Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil Penelitian


1.1.1. Gambaran Umum Aceh Timur
Kabupaten Aceh Timur adalah sebuah kabupaten yang berada di sisi timur

Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu kabupaten yang

mengalami pemekaran berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 78 tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan

penggabungan daerah, terletak di provinsi Aceh. Kabupaten Aceh Timur

mengalami pemekaran 3 (tiga) Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Timur,

Pemerintah Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2007

tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Aceh Timur dari Kota Langsa ke Idi

Rayeuk Kabupaten Aceh Timur. Sehingga relokasi pusat pemerintahan dan semua

kegiatan pemerintahan pindah ke Kecamatan Idi Rayeuk. Dengan pertimbangan

bahwa letak kecamatan Idi Rayeuk merupakan letak yang strategis dan dapat

terjangkau oleh semua kecamatan dalam kabupaten Aceh Timur. Selain itu Lokasi

Pembangunan Pusat pemerintahan yang dekat dengan jalan Lintas Sumatera,

sehingga nantinya dapat mendukung perekonomian dan pembangunan masyarakat

Aceh Timur ke depan.

Secara Geografis Kabupaten Aceh Timur terletak antara 4o09’21,08” -

5o06’02,16” Lintang Utara dan 97o15’22,07” –97o34’47,22” Bujur Timur dengan

ketinggian wilayah yang cukup beragam berkisar antara 0 sampai dengan 308 meter

43
2

di atas permukaan laut (mdpl) dan kemiringan antara 1 sampai dengan 5 derajat.

Sampai dengan tahun 2014 Kabupaten Aceh Timur terdiri dari 24 Kecamatan, 513

Desa, meliputi 54 pemukiman. Adapun jumlah penduduk Kabupaten Aceh Timur

pada tahun 2013 sebanyak 386.212 jiwa, serta pada tahun 2014 dan 2015 sebanyak

394.933 jiwa dan 402.976 jiwa.

Luas wilayah Kabupaten Aceh Timur seluas 604.060 Ha atau 10,53 persen

dari luas provinsi Aceh. Luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Serbajadi seluas

216.566 Ha dan terkecil Kecamatan Darul Falah seluas 4.240 Ha. Batas-batas

wilayah Kabupaten Aceh Timur adalah: (1) Sebelah Utara berbatasan dengan

Kabupaten Utara dan Selat Malaka, (2) Sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Aceh Tamiang dan Kota Langsa, (3) Sebelah Selatan berbatasan dengan

Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tamiang, (4) Sebelah Barat berbatasan

dengan Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bener Meriah.

Kabupaten Aceh Timur memiliki struktur pemerintahan yang tidak banyak

berbeda dengan pemerintah daerah lainnya di Provinsi Aceh. Lembaga

Pemerintahan terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Sekretariat Baitul

Mal, Sekretariat MAA, Sekretariat MPD, Sekretariat MPU, Inspektorat,

Pemerintah Kecamatan, 14 Dinas, 7 Badan, 3 Kantor dan 2 instansi lainnya.

1.1.2. Perkembangan Belanja Modal di Kabupaten Aceh Timur

Belanja modal merupakan belanja yang hasilnya dapat dimanfaatkan secara

langsung oleh masyarakat. Belanja modal di Kabupaten Aceh Timur mengalami


3

fluktuasi di setiap tahunnya. Berikut ini merupakan tabel perkembangan belanja

modal di Kabupaten Aceh Timur tahun 2005-2015.

