SARTI
A01401964
i
ii
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
C. PERENCANAAN ...................................................................................... 10
D. PELAKSANAAN ...................................................................................... 13
v
E. EVALUASI ................................................................................................ 13
F. HOSPITALISASI ........................................................................................ 14
G. KECEMASAN ............................................................................................ 24
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 66
B. Saran ........................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah
ini dengan judul “Penerapan Terapi Bermain Dengan Menggambar Dan
Mewarnai Gambar Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Pra-
Sekolah Di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen”.
Tujuan dari penulisan proposal karya tulis ilmiah adalah sebagai salah
satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan.
Penyelesaian penulisan proposal karya tulis ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.
2. Orang tuaku tercinta Bapak Ngarsis Wiharno dan Ibu Turminah, kakakku
Arni dan adikku Triono tersayang yang telah memberikan dorongan, baik
dukungan moril dan materil serta doa yang tidak henti-hentinya kepada
penulis dalam menggapai cita-citanya serta dukungan dalam penyusunan
proposal karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Herniyatun,M. Kep. Sp. Mat selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
4. Ibu Nurlaila, S. Kep. Ns M. Kep selaku ketua prodi D III Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong dan selaku pembimbing proposal karya
tulis ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan saran yang membangun
untuk penulis.
5. Ibu Ning Iswati, M. Kep selaku Pembimbing.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Prodi DIII Keperawatan yang telah
membantu proses penulisan proposal karya tulis ilmiah.
7. Spesial buat yang terkasih yang selalu mendampingi dan senantiasa
memberikan support, masukan, motivasi, dan semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah.
viii
8. Teman-teman seperjuangan Kelas 3 C Program Studi D III Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong yang senantiasa selalu memberikan
semangat satu sama lain dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam menyelesaikan proposal karya
tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
proposal karya tulis ilmiah ini pada waktu yang akan datang. Harapan
penulis semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.
Sarti
ix
Program DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017
Sarti1, Ning Iswati2
ABSTRAK
1. Mahasiswa
2. Dosen Pembimbing
x
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health ScienceInstitute of Gombomg
Scientific Paper, July 2017
Sarti1, Ning Iswati2
ABSTRACT
1. Student
2. Lecturer
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan
membutuhkan hospitalisasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakitnya
(Adriana, 2011). Prosentasi hospitalisasi pada anak saat ini ,mengalami
masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan kejadian hospitalisasi
pada tahun-tahun sebelumnya. Muniarsih (2007) hampir empat juta anak
dalam satu tahun mengalami hospitalisasi. Rata-rata anak mendapat perawatan
selama enam hari dan waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak-
anak 20-45% lebih banyak daripada waktu untuk merawat orang dewasa.
Penelitian di Miami, USA, menyebutkan kecemasan adalah keadaan
yang sering terjadi pada anak, pravalensinya mulai dari 5%-25% di belahan
dunia (Ehrenreich et al,2009). Sedangkan pravalensi kecemasan anak saat
dirawat di Rumah Sakit yaitu sekitar 8,3-27% (Wibowo, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Universitas California,
Amerika Serikat pada tuhan 2005 dari studi Eksperimental menyebutkan
bahwa dari 30 anak yang menjalani perawatan di pusat pemulihan Trauma
Anak, California Utara, 28 anak mengalami perubahan suasana hati (mood)
dari sedih menjadi senang, setelah diberi terapi bermain termasuk didalamnya
terapi bermain dengan menggambar dan mewarnai gambar (Hendon dan
Bohon, 2007).
Sumaryoko (2008) , menyatakan prevalansi kesakitan anak di Indonesia
diikrawat di Rumah Sakit cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang
ditunjukan dengan selalu penuhnya ruangan anak baik di Rumah Sakit
pemerintah ataupun Rumah Sakit swasta rata-rata anak mendapat perawatan
selama enam hari. Selama membutuhkan perawatan yang spesial dibanding
pasien lain. Waktu yang dibutuhkan untuk merawat anak-anak 20-45% lebih
banyak daripada waktu untuk merawat orang dewasa (Mc Cherty dan Kozak
cit Murniasih, 2009).
