Anda di halaman 1dari 32

BIOLOGY EDUCATION

MEMBAHAS TENTANG PENDIDIKAN DAN ILMU BIOLOGI

SEARCH
Pages

 Beranda

MAKALAH IMUNISASI
DAN VAKSINANSI
November 28, 2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bidang imunologi, kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.

Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila

antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan

membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi Berhasil

tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang

dibentuk.

Pada umumnya, tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang

kuat ialah jenis kuman ganas. Karena itu anak akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB) adalah karena penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah pencegahan penyakit terhadap infeksi yang mutlak

harus dilakukan pada bayi sedini mungkin, guna mempertahankan kualitas hidupnya.

Imunisasi atau vaksin merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memberikan

kekebalan pada bayi, anak dan balita dalam keadaan sehat. Secara alamiah tubuh juga memiliki

pertahanan terhadap berbagai kuman yang masuk. Hal ini tentunya peran orang tua atau calon

orang tua sangatlah penting untuk mengetahui tentang hakekat imunisasi itu sendiri. Atas dasar

inilah, maka penyusun menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memberikan informasi

kepada para calon orang tua maupun orang tua mengenai imunisasi dan vaksin.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan imunisasi dan vaksin?

2. Apa tujuan dan manfaat dari imunisasi?

3. Apa saja jenis-jenis imunisasi?

4. Bagaimana cara imunisasi?

5. Bagaimana efek yang ditimbulkan dari vaksinasi?

6. Bagaimana hubungan antara imunologi dan imunisasi/vaksinasi?

7. Bagaimana hubungan imunisasi/vaksinasi dengan agama?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan imunisasi dan vaksin.


2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari imunisasi.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi.

4. Untuk mengetahui cara imunisasi.

5. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan akibat dari vaksinasi.

6. Untuk mengetahui hubungan antara imunologi dan imunisasi/vaksinasi.

7. Untuk mengetahui hubungan imunisasi/vaksinasi dengan agama.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Imunisasi dan Vaksin

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imunisasi diartikan “pengebalan”

(terhadap penyakit). Kalau dalam istilah kesehatan, imunisasi diartikan pemberian vaksin untuk

mencegah terjadinya penyakit tertentu. Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara

disuntikkan maupun diteteskan pada mulut anak balita (bawah lima tahun).[1]

Vaksin adalah senyawa antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif

dan meningkatkan imunitas tubuh terhadap suatu penyakit. Proses penyuntikan vaksin kedalam

tubuh di sebut vaksinasi. Vaksin ditemukan oleh Edward Jenner pada tahun 1796. Vaksin

terbuat dari virus yag telah dimatikan atau dilemahkan dengan menggunakan bahan-bahan

tambahan lainnya seperti formalaldehid, thymerosal dan lainnya. Vaksin dapat juga berupa

organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya seperti dalam bentuk protein, peptida, partikel

serupa virus, dsb. Vaksin yang paling terkenal adalah vaksin cacar, polio, dan lain-lain. Saat ini
telah tersedia sekitar 23 jenis vaksin, dan masih banyak vaksin baru lain yang sedang dalam

proses penelitian dan pengembangan, seperti misalnya vaksin HIV AIDs, vaksin demam

berdarah dengue, vaksin malaria, vaksin TBC baru.[2]

Prinsip pemberian imunisasi dalam hal ini adalah memasukkan kuman yang telah

dilemahkan ke dalam tubuh yang fungsinya untuk menangkal penyakit. Cara pemberian

imunisasi ini adalah melalui suntikan ataupun oral (lewat mulut). Melalui imunisasi, beberapa

penyakit bisa dilenyapkan seperti halnya penyakit cacar di tahun 1970-an. Sejarah pun telah

mencatat, bahwasannya imunisasi menyelamatkan banyak generasi dan memperpanjang

kemungkinan hidup seseorang. Di Indonesia, program imunisasi mulai dikenalkan pada 1956.[3]

B. Tujuan dan Manfaat Imunisasi

1. Tujuan Imunisasi

Tujuan dari imunisasi adalah :[4]

a. Mencegah penyakit difteri. Difteri adalah penyakit yang bermula dari infeksi pada hal ini

terkadang nyaris tanpa disertai radang tenggorokan yang menyebabkan saluran pernapasan

tersumbat, kerusakan jantung dan kematian. Serta bisa menyebabkan infeksi paru-paru dan

kerusakan otak .

b. Mencegah terjadinya pertusis. Penyakit batuk biasanya banyak terjadi pada anak balita.

Penyebab penyakit ini adalah kuman Haemophylus pertusis. Kuman ini biasanya berada di

saluran pernafasan. Bila anak-anak dalam keadaan daya tahan tubuhnya melemah, maka kuman

tersebut mudah sekali

menyerang dan menimbulkan penyakit. Penularannya melalui cairan


yang keluar dari hidung yang tersembur keluar waktu batuk atau

bersin. Perawatan dan pencegahan penyakit ini tidak terlalu sulit. Bila

anak tidak begitu menderita dan cuaca cukup baik, boleh ia dibawa

keluar agar dapat menghirup udara segar dan bersih. Makanan

sebaiknya diberikan yang ringan-ringan dan cukup bergizi.

