BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.1 Pengukuran Waktu dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study)
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti merupakan suatu metode yang dapat
optimal jika diaplikasikan pada pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang
(repititive). Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggungjawabkan
maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan
jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu
yang pantas untuk jumlah pengukuran dan lain-lain. Secara garis besar pelaksanaan metode
ini adalah sebagai berikut:
1. Penetapan tujuan pengukuran yaitu menetapkan maksud dan tujuan kepada operator
tersebut.
2. Melakukan penelitian pendahuluan
3. Memilih operator merupakan kegiatan untuk memilih jenis pekerjaan yang akan
diukur dan siapa operator yang bersangkutan yang akan diukur.
4. Melatih operator (kondisi atau cara kerja yang tidak biasa)
5. Mengurangi pekerjaan atas elemen pekerjaan
6. Menyiapkan alat-alat pengukuran yang diperlukan
7. Mengamati waktu kerja operator
8. Menentukan siklus kerja yang akan diamati dengan penentuan tingkat ketelitian dan
keyakinan
9. Menentukan Penyesuaian dan kelonggaran operator rate performance ini ditetapkan
untuk semua elemen kerja yang ada.
10. Menghitung waktu baku
(Wignjosoebroto 2000)
nilai waktu masing-masing berdasarkan waktu yang ada. Aplikasi sistem gerak yang telah
dikerjakan tersebut, mengharuskan membagi-bagi secara detail operasi kerja yang akan
diukur dalam gerakan-gerakan dasar (basic motion) sesuai dengan siatem yang akan
dipakainya nanti.
(Sritomo, 1989)
Memilih (select)
Gerakan kerja untuk menemukan suatu objek diantara dua atau lebih obbjek yang
sama lainnya.
Memegang (Grasp)
Elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan objek yang
dikehendaki dalam suatu operasi kerja.
Menjangkau / Membawa tanpa beban (Transport Empty)
Gerakan kerja tang yang menggambarkan berpindah posisi tanpa beban atau
hambatan
Membawa dengan beban (Transport Loaded)
Gerakan perpindahan tangan dengan tangan bergerak dalam kondisi membawa
beban (obyek).
Memegang untuk memakai (Hold)
Gerakan yang tangan memegang objeknya tetapi tangan tidak bergerak
Melepas (release load)
Gerakan melepas yang terjadi pada tangan operator melepaskan kembali terhadap
obyek yang dipegang sebelumnya.
Mengarahkan (Position)
Gerakan yang terdiri dari menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat
Mengarahkan awal (Pre-Position)
Elemen kerja yang mengarahkan obyek pada suatu tempat sementara sehingga pada
saat kerja mengarahkan obyek benar-benar dilakukan maka obyek tersebut degan
mudah akan bisa dipegang dan dibawa kearah tujuan yang diinginkan
Memeriksa (Inspection)
Elemen yang langka yaitu untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi syarat
kualitas yang ditetapkan
Merakit (assemble)
Elemen garakan untuk menghubungkan antara dua obyek atau lebih menjadi satu
kesatuan
Dimana:
X = Waktu Siklus
x = Waktu Pengamatan
n = Jumlah pengamatan yang akan dilakukan
(Sritomo,1989)
2.4.2 Performance Rating dengan Metode Westing House dan Waktu Normal
Westing House
Perfomance rating menurut Westing House mencakup antara lain kecakapan
(skill) dan usaha (effort) yang dinyatakan oleh Bedeaux sebagai faktor yang
mempengaruhi perfomansi manusia, lalu Westing House menambahkan faktor
kondisi kerja (working condition) dan konsistensi (concistency) dari operator dalam
melakukan kerja. Untuk mendukung ini Westing House membuat suatu tabel
performance rating yang berisi nilai berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-
masing faktor tersebut.