Tabel IV-1
Perkembangan Belanja Modal Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2005-2015

Pengeluaran Belanja Modal Perkembangan


No Tahun
(Milyar Rp) (%)
1 2005 13,512 -
2 2006 40,498 200%
3 2007 205,638 408%
4 2008 173,493 -18%
5 2009 198,359 14%
6 2010 156,730 -21%
7 2011 130,522 -17%
8 2012 105,715 -19%
9 2013 193,177 83%
10 2014 373,164 93%
11 2015 408,786 10%
Sumber: DPKAD Aceh Timur

Berdasarkan Tabel IV-1 memperlihatkan belanja modal pada tahun 2005-

2015 terus mengalami fluktuasi. Dapat terlihat bahwa belanja modal pada 2006

belanja modal sebesar 200%, selanjutnya pada tahun 2007 belanja modal

mengalami perkembangan sebesar 408%. Namun pada tahun 2008 kembali

mengalami penurunan sebesar -18%. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan

sebesar 14%. Kemudian pada tahun 2010-2012 mengalami penurunan yang

berkisar sebesar -21%. Pada tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan sebesar

83% dan 93%, serta pada tahun 2015 perkembangan belanja modal kembali

menurun sebesar 10%. Fluktuasi pada belanja modal terjadi disebabkan alokasi

dana pada belanja langsung meningkat pada anggaran belanja pegawai atau pada

belanja barang dan jasa, sehingga belanja modal juga mengalami fluktuasi disetiap

tahunnya.
4

1.1.3. Perkembangan Indeks Pembagunan Manusia (IPM) di Kabupaten


Aceh Timur

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk

mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM

dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah. IPM telah

mengalami perubahan metode perhitungan sejak tahun 1990 – 2014, tabel berikut

ini memperlihatkan metodelogi perubahan perhitungan IPM.

Tabel IV-2
Metodologi Perhitungan IPM

Metodologi Perubahan Perhitungan IPM

1990 Pertama kali diperkenalkan: komponen IPM yang


digunakan AHH (angka harapan hidup), AMH (angka melek
huruf), PDB perkapita. Agregasi dengan rata-rata aritmatika
1991 Penyempurnaan: komponen IPM yang digunakan AHH
(angka harapan hidup), AMH (angka melek huruf) , RLS
(rata-rata lama sekolah) dan PDB perkapita
1995 Penyempurnaan: komponen IPM yang digunakan AHH
(angka harapan hidup), AMH (angka melek huruf),
Kombinasi APK (angka partisipasi kasar) dan PDB
perkapita
2010 UNDP merubah metodologi: komponen IPM yang

digunakan AHH(angka harapan hidup) , HLS (harapan lama

sekolah), RLS (rata-rata lama sekolah), PNB perkapita

dengan rata-rata geometrik

2011 Penyempurnaan: mengganti tahun dasar PNB perkapita dari


tahun 2008 menjadi 2005
2014 Penyempurnaan: mengganti tahun dasar PNB perkapita dari
tahun 2005 menjadi tahun 2011, merubah metode agregasi
indeks pendidikan dari rata-rata geometric menjadi rata-rata
aritmatik
Sumber: http://aceh.bps.go.id
5

Adapun perkembangan indeks pembangunan manusia di Kabupaten Aceh

Timur dari tahun 2005-2015 dapat terlihat pada Tabel IV-3 sebagai berikut:

Tabel IV-3
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2005-2015

Perkembangan Indeks
Indeks Pembangunan
Pembangunan
No Tahun Manusia
Manusia
(0-100)
(%)
1 2005 68,40 -
2 2006 68,84 0,64%
3 2007 69,40 0,81%
4 2008 69,55 0,22%
5 2009 70,19 0,92%
6 2010 70,55 0,51%
7 2011 70,94 0,55%
8 2012 62,93 -11%
9 2013 63,27 0,54%
10 2014 63,57 0,47%
11 2015 64,55 1,54%
Sumber: http://acehtimurkab.bps.go.id

Berdasarkan Tabel IV-3 dapat terlihat perkembangan indeks pembangunan

manusia di Kabupaten Aceh Timur tahun 2005-2015 mengalami fluktuasi yang

berkisar antara -11% – 1,54%. Pada tahun 2006 perkembangan IPM sebesar 0,64%,

selanjutnya pada tahun 2007 perkembangan IPM mengalami peningkatan sebesar

0,81%. Pada tahun 2008 perkembangan IPM sebesar 0,22%. Selanjutnya pada

tahun 2009 dan tahun 2010 perkembangan IPM sebesar 0,92% dan 0,51%. Serta

pada tahun 2011 sebesar 0,55%. Namun, pada tahun 2012 perkembangan indeks

pembangunan manusia mengalami defisit sebesar -11% hal ini disebabkan karena

perubahan metode dalam menghitung IPM pada komponen angka melek huruf yang

dibagi menjadi dua bagian yaitu harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah

sehingga perkembangan IPM mengalami penurunan. Pada tahun 2013


6

perkembangan IPM mengalami peningkatan sebesar 0,54%. Serta pada tahun 2014

dan tahun 2015 terus mengalami peningkatan sebesar 0,47% dan 1,54%.