Pencegahan penyakit ini dengan imunisasi DPT .

c. Mencegah Tetanus. Tetanus adalah manifestasi sistemik tetanus disebabkan oleh absorbs

eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan oleh clostridiumtetani pada masa pertumbuhan aktif

dalam tubuh manusia. Penyebab penyakit ini

adalah clostridiumtetani yang hidup anaerob, berbentuk spora selama

di luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah dan mengeluarkan toksin

bila dalam kondisi baik. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah

merah, merusak leukosit dan merupakan tetanosporasmin yaitu toksin

yang neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme

otot.

Pada intinya imunisasi memiliki tujuan yaitu untuk mengurangi angka penderita suatu

penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada

penderitanya.

2. Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memiliki manfaat diantaranya yaitu:[5]

a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau

kematian.

b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa

kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk

melanjutkan pembangunan negara.

C. Jenis-jenis Imunisasi

Dilihat dari cara timbulnya, imunisasi terdiri atas:[6]

1. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi kepada resipien yang dimaksudkan untuk

memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk

kekebalan tubuhnya.[7] Terdiri atas:

a. Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak berlangsung

lama(difteri, morbili, tetanus).

b. Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat penolak

(imunoglobulin).

2. Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada

antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya prosesnya

lambat tapi dapat berlangsung lama, akibat adanya memori imunologik.

Kekebalan aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari suatu

penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang campak lagi.

b. Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau

imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio, dan lain-lain.

Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan bisa didapat secara

gratis di Puskesmas atau Posyandu:[8]

Jenis Vaksin Keterangan


Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat diberikan sejak
lahir. Imunisasi ini betujuan untuk memberikan kekebalan
tubuh terhadap penyakit tubercolocis (TBC). Apabila vaksin
BCG
BCG akan diberikan pada bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya
dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG boleh diberikan apabila
hasil tuberkulin negatif.
Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu
12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1
Hepatitis B bulan dan 3 hingga 6 bulan. Jarak antara dua imunisasi
Hepatitis B minimal 4 minggu. Imunisasi ini untuk mencegah
penyakit Hepatitis B.
Imunisasi Polio diberikan untuk mencegah poliomielitis yang
Polio
bisa menyebabkan kelumpuhan.
Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah
penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Ketiga
penyakit ini sangat mudah menyerang bayi dan anak. Imunisasi
DPT diberikan pada bayi umur lebih dari 6 minggu. Vaksin
DPT
DPT dapat diberikan secara simultan (bersamaan) dengan
vaksin Hepatits B. Ulangan DPT diberikan pada usia 18 bulan
dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat vaksin TT (tetanus)
melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2
Campak
pada usia 6 tahun melalui program BIAS.

Menurut anonim, berikut penjelasan mengenai jenis-jenis imunisasi tersebut yaitu:[9]

a. Imunisasi Hepatitis B

Pemberian vaksinasi hepatitis B ini berguna serta bermanfaat dalam rangka untuk

mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati dan bila hal itu terus terjadi

sampai si anak dewasa akan bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati.

b. Imunisasi BCG

Pemberian vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin) dan juga imunisasi BCG ini

bermanfaat dan berguna dalam rangka untuk mencegah timbulnya penyakit TBC. Dilakukan

sekali pada bayi dengan sebelum usia 3 bulan. Biasanya dilakukan bila bayi berusia 1 bulan.

Bila bayi telah berusia lebih dari 3 bulan dan belum mendapat imunisasi BCG maka

harus dilakukan uji tuberkulin untuk mengetahui apakah bayi sudah terpapar bakteri TBC.

Imunisasi bisa diberikan bila hasil tes tuberkulin negatif.

c. Imunisasi DPT

Diberikan dalam rangka dan bermanfaat untuk pencegahan terjadinya penyakit Difteri,

Pertusis dan Tetanus. Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan

pernafasan, serta mengeluarkan racun yang dapat melemahkan otot jantung. Penyakit Pertusis

yang dalam kondisi berat bisa menyebabkan terjadinya pneumonia.


Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga otot

menjadi kaku, sulit bergerak dan bernafas. Kalau penyakit campak berat dapat mengakibatkan

radang paru berat (pneumonia), diare atau bisa menyerang otak.

d. Imunisasi Polio

Ini adalah jenis vaksinasi yang pemberiannya melalui oral (mulut) dan manfaat imunisasi

polio ini untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kecacatan.

Imunisasi diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi berusia 1 sampai 4 bulan.

e. Imunisasi Campak

Tujuan pemberian imunisasi campak ini adalah mencegah penyakit campak.

Pemberiannya hanya sekali saja yaitu pada saat anak berusia 9 bulan. Pemberiannya dapat

diulang pada saat anak masuk SD atau mengikuti program BIAS (Bulan Imunisasi Anak

Sekolah) yang dicanangkan pemerintah.

