Anda di halaman 1dari 14

A .

Anatomi dan fisiologi


Tulang dapat di klasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :

 Tulang panjang (femur,humerus) tulang panjang tumbuh karena akumulasi


tulang rawan di lempeng epifisis.tulang rawan di gantikan oleh sel-sel tulang
yang di hasilkan oleh osteoblas,hormon pertumbuhan,estrogen dan testosteron
merangsang pertumbuhan tulang panjang.
 Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari
cancellous(spongy)dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
 Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang concellous.
 Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti dengan tulang pendek.
 Tulang sesamoid merupakan tulang kecil,yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatana dengan persendian dan di dukung oleh tendon dan jaringan
fasial,misalnya patella.

Tulang tersusun atas sel matriks protein dan deposit mineral.sel –selnya terdiri atas
tiga jenis dasar (osteoblas,osteosit dan osteoklas).

 Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan


matriks tulang.
 Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang).
 Osteoklas adalah sel multinuclearv (berinti banyak) yang berperan dalam
penghancuran ,resorpsi dan remosdoling tulang.

Fungsi dari tulang adalh sebagai berikut :

 Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.


 Melindungi organ tubuh (misalnya jantung,otak,paru-paru)dan jaringan
lunak.
 Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
 Membentuk sel-sel darah merah di dalm sumsumm tulang belakang
 Menyimpan garam mineral misalnya kalsium dan fosfor.
B. Definsi

Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit
sehingga tidak memounyai hubungan dengan dunia luar.(sjamsuhidajat.1997)

Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.kebanyak fraktur
di sebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang,baik
berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. (sjamsuhidajat&jong,2005)

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya di sebabkan oleh rudapaksa.(mansjoer.2007)

C. Etiologi

1. Trauma langsung/direct trauma


Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat
ruda paksa (misalnya benturan,pukulan yang mengakibatkan patah
tulang)
2. Trauma yang tak langsung/indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat
terjadi fraktur pada pergelangan tangan.
3. Fraktur patologis
Terjadi pada tulang karena adanya kelainan/penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi,tumor,kelainan bawaan)
dan dapat terjadi spontas atau akibat trauma ringan.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.kekuatan dapat
berupa pemuntiran,penekukan,penekanan.

D. Klasifikasi

Klasifikasi fraktur secara umum.

 Berdasarkan tempat (fraktur humerus,tibia,clavicula,ulna,radius,dan cruris)


 Berdasrkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur
 Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang).
 Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang).
 Berdasarkan bentuk dan jumlah garis
 Fraktur komunitif (fraktur dimana garis patah lebih dari saru dang saling
berhubungan).
 Fraktur segmental (fraktur diman garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan).
 Fraktur multiple (fraktur dikmana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama).
 Berdasarkan posisi fragmen
 Fraktur undisplaced (tidak bergeser).garis patah lengkap tapi fragmen
tidak bergeser .
 Fraktur dispaced (bergeser).terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga di sebut lokasi fragmen.
 Berdasarkan sifat fraktur
 Fraktur tertutup (closed)
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar,disebut juga fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa
komplikasi.pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasrkan keadaan jaringan lunak sekitar trama,yaitu :
 Tingkat 0 : faktur biasa dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan
lunak sekitarnya.
 Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
 Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan
lunak bagian dalam dan pembengkalan.
 Tingkat 3 : cidera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata dan ancaman sindroma kompratment.
 Fraktur terbuka (open/compound)
Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
adanya perlukaan kulit.fraktur terbuka di bedakan menjadi beberapa
grade,yaitu :
 Grade 1 : luka bersih,panjang dari 1 cm
 Grade 2 : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif
 Grade 3 : sangat terkontaminasi,dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif.

E. Manifestasi klinis

 Tidak dapat menggunakan anggota gerak.


 Nyeri pembengkakakan.
 Gangguan fungsio anggota gerak.
 Deformitas.
 Kelainan gerak.
 Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas,jatuh dari ketinggian atau jatuh di
kamar mandi pada orang tua,penganiayaan,tertimpa benda berat,kecelakaan
kerja,trauma olah raga).