2.4.3 Allowance
Allowance adalah waktu yang diberikan kepada operator yang berguna untuk
memberikan waktu kelonggaran pada saat bekerja. Waktu longgar yang dibutuhkan dan
akan mempengaruhi proses produksi ini dapat diklasifikasikan menjadi personal
allowance, fatigue allowance, dan delay allowance
a. Personal Allowance
Pada dasarnya setiap pekerja/operator memiliki hak untuk mendapatkan
kelonggaran waktu untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat pribadi.Jumlah
waktu longgar untuk kebutuhan personil dapat ditetapkan dengan jalan
melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling
kerja. Untuk waktu kerja 8 jam sehari tanpa jam istirahat yang resmi, maka personal
allowance-nya adalah 2-5% (10-24 menit) setiap harinya
b. Fatigue Allowance
Merupakan kelonggaran waktu untuk pekerja/operator untuk melepaskan
rasa lelah.Kelelahan fisik manusia pada umumunya disebabkan oleh beberapa
penyebab diantaranya adalah pekerjaan yang membutuhkan pikiran yang banyak
yang dapat mengakibatkan lelah mental.Umumnya perusahaan memberikan satu
kali periode istirahat pada pagi hari dan pada siang hari menjelang sore hari yang
berkisar antara 5-15 menit.
c. Delay Allowance
Delay atau keterlambatan biasa disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak
dapat dihindarkan maupun yang dapat dihindarkan (avoidable dan unavoidable
delay). Avoidable delay biasanya disebabkan oleh mesin, operator, maupun hal-hal
lain yang di luar control.Sedangkan unavoidable delay seharusnya dapat dieleminir
agar tidak mengganggu jalannya lini produksi.
(Wignjosoebroto, 2003)
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
b. Metode 2
Tabel 3.2 Deskripsi Gerakan Metode 2
c. Metode 3
Tabel 3.3 Deskripsi Gerakan Metode 3
d. Metode 4
Tabel 3.4 Deskripsi Gerakan Metode 4
1 Kepala Piala 3
2 Badan 1 3
3 Badan 2 3
4 Tumpuan 3
5 Alas 3
15 cm 15 cm
1 2 3 4 5
20 cm
Langkah :
1. Memasang badan 1 pada kepala
2. Memasang badan 2 pada kepala assembly
3. Memasang alas pada tumpuan
4. Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly
No Langkah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Memasang badan 1
1 4.1 3.33 3.56 3.86 4.15 3.74 3.23 3.51 5.39 3.48 4.21 3.88 4.46 3.11 3.59
pada kepala
Memasang badan 2
2 3.01 2.73 7.11 5.66 5.78 6.44 5.78 6.74 6.78 5.88 4.61 5.83 5.31 6.04 5.2
pada kepala assembly
Memasang alas pada
3 5.85 3.06 2.96 3.28 2.84 3.1 3.05 3.21 3.38 2.71 2.86 2.96 2.71 3.23 3.01
tumpuan
Memasang tumpuan
4 assembly pada kepala 3.88 6.31 5.78 7.24 6.05 6.66 5.98 5.94 6.31 5.56 6.3 5.76 5.11 6.21 5.69
assembly
No Langkah 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ̅
Memasang badan 1
1 3.73 3.06 3.58 3.48 4.68 3.63 3.96 4.25 5.79 4.85 4.38 3.74 3.76 3.74 4.18 3.95
pada kepala
Memasang badan 2
2 4.44 5.03 4.99 4.16 5.68 4.08 5.33 4.89 4.83 4.69 5.11 5.95 4.53 4.81 4.63 5.20
pada kepala assembly
Memasang alas pada
3 3.73 3.24 3.03 3.2 3.36 3.03 2.91 2.94 3.43 2.88 2.98 2.96 2.61 2.85 3.28 3.16
tumpuan
Memasang tumpuan
4 assembly pada kepala 5.8 4.73 6.68 5.41 5.98 6.68 6.66 5.58 5.85 5.25 4.89 5.29 4.86 6.83 5.73 5.83
