka dari kelumpuhan dengan izin Allah. Dan
obat semacam ini (dari enzim babi) belum ada gantinya hingga saat ini. Dengan
menimbang hal ini, maka penggunaan obat semacam itu dalam rangka berobat dan
pencegahan dibolehkan. Hal ini dengan alas an karena mencegah bahaya (penyakit) yang
lebih parah jika tidak mengkonsumsinya. Dalam bab fikih, masalah ini ada sisi
kelonggaran yaitu tidak mengapa menggunakan yang najis (jika memang cairan tersebut
dinilai najis). Namun sebenarnya cairan najis tersebut telah mengalami istihlak (melebur)
karena bercampur dengan zat suci yang berjumlah banyak. Begitu pula masalah ini masuk
dalam hal darurat dan begitu primer yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahay. Dan
di antara tujuan syaria.’at adalah menggapai maslahat dan manfaat serta menghilangkan
mafsadatdan bahaya.
Kedua:
Majelis merekomendasikan pada para imam dan pejabat yang berwenang hendaklah
posisi mereka tidak bersikap keras dalam perkara ijtihadiyah ini yang Nampak ada maslahat bagi
anak-anak kaum muslimin selama tidak bertentangan dengan dalil yang definitif (qoth’i).
Fatwa MUI 4 Sya’ban 1431 H/16 Juli 2010 M (Fatwa Terabru MUI) No. 06 Tahun 2010
tentang, Penggunaan vaksin meningitis bagi jemaah haji atau umrah menetapkan ketentuan
hukum:
Ketentuan dalam fatwa MUI nomor 5 tahun 2009 yang menyatakan bahwa bagi orang
yang melaksanakan wajib hajib atau umrah wajib, boleh menggunakan vaksin meningitis haram
b. Fatwa dari Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Pertanyaan dari Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup,
tentang status hukum vaksin, khususnya untuk imunisasi polio yang dicurigai memanfaatkan
Jawaban:
memanfaatkan enzim tripsin dari babi hukumnya adalah mubah atau boleh, sepanjang
belum ditemukan vaksin lain yang bebas dari enzim itu. Sehubungan dengan itu, kami
penelitian-penelitian terkait dengan penggunaan enzim dari binatang selain babi yang
tidak diharamkan memakannya. Sehingga suatu saat nanti dapat ditemukan vaksin yang
Pengurus besar Nahdlatul Ulama akan menindaklanjuti hasil sidang Lembaga Bahtsul
Matsail NU (LBM-NU). Kesimpulan sidang menyatakan secara umum hokum vaksin meningitis
Menurut Katib Aam Suriah PBNU, Malik Madani, keputusan tersebut merupakan
kesimpulan di internal LBM-NU. Secara pasti, hasilnya akan segera dibahas di kalangan suriah.
‘Tunggu hasilnya bisa disetujui dan bisa tidak,’ ujar dia kepada Republika di Jakarta, Rabu (1/9).
Apapun hasilnya kelak, ungkap Malik, PBNU merekomendasikan ke pemerintah agar
melakukan vaksinasi kepada para jamaah haji dengan memakai vaksin yang halal berdasarkan
syari’i. Hal ini penting, agar jamaah haji mendapat rasa nyaman dan kekhidmatan beribadah.
Selain itu, masyarakat dihimbau tidak terlalu resah dengan informasi apapun terkait vaksin
sejumlah pakar dalam sidang LBM-NU diketahui bahwa semua produk vaksin meningitis pernah
bersinggungan dengan enzim babi. Termasuk produk yang dikeluarkan oleh Novartis Vaccine
and Diagnostics S.r.i dan Meningococcal Vaccine produksi Zheijiang Tianyuan Bior
Pharmaceutical Co. Ltd. Akan tetapi, secara kesuluruhan hasil akhir produk-produk tersebut
Zulfa menuturkan, dalam pembahasannya, LBM-NU tidak terpaku pada produk tertentu.
Tetapi, pembahasan lebih menitik beratkan pada proses pembuatan vaksin. Hasilnya, secara
umum vaksin meningitis suci dan boleh dipergunakan. ”Dengan demikian, vaksin jenis
Mancevax ACW135 Y, produksi Glaxo Smith Kline (GSK), Beecham Pharmaceutical, Belgia
Berdasarkan beberapa uraian fatwa di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum imunisasi
BAB III
A. Kesimpulan
1. Imunisasi diartikan pemberian vaksin atau senyawa antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif dan meningkatkan imunitas tubuh penyakit untuk mencegah
2. Tujuan diberikannya imunisasi pada anak adalah untuk mencegah timbulnya berbagai macam
penyakit yang dimungkinkan dapat menyerang system kekebalan tubuh anak sehingga dapat
memberikan manfaat untuk menghilangkan kecemasan terhadap anak untuk terjangkit penyakit.
3. Jenis-jenis imunisasi terdiri atas imunisasi pasif yaitu pemberian antibodi kepada resipien yang
dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya, dan imunisasi aktif yaitu kekebalan yang dibuat oleh
tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah.
4. Pemberian imunisasi harus dilakukan dengan cara yang benar untuk menghindari efek samping
5. Efek yang dapat ditimbulkan setelah pemberian vaksin atau imunisasi berbagai macam mulai
6. Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul yang dapat dipengaruhi
oleh dosis vaksin, frekuensi pemberian vaksin, ajuvan, dan jenis vaksin.
6. Imunisasi menurut agama hukumnya adalah boleh dengan alasan: Imunisasi ini sangat
dibutuhkan sekali sebagaimana penelitian ilmu kedokteran, bahan haram yang ada telah lebur
dengan bahan-bahan lainnya, belum ditemukan pengganti lainnya yang mubah, hal ini termasuk
dalam kondisi darurat, dan sesuai dengan kemudahan syari’at di kala ada kesulitan.
B. Saran
Islam” http://www.tipsbayi.com/kontroversi-imunisasi-bayi-masukan-bagi-
http://cardiacku.blogspot.com/2013/06/manfaat-imunisasi-bagi-bayi.html.
http://dwimery-dianhusada.blogspot.com/p/tujuan-imunisasi.html. (21
November 2014).
2014).
[7] Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, “Pedoman
http://www.medkes.com/2014/01/pengertian-tujuan-dan-jadwal-imunisasi-
http://www.newsfarras.com/2014/10/Manfaat-Tujuan-Imunisasi-
http://www.medkes.com/2014/01/pengertian-tujuan-dan-jadwal-imunisasi-
http://www.medkes.com/2014/01/pengertian-tujuan-dan-jadwal-imunisasi-
Polio” http://e-medis.blogspot.com/2013/05/cara-vaksinasiimunisasi-
[15] Timbang Rasa, “Dosis, Jumlah dan Waktu Pemberian Serta Efek
http://allergycliniconline.com/2013/11/02/aspek-imunologi-vaksinasi-
http://moslemsunnah.wordpress.com/2012/04/14/fatwa-fatwa-ulama-
keterangan-para-ustadz-dan-ahli-medis-di-indonesia-tentang-bolehnya-
SHARE
SHARE
Comments
Popular posts from this blog
POST A COMMENT
READ MORE
MAKALAH METABOLISME
PROTEIN
December 01, 2017
SHARE
POST A COMMENT
READ MORE
About Me
Rijal Biogenesis
VISIT PROFILE
Archive
Labels
Report Abuse
Powered by Blogger
BIOLOGY EDUCATION
SEARCH