F. Patofisiologi

Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur.jika


ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewti,maka tulang mungkin hanya retak
saja dan bukan patah.jika gayanya sangat ekstrem,seperti tabrakan mobil,maka tulang
dapat pecah berkeping-keping.saat terjadi fraktur,otot yang melekat pada ujung tulang
dapat terganggu.otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar
posisi.kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat dan bahkan
mampu menggeser tulang besar,seperti femur.walaupun bagian proksimal dari tulang
patah patah tetap pada tempatnya,namun bagian distal dapat bergeser karena gaya
penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar.fragmen fraktur dapat bergeser
ke samping,pada suatu sudut (membentuk sudut) atau menimpa segmen tulang
lain.fragmen juga dapat berotasi atau berpindah.

Selain itu,periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang
yang patah juga terganggu.sering terjadi cidera jaringan lunak.perdarahan terjadi
karena cidera jaringan lunak atau cidera pad tulang itu sendiri.pada saluran sumsum
(medula),hematoma terjadi di antara fragmen-fragmen tulang dan di bawah
periosteum.jaringan tulang di sekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respons
peradangan yang hebat.akan terjadi vasodilatasi,edema,nyeri,kehilangan
fungsi,eksudasi plasma dan leukosit,serta infiltrasi sel darah putih.respons
patofisiologis ini juga merupakan tahap awal dari penyembuhan tulang.

H. Pemeriksaan penunjang

 X-ray menentukan lokasi /luasnya fraktur.


 Scan tulang : memperlihatkan fraktur lebih jelas,mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
 Arteriogram : dilakukakn untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
 Pemeriksaan darah lengkap
 MRI scan

I. Penatalaksanaan

prinsip penanganan fraktur meliputi :

melakukan survei primer :

o C (circulasi) : dengan cara ada tidaknya teraba nadi karotis.


o A (airway) : jalan nafas,di lihat kelancaran dan kebersihan jalan nafas
o B (breathing) : dilakukan dengan melihat pergerakan dada,dengarkan
bunyi nafas tambahan,rasakan hembusan nafas.
 Reduksi
Reduksi fraktur berati mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasi anatomis.reduksi tertutup,mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi
manual.alat yang di gunakan biasanya traksi,bidai dan alat yang lainnya.reduksi
terbuka,dengan pendekatan bedah.alat fiksasi interna dalam bentuk
pin,kawat,sekrup,plat,paku.
 Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskular selalu di
pantau meliputi peredaran darah,nyeri,perabaan,gerakan.perkiraan waktu
imobilisasi yang di butuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur
adalah sekitar 3 bulan.
J. Komplikasi

 Komplikasi awal
 Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak adanya nadi
dan CRT menurun.

 Kompartment syndrom
Terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di
otot,yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot.
 Fat embolism syndrom
Terjadi ketika gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak.
 Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.pada
trauma orthopedic infeksi di mulai pad kulit dan masuk ke dalam.
 Shock
Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permebilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
 Osteomyelitis
Infeksi dari jaringan tulang yang mencangkup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa oxegenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh).
 Komplikasi dalam waktu lama
 Penyatuan tertunda (delayed union )
Di sebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
 Tak menyatu (non union)
Karena tidak adnya imobilisasi,interposisi jaringan lunak,pemisahan
lebar dari fragmen.
 Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk
menimbulkan deformitas,angulasi atau pergeseran.
Asuhan Keperawatan Teori