Dan berikut beberapa jenis vaksin penting namun belum diwajibkan oleh pemerintah:[10]

Jenis Vaksin Keterangan


Pemberian Vaksin Hib (Haemophilus influenzae tipe B)
ditujukan untuk mencegah penyakit meningitis atau
radang selaput otak. Vaksin Hib diberikan mulai usia 2
Hib bulan dengan jarak pemberian dari vaksin pertama ke
vaksin lanjutannya adalah 2 bulan. Vaksin ini dapat
diberikan secara terpisah ataupun kombinasi dengan
vaksin lain.
Vaksin MMR diberikan untuk mencegah penyakit
gondongan (mumps), campak (measles), dan campak
jerman (rubela). MMR dapat diberikan pada umur 12
MMR
bulan apabila belum mendapat imunisasi campak di
umur 9 bulan. Umur 6 tahun diberikan imunisasi
ulangannya.
Vaksin ini direkomendasikan pada usia diatas 2 tahun,
Hepatitis A diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 6 sampai 12
bulan.
Vaksin Tifoid direkomendasikan untuk usia diatas 2
Tifoid
tahun. Imunisasi ini diulang setiap 3 tahun.
Apabila hingga usia di atas 1 tahun belum mendapatkan
Pneumokokus PCV, maka vaksin diberikan sebanyak 2 kali dengan
(PCV) interval 2 bulan. Pada umur 2 hingga 5 tahun diberikan
satu kali.
Anak usia dibawah 8 tahun yang diimunisasi influenza
Influenza untuk yang pertama kalinya direkomendasikan 2 dosis
dengan jarak minimal 4 minggu.

Adapun jadwal pemberian imunisasi yaitu:[11]

D. Cara Imunisasi

Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai berikut:[12]

1. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak divaksinasi.

2. Persiapan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan dan memberi

informasi dimana tempat pelayanan seandainya hal itu terjadi.


3. Baca kembali leaflet vaksin yang akan diberikan, tinjau kembali apakah ada indikasi kontra

terhadap vaksin yang akan diberikan.

4. Jangan lupa mendapat persetujuan orang tua.

5. Melakukan Tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.

6. Periksa kembali apakah penerima vaksin dalam keadaan sehat dan berikan antipiretik bila

diperlukan.

7. Periksa jenis vaksin yang akan diberikan dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan

baik dan apakah tampak tanda-tanda perubahan dari warna atau membeku yang menunjukkan

kerusakan.

8. Periksa tanggal kadaluwarsan dan catat hal-hal istimewa.

9. Periksa apakah vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk

mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) bila diperlukan.

10. Berikan vaksin dengan teknik yang benar.

11. Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal sebagai berikut:

12. Memberi petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus

dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat.

13. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis termasuk nomor batch dan

jenis vaksin atau merk dagang vaksin.

14. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang

Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).


15. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar

ketinggalan, bila diperlukan.

Secara umum, tata cara pemberian imunisasi menurut Satgas Imunisasi Ikatan Dokter

Anak Indonesia adalah sebagai berikut:[13]

1. Pengenceran

Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan

dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap tanda-

tanda kerusakan (warna dan kejernihan).

2. Pembersihan kulit

Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan, namun apabila kulit

telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.

3. Pemberian suntikan

Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuscular atau subkutan dalam.

4. Teknik dan ukuran jarum

Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar dan petunjuk

keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan trauma akibat

suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali

pakai dan steril.

5. Arah sudut jarum pada suntikan intramuscular


Jarum suntik harus disuntikkan dengan sudut 600 sampai 900 ke dalam otot vastus

lateralis atau otot deltoid. Untuk otot vastus lateralis, jarum harus diarahkan ke arah lutut dan

untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak.

6. Tempat suntikan yang dianjurkan

Sejak tahun 1980, WHO telah memberi rekomendasi bahwa daerah anterolateral paha

adalah bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi bayi-bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus)

untuk menghindari risiko kerusakan saraf iskhiadika (nervus ischiadicus).

7. Posisi anak dan lokasi suntikan

Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko kerusakan saraf,

pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat

disuntik, walaupun demikian cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah

ketakutan sehingga meningkatkan ketegangan otot.

Berikut adalah beberapa cara memberikan imunisasi atau vaksin yaitu:[14]

1. Cara Memberikan vaksin DPT, DT, TT

Pemberian vaksin DPT, DT, dan TT dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Kocok flakon sehingga endapan vaksin tercampur dengan sempuma dan dosisnya tepat.

b. Buka tutup metalnya.

c. Ambil semprit 2 ml yang steril dengan pinset.

d. Pasang jarum DPT/DT/TT.

e. Usaplah karet penutup flakon dengan kapas alkohol (tunggu sampai kering).

f. Sedot 0,6 cc vaksin ke dalam spuit.


g. Cabut jarum dari flakon, semprit ditegakluruskan ke atas untuk melihat gelembung udara.

h. Bila ada gelembung udara, ketuklah pelan-pelan supaya gelembung naik ke atas, lalu doronglah

udara tadi, dengan piston hingga gelembung udara tadi ke luar.

i. Cara menyuntikan vaksin intramuskular/subkutis. Tepatnya ialah di bagian tengah pangkal paha

luar atau bokong harus hati-hati banyak syaraf (untuk DPT), sedangkan untuk TT biasanya

subkutan pada pangkal lengan. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas lembab oleh air

bersih. Letakan ibu jari dan telunjuk pada sisi yang akan disuntik dan renggangkan kulitnya.

