Reka
Reka
Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion. Amnion adalah
membrane yang paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Struktur avascular
khusus ini memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Amnion adalah jaringan
yang menentukan hampir semua kekuatan regang membrane janin. Dengan demikian,
pembentukan komponen – komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan
sangatlah penting bagi keberhasilan persalinan
1
B. Cairan Amnion
Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongg a amnion ini akan
meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm,
saat terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal.1,3
Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 – 1500 ml, warna putih, agak
keruh serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat
jenis 1.098 terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic
dan bila diteliti dengan benar terdapat rambut lanugo, sel – sel epitel dan verniks kaseosa.
Protein ditemukan rata –rata 2.6% g per liter, sebagian besar sebagai albumin.1,3
Minggu gestasi Janin (g) Plasenta (g) Cairan amnion (ml) Persen cairan
2
A. PENGERTIAN
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Persalinan adalah pelepasan dan pengeluaran produk konsepsi (janin, air ketuban,
plasenta dan selaput ketuban) dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-40 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,
S, 2005).
Ketuban pecah dini / Early Premature Rupture Of membrane (PROM) adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3
cm dan multipara kurang dari 5 cm (Prawirohardjo, 2005).
Sedangkan menurut Yulaikhah (2009), ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, kondisi ini merupakan penyebab
terbesar persalinan premature dengan segala akibatnya.
B. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan
memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan
perdarahan selama kehamilan. Beberapa faktor risiko dari KPD :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim) menyebabkan dindiing ketuban paling bawah
endapatkan tekanan yang semakin tinggi.
2. Hidromnion (cairan ketuban berlebih >2000 cc)
3. Riwayat KPD sebelumya sebanyak 2 kali atau lebih
4. Kelainan letak janin yaitu sungsang
5. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang.
6. Multipara, pada kehamilan yang sering mempengaruhi proses embriogenesis
sehingga selaput ketuban yang terbentuk lebih tipis.
7. Kehamilan kembar mengakibatkan kemungkinan terjadinya hidramnion
bertambah 10 x lebih besar
8. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
9. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketubandalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan kulit ketuban dapat pecah,misalnya
aminonitis atau kasioaminionitis, infeksi genetalia
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Achadiat (2004) manifestasi ketuban pecah dini adalah:
1. Keluar air ketuban warna keruh, ,kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit
atau sekaligus banhyak
2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi
3. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah
kering.
4. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air
ketuban sudah kering
5. Usia kehamilan vible (>20 minggu)
6. Buyi jantung bisa tetap normal
3
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme ktuban pecah dini (KPD) menurut Manuaba (2009) yaitu diawali
dengan terjadi pembukaan premature serviks lalu selaput ketuban menjadi tidak kuat
sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan
serviks, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan terjadi
pengeluaran air ketuban. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan
infeksi yang mengeluarkan enzim proteolitik dan kolegenase.
E. PATHWAY
Terlampir
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD dapat terjadi pada ibu dan janinnya.
a. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan.
b. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila
terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan
siptikemi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk KPD adalah :
1. Test Nitrozin, tes untuk memastikan pecahnya ketuban yaitu dengan kertas
lakmus cairan amnion memiliki PH 7,1 – 7, 3 hingga akan memberikan warna
biru pada kertas lakmus.
2. Ferning Test, untuk memastikan pecahnya ketuban dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopis dimana akan menggambarkan cairan amnion
membentuk seperti daun pakis atau paku- pakuan.
3. Pemeriksaan darah lengkap untuk menentukan adanya anemia dan infeksi
4. Pemeriksaan USG untuk melihat jumlah caira ketuban dan kavum uteri
(oligohidromnion), penipisan serviks dan kardiografi ( usia gestasi, ukuran janin,
gerakan jantung janin dan kakuatan kontraksi).
H. PENANGANAN
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Berikan antibiotika bila ketuban pecah lebih dari 6 jam.
c. Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolotik (salbutamol), dexamethasone, dan induksi dalam 24 jam.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
4
f. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
g. Pada usia 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru
janin, dosis betamethasone 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
dexamethasone IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio secarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri bila skor pelvik < 5, dilakukan pematangan serviks kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio secarea atau bila skor
pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
I. PENATALAKSANAAN
KETUBAN PECAH
< 37 Minggu >37 Minggu
Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada infeksi
Lahirkan bayi
Berikan penisilin, Amoksisilin +Berikan penisilin,
gentamisin dan eritromisin untuk 7 hari gentamisin dan
Metronidazole Steroid untukmetronidasole
Berikan penisilin dan
lahirkan bayi pematangan paru lahirkan bayi
ampisilin.
ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN
Profilaksis Infeksi Tidak ada infeksi
Lanjutkan untuk 24 –
Stop antibiotic 48 jam setelah bebasTidak perlu antibiotik
panas.
J. KOMPLIKASI
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
b. Partus peterm
5
2. Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan
berat janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998)
3. Prolaps Tali pusat
Tali pusat menumbung
4. Distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan
dry labour atau persalinan kering
5. Ketuban pecah dini merupakan penyebab pentingnya persalinan premature
dan prematuritas janin.
6. Resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jika persalinan
dilakukan setelah 24 jam onset
7. Hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam janin, khususnya pada kasus
oligohidramnion
6
13) Vulva:dari faktor predisposisi ketuban pecah dini adalah infeksi pada
genetalia.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak.
15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak, terdapat
kelainan anatomi fisiologi tidak, kaki oedem tidak, varices atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks dan kontraksi uterus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 8 jam diharapkan
nyeri berkurang
Kriteria Hasil
- Ekspresi wajah klien rileks
- Skala nyeri 2
- Rr : 16 – 24x/ menit
- Klien dapat melakukan relaksasi / distraksi nyeri
Intervensi
a. Pantau tanda vital klien (RR)
R: ambang nyeri yang meningkat diiringi dengan peningkatan
respirasi rate
b. Kaji karakteristik nyeri verbal dan non verbal
R : untuk mengetahui karakteristik nyeri dan menentukam intervensi
nyeri selanjutnya
c. Berikan posisi nyaman
R : meningkatkan relaksasi klien, member rasa nyaman
d. Hitung frekuensi, intensitas dan durasi kontraksi uterus
R : memantau persalinan dan memberikan informasi untuk klien
e. Ajarkan dan bantu melakukan teknik relaksasi dan distraksi
R : dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral
f. Anjurkan klien berkemih tiap 1 – 2 jam
R : mempertahankan kandung kemih bebeas ditensi yang dapat
menyebabkna ketidaknyamanan
Intervensi :
7
b. Berikan dukungan intrapartal secara kontinyu, yakinkan bahwa klien
selalu didampingi
R : membantu menurunkan ketegangan klien
c. Anjurkan relaksasi nafas dalam/ distraksi
R : membantu menurunkan ansietas dan meningkatkan koping klien
8
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, 2004, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : EGC.
Herdman, Heather T. 2010. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
9
Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.
Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta : EGC.
10