Pada pasien fraktur

Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses


keperawatan.meliputi :
 Anamnese
 identitas klien (nama,jenis kelamin,umur,alamat tanggal mrs.dll)
 keluhan utama (pada umumnya keluhan utama pada ksus fraktur
adalah rasa nyeri.nyeri tersebutb bisa akut atau kronik).
 Riwayat penyakit sekarang (pengumpulan data yang di lakukan untuk
menentukan sebab dari fraktur,yang nantinya membantu dalam
membuat rencana tindakan terhadap klien.
 Riwayat penyakit dahulu (dengan pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab faktur)
 Riwayat penyakit keluarga (penyakit keluarga yang berhubungan
dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya fraktur seperti diabetes,osteoporosis).
 Riwayat psikososial (merupakan respon emosi klien terhadap penyakit
yang di deritanya).
 Pola nutrisi (pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-hari seperti kalsium,zat besi,protei dan vit C).
 Pola eliminasi (untuk eliminasi alvi dan uri di kaji warna,bau dan
jumlahnya).
 Pola tidur dan istirahat (semua klien fraktur timbul rasa
nyeri,keterbatasan gerak,sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan
kkebutuhan tidur).
 Pola aktivitas (keterbatasan gerak pada klien fraktur ,maka semua
bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu
banyak dibantu oleh orang lain.
 Pola hubungan dan peran (klien akan kehilangan peran dalam keluarga
dan dalam masyarakat.karena klien harus menjalani rawat inap).
 Pola persepsi dan konsep diri (dampak yang timbul pada klien fraktur
yaitu timbul ketidak tauan akan kecacatan akibat frakturnya).
 Pemeriksaan fisik
o Keadaan umum (baik/buruk)
o Kesadaran (komposmentis,apatis,sopor,koma)
o Keadaan penyakit (kronik/akut)
o Kepala (ada tidaknya benjolan dan nyeri kepala)
o Leher (reflek menelan,ada tidaknya benjolan)
o Muka (tidak ada lelsi,simetris,wajah terlihat menahan sakit atau
tidak )
o Mata (konjungtiva anemis jika ada perdarahan,reflek pupil miosis
atau midriasis)
o Telinga (ada tidaknya nyeri tekan,ada tidaknya serumen)
o Hidung (ada tidaknya pernafasan cuping hidung,tidak ada
deformitas)
o Mulut dan faring (ada tidaknya karies gigi,kering atau lembabnya
mukosa bibir)
o Thoraks (gerakan dada simetris atau tidak)
o Paru
 Inspeksi (pergerakan sama atau simetris)
 Palpasi (vfremitus teraba sama)
 Perkusi (sonor)
 Auskultasi (suara nafas normal)
o Jantung
 Inspeksi (tidak tampak ictus cordis)
 Palpasi (ictus tidak teraba )
 Perkusi (pekak)
 Auskultasi (suara s1 dan s2 tunggal)
o Abdomen
 Inspeksi (bentuk datar atau membuncit)
 Palpasi (hepar tidak teraba)
 Perkusi (timpani)
 Auskultasi (peristaltik usu normal 20 kali permenit
Diagnosa keperawatan : nyeri

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam nyeri dapat
berkurang

kriteria hasil : kontrol nyeri

Kriteria hasil di pertahankan Di tingkatkan


Mengenali kapan nyeri 3 5
terjadi
Menggambarkan faktor 3 5
penyebab
Menggunakan tindakan 3 5
pencegahan
Menggunakan tindakan 3 5
pengurangan (nyeri)tanpa
analgesik
Menggunakan analgesik 3 5
yang di rekomendasikan
Intervensi :

1. Pemberian analgesik
 Cek adanya alergi obat.
 Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas&keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien.
 Cek perintah pengobatan melalui obat,dosis&frekuensi obat analgesik yang di
resepkan.
 Monitor ttv sebelum dan sesudah memberikan analgesik narkotik pada
pemberian dosis pertama kali/jika di temukan tanda-tanda yang tidak biasanya
 Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya,terutama pada nyeri yang berat.
2. Menejemen nyeri
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
(lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,beratnya nyeri&faktor pencetus)
 Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang
ketat.
 Gunakan strategi komunikasi trapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri.
 Gali pengetahuan&kepercayaan pasien mengenai nyeri.
 Dorong pasien untuk monitor nyeri&menangani nyerinya dengan tepat.