1.1.4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Timur

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dapat

menggambarkan perkembangan perekonomian dalam suatu daerah. Indikator yang

digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Adapun pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Aceh Timur dari tahun 2005-2015 dapat dilihat pada Tabel IV-4 berikut ini.

Tabel IV-4
Produk Domestik Regional Bruto ADHK (without oil) Tahun 2005-2015
Data Dikonversi Menggunakan Tahun Dasar 2010

PDRB (without oil) Laju PDRB


No Tahun
(Rp) (%)
1 2005 4.465.891.90 -
2 2006 4.631.503.21 4%
3 2007 4.819.726.41 4%
4 2008 4.943.296.90 3%
5 2009 5.096.149.34 3%
6 2010 5.284.975.80 4%
7 2011 5.530.763.75 5%
8 2012 5.787.356.23 5%
9 2013 6.075.039.73 5%
10 2014 6.253.477.50 3%
11 2015 6.554.504.47 5%
Sumber: http://acehtimurkab.bps.go.id

Berdasarkan Tabel IV-4 memperlihatkan PDRB ADHK without oil terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2006-2010 perkembangan

PDRB berkisar antara 3−4%. Pada tahun 2011 PDRB Aceh Timur meningkat

sebesar 5%. Pada tahun 2012-2013 perkembangan PDRB sebesar 5%. Serta pada

tahun 2014-2015 PDRB sebesar 3% dan 5%.


7

1.1.5. Perkembangan Kemiskinan di Kabupaten Aceh Timur

Konsep kemiskinan menurut BPS adalah kemampuan memenuhi kebutuhan

dasar (basic needs approach). Adapun kemiskinan yang menjadi objek dalam

penelitian ini adalah jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Timur. Jumlah

penduduk miskin di Kabupaten Aceh Timur setiap tahunnya mengalami penurunan,

hal ini dapat dilihat pada Tabel IV-5 sebagai berikut.

Tabel IV-5
Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Aceh Timur
Tahun 2005-2015

Jumlah Penduduk Miskin Perkembangan


No Tahun
(Jiwa) (%)
1 2005 92.800 -
2 2006 92.200 -0.65%
3 2007 84.900 -8%
4 2008 76.220 -10%
5 2009 68.300 -10%
6 2010 66.500 -3%
7 2011 66.700 0,3%
8 2012 65.400 -2%
9 2013 64.400 -2%
10 2014 63.000 -2%
11 2015 63.480 0,1%
Sumber: http://acehtimurkab.bps.go.id

Berdasarkan Tabel IV-5 memperlihatkan perkembangan jumlah penduduk

miskin dari tahun 2005-2015 yang terus mengalami penurunan. Pada tahun 2006-

2010 perkembangan jumlah penduduk miskin terus mengalami penurunan yang

berkisar antara -0,65% sampai -10%. Namun, pada tahun 2011 dan 2015

mengalami peningkatan yang disebabkan oleh ketimpangan pendapatan. Serta pada

tahun 2012-2014 mengalami penurunan sebesar 2%. Penurunan angka kemiskinan


8

menggambarkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh

Timur.

1.1.6. Pengaruh Langsung

Pada tabel IV-6 memperlihatkan koefisien-koefisien jalur belanja modal

pemerintah daerah dan indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Tabel IV-6
Hasil Regresi Persamaan Substruktur I

Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi


Method: Least Squares
Sample: 1 11
Included observations: 11

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

BM 3.27E-06 1.02E-06 3.203662 0.0125


IPM -104676.6 38692.20 -2.705368 0.0268
C 11872928 2696827. 4.402555 0.0023

R-squared 0.792106 Mean dependent var 5403880.


