Anda di halaman 1dari 9

BAHAN AJAR

Mata Kuliah / Kode Metodologi Penelitian / PHJ242


Pertemuan ke - 2
Materi Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Dosen Pengampu Andy Amir, SKM., M.Kes

A. Pendahuluan
Manusia diciptakan dengan suatu kelebihan yaitu memiliki akal yang digunakan
untuk berpikir dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Hakikat berpikir manusia selalu mencari
dan ingin tahu berbagai kejadian di sekitarnya sehingga menemukan sesuatu yang baru
sebagai pengetahuan. Sahihnya pengetahuan menjadi sebuah ilmu harus dilandasi dengan
berpikir filsafat sehingga kebenaran yang ditemukan dapat dipertanggungjawabkan secara
universal. Munculnya ilmu dimulai dengan melakukan perenungan atau kajian terhadap
fenomena alam hingga titik akhir. Misalnya seseorang ingin mencari kebenaran apakah ada
hubungan yang bermakna kebiasaan ibu hamil yang merokok dengan kejadian berat bayi
lahir rendah (BBLR), maka seseorang tersebut harus melakukan perenungan atau kajian
mendalam sampai pada akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan yang pasti bahwa ibu yang
merokok pada saat hamil pasti melahirkan bayi BBLR.
Proses berpikir adalah suatu refleksi yang teratur dan hati-hati, lahir dari adanya
keraguan terhadap sesuatu dan keinginan untuk memperoleh suatu ketentuan yang kemudian
tumbuh menjadi suatu masalah yang khas. Masalah ini memerlukan suatu pemecahan dan
memerlukan penyelidikan terhadap data yang tersedia dengan metode tertentu sehingga
diperoleh sebuah kesimpulan (tentatif) untuk diterima walaupun masih tetap di bawah
penyelidikan kritis dan terbuka.

B. Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan pada hakekatnya meliputi semua yang diketahui tentang sesuatu obyek
atau keadaan atau fenomena tertentu. Semua orang mengetahui tentang kejadian matahari
terbit di ufuk timur pada pagi hari dan terbenam di ufuk barat pada petang hari. Ini disebut
“pengetahuan pengalaman”. Namun, tidak semua orang mampu mengetahui dan menjelaskan
(secara benar) kenapa itu bisa terjadi, sehingga digolongkan sebagai orang yang tidak
mempunyai pengetahuan (knowledge) tentang ilmu pengetahuan (science). Beberapa orang
mungkin dapat menjelaskan perihal fenomena “matahari” tersebut, tetapi belum tentu semua
penjelasan itu benar (mungkin benar mungkin salah). Kita bisa saja dengan tanpa ragu
menerima penjelasan itu sebagai suatu kebenaran, tetapi juga bisa menyangsikan kebenaran
dari penjelasan tersebut.
Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena dapat
menunjang pemenuhan kehidupan dan perbaikan kualitas kehidupan manusia.. Ilmu adalah
suatu pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis dan terorganisir dengan metode ilmiah
melalui pengamatan dan percobaan terus menerus yang menghasilkan penemuan kebenaran
yang bersifat umum. Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan rasionalisasi
sebagai hukum alam yang membentuk kebiasaan serta meningkatkan keterampilan observasi,
percobaan (eksperimentasi), klasifikasi, analisa serta membuat generalisasi. Dengan adanya
keinginan manusia yang terus menerus, maka ilmu terus berkembang dan membantu
kemampuan berpikir manusia secara logis.

1. Syarat-syarat Ilmu
Syarat-syarat suatu pengetahuan dikatakan sebagai ilmu, sebagai berikut:
a. Ada obyek yang diteliti. Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang
berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun manusia (Biopsikososial).
b. Ada metode tertentu. Ilmu diperoleh dengan pendekatan dan teknik tertentu yaitu metode
ilmiah. Metode ilmiah merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis.
c. Ada pokok permasalahan. ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan
dikaji.