3.bantuan psien untuk mengontrol pemberian analgesik

 Berkolaborasi dengan dokter,pasien&anggota keluarga dalam memilih jenis


narkotik yang akan di gunakan.
 Pastikan bahwa pasien tidak alergi terhadap analgesik yang akan diberikan.
 Instruksikan pasien&keluarga untuk memonitor intensitas,kualitas&durasi nyeri.
 Instruksikan pasien&keluarga untuk memonitor laju pernapasan&tekanan darah
 Instruksikan pasien&keluarga terkait reaksi&efek samping dari agen
pengurangan rasa nyeri.
3. Menejemen sedari
 Periksa alergi terhadap obat.
 Dokumentasikan tindakan respon klien sesuai prosedur.
 Dapatkan data ttv,saturasi O2,ekg,tinggi&berat badan.
 Pulangkan&pindahkan px sesuai prosedur.

Diagnosa keperawatn : hambatan mobilitas fisik.

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatn selama 2X24 jam ketidaknyamanan


mental dan fisik dapat membaik.

Kriteria hasil : tingkat ketidaknyamanan

Kriteria hasil Dipertahankan Di tingkatkan


Nyeri 3 5
Cemas 3 5
Stres 3 5
Meringis 3 5
Otot pegal 3 5
Intervensi :

1. Peningkatan mekanika tubuh


 Kaji komitmen pasie untuk belajar&menggunakan postur (tubuh)yang benar.
 Kolaborasikan dengan fisioterapi dalam mengembangkan peningkatan
mekanika tubuh,sesuai indikasi.
 Edukasi pasien tentang pentingnya postur(tubuh)yang benar untuk mencegah
kelelahan,ketegangan/injuri.
 Instruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi telungkap.
 Monitor perbaikan postur tubuh/mekanika tubuh pasien.
2. Terapi latihan ambulasi.
 Beri pakaian yang tidak mengekang.
 Konsultasi pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambulasi,sesuai kebutuhan.
 Monitor penggunaan krukmpasien/alat bantu berjalan lainnya.
 Bantu pasien dengan ambulasi awal dan jika diperlukan.

Diagnosa keperawatan : ansietas

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatn selama 2X24 jam pasien dapat
mengurangi kecemasannya.

Kriteria hasil : tingkat kecemasan

Kriteria hasil Di pertahankan Di tingkatkan


Tidak dapat istirahat 3 5
Distres 3 5
Perasaan gelisah 3 5
Rasa takut yang di 3 5
sampaikan secara lisan
Rasa cemas yang di 3 5
sampaikan secara lisan
Intervensi :

1 Pengurangan kecemasan
 Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan.
 Dengarkan klien.
 Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat.
 Intruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi.
2. Peningkatan ko[ping
 Bantu pasien untuk menyelesaikan masalh.
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang
yang tepat.
 Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien terhadap proses penyakit.
 Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan jaminan.
 Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan.
3. Terapi relaksasi.
 Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang di pilih.
 Minta klien rileks dan merasakan sensasi yang terjadi
 Berikan waktu yang tidak terganggu karena mungkin saja klien tertidur.
 Dorong pengulangan tekhnik praktik-praktik tertentu secara berkala.
 Evaluasi dan dokomentasi respon terhadap terapi relaksasi
Daftar pustaka

Sjamsuhidajat R . (1997) Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk.2007. Kapita selekta kedokteran, jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

Amin Huda Nurarif,Hardi Kusuma.2015.Nanda Nic Noc.edisi revisi jilid 2. Jogja

T.Heather Herdman, et al. 2015. Nanda Internasional Inc. Diagnosis Keperawatn:


definisi & klasifikasi 2015-2016. Jakarta. EGC

Gloria M.Bulechek, et al. 2013. Nursing Intervension Classification (NIC). Jakarta.


Mocomedia

Sue Moorhead,et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Jakarta.


Mocomedia

Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks, 2009. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
buku 1. Jakarta : Cv pentasada Media Edukasi

Anda mungkin juga menyukai