Intramuskular, tusukan jarum tegak lurus melalui kulit diantara jari anda sampai masuk ke dalam

otot. Subkutan, tusukan jarum membentuk sudut 45° pada tempat yang akan disuntik melalui

kulit hingga di bawah kulit. Tarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai

pembuluh darah. Dorong piston dengan ibu jari untuk memasukan vaksin, kemudian cabutlah

bila vaksin sudah masuk semua. Menyiapkan vaksin Polio:

1) Buka tutup metal dan tutup karet dengan menggunakan gergaji ampul yaitu angkat tutup metal

bagian tengah dari tutup metal dan bengkokan.

2) Ambil pipet dari kantongnya pasang pada bibir flakon tangan anda jangan menyentuh bibir

flakon. Dan sisa vaksin yang sudah terbuka harus dibuang.

2. Cara pemberian vaksin Polio

Pemberian vaksin polio dapat dilakukan dengan cara:

a. Dosis: 2 tetes, 3x pemberian, interval waktu 4 minggu.


b. Atur posisi bayi sehingga mulut bayi terbuka, andaikan bayi tidak mau membuka mulut, dapat

diatasi dengan cara tekan dagu bayi kebawah sehingga mulutnya terbuka kemudian teteskan

vaksin polio di atas lidah bayi sebanyak 2 tetes tanpa menyentuh bibir bayi.

3. Cara pemberian vaksin campak

Pemberian vaksin campak dapat dilakukan dengan cara:

a. Ambil semprit 2 ml dan jarum no. 22 memakai pinset.

b. Bersihkan karet flakon pelarut vaksin, masukan pada flakon vaksin campak, kocok hingga larut

benar, kemudian hisap 0,6 ml vaksin kedalam semprit.

c. Kontrol gelembung udara dengan cara semprit ditegakluruskan.

d. Bila ada gelembung udara diketuk-ketuk pelan agar gelembung udara naik ke atas dan ke luar.

e. Bersihkan kulit yang akan disuntik, kemudian direnggangkan dengan ibu jari dan telunjuk.

f. Vaksin disuntikan sampai subkutan dengan sudut 45° dengan dosis 0,5 cc.

g. Setelah vaksinnya masuk semua, jarum diangkat.

E. Efek Samping Akibat Vaksinasi

Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin akan timbul setelah vaksinasi

yaitu:[15]

1. BCG

Efek samping akibat pemberian vaksin BCG yaitu:


a. Reaksi normal

Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan terjadi

pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm. Setelah 2 – 3

minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian menjadi luka dengan

garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan

ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut

tengah 3-7 mm.

b. Reaksi berat

Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih dalam, kadang

juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan

penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi.

c. Reaksi yang lebih cepat

Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan mungkin

terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau

kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.

2. DPT

Efek samping akibat pemberian vaksin DPT yaitu:

a. Panas
Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT,

tapi panas ini akan sembuh 1 – 2 hari. Anjurkan agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan

dimandikan dengan cara melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat.

b. Rasa sakit di daerah suntikan

Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.

1) Peradangan

Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin disebabkan

peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena :

a) Tersentuh

b) Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril.

c) Sterilisasi kurang lama.

d) Pencemaran oleh kuman.

2) Kejang-kejang

Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas reaksi disebabkan oleh

komponen dari vaksin DPT.

3. Polio

Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada

gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

4. Hepatitis B
Pada pemberian vaksin ini, tidak tampak adanya efek akibat pemberian vaksin.

5. Campak

Efek samping vaksin campak : panas dan kemerahan. Anak-anak mungkin panas selama

1 – 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti penderita campak

ringan.

F. Hubungan antara Imunologi dan Imunisasi/Vaksinasi

Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul. Misalnya vaksin

polio oral akan menimbulkan imunitas lokal di samping sistemik, sedangkan vaksin polio

parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja.[16]

1. Dosis vaksin

Dosis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons imun yang

terjadi. Dosis yang terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan, sedangkan

dosis terlalu rendah tidak merangsang sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari

hasil uji coba, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.

2. Frekuensi pemberian

Frekuensi pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Sebagaimana

telah kita ketahui, respons imun sekunder menyebabkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih

tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. Di samping frekuensi, jarak pemberian pun

akan mempengaruhi respons imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar

antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi

spesifik tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat terjadi
apa yang dinamakan reaksi Arthus yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat

pembentukan kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. Oleh sebab itu,

pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji

coba.

3. Ajuvan

Ajuvan adalah zat yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons imun terhadap

antigen. Ajuvan akan meningkatkan respons imun dengan cara mempertahankan antigen pada

tempat suntikan, dan mengaktivasi sel APC untuk memproses antigen secara efektif dan

memproduksi interleukin yang akan mengaktifkan sel imunokompeten lainnya.