assembly
Metode 2
Kombinasi : jarak, langkah, layout
Penjelasan Metode :
1 25 cm
4 5
2 3
10 cm
Langkah :
1. Memasang alas pada tumpuan
2. Memasang badan 1 pada kepala
3. Memasang badan 2 pada kepala assembly
4. Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly
No Langkah 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ̅
Memasang alas
1 4,14 5,08 4,08 3,9 4,21 3,86 4,88 4,59 4,04 3,59 4,13 3,95 4,33 4,88 4,24 4.25
pada tumpuan
Memasang badan 1
2 4,1 5,31 4,46 5,24 5 4,79 4,64 5,1 5,09 4,58 5,01 4,98 5,18 4,73 6,61 5.02
pada kepala
Memasang badan 2
3 pada kepala 2,86 2,71 3,03 2,93 2,41 2,66 2,61 3,44 2,63 2,73 2,58 2,81 2,63 2,43 2,63 2.67
assembly
Memasang tumpuan
4 assembly pada 3,6 4,56 3,19 3,85 3,3 3,16 3,23 3,43 4,13 3,18 3,25 3,71 3,86 3,28 4,51 3.53
kepala assembly
Metode 3
Kombinasi : jarak, langkah, layout
Penjelasan Metode :
1
2 3
4 5
15 cm
Langkah :
1. Memasang badan 1 pada kepala piala
2. Memasang alas pada tumpuan
3. Memasang badan 2 pada kepala assembly
4. Memasang kepala assembly pada tumpuan assembly
No Langkah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Memasang badan 1
1 4,53 4,59 6,27 5,21 5,28 5,37 4,44 3,23 5,97 5,16 5,78 5,41 4,49 6,43 4,07
pada kepala piala
Memasang alas pada
2 3,41 3,42 2,95 3,2 2,88 3,2 2,96 2,75 2,75 3,65 3,2 3,2 3,02 2,74 2,89
tumpuan
Memasang badan 2
3 4,12 3,7 2,94 3,24 3,57 3,66 2,92 3,19 3,18 4,02 3,15 3,69 2,9 3,66 3,56
pada kepala assembly
Memasang kepala
4 assembly pada 3,78 2,98 3,19 2,56 3,55 3,72 3,87 2,8 3,33 3,96 3,43 3,6 2,58 3,2 3,78
tumpuan assembly
No Langkah 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ̅
Memasang badan 1
1 4,27 4,51 5,11 4,88 5,36 4,32 4,69 4,8 6,23 4,33 4,64 4,24 2,75 3,35 3,34 4.77
pada kepala piala
Memasang alas pada
2 2,8 2,88 3,02 3,26 2,48 3,02 3,19 2,96 2,56 2,91 2,92 3,5 4,45 4,3 4,29 3.16
tumpuan
Memasang badan 2 3,22 3,33 3,5 3,29 4,39 3,14 3,03 3,43 3,1 3,39 3 3,09 2,8 2,69 3,97 3.36
3
pada kepala assembly
Memasang kepala
4 assembly pada 3,32 3,53 3,25 3,05 3,58 3,1 3,2 3,1 3,47 2,99 3,4 3,17 3,07 3,36 3,15 3.30
tumpuan assembly
Metode 4
Kombinasi : jarak, langkah, layout
Penjelasan Metode :
20 cm 4 5
1
2 3
10 cm
Langkah :
1. Memasang alas pada tumpuan
2. Memasang badan 1 pada kepala
3. Memasang badan 2 pada kepala assembly
4. Memasang tumpuan assembly pada kepala assembly
No Langkah 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ̅
Memasang alas
1 3,44 3,71 4,03 3,08 3,49 4,19 4,54 4,4 3,48 3,43 3,43 3,95 3,83 4,28 4,66 3.70
pada tumpuan
Memasang badan 1
2 3,16 3,1 4,59 3,19 3,21 4,18 3,63 3,55 3,66 2,96 3,58 3,31 6,13 4,43 4,23 3.75
pada kepala
Memasang badan 2
3 pada kepala 2,51 2,74 2,34 2,44 2,58 2,54 2,39 2,71 2,68 2,71 2,2 2,53 2,56 2,46 2,18 2.50
assembly
Memasang
tumpuan assembly
4 3,59 2,56 4,01 2,96 4,01 2,6 2,94 3,6 3,45 3,53 3,34 3,81 4,38 3,51 4,09 3.61
pada kepala
assembly
∑ ̅
√ √
Langkah 2
∑
̅
∑ ̅
√ √
Langkah 3
∑
̅
∑ ̅
√ √
Langkah 4
∑
̅
∑ ̅
√ √
b. Metode 2
Langkah 1
∑
̅
∑ ̅
√ √
Langkah 2
∑
̅
∑ ̅
√ √
Langkah 3
∑
̅
∑ ̅
√ √
Langkah 4
∑
̅
∑ ̅
√ √
c. Metode 3
Langkah 1
∑
̅
∑ ̅
√
Langkah 2
∑
̅
∑ ̅
√
