A. Gambaran Umum
Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi multikultural terbesar di Indonesia. Kenyataan ini
dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Keragaman ini
diakui atau tidak akan dapat menimbulkan berbagai persoalan, seperti korupsi, kolusi, nepotisme,
kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan, separatisme, dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk
menghormati hak-hak orang lain, merupakan bentuk nyata sebagai bagian dari multi kulturalisme
tersebut.
Kita perlu mencermati berbagai kasus terjadinya konflik keagamaan akhir-akhir ini, salah satu
faktor penyebabnya adalah adanya paradigma keberagamaan masyarakat yang bersifat eksklusif. Karena
itu, diperlukan langkah-langkah preventif untuk mencegah berkembangnya paradigma tersebut, yaitu
dengan membangun pemahaman keberagamaan yang lebih inklusif pluralis, multikultural, humanis,
dialogis-persuasif, kontekstual melalui pendidikan, media massa, dan interaksi sosial.
Kondisi masyarakat Sumatera Utara yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta
status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalam
masyarakat.
Kondisi yang demikian memungkinkan terjadinya benturan antar budaya, antar ras, etnik, agama
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kasus Ambon, Sampit, konflik antara FPI dan kelompok
Ahmadiyah, dan sebagainya telah menyadarkan kepada kita bahwa kalau hal ini terus dibiarkan maka
sangat memungkinkan untuk terciptanya disintegrasi bangsa.
Ancaman riil bangsa yang pluralistik seperti minimnya toleransi, inklusivisme dan berbagai jenis
fundamentalisme dapat dikikis kalau ada pengakuan terhadap multi kulturalisme. Hanya saja, bahaya
yang ada pada multi kulturalisme, semisal partikuralisme, tak banyak disinggung. Sesungguhnya
Paradigma multikultural secara implisit juga menjadi salah satu concern dari Pasal 4 UU NO. 20 Tahun
2003 Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.
Multikuituralisme adalah konsep yang mampu menjawab tantangan perubahan zaman dengan alasan
merupakan sebuah ideologi yang mengagungkan perbedaaan budaya, atau sebuah keyakinan yang
mengakui dan mendorong terwujudnya pluralisme budaya sebagai corak kehidupan masyarakat, juga
akan menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasikan perbedaan-perbedaan dalam masyarakat
yang multikultural. Perbedaan itu dapat terwadahi di tempat-tempat umum, tempat kerja dan pasar, dan
sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial.
Dialog Interaktif Nasional ini merupakan rangkaian acara dari Pergerakan Indonesia . Tema
untuk Dialog Interaktif Nasional ini adalah “Mengawal Bingkai Kebhinekaan Suku, Agama, Ras, dan
Antar Golongan dalam Pilkada Sumatera Utara 2018” yang berisi tentang isu-isu Pilkada Suamtera Utara
2018 dengan tujuan untuk membangun Pilkada yang Damai dan Kondusif.
Dialog Interaktif Nasional ini dilaksanakan di Hotel Danau Toba Internasional dengan acara
pemberian materi mengenai Mengawal Kebinekaan dan diskusi panel, yang dihadiri oleh Perwakilan
Elemen Masyarakat sebagai peserta Dialog Interaktif Nasional.
B. Pembicara
Pembicara pada Dialog Interaktif Nasional yang akan dilaksanakan ini adalah :
1. Prof. Dr. Mohammad Mahfud M.D., S.H.,S.U (Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan
Idiologi Pancasila).
Dengan Topik “Penggunaan Isu SARA dan Ujaran Kebencian dalam Pilkada Sumatera Utara
Merupakan Ancaman Terbesar Bagi NKRI”
2. Muhammad Imdadun Rahmad (Direktur Said Aqil Siroj Institute, Ketua Komnas HAM Periode
2016-2017).
Dengan Topik “Pelanggaran HAM terhadap Hak-hak Sipil dan Politik Masyarakat dalam
Pelaksanaan Pemilukada”.
3. Abdon Nababan (Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Pusat)
Dengan Topik “ Peranan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dalam Menjaga
Keutuhan NKRI”
4. Sereida Tambunan ( Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Pergerakan Indonesia)
Dengan Topik “Fungsi Organisasi Masyarakat dalam Membangun Kebhinekaan dalam Proses
Berdemokrasi”
5. Bung MUZAKIR RIDHA (Tokoh Pemuda Sumatera Utara)
Dengan Topik “Membangun Partisipatif Masyarakat Pada PILKADA Sumut 2018 dengan
menjunjung Etika, Moral dan Nilai-Nilai Budaya Bangsa”
C. Moderator
Adapun yang menjadi Moderator dalam acara ini adalah :
Bung SAIFUL AMIN LUBIS, ST (Mentor Gerakan Kebajikan Pancasila, Deklarator
Gerakan Daulat Desa)
D. Peserta
Peserta Dialo Interaktif Nasional di ikuti oleh :
1. Tokoh Adat
2. Tokoh Agama
3. Tokoh Pemuda
4. Mahasiswa
5. Remaja Mesjid
6. Organisasi Masyarakat
7. Partai Politik
8. Komisi Pemilihan Umum
9. Bawaslu
10. Akademisi
11. Praktisi
12. dll
E. Tujuan Umum
Maksud dan Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Dialog Interaktif Nasional ini yaitu :
1. Agar terciptanya rasa damai dalam melaksankan kegiatan beragama dan berkebudayaan
khususnya masyarakat Sumatera Utara.
2. Menambah ilmu pengetahuan peserta Dialog/khususnya Masyarakat Sumatera Utara agar dapat
terjaganya persatuan dan kesatuan NKRI.
3. Meningkatkan rasa cinta bangsa dan rasa persatuan agar terciptanya kebinekaan yang berdasarkan
PANCASILA
F. Acara
H. Penutup
Demikianlah “Terms Of Reference”(TOR) ini kami perbuat dengan sebenarnya, sebagai bahan dasar
serta rujukan dalam pelaksanaan kegiatan Dialog Interaktif Nasional ini, besar harapan kami Bapak/Ibu
dapat membantu kami demi suksesnya pelaksanaan kegiatan ini sebagaimana yang diharapkan. Atas
perhatian dan dukungan yang diberikan kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Panitia Pelaksana
Ketua Sekretaris
Diketahui,
Dewan Pengurus Propinsi Pergerakan Indonesia
Ketua