1
2
dari kata dasar warna yang berarti corak atau rupa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mewarnai gambar merupakan kegiatan memberikan warna
pada gambar atau tiruan barang yang dibuat dengan coretan pensil pewarna
pada kertas. Menurunkan tingkat kecemasan anak selama perawatan dengan
mengajak mereka bermain menggunakan alat permainan yang tepat. Melalui
menggambar dan mewarnai gambar, seorang dapat menuangkan simbolisasi
tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya kedalam coretan dan
pemilihan warna. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa
individu dapat menyalurkan perasaan-perasaan yang tersimpan dalam bawah
sadarnya dan tidak dapat dimunculkan kedalam realita melalui gambar.
Melalui menggambar dan mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar
telah mengeluarkan muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa sedih,
tertekan, stres, menciptakan gambaran-gambaran yang membuat kita kembali
merasa bahagia, dan membangkitkan masa-masa indah yang pernah kita alami
bersama orang-orang yang kita cinta. Melalui aktifitas menggambar dan
mewarnai gambar, emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan,
sehingga dapat menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai
dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu
dalam mengurangi stres yang dialami anak (Hidayah, 2011).
Dengan demikian penulis sangat tertarik untuk menyajikan studi kasus
dengan pendekatan melakukan suatu terapi atau tindakan keperawatan dalam
bentuk karya ilmiah dengan judul Terapi Bermain Menggambar dan
Mewarnai Gambar alat transportasi (truk) Untuk Menurunkan Tingkat
Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Masa Perawatan di
RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Penulis berharap dengan adanya Terapi
Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) ini
mampu menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
mengalami hospitalisasi selama masa perawatan serta dapat memberikan
pengetahuan ibu dalam menurunkan tingkat kecemasan pada anak yang
mengalami hospitalisasi dengan terapi bermain.
6
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan pemberian Terapi Bermain
Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) dapat
menurunkan tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah (3-6
Tahun) selama masa perawatan di RSUD Dr. Soedirman Kebumen ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian Terapi Bermain
Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) terhadap
penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah (3-
6 Tahun) selama masa perawatan di RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan tingkat kecemasan hospitalisasi anak sebelum
dilakukan Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat
Transportasi (truk).
b. Menggambarkan tingkat kecemasan hospitalisasi anak setelah
diberikan Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat
Transportasi (truk).
D. Manfaat Penulisan
Karya tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami
hospitalisasi melalui Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai
Gambar Alat Transportasi (truk).
2. Bagi Pengembangan Ilmu Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam menurunkan tingkat kecemasan pada pasien anak usia 3-6
7
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Sarti dengan judul “Penerapan Terapi Bermain Dengan
Menggambar Dan Mewarnai Gambar Untuk Menurunkan Tingkat
Kecemasan Anak Pra-Sekolah Di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman
Kebumen”.
Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa
sanksi apapun.
............................. .............................
Sarti
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
1. Kami adalah Peniliti berasal dari STIKES Muhammadiyah Gombong,
Program Studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untuk
berpartispiasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul “Penerapan
Terapi Bermain Dengan Menggambar Dan Mewarnai Gambar Untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Pra-Sekolah Di Ruang Melati
RSUD Dr. Soedirman Kebumen”.
2. Tujuan dari studi kasus ini adalah melakukan penerapan terapi bermain
menggambar dan mewarnai gambar alat transportasi (truk) dengan
masalah kecemasan yang dapat memberi manfaat untuk menurunkan
tingkat kecemasan pada anak. Studi kasus ini akan berlangsung selama 4
hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung 15-20 menit.
Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu
khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan
atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau
tindakan yang diberikan.