2. Karakteristik Ilmu
Karakteristik yang menjadi ciri hakiki ilmu, antara lain (Ismaun, 2001):
a. Obyektif: Berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada
emosional subyektif;
b. Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan;
c. Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan
keterandalan tinggi;
d. Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan
tingkat keabsahan tinggi;
e. Generalisasi; suatu kesimpulan dapat berlaku umum;
f. Akurat; penarikan kesimpulan memiliki akurasi tinggi;
g. Prediksi; dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
3. Dasar-dasar Pengetahuan
Pengetahuan adalah pengenalan akan sesuatu, atau apa yang dipelajari. Pengetahuan
adalah akumulasi pengalaman inderawi yang dicatat dalam otak, diberi nama dan
dikomunikasikan seperlunya secara abstrak tanpa menunjukkan benda yang bersangkutan
secara fisik. Dasar-dasar pengetahuan yang menjadi ujung tombak berpikir ilmiah:
a. Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan berupa
pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir
dan bukan dengan perasaan, karena berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Ciri-ciri penalaran mencakup:
1) Pola berpikir logis. Penalaran mempunyai pola berpikir tersendiri yang logis dan
memiliki konotasi jamak. Artinya, kegiatan berpikir bisa saja logis menurut logika lain.
Misalnya orang yang merokok dapat terserang penyakit kanker paru-paru tentunya
mempunyai logika tersendiri bila dibandingkan dengan orang terkena penyakit TBC
karena Mycobacterium tuberculosis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penalaran merupakan suatu berpikir logis menurut pola dan logika tertentu.
2) Berpikir analitik. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri
kepada suatu analisis. Sebagai contoh, Hipocrates, ahli Epidemiologi pertama di dunia,
melakukan penalaran dengan mengajukan konsep analisis kejadian penyakit secara
rasional. Hipocrates melakukan analisis yang menyatakan adanya hubungan kejadian
penyakit dengan faktor tempat, penyediaan air, iklim, kebiasaan makan dan perumahan.
b. Logika
Logika adalah cara penarikan kesimpulan yang sah atau studi tentang aturan-aturan
mengenai penalaran yang tepat dengan bentuk dan pola pikiran yang masuk akal dan sah.
Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih, untuk menemukan pengetahuan yang
diperoleh melalui penalaran sehingga perlu adanya kesimpulan. Ada dua jenis, yaitu:
1) Logika Induktif. Merupakan cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum dari kasus-kasus individual (khusus). Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan penyataan bersifat umum.
Misalnya, organ ginjal perlu darah, organ hati perlu darah, sistem neuron perlu darah,
sehingga dapat disimpulkan organ tubuh manusia perlu darah.
2) Logika Deduktif. Merupakan cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat
khusus dari pernyataan-peryataan umum. Penarikan kesimpulan deduktif biasanya
menggunakan silogisme yaitu metode berpikir untuk mencapai kebenaran atau
kesimpulan baru berdasarkan dua keputusan (premis). Misalnya, semua mahluk hidup
perlu air (premis mayor), manusia adalah makhluk hidup (premis minor), jadi, manusia
perlu air (kesimpulan)

4. Sumber-sumber Pengetahuan
Dalam sejarah manusia, usaha-usaha mencari kebenaran telah dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
a. Kebenaran Non Ilmiah.
Kebenaran terkadang diperoleh melalui proses non ilmiah, antara lain:
1) Secara kebetulan. Merupakan penemuan kebenaran tanpa disadari dan direncanakan
sebelumnya. Misalnya penemuan pohon kina sebagai obat penyakit malaria, penemuan
enzim urease dari ekstrak aceton yang didinginkan (Dr. J.S. Summers, 1926).
2) Intuisi. Merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran
tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja
dia sudah menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan
tidak bisa diramalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi
analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang ditemukan.
3) Wahyu. Merupakan pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada manusia melalui para
Nabi yang diutus sesuai zamannya. Agama memuat wahyu sebagai sumber pengetahuan
bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga
mencakup masalah-masalah transdental seperti latar belakang penciptaan manusia dan
hari kemudian di akhir nanti.
4) Akal Sehat (Common Sense). Penerimaan kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan
hasil penalaran yang cenderung bersifat subyektif.
5) Trial and Error. Merupakan upaya memperoleh kebenaran menggunakan metode coba-
coba yang bersifat untung-untungan. Salah satu contoh ialah model percobaan “problem
box” oleh Thorndike.
6) Otoritas. Merupakan kebenaran melalui otoritas yang memegang kekuasaan, seperti raja
atau pejabat pemerintah yang keputusan dan kebijaksanaannya dianggap benar oleh
bawahannya. Dalam filsafat Jawa dikenal dengan istilah ‘Sabda pendita ratu” artinya
ucapan raja selalu benar dan tidak boleh dibantah lagi.
b. Kebenaran Ilmiah.
Penemuan kebenaran melalui pendekatan ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh
melalui proses berpikir (deduktif dan induktif) dan penyelidikan (prosedur) ilmiah, antara lain
rumusan masalah, merumuskan kerangka pemikiran, merumuskan dan menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan.