Adjusted R-squared 0.740133 S.D. dependent var 692672.9
S.E. of regression 353105.0 Akaike info criterion 28.61392
Sum squared resid 9.97E+11 Schwarz criterion 28.72244
Log likelihood -154.3766 Hannan-Quinn criter. 28.54551
F-statistic 15.24060 Durbin-Watson stat 0.929619
Prob(F-statistic) 0.001868

Sumber: hasil olahan software EViews

Berdasarkan Tabel IV-6 dapat dilihat hasil regresi persamaan substruktur I

sebagai berikut:

Y1 = 3,27E-06X1 – 104676,6X2 + 0,4559 e

Persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai berikut:


9

a. Pengaruh langsung dari variabel belanja modal (X1) terhadap pertumbuhan

ekonomi (Y1) adalah 3,27E-06 (bernilai positif). Variabel belanja modal (X1)

memiliki pengaruh langsung yang bersifat positif terhadap pertumbuhan

ekonomi (Y1). Pengaruh positif berarti, ketika nilai dari variabel belanja modal

(X1) meningkat, maka terdapat kecenderungan pertumbuhan ekonomi (Y1) juga

meningkat.

b. Pengaruh langsung dari variabel indeks pembangunan manusia (X2) terhadap

pertumbuhan ekonomi (Y2) adalah -104676,6 (bernilai negatif). Variabel indeks

pembangunan manusia (X2) memiliki pengaruh langsung yang bersifat negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi (Y2). Pengaruh negatif berarti, ketika nilai dari

variabel indeks pembangunan manusia (X2) meningkat, maka terdapat

kecenderungan pertumbuhan ekonomi menurun.

Berdasarkan Tabel IV-6 maka dapat disimpulkan diagram jalur untuk

persamaan substruktur I sebagai berikut:

Belanja Modal (X1) 3,27𝐸 − 06 e1= 0,4559

Pertumbuhan Ekonomi
−104676,6 (Y1)
Indeks Pembangunan
Manusia (X2)

Gambar IV-1 Koefisien Jalur Persamaan Subtruktur I

Selanjutnya pada Tabel IV-7 memperlihatkan koefisien-koefisien jalur

belanja modal pemerintah daerah dan indeks pembangunan manusia terhadap

kemiskinan.

Tabel IV-7
10

Hasil Regresi Persamaan Substruktur II

Dependent Variable: Kemiskinan


Method: Least Squares
Sample: 1 11
Included observations: 11

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

BM 2.10E-08 2.50E-08 0.839710 0.4288


IPM -1713.732 869.1706 -1.971686 0.0893
PE -0.022854 0.005739 -3.981888 0.0053
C 308392.0 80994.53 3.807566 0.0066

R-squared 0.828225 Mean dependent var 73081.82


Adjusted R-squared 0.754608 S.D. dependent var 11571.37
S.E. of regression 5732.118 Akaike info criterion 20.42085
Sum squared resid 2.30E+08 Schwarz criterion 20.56553
Log likelihood -108.3146 Hannan-Quinn criter. 20.32964
F-statistic 11.25036 Durbin-Watson stat 1.342467
Prob(F-statistic) 0.004552

Sumber: hasil olahan software EViews

Berdasarkan Tabel IV-7 memperlihatkan hasil analisis regresi data panel

untuk persamaan substruktur II, diperoleh koefisien-koefisien jalur sebagai berikut:

Y2 = 2,10E-08 X1 – 1713,732 X2 – 0,022854 Y1 + 0,4144 e

Persamaan diatas dapat diintepretasikan sebagai berikut:

a. Pengaruh langsung dari variabel belanja modal (X1) terhadap kemiskinan (Y2)

adalah 2,10E-08 (bernilai positif). Variabel belanja modal (X1) memiliki

pengaruh langsung yang bersifat positif terhadap kemiskinan (Y2). Pengaruh

positif berarti, ketika nilai dari variabel belanja modal (X1) meningkat, maka

terdapat kecenderungan kemiskinan (Y2) meningkat.