Langkah 3
∑
̅
∑ ̅
√
Langkah 4
∑
̅
∑ ̅
√
d. Metode 4
Langkah 1
∑
̅
∑ ̅
√ √
Langkah 2
∑
̅
∑ ̅
√ √
Langkah 3
∑
̅
∑ ̅
√ √
Langkah 4
∑
̅
∑ ̅
√ √
√ ∑ ∑ √
( )
∑
( )
b. Metode 2
Langkah 3
√ ∑ ∑ √
( )
∑
( )
c. Metode 3
Langkah 3
√ ∑ ∑ √
( )
∑
( )
d. Metode 4
Langkah 2
√ ∑ ∑ √
( )
∑
( )
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
b. Metode 2
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
c. Metode 3
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
d. Metode 4
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
∑
̅̅̅
Objektif
Tabel 3.6 Performance Rating Objektif Metode 1
b. Metode 2
Subjektif
Keterampilan = Good (C1) = +0.06
Usaha = Good (C1) = +0.05
Kondisi Kerja = Average (D) = 0.00
Konsistensi = Good (C) = +0.01
Jumlah = +0.12
PR1 = 1 + 0.12 = 1.12
Objektif
Tabel 3.7 Performance Rating Objektif Metode 2
c. Metode 3
Subjektif
Keterampilan = Good (C2) = +0.03
Usaha = Good (C2) = +0.02
Kondisi Kerja = Average (D) = 0.00
Konsistensi = Good (C) = +0.01
Jumlah = +0.06
PR1 = 1 + 0.06 = 1.06
Objektif
Tabel 3.8 Performance Rating Objektif Metode 3
d. Metode 4
Subjektif
Keterampilan = Good (C1) = +0.06
Usaha = Good (C2) = +0.02
Kondisi Kerja = Average (D) = 0.00
Konsistensi = Good (C) = +0.01
Jumlah = +0.09
PR1 = 1 +0.09 = 1.09
Objektif
Tabel 3.9 Performance Rating Objektif Metode 4
b. Metode 2
c. Metode 3
d. Metode 4
B. Sikap Kerja
1. Duduk Bekerja duduk, ringan 1
C. Gerakan Kerja
1. Normal Ayunan bebas dari palu 0
Metode 2
Os = 1/Wb
= 1/20.91
= 0.048 unit/detik
= 173 unit/jam
Metode 3
Os = 1/Wb
= 1/18.79
= 0.053 unit/detik
= 191 unit/jam
Metode 4
Os = 1/Wb
= 1/17.80
= 0.056 unit/detik
= 202 unit/jam
BAB IV
ANALISIS
b. Metode 2
Pada metode 2 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30
kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 2 meliputi kombinasi jarak,
langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam dua
wadah, yaitu part 1, 2 dan 3 diletakkan dalam satu wadah, part 4 dan 5
diletakkan dalam satu wadah, yang kemudian disusun berdampingan dengan
jarak 25 cm. Sedangkan jarak pallet dari benda kerja sebesar 10 cm. Langkah
perakitan pada metode 2 dimulai dari memasang alas pada tumpuan, memasang
badan 1 pada kepala piala, memasang badan 2 pada kepala assembly, dan
c. Metode 3
Pada metode 3 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30
kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 3 meliputi kombinasi jarak,
langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam satu
wadah, yaitu part 1, 2, 3, 4 dan 5 diletakkan berurutan dalam satu wadah dengan
jarak pallet dari benda kerja sebesar 15 cm. Langkah perakitan pada metode 3
dimulai dari memasang badan 1 pada kepala piala, memasang alas pada
tumpuan, memasang badan 2 pada kepala assembly, dan memasang tumpulan
assembly pada kepala assembly. Waktu yang dibutuhkan untuk merakit piala
dengan 30 kali repetisi pada metode 3 adalah 7.3 menit. Tingkat kesulitan yang
dialami operator pada metode 3 tidak terlalu tinggi karena jangkauan benda
kerja masih berada pada jangkauan normal dengan urutan langkah kerja yang
tidak membingungkan.