5. Nama jati diri anda seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap
dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 081542330074
Peneliti
Sarti
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : THYPOID FEVER DI RUANG MELATI
RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN
A. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas klien
Nama : An A
Tanggal lahir : 25 Januari 2017
Umur : 5 Tahun 5 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 12,5 kg
PB/TB : 105 cm
Alamat : Kalirancang, Alian, Kebumen
Agama : Islam
Pendidikan : TK
Suku bangsa : Jawa
No. RM : 297701
Diagnosa Medis : THYPOID FEVER
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. I
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Ibu klien
c. Keluhan utama : Nyeri
d. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD RSUD Dr Soedirman
Kebumen pada tanggal 11 Juli 2017 pukul 23.33 WIB,
dengan keluhan batuk pilek sejal 2 hari sebelum masuk RS,
batuk berdahak (-), Demam (+), mual (+), muntah (+) 5 kali
per hari, setiap muntah sekitar 1 gelas aqua (200 cc), nyeri
perut. Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan hasil, Nadi : 120x/menit, Suhu : 38 0C, RR :
30x/menit. Selanjutnya klien diberikan terapi IVFD D ¼
NS 1000 cc/jam, Injeksi Ceftriaxon 300 mg, Vometa syirup
½ sdt, Paracetamol infus 10 cc, (Ambroxol, Dexametason
1/6 dan B complex ¼ puyer), kemudian klien dipindahkan
ke Ruang melati pada tanggal 12 Juli 2017 pukul 03.00
WIB, pada saat pengkajian pada tanggal 12 Juli 2017 pukul
09.00 WIB, klien mengatakan ada nyeri pada saat bergerak
dan nyeri berkurang pada saat istirahat, Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R : Nyeri pada perut bagian kiri, S : Skala
nyeri 6, T : Nyeri hilang timbul, 5 menit sekali. Ibu klien
mengatakan klien tidak nafsu makan setiap makan klien
selalu mual dan ingin muntah, klien makan hanya 2 sendok
makan dari porsi yang disediakan oleh RS. Ibu klien
mengatakan klien masih batuk pilek, setelah dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil Nadi :
110x/menit, Suhu : 36,7 0C, RR : 30x/menit, BB : 12,5 kg.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah
dirawat di RS, jika anaknya sakit hanya berobat ke Bidan
Desa terdekat.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakandi dalam anggota keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit menular atau menurun seperti
Hipertensi, DM, Hepatitis, HIV/AIDS, dll.
4. Riwayat Kehamilan
Ibu klien mengatakan selama kehamilanselalu ANC ke
Bidan secara teratur sesuai anjuran dari Bidan, Ibu klien
mempunyai riwayat pre eklamsi.
5. Riwayat Persalinan
Ibu klien mengatakan An. A lahir dengan SC (Sectio
Caesaria), bayi lahir langsung menangis, dengan BBL :
2000 gram, PB : 45 cm.
6. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan
imunisasi lengkap ( Hb 0, BCG, DPT I, II, III, Polio I, II,
III, IV dan Campak.
7. Riwayat Kembang
Ibu klien mengatakan di usia anaknya sekarang 5 Tahun 5
Bulan tidak ada masalah dalam tumbuh kembangnya,
anaknya sudah mampu berjalan lurus, berdiri dengan 1 kaki
selama 11 detik, menggambar, menangkap bola kecil
dengan kedua tangan, mengenal angka, mengenal warna-
warni, berpakaian sendiri tanpa dibantu.
8. Genogram
9. Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan klien :
BB : 12,5 kg
12,5 kg = 10 kg + 2,5 kg = 1000 ml + 2,5 kg
Jawab : 1000 ml + (2,5 kg x 50 ml) =
1000 + 125 = 1125 ml/hari
BB : 12,5 kg
TB : 105 cm
3. Kepala : Bentuk mesochepal, rambut hitam, lurus, bersih,
tidak ada luka.
4. Mata : Simetris, sklera anikterik, konjungtiva ananemis
5. Hidung : Simetris, discharge (-), bersih
6. Mulut :Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal,
bersih, karies (-)
7. Telinga : Simetris, discharge (-), serumen dalam batas
normal
8. Leher : Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
pembesaran
9. Dada
Paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Fokal fremitus teraba jelas.ekspirasi dan
insirasi paru kanan dan kiri seimbang (sama)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 4
mid clavikula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 reguler tidak ada bunyi suara tambahan
10.Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak teraba massa dan nyeri tekan
Perkusi : Timpani
11. Genetalia : Genetalia bersih dan tidak ada kelainan
12. Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedema pada bagian ekstremitas,
terpasang infus D5 ¼ NS 20 tpm di tangan kiri
C. ANALISA DATA
Waktu Data Fokus Problem Etiologi
Rabu, 12 DS : Nyeri Akut Agen cedera
Juli 2017 P : Klien mengatakan ada nyeri pada biologis
Jam 13.30 saat bergerak dannyeri
WIB berkurang pada saat istirahat,
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada perut bagian kiri
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul, 5 menit
sekali.
DO : Klien tampak lemah, klien
tampak gelisah, klien tampak
merintih kesakitan
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal No.dx Implementasi Respon Paraf
Rabu, 12 Juli 1 Mengkaji DS :
2017 komprehensif nyeri P : Klien mengatakan
Jam 14.00 WIB meliputi lokasi, ada nyeri pada saat
karakteristik, durasi, bergerak dannyeri
frekuensi, kualitas berkurang pada
keparahan nyeri dan saat istirahat,
faktor presipitasi. Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada perut
bagian kiri
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul,
5 menit sekali.