11

b. Pengaruh langsung dari variabel indeks pembangunan manusia (X2) terhadap

kemiskinan (Y2) adalah -1713,732 (bernilai negatif). Variabel indeks

pembangunan manusia (X2) memiliki pengaruh langsung yang bersifat negatif

terhadap kemiskinan (Y2). Pengaruh negatif berarti, ketika nilai dari variabel

indeks pembangunan manusia (X2) meningkat, maka terdapat kecenderungan

kemiskinan (Y2) menurun.

c. Pengaruh langsung dari variabel pertumbuhan ekonomi (Y1) terhadap

kemiskinan (Y2) adalah -0,022854 (bernilai negatif). Variabel pertumbuhan

ekonomi (Y1) memiliki pengaruh langsung yang bersifat negatif terhadap

kemiskinan (Y2). Pengaruh negatif berarti, ketika nilai dari variabel

pertumbuhan ekonomi (Y1) meningkat, maka terdapat kecenderungan

kemiskinan (Y2) menurun.

Berdasarkan Tabel IV-7 maka dapat disimpulkan diagram jalur untuk

persamaan substruktur II sebagai berikut:

Belanja Modal (X1)


2,10𝐸 − 08

Pertumbuhan −0,022854 Kemiskinan


Ekonomi (Y1) (Y2)

−1713,732
Indeks
Pembangunan
Manusia (X2) 𝑒2 = 0,4144

Gambar IV-2 Koefisien Jalur Untuk Persamaan Substruktur II


12

1.1.7. Pengaruh Tidak langsung

Berdasarkan Tabel IV-6 dan Tabel IV-7 maka dapat diketahui pengaruh

tidak langsung variabel belanja modal dan indeks pembangunan manusia terhadap

kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

a. Pengaruh belanja modal (X1) terhadap kemiskinan (Y2) melalui pertumbuhan

ekonomi (Y1) hasil kali antara koefisien jalur dari X1 ke Y1 dan Y1 ke Y2 yakni

3,27E-06 x -0,022854 = -74,732E-08

b. Pengaruh indeks pembangunan manusia (X2) terhadap kemiskinan (Y2) melalui

pertumbuhan ekonomi (Y1) hasil kali antara koefisien jalur dari X2 ke Y1 dan

Y1 ke Y2, yakni -104676,6 x -0,022854 = 2392,28

1.1.8. Pengaruh Total

Berdasarkan tabel IV-6 dan tabel IV-7 maka dapat diketahui pengaruh total

variabel belanja modal dan indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan

melalui pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

a. Pengaruh total belanja modal (X1) terhadap kemiskinan (Y2) melalui

pertumbuhan ekonomi (Y1) adalah sebagai berikut:

(3,27E-06 – 2,10E-08) x (-0,022854) = -74,252E-08

b. Pengaruh total indeks pembangunan manusia (X2) terhadap kemiskinan (Y2)

melalui pertumbuhan ekonomi (Y1) adalah sebagai berikut:

(-104676,6 – 1713,732) x (-0,022854) = 41557,91

Adapun koefisien pengaruh hubungan masing-masing variabel dapat

digambarkan sebagai berikut:


13

e1=0,4559
Belanja Modal
P3=−2,10E-08
(X1)
P1=3,27E-06

Pertumbuhan P5=−0,022854 Kemiskinan


Ekonomi (Y1) (Y2)

P2=−104676,6
Indeks
Pembangunan p4=−1713,732
Manusia (X2)

e2=0,4144

Gambar IV-3 Hubungan Koefisien Jalur Model Penelitian

1.1.9. Uji Signifikansi Koefisien Regresi Simultan secara Serentak (Uji F)

Uji signifikansi koefisien regresi parsial secara menyeluruh merupakan

suatu uji untuk menguji apakah seluruh koefisien regresi parsial secara menyeluruh

atau simultan sama dengan nol atau tidak (Supranto, 2005:158). Dengan kata lain,

menguji apakah seluruh variabel bebas secara bersamaan atau simultan

mempengaruhi variabel tak bebas signifikan secara statistik atau tidak.