4. Jenis vaksin

Vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibandingkan vaksin

lainnya seperti vaksin mati atau yang diinaktivasi (killed atau inactivated), atau komponen

dari mikroorganisme.Rangsangan sel Tc memori membutuhkan suatu sel yang terinfeksi

sehingga dibutuhkan vaksin hidup. Sel Tc dibutuhkan pada infeksi virus yang pengeluarannya

melalui budding. Vaksin hidup diperoleh dengan cara atenuasi. Tujuan atenuasi adalah untuk

menghasilkan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat ringan. Atenuasi

diperoleh dengan cara memodifikasi kondisi tempat tumbuh mikroorganisme, misalnya suhu

yang tinggi atau rendah, kondisi anaerob, atau menambah empedu pada media kultur seperti

pada pembuatan vaksin TBC yang sudah ditanam selama 13 tahun. Dapat pula dipakai
mikroorganisme yang virulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia avirulen, misalnya virus

cacar sapi.

G. Hubungan Imunisasi/Vaksinasi dengan Agama

Selama ini banyak pembahasan tentang pro dan kontra mengenai vaksinasi jika dikaitkan

dengan agama. Namun dalam makalah ini, penyusun menyajikan beberapa fatwa mengenai

imunisasi/vaksinasi yang dihimpun dalam suatu artikel terbaru (14 April 2012), yakni:[17]

1. Fatwa-fatwa ulama dunia

a. Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah (Mufti Besar Kerajaan Arab Saudi ketua

Lajnah Daimah dan Mantan Rektor Universitas Islam Madinah)

Ketika beliau ditanya ditanya tentang hal ini,

‫ما هو الحكم في التداوي قبل وقوع الداء كالتطعيم؟‬

“Apakah hukum berobat dengan imunisasi sebelum tertimpa musibah?”

Beliau menjawab,

‫ال بأس بالتداوي إذا خشي وقوع الداء لوجود وباء أو أسباب أخرى يخشى من وقوع الداء بسببها فال بأس بتعاطي الدواء لدفع‬

‫ «من تصبح بسبع تمرات من تمر المدينة لم يضره‬:‫لبالء الذي يخشى منه لقول النبي صلى هللا عليه وسلم في الحديث الصحيح‬

‫( » وهذا من باب دفع البالء قبل وقوعه فهكذا إذا خشي من مرض وطعم ضد الوباء الواقع في البلد أو في أي‬1) ‫سحر وال سم‬

‫ يعالج بالدواء المرض الذي يخشى منه‬،‫ كما يعالج المرض النازل‬،‫كان ال بأس بذلك من باب الدفاع‬

“La ba’sa (tidak masalah) berobat dengan cara seperti itu jika dikhawatirkan tertimpa penyakit

karena adanya wabah atau sebab-sebab lainnya. Dan tidak masalah menggunakan obat untuk

menolak atau menghindari wabah yang dikhawatirkan. Hal ini berdasarkan sabda
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis shahih (yang artinya), “Barang siapa makan

tujuh butir kurma Madinah pada pagi hari, ia tidak akan terkena pengaruh buruk sihir atau

racun””

Ini termasuk tindakan menghindari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga jika

dikhawatirkan timbulnya suatu penyakit dan dilakukan imunisasi untuk melawan penyakit yang

muncul di suatu tempat atau dimana saja, maka hal itu tidak masalah, karena hal itu termasuk

tindakan pencegahan. Sebagaimana penyakit yang dating diobati, demikian juga penyakit yang

dikhawatirkan kemunculannya.

b. Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafidzahulla (Imam masjid dan khatib di Masjid

Umar bin Abdul Aziz di kota al Khabar KSA dan dosen ilmu-ilmu keagamaan, pengasuh

situs www.islam-qa.com)

Dalam fatwa beliau mengenai imunisasi dan valsin beliau menjawab. Rincian bagian

ketiga yang sesuai dengan pembahasan imunisasi dengan bahan yang haram tetapi

memberi manfaat yang lebih besar. Syaikh berkata,

‫ ولكنها عولجت كيميائيّا ً أو أضيفت إليها مواد أخرى غيَّرت من‬، ‫محرمة أو نجسة في أصلها‬
َّ ‫ ما كان منها مواد‬: ‫لقسم الثالث‬

‫نافعة‬ ‫آثار‬ ‫لها‬ ‫ويكون‬ ، ” ‫االستحالة‬ ” ‫يس َّمى‬ ‫ما‬ ‫وهو‬ ، ‫مباحة‬ ‫مواد‬ ‫إلى‬ ‫ووصفها‬ ‫اسمها‬

‫ وهذه اللقاحات يجوز تناولها ألن االستحالة التي غيَّرت اسم موادها ومواصفاتها قد غيَّرت حكمها فصارت مباحة االستعمال‬.

“Rincian ketiga: vaksin yang terdapat didalamnya bahan yang haram atau najis pada asalnya.