DO : Klien tampak
lemah, klien
tampak gelisah,
klien tampak
merintih kesakitan
Abstrak. Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses perawatan anak di rumah sakit dengan alasan
yang berencana ataupun darurat untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya. Hospitalisasi
sering menimbulkan kecemasan bagi anak-anak. Perawat dapat mengurangi kecemasan anak-anak tersebut
dengan terapi bermain. Terapi bermain yang tidak banyak mengeluarkan energi seperti terapi bermain aktif
menggambar bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan terapi bermain menggambar terhadap kecemasan anak
usia pra sekolah akibat hospitalisasi. Penelitian ini dilakukan di ruang Flamboyan RSUD Batang Kabupaten
Batang. Desain penelitian ini menggunakan descriptive cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan
secara cross-sectional (satu titik waktu tertentu pada populasi atau penelitian pada sampel yang merupakan
bagian dari populasi. Jumlah sample pada penelitian ini 15 responden dan menggunakan teknik secara
purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi bermain aktif
menggambar mengalami penurunan, yaitu skor kecemasan The OSBD sebelum diberikan terapi bermain aktif
menggambar paling rendah 7 dan paling tinggi 16 dan setelah dilakukan terapi bermain aktif menggambar
mengalami penurunan yaitu skor kecemasan The OSBD paling rendah 0 dan paling tinggi 9.
Kata Kunci : Terapi Bermain Menggambar, Kecemasan, Hospitalisasi Active Therapeutic Play by Drawing
Hasil
Analisis univariat dalam penelitian ini adalah
gambaran kecemasan pada anak prasekolah akibat
hospitalisasi sebelum dan setelah diberikan terapi
Skor Frekuensi Persen The OSBD kelompok terapi bermain aktif
kecemasan menggambar 6.
0 1 6,7%
1 0 0,0% Simpulan
2 1 6,7%
3 1 6,7% Kecemasan anak prasekolah yang mengalami
4 7 46,7% hospitalisasi sebelum dilakukan terapi bermain
5 0 0,0% mempunyai rata-rata skor kecemasan The OSBD
6 1 6,7% 11,13. Kecemasan anak prasekolah yang
7 1 6,7% mengalami hospitalisasi setelah dilakukan terapi
8 2 13,3% bermain aktif menggambar mempunyai rata-rata skor
9 1 6,7% kecemasan The OSBD 4,73. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi
Total 15 100,0%
bermain aktif menggambar mengalami penurunan,
yaitu skor kecemasan The OSBD sebelum
Berdasarkan Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa diberikan terapi bermain aktif menggambar paling
kecemasan responden di Ruang Flamboyan RSUD rendah 7 dan paling tinggi 16 dan setelah
Batang kabupaten Batang setelah diberikan terapi dilakukan terapi bermain aktif menggambar
bermain aktif menggambar yaitu skor 0 dengan 1 mengalami penurunan yaitu skor kecemasan The
responden (6,7%), skor 2 dengan 1 responden OSBD paling rendah 0 dan paling tinggi 9.
(6,7%), skor 3 dengan 1 responden (6,7%), skor 4
dengan 7 responden (46,7%), skor 6 dengan 1
responden (6,7%), skor 7 dengan 1 responden DAFTAR PUSTAKA
(6,7%), skor 8 dengan 2 responden (13,3%) dan
skor 9 dengan 1 responden (6,7%). Apriyatno, V 2005, Cara mudah menggambar
dengan pensil, Kawan Pustaka, Jakarta.
Corwin, EJ, 2009, Buku saku patofisiologi, Yudha
EK et al. (alih bahasa) EGC, Jakarta.
c. Rata-rata skor kecemasan The OSBD anak Davies, T & Craig TKJ 2009, ABC kesehatan
prasekolah mental, EGC, Jakarta.
Tabel 4.3. Hawadi, R 2001, Psikologi perkembangan anak
Rata-rata skor kecemasan The OSBD mengenal sifat, bakat dan kemampuan, Grasindo,
sebelum dan sesudah dilakukan terapi Jakarta.
bermain aktif menggambar di Ruang Hidayat, AA 2008, Pengantar ilmu kesehatan
Flamboyan RSUD Batang Kabupaten Batang anak untuk mahasiswa kebidanan, Salemba
Tahun 2012 Medika, Jakarta.