Berdasarkan Tabel IV-6 diketahui nilai probabilitas 0,001868 Karena nilai

probabilitas lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka

pengaruh simultan dari variabel bebas belanja modal pemerintah daerah dan indeks

pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi signifikan.

Selanjutnya pada Tabel IV-7, diketahui nilai probabilitas 0,004552, karena

nilai probabilitas lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka

pengaruh simultan dari variabel bebas belanja modal pemerintah daerah, indeks

pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan signifikan.

1.1.10. Uji Signifikasi Koefisien Regresi Parsial secara Individu (Uji t)


14

Uji signifikansi koefisien regresi parsial secara individu merupakan suatu

uji untuk menguji apakah nilai dari koefisien regresi parsial secara individu bernilai

nol atau tidak (Supranto, 2005:156).

Berdasarkan Tabel IV-6 maka dapat diketahui uji signifikansi koefisien

regresi parsial secara individu untuk persamaan substruktur I yaitu antara variabel

belanja modal pemerintah daerah dan indeks pembangunan manusia terhadap

pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

a. Diketahui nilai probabilitas dari belanja modal (X1), yakni 0,0125, lebih kecil

dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti pengaruh langsung

antara belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi (Y1) signifikan pada

tingkat signifikansi 0,05.

b. Diketahui nilai probabilitas dari indeks pembangunan manusia (X2), yakni

0,0268, lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti

pengaruh langsung antara indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan

ekonomi signifikan pada tingkat signifikansi 0,05.

Selanjutnya pada Tabel IV-7 dapat dilihat uji signifikansi koefisien regresi

parsial secara individu untuk persamaan substruktur II yaitu antara variabel belanja

modal pemerintah daerah dan indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan

sebagai berikut:

a. Diketahui nilai probabilitas dari belanja modal (X1), yakni 0,4288, lebih besar

dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti pengaruh langsung

antara belanja modal terhadap kemiskinan tidak signifikan pada tingkat

signifikansi 0,05.

b. Diketahui nilai probabilitas dari indeks pembangunan manusia (X2), yakni

0,0893, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti
15

pengaruh langsung antara indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan

tidak signifikan pada tingkat signifikansi 0,05.

c. Diketahui nilai probabilitas dari pertumbuhan ekonomi (Y1), yakni 0,0053 lebih

kecil dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti pengaruh

langsung antara pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan signifikan pada

tingkat signifikansi 0,05.

Diketahui variabel mediasi atau intervening, yakni pertumbuhan ekonomi

memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap kemiskinan, yang

dilihat pada nilai probabilitas pertumbuhan ekonomi yakni 0,0053 lebih kecil

dibandingkan tingkat signifikansi 0,05 sehingga pengaruh tidak langsung antara

belanja modal dan indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan melalui

pertumbuhan ekonomi signifikan secara statistik.

Berdasarkan hasil regresi uji signifikansi, kesimpulan jawaban terhadap

hipotesis penelitian dapat dilihat pada Tabel IV-8 dan Tabel IV-9 sebagai berikut:

Tabel IV-8
Kesimpulan Hipotesis Penelitian Secara Simultan

No Hipotesis Hasil Hipotesis


1 Belanja modal pemerintah daerah dan indeks Diterima
pembangunan manusia secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi
2 Belanja modal, indeks pembangunan manusia dan Diterima
pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan
3 Belanja modal dan indeks pembangunan manusia Diterima
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan melalui
pertumbuhan ekonomi
Tabel IV-9
Kesimpulan Hipotesis Penelitian Secara Parsial
16