C. Penelitian
1. Pengertian Penelitian
Kata penelitian berasal dari kata Inggris yaitu “research” terdiri dari “re” yang berarti
kembali, dan “to search” yang berarti mencari. Dengan demikian, arti kata research atau riset
adalah mencari kembali. Orang yang melakukan riset disebut researcher atau peneliti.
Penelitian adalah suatu proses untuk mencapai jawaban terhadap suatu pertanyaan,
penyelesaian permasalahan terhadap suatu fenomena yang memiliki ciri sistematis dan
faktual. Definisi penelitian mengandung tiga (3) esensi:
a. Sistematis. Penelitian merupakan suatu proses artinya ada tahapan yang harus dilalui
secara urut dan benar. Bila tidak dilakukan maka esensi dasar penelitian hilang.
b. Menemukan kebenaran. Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan kebenaran
yang akan digunakan untuk kesejahteraan manusia. Bila tidak menemukan kebenaran
maka esensi penelitian tidak terwujud.
c. Problem empiris. Penelitian merupakan pengungkapan masalah realita yang terjadi
didasarkan pada empiris. Empirik yang terjadi harus didasarkan pada fakta yang
sebenarnya sehingga menghasilkan data sebagai fokus masalah penelitian.

2. Tujuan Penelitian
Penelitian berkaitan dengan pertanyaan atau keinginan tahu manusia (yang tidak ada
hentinya) dan upaya (terus menerus) untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Dengan demikian, tujuan terujung suatu penelitian adalah menemukan jawabanatas
pertanyaan penelitian. Tujuan dari penelitian, antara lain:
a. Eksplorasi (exploration). Menjelajahi (mengeksplorasi) suatu topic/permasalahan), atau
untuk memahami suatu topic. Eksplorasi berkaitan dengan upaya untuk menentukan
apakah suatu fenomena ada atau tidak dengan memakai pertanyaan “Apakah X
ada/terjadi?”.
b. Deskripsi (description). Mengkaji fenomena secara lebih rinci atau membedakannya
dengan fenomena yang lain. Penelitian deskriptif menangkap ciri khas suatu obyek,
seseorang, atau suatu kejadian pada waktu data dikumpulkan, dan ciri khas tersebut
mungkin berubah seiring dengan perkembangan waktu
c. Prediksi (prediction). Mengidentifikasi hubungan (keterkaitan) yang memungkinkan
tentang sesuatu hal (X) berdasarkan hal yang lain (Y).
d. Eksplanasi (explanation). Mengkaji hubungan sebab-akibat antara dua fenomena atau
lebih untuk menentukan apakah suatu eksplanasi (keterkaitan sebab-akibat) valid atau
tidak, atau menentukan mana yang lebih valid diantara dua (atau lebih) eksplanasi yang
saling bersaing.
e. Aksi (action). Menetapkan persyaratan untuk menemukan solusi dengan bertindak
sesuatu. Penelitian ini umumnya dilakukan dengan eksperimen tindakan, mengamati
hasilnya kemudian disusun persyaratan solusi.

3. Penelitian Kesehatan
Penelitian saat ini mengalami perkembangan dalam berbagai dimensi bidang ilmu
pengetahuan termasuk bidang kesehatan. Penelitian kesehatan adalah proses penyelidikan
yang sistematis untuk menemukan keseimbangan badan, jiwa, dan sosial dari kelainan
berbagai fungsi, sehingga melalui penelitian kesehatan akan ditemukan suatu solusi terhadap
masalah kesehatan. Menurut ahli, penelitian kesehatan adalah suatu upaya untuk memahami
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam bidang kesehatan, baik kuratif/klinis
maupun preventif kesehatan masyarakat, serta masalah-masalah kesehatan terkait, dengan
mencari bukti yang muncul, dan dilakukan melalui langkah-langkah tertentu yang bersifat
ilmiah, sistematis dan logis.
Perkembangan penelitian kesehatan mempunya peran penting dalam meningkatkan
status derajat kesehatan masyarakat. Penelitian kesehatan memfokuskan kegiatan-
kegiatannya pada masalah-masalah yang timbul di bidang kesehatan. Misalnya, penelitian
pencegahan penyakit, penelitian pengobatan, ataupun penelitian sistem pelayanan kesehatan.
Penelitian kesehatan selain berorientasi pada individu sebagai manusia seutuhnya, yang
terdiri dari organ dan fungsi tubuhnya juga berorientasi pada masyarakat yang terdiri dari
fungsi dan struktur yang dapat berpotensi sebagai penyebab timbulnya masalah kesehatan.
a. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Kesehatan
Penelitian kesehatan selalu mempunyai tujuan tertentu, baik tujuan dimensi proses
maupun tujuan dimensi akhir. Pada dimensi proses bertujuan untuk menganalisis data
kesehatan yang diperoleh guna membuktikan suatu kejadian masalah kesehatan baik yang
sudah, sedang, ataupun yang berpotensi terjadi. Sedangkan tujuan pada dimensi akhir adalah
memperoleh jawaban yang lengkap tentang masalah kesehatan yang terjadi di suatu wilayah
yang menyerang sekelompok penduduk baik dalam dimensi individu, keluarga, kelompok
khusus maupun masyarakat.
Menurut Notoatmojo, tujuan penelitian kesehatan secara garis besar adalah:
1) Untuk menemukan teori, konsep, dalil atau generalisasi baru tentang kesehatan.
2) Untuk memperbaiki atau modifikasi teori, sistem, atau program pelayanan kesehatan.
3) Untuk memperkokoh teori, konsep, sistem atau generalisasi yang sudah ada.
Hasil penelitian kesehatan yang dilakukan dapat digunakan untuk:
1) Mengevaluasi pelaksanaan program kesehatan yang telah dilakukan.
2) Merencanakan program pelayanan kesehatan.
3) Menggambarkan status derajat kesehatan masyarakat.
4) Mengidentifikasi, mencegah, mendiagnosis, mengobati, membatasi dan merehabilitasi
penyakit pada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat.
5) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
b. Prosedur Penelitian Kesehatan
Prosedur penelitian kesehatan adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan secara
bertahap mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan penulisan laporan penelitian yang
merupakan replica dari logika penelitian. Terdapat beberapa proses penelitian:
1) Merumuskan permasalahan penelitian
2) Merumuskan kerangka teori
3) Menentukan metodologi
4) Melakukan pengumpulan data
5) Melakukan Analisa data
6) Melakukan penarikan kesimpulan