d. Metode 4
Pada metode 4 dilakukan percobaan dengan jumlah repetisi sebanyak 30
kali. Kombinasi yang digunakan pada metode 4 meliputi kombinasi jarak,
langkah, dan layout. Pada metode ini, kelima part diletakkan ke dalam dua
wadah, yaitu part 1 diletakkan ke dalam satu wadah, part 2, 3, 4 dan 5 diletakkan
ke dalam satu wadah, yang kemudian disusun berdampingan dengan jarak 20
cm. Sedangkan jarak pallet dari benda kerja sebesar 10 cm. Langkah perakitan
pada metode 4 dimulai dari memasang alas pada tumpuan, memasang badan 1
pada kepala piala, memasang badan 2 pada kepala assembly, dan memasang
tumpulan assembly pada kepala assembly. Waktu yang dibutuhkan untuk
merakit piala dengan 30 kali repetisi pada metode 4 adalah 6.8 menit. Akan
tetapi terdapat satu data yang dibuang pada langkah 2 dikarenakan nilai waktu
yang diperoleh terlalu ekstrim dan berada diluar batas atas dari persebaran data.
Tingkat kesulitan yang dialami operator pada metode 4 tidak terlalu
tinggi karena jangkauan benda kerja masih berada pada jangkauan normal
dengan urutan langkah kerja yang tidak membingungkan.
Dari keempat nilai waktu siklus tersebut, dapat dilihat bahwa metode 4
memiliki waktu siklus terpendek dibandingkan metode yang lain. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa metode 4 memiliki kombinasi metode yang lebih baik
dibandingkan ketiga metode lainnya.
b. Metode 2
Secara subjektif, terdapat empat hal yang dinilai dalam menentukan
performance rating, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi.
Penilaian yang dilakukan terhadap metode 2 menghasilkan nilai keterampilan
Good (C1) karena keterampilan dari operator dirasa baik, nilai usaha Good (C1)
karena usaha yang dilakukan oleh operator dirasa baik, nilai kondisi kerja
Average (D) karena proses perakitan dilakukan dengan peralatan dan tempat
kerja yang seadanya, dan nilai konsistensi Good (C) karena operator melakukan
kegiatan perakitan dengan lancar dan dalam tingkat konsistensi yang baik. Hal
ini dibuktikan dengan waktu siklus dalam perakitan piala menggunakan metode
2 tidak terlalu besar.
Secara objektif, penilaian performance rating didasarkan pada
penggunaan tubuh dari operator, yang meliputi penilaian terhadap anggota
badan terpakai, pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan,
peralatan, dan berat beban. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan pada
penentuan performance rating secara objektif, didapatkan hasil anggota badan
yang terpakai dalam proses perakitan adalah lengan atas, lengan bawah, dst yang
dilambangkan dengan huruf D dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 5.
Penggunaan pedal kaki masuk ke dalam klasifikasi tanpa pedal, atau satu pedal
dengan sumbu dibawah kaki yang dilambangkan dengan huruf F dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 0. Penggunaan tangan masuk ke dalam klasifikasi
keadaan tangan salig bantu atau bergantian yang dilambangkan dengan huruf H
dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Koordinasi mata dengan tangan
tergolong konstan dan dekat yang dilambangkan dengan huruf K dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 2. Penggunaan peralatan tergolong dapat ditangani
dengan mudah yang dilambangkan dengan huruf N dan memiliki nilai
penyesuaian sebesar 0. Dan berat beban tergolong kurang dari 0,45 kg yang
dilambangkan dengan huruf B-1 dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 2.
Semua aspek tersebut menghasilkan nilai 9 yang menunjukkan bahwa
performance rating dari operator lebih besar 0.09 dari yang seharusnya.
Nilai performance rating yang dihasilkan pada penilaian objektif ini
dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan pengukuran performance rating
terhadap operator. Total nilai performance rating didapatkan dengan
mengalikan nilai performance rating subjektif dan objektif. Untuk metode 2
didapatkan nilai performance rating sebesar 1.22.
c. Metode 3
Secara subjektif, terdapat empat hal yang dinilai dalam menentukan
performance rating, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi.
Penilaian yang dilakukan terhadap metode 3 Good (C2) karena keterampilan
dari operator sudah cukup baik, nilai usaha Good (C2) karena usaha yang
dilakukan oleh operator sudah cukup baik, nilai kondisi kerja Average (D)
karena proses perakitan dilakukan dengan peralatan dan tempat kerja yang
seadanya, dan nilai konsistensi Good (C) karena operator melakukan kegiatan
perakitan dengan lancar dan dalam tingkat konsistensi yang baik. Hal ini
dibuktikan dengan waktu siklus dalam perakitan piala menggunakan metode 3
tidak terlalu besar.