No Hipotesis Hasil Hipotesis


1 Belanja modal secara parsial berpengaruh secara Diterima
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
2 Indeks pembangunan manusia secara parsial Diterima
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi
3 Belanja modal secara parsial berpengaruh secara Ditolak
signifikan terhadap kemiskinan
4 Indeks pembangunan manusia belanja secara parsial Ditolak
berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan

1.1.11. Analisis Koefisien Determinasi

Adapun nilai koefisien determinasi untuk persamaan substruktur I dapat

dilihat pada Tabel IV-6 yaitu R2 = 0,792106. Nilai tersebut berarti seluruh variabel

bebas, yakni belanja modal dan indeks pembangunan manusia mempengaruhi

variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 79,21%, sisanya sebesar 20,79%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Nilai error untuk persamaan substruktur I

adalah √1 − 0,792106 = 0,4559

Selanjutnya Tabel IV-7, nilai koefisien determinasi 𝑅 2 terletak pada kolom

R-Squared. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 𝑅 2 = 0,828225. Nilai

tersebut berarti seluruh variabel bebas, yakni belanja modal pemerintah daerah dan

indeks pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi

kemiskinan sebesar 82,82%, sisanya sebesar 17,18% dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain. Nilai error untuk persamaan substruktur II adalah √1 − 0,828225 = 0,4144.

1.2. Pembahasan
17

Berdasarkan pengujian hipotesis penelitian diatas, maka dapat dilakukan

pembahasan secara rinci terkait hasil penelitian berdasarkan teoritis dan justifikasi

teori sebagai berikut.

1.2.1. Pengaruh Belanja Modal dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap


Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini membuktikan

bahwa secara simultan pengaruh variabel-variabel belanja modal dan indeks

pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi signifikan dengan F

statistik dan prob 0,001868 atau lebih kecil dari 0,05.

Kemudian nilai koefisien determinasi (R2) R Squared diperoleh sebesar

0,792106 yang dapat dijelaskan bahwa variabel bebas terdiri dari belanja modal dan

indeks pembangunan manusia menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi sebesar 79,21% sedangkan sisanya sebesar 20,79%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk estimasi penelitian ini. Dengan

demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara

simultan antara variabel belanja modal dan indeks pembangunan manusia terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa belanja modal dan indeks

pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Fitrayati (2011), dimana variabel

penelitiannya yang terdiri dari belanja modal dan indeks pembangunan manusia

secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.


18

Barang-barang modal seperti pabrik, mesin dan peralatan akan

meningkatkan persediaan modal fisik suatu negara yang menyebabkan tercapainya

peningkatan output. Akumulasi modal tidaklah hanya sebatas modal fisik saja tetapi

juga diperlukan adanya mutu modal pembangunan manusia untuk mengelola

sumber daya yang tersedia. Kualitas pembangunan manusia dampak memberikan

dampak yang sama atau bahkan lebih besar dalam meningkatkan produksi.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia akan mendorong perorangan untuk

mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Hal ini haruslah

didorong dengan infrastruktur yang memadai. Pemerintah berperan untuk

memperbaiki infrastruktur dari anggaran belanja modal pemerintah daerah.

4.2.1.1. Pengaruh Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial dari variabel belanja

modal tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai probability dari uji t

untuk variabel belanja modal sebesar 0,0125. Karena nilai probability sebesar

0,0125 atau lebih besar dari 5% (0,05) maka disimpulkan secara parsial signifikan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Nurmainah (2013). Belanja modal

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Timur.

Hal ini terlihat bahwa besarnya nilai belanja modal yang dikeluarkan pemerintah

daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dilihat pada nilai produk

domestik regional bruto.

1.2.1.1. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan


Ekonomi
19

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui pengaruh parsial dari

variabel indeks pembangunan manusia signifikan secara statistik terhadap

pertumbuhan ekonomi. Nilai probability dari uji t untuk variabel indeks

pembangunan manusia sebesar 0,0268. Karena nilai probability dari uji t yakni

lebih kecil dari 5% (0,05) maka disimpulkan pengaruh parsial signifikan secara

statistik.