Akan tetapi dalam proses kimia atau ketika ditambahkan bahan yang lain yang mengubah nama

dan sifatnya menjadi bahan yang mubah. Proses ini dinamakan “istihalah”. Dan bahan (mubah
ini) mempunyai efek yang bermanfaat. Vaksin jenis ini bisa digunakan karena “istihalah”

mengubah nama bahan dan sifatnya. Dan megubah hukumnya manjadi mubah/boleh digunakan”.

c. Fatwa Majelis Majelis Ulama Eropa untuk Fatwa dan Penelitian [‫]المجلس األوربي للبحوث واإلفتاء‬

memutuskan dua hal:

‫ كما‬،‫ إن استعمال هذا الدواء السائل قد ثبتت فائدته طبيا وأنه يؤدي إلى تحصين األطفال ووقايتهم من الشلل بإذن هللا تعالى‬:‫أوال‬

‫ وبناء على ذلك فاستعماله في المداواة والوقاية جائز لما يترتب على منع استعماله من أضرار‬،‫أنه ال يوجد له بديل آخر إلى اآلن‬

‫ فأبواب الفقه واسعة في العفو عن النجاسات – على القول بنجاسة هذا السائل – وخاصة أن هذه النجاسة مستهلكة في‬،‫كبيرة‬

‫ وأن من المعلوم‬،‫زلة الضرورة‬-‫زل من‬-‫ كما أن هذه الحالة تدخل في باب الضرورات أو الحاجيات التي تن‬،‫المكاثرة والغسل‬

‫أن من أهم مقاصد الشريعة هو تحقيق المصالح والمنافع ودرء المفاسد والمضار‬.

‫ يوصي المجلس أئمة المسلمين ومسئولي مراكزهم أن ال يتشددوا في مثل هذه األمور االجتهادية التي تحقق مصالح معتبرة‬:‫ثانيا‬

‫ألبناء المسلمين ما دامت ال تتعارض مع النصوص القطعية‬

Pertama:

Penggunaan obat semacam itu ada manfaatnya dari segi medis. Obat semacam itu

dapat melindungi anak dan mencegah mereka dari kelumpuhan dengan izin Allah. Dan

obat semacam ini (dari enzim babi) belum ada gantinya hingga saat ini. Dengan

menimbang hal ini, maka penggunaan obat semacam itu dalam rangka berobat dan

pencegahan dibolehkan. Hal ini dengan alas an karena mencegah bahaya (penyakit) yang

lebih parah jika tidak mengkonsumsinya. Dalam bab fikih, masalah ini ada sisi

kelonggaran yaitu tidak mengapa menggunakan yang najis (jika memang cairan tersebut

dinilai najis). Namun sebenarnya cairan najis tersebut telah mengalami istihlak (melebur)

karena bercampur dengan zat suci yang berjumlah banyak. Begitu pula masalah ini masuk
dalam hal darurat dan begitu primer yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahay. Dan

di antara tujuan syaria.’at adalah menggapai maslahat dan manfaat serta menghilangkan

mafsadatdan bahaya.

Kedua:

Majelis merekomendasikan pada para imam dan pejabat yang berwenang hendaklah

posisi mereka tidak bersikap keras dalam perkara ijtihadiyah ini yang Nampak ada maslahat bagi

anak-anak kaum muslimin selama tidak bertentangan dengan dalil yang definitif (qoth’i).

2. Fatwa Lembaga dan Organisasi Islam di Indonesia

Berikut adalah beberapa lembaga terkait yang memberikan tanggapan mengenai

imunisasi atau vaksinasi:

a. Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)

Fatwa MUI 4 Sya’ban 1431 H/16 Juli 2010 M (Fatwa Terabru MUI) No. 06 Tahun 2010

tentang, Penggunaan vaksin meningitis bagi jemaah haji atau umrah menetapkan ketentuan

hukum:

1) Vaksin MencevaxTM ACW135Y hukumnya haram.

2) Vaksin Menveo meningococcal dan vaksin meningococcal hukumnya halal.

3) Vaksin yang boleh digunakan hanya vaksin yang halal

Ketentuan dalam fatwa MUI nomor 5 tahun 2009 yang menyatakan bahwa bagi orang

yang melaksanakan wajib hajib atau umrah wajib, boleh menggunakan vaksin meningitis haram

karena Al-hajah (kebutuhan mendesak) dinyatakan tidak berlaku lagi.

b. Fatwa dari Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Pertanyaan dari Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup,

tentang status hukum vaksin, khususnya untuk imunisasi polio yang dicurigai memanfaatkan

enzim dari babi.

Jawaban:

Sebagai kesimpulan, dapatlah dimengerti bahwa vaksinasi polio yang

memanfaatkan enzim tripsin dari babi hukumnya adalah mubah atau boleh, sepanjang

belum ditemukan vaksin lain yang bebas dari enzim itu. Sehubungan dengan itu, kami

menganjurkan kepada pihak-pihak yang berwenang dan berkompeten agar melakukan

penelitian-penelitian terkait dengan penggunaan enzim dari binatang selain babi yang

tidak diharamkan memakannya. Sehingga suatu saat nanti dapat ditemukan vaksin yang

benar-benar bebas dari barang-barang yang hukum asalnya adalah haram.

c. Fatwa LBM-NU (Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama) Indonesia

Pengurus besar Nahdlatul Ulama akan menindaklanjuti hasil sidang Lembaga Bahtsul

Matsail NU (LBM-NU). Kesimpulan sidang menyatakan secara umum hokum vaksin meningitis

suci dan boleh dipergunakan.

Menurut Katib Aam Suriah PBNU, Malik Madani, keputusan tersebut merupakan

kesimpulan di internal LBM-NU. Secara pasti, hasilnya akan segera dibahas di kalangan suriah.