Secara objektif, penilaian performance rating didasarkan pada
penggunaan tubuh dari operator, yang meliputi penilaian terhadap anggota
badan terpakai, pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan,
peralatan, dan berat beban. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan pada
penentuan performance rating secara objektif, didapatkan hasil anggota badan
yang terpakai dalam proses perakitan adalah lengan atas, lengan bawah, dst yang
dilambangkan dengan huruf D dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 5.
Penggunaan pedal kaki masuk ke dalam klasifikasi tanpa pedal, atau satu pedal
dengan sumbu dibawah kaki yang dilambangkan dengan huruf F dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 0. Penggunaan tangan masuk ke dalam klasifikasi
keadaan tangan salig bantu atau bergantian yang dilambangkan dengan huruf H
dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Koordinasi mata dengan tangan
tergolong konstan dan dekat yang dilambangkan dengan huruf K dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 2. Penggunaan peralatan tergolong dapat ditangani
dengan mudah yang dilambangkan dengan huruf N dan memiliki nilai
penyesuaian sebesar 0. Dan berat beban tergolong kurang dari 0,45 kg yang
dilambangkan dengan huruf B-1 dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 2.
Semua aspek tersebut menghasilkan nilai 9 yang menunjukkan bahwa
performance rating dari operator lebih besar 0.09 dari yang seharusnya.
Nilai performance rating yang dihasilkan pada penilaian objektif ini
dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan pengukuran performance rating
terhadap operator. Total nilai performance rating didapatkan dengan
mengalikan nilai performance rating subjektif dan objektif. Untuk metode 3
didapatkan nilai performance rating sebesar 1.16.
d. Metode 4
Secara subjektif, terdapat empat hal yang dinilai dalam menentukan
performance rating, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi.
Penilaian yang dilakukan terhadap metode 4 menghasilkan nilai keterampilan
Good (C1) karena keterampilan dari operator dirasa baik, nilai usaha Good (C2)
karena usaha yang dilakukan oleh operator sudah cukup baik, nilai kondisi kerja
Average (D) karena proses perakitan dilakukan dengan peralatan dan tempat
kerja yang seadanya, dan nilai konsistensi Good (C) karena operator melakukan
kegiatan perakitan dengan lancar dan dalam tingkat konsistensi yang baik. Hal
ini dibuktikan dengan waktu siklus dalam perakitan piala menggunakan metode
4 tidak terlalu besar.
Secara objektif, penilaian performance rating didasarkan pada
penggunaan tubuh dari operator, yang meliputi penilaian terhadap anggota
badan terpakai, pedal kaki, penggunaan tangan, koordinasi mata dengan tangan,
peralatan, dan berat beban. Berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan pada
penentuan performance rating secara objektif, didapatkan hasil anggota badan
yang terpakai dalam proses perakitan adalah lengan atas, lengan bawah, dst yang
dilambangkan dengan huruf D dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 5.
Penggunaan pedal kaki masuk ke dalam klasifikasi tanpa pedal, atau satu pedal
dengan sumbu dibawah kaki yang dilambangkan dengan huruf F dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 0. Penggunaan tangan masuk ke dalam klasifikasi
keadaan tangan salig bantu atau bergantian yang dilambangkan dengan huruf H
dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 0. Koordinasi mata dengan tangan
tergolong konstan dan dekat yang dilambangkan dengan huruf K dan memiliki
nilai penyesuaian sebesar 2. Penggunaan peralatan tergolong dapat ditangani
dengan mudah yang dilambangkan dengan huruf N dan memiliki nilai
penyesuaian sebesar 0. Dan berat beban tergolong kurang dari 0,45 kg yang
dilambangkan dengan huruf B-1 dan memiliki nilai penyesuaian sebesar 2.
Semua aspek tersebut menghasilkan nilai 9 yang menunjukkan bahwa
performance rating dari operator lebih besar 0.09 dari yang seharusnya.
Nilai performance rating yang dihasilkan pada penilaian objektif ini
dimaksudkan untuk lebih mengobjektifkan pengukuran performance rating
terhadap operator. Total nilai performance rating didapatkan dengan
mengalikan nilai performance rating subjektif dan objektif. Untuk metode 4
didapatkan nilai performance rating sebesar 1.19.