Pengaruh langsung dari indeks pembangunan manusia diketahui yaitu

sebesar -104676,6 dan nilai ini berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi

artinya setiap peningkatan indeks pembangunan manusia maka akan menurunkan

pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pituringsih (2013), yang menyatakan bahwa PDRB terhadap IPM yang

menunujukkan pengaruh negatif dan signifikan. Pengaruh negatif dalam penelitian

ini disebabkan karena nilai indeks pembangunan manusia mengalami fluktuasi dari

tahun 2005-2015 dan mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun

2012 serta tidak meningkat secara signifikan pada tahun 2012-2015. Hal ini

disebabkan karena pada tahun 2011 metode untuk menghitung indeks

pembangunan manusia mengalami perubahan yaitu angka melek huruf dan rata-rata

lama sekolah mengalami perubahan menjadi harapan lama sekolah dan rata-rata

lama sekolah serta masih menggunakan tahun dasar 2005 sebagai acuan, sehingga

terjadi penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2012-2015. Dengan demikian

pengaruh negatif juga disebabkan karena pertumbuhan ekonomi terus meningkat

sedangkan indeks pembangunan mengalami penurunan. Hasil ini bermakna bahwa

meningkat atau menurunnya indeks pembangunan manusia maka akan merubah


20

angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan paritas daya

beli masyarakat untuk semakin tinggi atau rendah. Akan tetapi, tinggi atau

rendahnya angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan

daya beli masyarakat justru berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Aceh Timur 2005-2015.

1.2.2. Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah, Indeks Pembangunan


Manusia, Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui pengaruh simultan dari

variabel belanja modal, indeks pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi

signifikan secara statistik terhadap kemiskinan. Diketahui pengaruh simultan nilai

F statistik sebesar 4,363012 dan nilai probability sebesar 0,049601. Karena nilai

probability dari uji F yakni 0,004552 yang mana lebih besar dari 0,05 maka

disimpulkan pengaruh simultan signifikan secara statistik.

Nilai koefisien determinasi (R2) atau nilai R Square sebesar 0,828225

artinya variabel belanja modal, indeks pembangunan manusia dan pertumbuhan

ekonomi mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel kemiskinan sebesar

82,82% dan sisanya 17,18% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model estimasi

ini. Dengan demikian hipotesis kedua terbukti bahwa belanja modal, indeks

pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan.

1.2.2.1. Pengaruh Belanja Modal terhadap Kemiskinan


21

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui pengaruh parsial dari

variabel belanja modal pemerintah daerah tidak signifikan secara statistik terhadap

kemiskinan. Nilai probabilitas dari Uji t untuk variabel belanja modal sebesar

0,2448. Karena nilai probabilitas dari uji t yakni 0,2448 yang mana lebih besar dari

0,05 maka disimpulkan pengaruh parsial tidak signifikan secara statistik.

Hal ini sesuai dengan penelitian Kotambunan, dkk (2016). Pengaruh tidak

sesuai dengan teori. Hal ini disebabkan karena masih ada program-program

pemerintah yang dianggap masih belum tepat sasaran dan bahkan belum berhasil

dalam menuntaskan kemiskinan. Hal ini disebabkan program tersebut belum dapat

menyentuh masalah yang paling mendasar yang terjadi pada masyarakat sehingga

hasilnya belum efektif. Selain itu, program yang ada juga dinilai masih bersifat

reaktif, berjangka pendek dan parsial.

1.2.2.2. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui pengaruh parsial dari

variabel indeks pembangunan manusia tidak signifikan secara statistik terhadap

kemiskinan. Nilai probabilitas dari Uji t untuk variabel indeks pembangunan

manusia sebesar 0,4288. Karena nilai probabilitas dari uji t yakni 0,4288 yang mana

lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan pengaruh parsial tidak signifikan secara

statistik.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Kotambunan, dkk (2016)

disebabkan karena angka indeks pembangunan manusia di Kabupaten Aceh Timur

terlalu kecil sehingga belum efektif dalam menurunkan kemiskinan.


22

Anda mungkin juga menyukai