D. Ilmu Pengetahuan, Penelitian dan Kebenaran


1. Hubungan Ilmu Pengetahuan, Penelitian dan Kebenaran
Ilmu, penelitian dan kebenaran memiliki hubungan yang sangat erat yaitu hasil dan
proses. Penelitian dan ilmu adalah proses, sedangkan hasilnya adalah kebenaran.

Penelitian Ilmu Kebenaran

Gambar 1. Hubungan Penelitian, Ilmu dan Kebenaran


2. Kriteria Kebenaran
Kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap suatu fenomena adalah
kebenaran yang ditemukan melalui proses ilmiah, karena penemuan tersebut dilakukan
menggunakan metode ilmiah. Namun demikian, banyak juga kebenaran suatu fenomena yang
diterima tidak melalui proses penelitian (metode ilmiah). Ilmu berkembang berdasarkan
anggapan bahwa ada kebenaran yang harus ditemukan dan umumnya suatu kebenaran ilmiah
dapat diterima berdasarkan 3 (tiga) teori, yaitu:
a. Teori Koherensi. Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren
atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
Misalnya, si A terkena penyakit flu burung karena virus H5N1, si B terkena penyakit flu
burung karena virus H5N1, dan si C juga terkena penyakit flu burung karena virus
H5N1. Disimpulkan bahwa penyebab penyakit flu burung adalah virus H5N1.
b. Teori Korespondensi. Suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang
terkandung dalam pernyataan berhubungan dengan objek yang dituju dari pernyataan
tersebut. Misalnya, jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh, telinga
berfungsi untuk pendengaran, mata berfungsi untuk penglihatan, pernyataan tersebut
termasuk kriteria kebenaran jenis teori korespondensi karena faktualnya demikian. Jadi,
bila ada seseorang yang menyatakan bahwa jantung berfungsi untuk mendengar, telinga
untuk melihat, dan mata untuk memompa darah, pernyataan tersebut tidak benar.
c. Teori Pragmatis. Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut atau
konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Misalnya, secara teori seseorang yang mengalami peningkatan suhu tubuh akan terjadi
proses evaporasi apabila dilakukan pemberian rangsangan melalui zat panas. Lalu
dikembangkan teknik kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh pasien.

Daftar Pustaka:
1. Eko B. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2003.
2. Mike S, Judith A. Researching Health: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods. 2nd
Ed. London: SAGE Publications; 2013.
3. Budiman. Penelitian Kesehatan. Buku Pertama. Bandung: Refika Aditama; 2011.
4. World Health Organization Regional Office for the Eastern Mediterranean. A Practical
Guide for Health Researchers. Cairo: WHO;2004 [Cited 3 July 2017]. Available from:
http://www.who.int/ethics/review-committee/emro_ethics_dsa237.pdf
5. John WC. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed-Methods Approaches.
4th Edition. London: SAGE Publications Ltd; 2014.
6. Ketut S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi;
2015.
7. Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa
Aksara; 1995.
8. Buchari L. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Thesis dan
Disertasi. Jakarta; Penerbit Yayasan Obor Indonesia; 2012.
9. Pranee L. Research Methods in Health: Foundations for Evidence-Based Practice. 2nd
Edition. Oxford: Oxford University Press; 2012.
10. Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
11. Singarimbun, M: Metode Penelitian Survei
12. Pratiknya, A.W.: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
13. Jujun Surja Sumantri: Pengantar Populer Filsafat Ilmu

Anda mungkin juga menyukai