Dari keempat metode diatas, dapat dilihat bahwa metode yang terbaik dengan
waktu normal yang paling kecil adalah pada metode 4. Penentuan waktu normal didapat
dengan cara mengalikan waktu siklus dengan performance rating yang sudah ditentukan
sebelumnya secara objektif dan subjektif. Waktu siklus yang didapat dari metode 4
adalah 13,48 dengan performance rating sebesar 1.19. Performance rating diperoleh
dari hasil perkalian subjektif dengan objektif. Penentuan besarnya nilai yang didapat
dilihat dari hasil tabel westing house. Waktu normal yang didapatkan sebesar 16.04
detik. Waktu normal tersebut yang nantinya akan digunakan untuk penentuan waktu
baku.
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja
normal/pada umumnya dalam menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam
system kerja terbaik saat itu dengan mempertimbangkan allowance.
Tabel 4.3 Perbandingan Waktu Baku Tiap Metode
Jika dilihat lagi pada tabel diatas dapat diketahui bahwa metode yang terbaik
dengan waktu baku yang paling kecil adalah pada metode 4. Penentuan waktu baku
yang didapat dengan cara menjumlahkan waktu normal dengan waktu normal dikali
allowance. Waktu baku yang didapatkan sebesar 17.80 detik. Maka metode keempat
adalah metode terbail dalam hal merangkai piala akan memiliki waktu baku yaitu
sebesar 17.80 detik.
Metode 1 2 3 4
Waktu Baku 23.83 detik 20.91 detik 18.79 detik 17.80 detik
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pratikum pada modul 3 ini, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dari pratikum stopwatch time study ini dapat memahami penerapan prinsip
ekonomi gerakan yang sangat dibutuhkan terutama dalam melakukan suatu
pekerjaan, contohnya yaitu tentang gerakan kerja perakitan piala yang dilakukan
oleh kelompok kita dalam melakukan pengukuran waktu agar didapatkan
metode yang lebih efisiensi dalam melakukan gerakan kerja. Konsep stopwatch
time study ini terutama dapat diterapkan dalam lini assembly dalam suatu proses
produksi.
2. Waktu Siklus adalah waktu pengerjaan satu unit produk dari bahan awal sampai
bahan tersebut diproses, dimana dilakukan secara langsung pada suatu pekerjaan
dengan menggunakan stopwatch. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan
oleh operator untuk menyelesaikan pekerjaan yang dikerjakan dalam suatu
sistem kerja atau metode terbaik pada saat itu. Dari pratikum yang sudah
dilakukan, waktu baku yang diperoleh sebesar 17,644 detik.
3. Pada pratikum ini dapat melakukan pengukuran waktu dari waktu siklus, waktu
normal, dan waktu baku dari suatu pekerjaan. Penentuan waktu normal didapat
dengan cara mengalikan waktu siklus dengan performance rating yang sudah
ditentukan sebelumnya secara objektif dan subjektif. Waktu normal yang
didapatkan yaitu 16,04 detik. Waktu normal tersebut yang nantinya akan
digunakan untuk penentuan waktu baku. Penentuan waktu baku yang didapat
dengan cara menjumlahkan waktu normal dengan waktu normal dikali
allowance. Waktu baku yang didapatkan sebesar 17,644 detik.
4. Pada pratikum ini kita dapat menganalisa metode terbaik dan prinsip ekonomi
gerakan. Dari hasil perhitungan waktu normal dan waktu baku yang telah
didapat, operator dapat menganalisa ekonomi gerakan agar bisa mendapatkan
hasil gerakan yang lebih efisien.
5.2 Saran
1. Sebaiknya letak kotak alas piala, tumpuan piala dan badan 1 piala tidak terlalu
dekat dengan tepi meja karena pada saat tangan operator bergerak dengan cepat
dapat berisiko besar menyenggol kotak alas tersebut dan membuatnya jatuh ke
dasar lantai.
2. Sebaiknya pratikan yang akan menjadi operator berlatih terlebih dahulu supaya
terbiasa dalam melakukan perakitan piala.
3. Sebaiknya posisi badan piala dan kotak badan piala selama pratikum harus
selalu dipantau terus, supaya tidak terjadi pergeseran yang nantinya akan
mempengaruhi jarak yang dilalui operator.