‘Tunggu hasilnya bisa disetujui dan bisa tidak,’ ujar dia kepada Republika di Jakarta, Rabu (1/9).
Apapun hasilnya kelak, ungkap Malik, PBNU merekomendasikan ke pemerintah agar

melakukan vaksinasi kepada para jamaah haji dengan memakai vaksin yang halal berdasarkan

syari’i. Hal ini penting, agar jamaah haji mendapat rasa nyaman dan kekhidmatan beribadah.

Selain itu, masyarakat dihimbau tidak terlalu resah dengan informasi apapun terkait vaksin

meningitis yang belum jelas.

Ketua LBM-NU, Zulfa Musthafa, mengemukakan berdasarkan informasi dan pemaparan

sejumlah pakar dalam sidang LBM-NU diketahui bahwa semua produk vaksin meningitis pernah

bersinggungan dengan enzim babi. Termasuk produk yang dikeluarkan oleh Novartis Vaccine

and Diagnostics S.r.i dan Meningococcal Vaccine produksi Zheijiang Tianyuan Bior

Pharmaceutical Co. Ltd. Akan tetapi, secara kesuluruhan hasil akhir produk-produk tersebut

dinilai telah bersih dan suci.

Zulfa menuturkan, dalam pembahasannya, LBM-NU tidak terpaku pada produk tertentu.

Tetapi, pembahasan lebih menitik beratkan pada proses pembuatan vaksin. Hasilnya, secara

umum vaksin meningitis suci dan boleh dipergunakan. ”Dengan demikian, vaksin jenis

Mancevax ACW135 Y, produksi Glaxo Smith Kline (GSK), Beecham Pharmaceutical, Belgia

pun bisa dinyatakan halal,” tandas dia.

Berdasarkan beberapa uraian fatwa di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum imunisasi

dipandang boleh dengan alasan:

1. Imunisasi ini sangat dibutuhkan sekali sebagaimana penelitian ilmu kedokteran

2. Bahan haram yang ada telah lebur dengan bahan-bahan lainnya.

3. Belum ditemukan pengganti lainnya yang mubah.


4. Hal ini termasuk dalam kondisi darurat.

5. Sesuai dengan kemudahan syari’at di kala ada kesulitan.

BAB III

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada Bab II, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Imunisasi diartikan pemberian vaksin atau senyawa antigenik yang digunakan untuk

menghasilkan kekebalan aktif dan meningkatkan imunitas tubuh penyakit untuk mencegah

terjadinya penyakit tertentu.

2. Tujuan diberikannya imunisasi pada anak adalah untuk mencegah timbulnya berbagai macam

penyakit yang dimungkinkan dapat menyerang system kekebalan tubuh anak sehingga dapat

memberikan manfaat untuk menghilangkan kecemasan terhadap anak untuk terjangkit penyakit.

3. Jenis-jenis imunisasi terdiri atas imunisasi pasif yaitu pemberian antibodi kepada resipien yang

dimaksudkan untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya, dan imunisasi aktif yaitu kekebalan yang dibuat oleh

tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah.

4. Pemberian imunisasi harus dilakukan dengan cara yang benar untuk menghindari efek samping

yang tidak diharapkan.

5. Efek yang dapat ditimbulkan setelah pemberian vaksin atau imunisasi berbagai macam mulai

dari peradangan, demam, sampai pada kerusakan system saraf.

6. Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul yang dapat dipengaruhi

oleh dosis vaksin, frekuensi pemberian vaksin, ajuvan, dan jenis vaksin.

6. Imunisasi menurut agama hukumnya adalah boleh dengan alasan: Imunisasi ini sangat

dibutuhkan sekali sebagaimana penelitian ilmu kedokteran, bahan haram yang ada telah lebur

dengan bahan-bahan lainnya, belum ditemukan pengganti lainnya yang mubah, hal ini termasuk

dalam kondisi darurat, dan sesuai dengan kemudahan syari’at di kala ada kesulitan.

B. Saran

Saran yang dapat penyusun sampaikan dalam makalah ini yaitu:


1. Sebaiknya pembaca dapat mengambil hal-hal positif yang tercantum dalam makalah ini.
2. Segala saran kritik yang bersifat membangun senantiasa penyusun harapkan demi perbaikan
makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. “Cara Vaksinasi/Imunisasi Vaksin DPT, DT, TT dan Polio”. http://e-
medis.blogspot.com/2013/05/cara-vaksinasiimunisasi-vaksin-dpt-dt.html. 21 November 2014.
Anonim. “Ilmu Kesehatan Anak-Dian Husada Tujuan Imunisasi” http://dwimery-
dianhusada.blogspot.com/p/tujuan-imunisasi.html. 21 November 2014.
Anonim. “Kontroversi Imunisasi Bayi–Masukan Bagi Ummat Islam”
http://www.tipsbayi.com/kontroversi-imunisasi-bayi-masukan-bagi-ummat-islam.html. 21
November 2014.
Anonim, “Manfaat Imunisasi bagi Bayi” http://cardiacku.blogspot.com/2013/06/manfaat-imunisasi-
bagi-bayi.html. (21 November 2014).
Anonim, “Pengertian, Tujuan dan Jadwal Imunisasi Lengkap”
http://www.medkes.com/2014/01/pengertian-tujuan-dan-jadwal-imunisasi-lengkap.html. 21
November 2014.
Bahraen, Raehanul. “Fatwa-Fatwa Ulama, Keterangan Para Ustadz dan Ahli Medis di Indonesia
Tentang Bolehnya Imunisasi-Vaksinasi”.
http://moslemsunnah.wordpress.com/2012/04/14/fatwa-fatwa-ulama-keterangan-para-ustadz-
dan-ahli-medis-di-indonesia-tentang-bolehnya-imunisasi-vaksinasi/. (22 November 2014).
Indonesia Medicine. “Aspek Imunologi Vaksinasi – Imunisasi”,
http://allergycliniconline.com/2013/11/02/aspek-imunologi-vaksinasi-imunisasi/. 22 November
2014.
Lenteraimpian, “Imunisasi” http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/02/imunisasi/. 22 November
2014.
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. “Pedoman Imunisasi di Indonesia”. Cetakan I; Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 2011.
Timbang Rasa. “Dosis, Jumlah dan Waktu Pemberian Serta Efek Samping Imunisasi”.
http://timbangrasaclinic.blogspot.com/2011/10/dosis-jumlah-dan-waktu-pemberian-serta.html.
21 November 2014.
[1] Anonim, “Kontroversi Imunisasi Bayi–Masukan Bagi Ummat

Islam” http://www.tipsbayi.com/kontroversi-imunisasi-bayi-masukan-bagi-

ummat-islam.html. (21 November 2014).

[2] Anonim, “Vaksin” http://ipdia.blogspot.com/2013/09/vaksin.html.

(21 November 2014).

[3] Anonim, “Manfaat Imunisasi bagi Bayi”

http://cardiacku.blogspot.com/2013/06/manfaat-imunisasi-bagi-bayi.html.

(21 November 2014).

[4] Anonim, “Ilmu Kesehatan Anak-Dian Husada Tujuan Imunisasi”

http://dwimery-dianhusada.blogspot.com/p/tujuan-imunisasi.html. (21

November 2014).

[5] AnonIm, http://www.google.com

[6] Lenteraimpian, “Imunisasi”

http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/02/imunisasi/, (22 November

2014).
[7] Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, “Pedoman

Imunisasi di Indonesia” (Cet. I; Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran UI, 2011), h. 202.

[8] Anonim, “Pengertian, Tujuan dan Jadwal Imunisasi Lengkap”

http://www.medkes.com/2014/01/pengertian-tujuan-dan-jadwal-imunisasi-

lengkap.html. 21 November 2014.

[9] Anonym, “Manfaat Tujuan Imunisasi Lengkap Anak Bayi”

http://www.newsfarras.com/2014/10/Manfaat-Tujuan-Imunisasi-

Lengkap.html. (21 November 2014).

[10] Anonim, “Pengertian, Tujuan dan Jadwal Imunisasi Lengkap”

http://www.medkes.com/2014/01/pengertian-tujuan-dan-jadwal-imunisasi-

lengkap.html. 21 November 2014.

[11] Anonim, “Pengertian, Tujuan dan Jadwal Imunisasi Lengkap”

http://www.medkes.com/2014/01/pengertian-tujuan-dan-jadwal-imunisasi-

lengkap.html. 21 November 2014.

[12] Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, “Pedoman

Imunisasi di Indonesia”, h. 140.


[13] Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, “Pedoman

Imunisasi di Indonesia”, h. 143-152..

[14] Anonym, “Cara Vaksinasi/Imunisasi Vaksin DPT, DT, TT dan

Polio” http://e-medis.blogspot.com/2013/05/cara-vaksinasiimunisasi-

vaksin-dpt-dt.html. (21 November 2014).

[15] Timbang Rasa, “Dosis, Jumlah dan Waktu Pemberian Serta Efek

Samping Imunisasi” http://timbangrasaclinic.blogspot.com/2011/10/dosis-

jumlah-dan-waktu-pemberian-serta.html, (21 November 2014).

[16] Indonesia Medicine, “Aspek Imunologi Vaksinasi – Imunisasi”,

http://allergycliniconline.com/2013/11/02/aspek-imunologi-vaksinasi-

imunisasi/, (22 November 2014).

[17] Raehanul Bahraen, “Fatwa-Fatwa Ulama, Keterangan Para Ustadz

dan Ahli Medis di Indonesia Tentang Bolehnya Imunisasi-Vaksinasi”,

http://moslemsunnah.wordpress.com/2012/04/14/fatwa-fatwa-ulama-

keterangan-para-ustadz-dan-ahli-medis-di-indonesia-tentang-bolehnya-

imunisasi-vaksinasi/, (22 November 2014).

SHARE

SHARE
Comments
Popular posts from this blog

MAKALAH PENILAIAN AUTENTIK


November 27, 2017
SHARE

POST A COMMENT
READ MORE

MAKALAH METABOLISME
PROTEIN
December 01, 2017
SHARE

POST A COMMENT
READ MORE
About Me

Rijal Biogenesis
VISIT PROFILE

Archive
Labels
Report Abuse
Powered by Blogger

BIOLOGY EDUCATION
SEARCH

Anda mungkin juga menyukai