Kyle, T 2008, Essentials of pediatric nursing,
Wolter Kluwer Health, Philadelphia.
Rata-rata skor kecemasan The OSBD Malchiodi, CA 2003, Handbook of art therapy,
Guilford press, New York.
Sebelum Sesudah Selisih 2008, Creative interventions with
traumatized children, Guilford press, New York.
Gambar 11,13 4,73 6,40 Notoadmodjo, S 2005, Metodologi penelitian
kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Range 7-16 0-12 3-10 Nursalam 2003, Konsep dan penerapan metode
skor penulisan riset keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
2008, Konsep dan penerapan metodologi
penelitian ilmu keperawatan; Pedoman
Tabel di atas menunjukan rata-rata skor
skripsi, tesis, dan instrument penelitian
kecemasan The OSBD sebelum terapi bermain
keperawatan, Edisi ke 2, Salemba Medika,
aktif menggambar sebesar 11,13. Rata-rata skor
Jakarta.
kecemasan The OSBD setelah terapi bermain aktif
menggambar sebesar 4,73. Hasil perhitungan
menunjukan rata-rata penurunan skor kecemasan Olivia, Femi 2010, Career skills for kids
meroketkan kekuatan otak kanan dengan
jurus biodrawing, Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Abstract
Pain and hospitalization caused a crisis in the child’s life. At the pre-school children, the stress of the
disease makes children become less able to cope with separation. As a result, many children show anxious
behavior though more vague than toddler age children. Various ways have been conducted by nurses to
treat anxiety in children, but the most effective types of the intervention have not be found. Types of
intervention that can be done are art therapy and play therapy. This study aims to compare the effects of
art therapy and play therapy in reducing anxiety on children who experience hospitalization. A quasi-
experimental research design with pre-post test two group design is used. The sample was 23 children
pre-school age for art therapy group and 25 children for play therapy with sampling techniques
performed purposive sampling. Intervention of art therapy and play therapy each performed for 3
days with duration about 30 minutes. Anxiety levels before and after the intervention were measured
by using the facial affective scale. The results show that there is a difference in anxiety between before and
after the action in the art therapy group (p = 0.00) and that there are differences in anxiety before and
after the action in the play therapy group (0.00). But statistical tests using Man Whitney U indicate that
there is no difference in anxiety levels in pre-school children who do art therapy and play therapy (p =
0.26). So, it is concluded that the art therapy and the play therapy can reduce the level of anxiety on
pre-school school children that experience hospitalization. Based on these conclusions, it is recommended
that the art therapy and the play therapy can be used by nurses and the choice of the intervention
should be submitted to the child.
Keywords
Art Therapy, Play Therapy, Pre-School Children, Hospitalization
How to cite this paper: Ramdaniati, S., Hermaningsih, S. and Muryati (2016) Comparison Study of Art Therapy and Play
Therapy in Reducing Anxiety on Pre-School Children Who Experience Hospitalization. Open Journal of Nursing, 6, 46-52.
http://dx.doi.org/10.4236/ojn.2016.61005
1. Introduction
Hospitalization is a process for reasons of planning or emergency that requires the child to stay in the hospital in order to
undergo treatment and medication. Nevertheless, hospitalization remains a major problem and causes anxiety and fear in
children [1]. Hospitalization can also cause stress for children related to the change of envi- ronment and the status of
their health. According to Hockenberry, Wilson and Winkelstein [2], the main thing that can cause stress on the
process of hospitalization is the separation of parents, loss of control, and fear of bo- dily injury and pain. In addition to
stress, hospitalization also causes fear and anxiety in children aged 4 - 6 years [3]. If anxiety in children is not addressed,
it will result in withdrawal and rejection of the implementation of the medical or nursing action, the length of stay and
increase of the severity of health conditions [4].
Various interventions can be done by nurses and parents to overcome anxiety and fear in children, such as creating a
pleasant atmosphere, providing support, and giving explanation [5]. Research by Ramdaniati & Se- tiawan [6] explains
that the play can reduce fear in children. In addition to playing, art therapy is a collection of therapeutic approaches that
involve the creative arts. Art therapy programs vary and may include aspect of drawing, painting, photography,
sculpture, dancing, creative writing and storytelling [7]. Some research suggests that stress and fear in children can be
reduced with the use of the method of drawing [8]. Rollins [9] explains that drawing helps children communicate his
experience so as to reduce stress and anxiety. Play therapy is the use of play as a therapy used to reduce distress, and
fear in children [10]. According to Armstrong [11], playing for children is not a sheer pleasure, but it is a way to express
the anxiety and fear of a situation so clear that any type of game is granted. Decreasing fear and anxiety is meaningful.
This study aims to compare the art therapy with the play therapy in reducing anxiety on preschool children who
experience hospitalization.
2. Methods
A quasi-experimental pretest-posttest two group design was initiated during 3 month period ending 8 October
2015 with a sample size of 48 children pre-school age for both treatment groups. Samples are taken by pur- posive
sampling of pre-school age children who are being hospitalized in Al Islam Bandung Hospital. Inclusion criteria were
aged from 3 - 6 years old, the first day of hospitalized and having compos mentis counciosness and the exlusion criteria
were children who had limited motion in the upper extremity (not able to move right and left hands to draw or play a
puzzle) and children who are pain.
The study was approved by ethical commission of Bandung Health Polytechnic and before the enrolment of this
study, the parents received verbal information about the research including procedure, benefit and also gave written
informed consent to participate in the study. The research process begins with the selection of the appropriate sample
inclusion criteria, then the children are grouped into 2 groups of interventions based on their own choices, namely
drawing (art therapy) and puzzles (play therapy). Furthermore, researchers take measure- ments of anxiety before the
intervention using the modified facial affective scale [12] consisting of four images of the face, then intervention for 15
- 30 minutes in a 3-day, after that researcher taking second measurement for identified anxiety level after the
intervention. The data collected is then processed and analyzed gradually rang- ing from univariate continued with
bivariate. Univariate analysis using frequency distribution and proportion, while bivariate analysis using wilxocon test
for each group and Man Whitney U for measurements both treat- ment groups with statistical significance difference or
p value below 0.05.
3. Result
Based on Table 1, it can be seen that the average age of children who are respondents in this study is 4.21 years to 4.40
years, with the same age range between 3 to 6 years in accordance with the criteria inclusion that has been set.
Table 2 shows that more than half of the respondents in this group are male and have never been hos-
pitalized.
Table 3 shows that in group play therapy, more than half respondents are male and have never had the experience to
be hospitalized.
Table 4 shows that in the group art therapy, children’s anxiety levels before treatment are subjected to severe anxiety
(43.5%), followed by moderate anxiety (34.8%) and mild anxiety (21.7%) and none of the respondents who do not
experience anxiety. While at the time after treatment, more than half do not experience anxiety and
Table 1. Frequency distribution of respondent age at the play therapy and art therapy group (n = 48).
Table 2. Frequency distribution of respondents characteristics at the art therapy group (n = 23).
Characteristics F %
Gender
Male 14 60.9
Female 9 39.1
Treated experience
Ever 10 43.5
Has never been 13 56.5
Table 3. Frequency distribution of respondent characteristics at the play therapy group (n = 25).
Characteristics F %
Gender
Male 14 56
Female 11 44
Treated experience
Ever 7 28
Has never been 18 72
Table 4. Frequency distribution of anxiety levels before and after treatment at the art therapy group (n = 23).
Anxiety levels
No. Intervention Not anxiety Mild anxiety moderate anxiety Severe anxiety
F % F % F % f % Total
4. Discussion
Anxiety is a condition that is often found in children who undergo hospitalization. Almost at every stage of de-
velopment of the child’s age, anxiety and fear due to hospitalization is still a major problem in nursing services
subsidiary as disclosed by Ambarwati [13] that hospitalization can cause stress and anxiety at all age levels. For
preschool children hospitalization is a frightening experience [14] and Ramdaniati [15] also explained that 53%
of pre-school age children who are undergoing hospitalization experience fear.
Various efforts have been made by caregivers to overcome the problems that arise as a result of hospitaliza-
Table 5. Levels of anxiety before and after treatment at the play therapy group (n = 25).
Anxiety levels
No. Intervention Not worried Mild anxiety moderate anxiety Severe anxiety
F % F % F % f % Total
Table 6. Distibution of anxiety levels before and after treatment at the group play therapy and art therapy.
Table 7. Differences anxiety levels at the play therapy and art therapy group.
tion. One of the nursing actions to reduce the impact of hospitalization is playing. For children, play is a routine job.
Playing is an activity that is done voluntarily and there is no coercion or pressure from outside or liabilities [16].
Play is a reflection of the ability of physical, intellectual, emotional and social and play a good medium for
learning because the children can speak (communicate), learn to adapt to the environment, and do what can be
done [17]. Play can be carried by healthy or sick children. Although the child was ill, but there remains a need
for play [18].
Games consists of various types and kinds, depending on which side of judgment. In this study, researchers
tried to compare the effects between the two games is play therapy and art therapy in reducing anxiety in pre-
school children. Play therapy is done using a puzzle as media and art therapy for children were asked to draw
what she likes in a picture book provided. Selection of the type of game based on the child’s own choice.
Children choose the type of game he likes. Games that like by the child makes the child feel good about the
game, while if the child does not like his game then the child will not enjoy the game.
Based on the results listed in Table 5 in the previous section, the results of the univariate analysis in play
therapy showed that 52% of pre-school children experiencing moderate anxiety at the moment before the game,
followed by mild anxiety and no anxiety as much as 32% and as much as 16%. This condition is changed after
the intervention in the form of puzzles for 30 minutes for 3 days. Most children (64%) had not experienced
anxiety and the rest (36%) experienced only mild anxiety. Then performed bivariate analysis to compare the
changes that occur. Results of the analysis in Table 6 in the previous section shows that the play therapy with
the use of the puzzle has significant value <0.05 at alpha of 0.05. This means that the play therapy by using
puzzles can reduce anxiety levels pre-school age children significantly. The results are consistent with research
conducted by Kaluas, Ismanto and Kundre [19] which states that playing puzzle and storytelling can reduce
anxiety preschool children who experienced hospitalization at the hospital. Another study also had the same
result is research de Breving, Ismanto and Onibala [20] which uses the game as well as an ice cube as one action
atraumatic care in children aged 1 - 14 years who experience anxiety. Research results by Hela and Tjahyono
[21] in the RS. William Booth Surabaya also support the conclusion that this research through play therapy
affect the child’s anxiety level with a significance value of 0.00.
In addition to viewing of the play therapy using puzzzle, this study also looked at the effects of art therapy
against anxiety pre-school children. Drawing is a form of art therapy are performed as one of the interventions in
this study in order to reduce the level of anxiety in the pre-school age children who experience hospitalization.
Results of univariate analysis of the results of this group showed that at the time before the intervention, almost
half of the respondents had a severe anxiety, followed by moderate and mild anxiety and no one who does not
experience anxiety. This condition changed when measurement after intervention demonstrated that no one is
experiencing severe levels of anxiety. From the tables can be seen that in descriptive, art therapy can reduce
anxiety levels of children. Furthermore, after the bivariate analysis using the Wilcoxon test to compare the con-
ditions before and after the act of art therapy showed that the 0.00 significance value which gives the sense that
art therapy can reduce anxiety levels significantly in pre-school age children.
The result of this are in line with research Wowiling, Ismanto and Babakal [22] and Pravitasari and Warsito
[23] which uses coloring techniques as a form of art therapy that is performed at pre-school age children in order
to reduce anxiety. In the study it was obtained p value of 0.00 which means that the art therapy influence on the
anxiety level of pre-school children. Coloring technique drawing on research conducted by Kapti, Ahsan and
Istiqomah [24] is also a positive effect on maladaptive behavior of children who experience hospitalization.
Meaningfulness use art therapy to reduce children’s anxiety in this study are not always in line with the results
of previous studies. Purwandari’s research [25] explained that the art therapy does not give effect to decrease the
level of anxiety in school children but are effective in lowering the pulse rate is one of the physiological re-
sponse of anxiety. This distinction is made possible because of differences in the age of respondents, where the
research Purwandari respondents are school-age children in the 6 - 12 year range, while respondents in this
study were pre-school children who still have high levels of anxiety.
The results of the study mentioned above can be analyzed that the drawing as a form of art therapy performed
capable of being distractor, expressive space for children as well as a medium of communication that is able to
describe the condition of children’s anxiety during hospitalization. Besides drawing or coloring can reduce ten-
sion, it also giving a relaxing effect on the body and can provide emotional stimuli in the limbic system that oc-
curs in the hypothalamic control of maladaptive behavior, including anxiety responses. Although obviously not
be denied the possibility of the influence of the presence of a parent or other factors that contribute simulta-
neously reduce anxiety in children.
Advantages Disadvantages
• Performed capable of being distractor • Materials cost money and must be
• Expressive space for children as well as a medium of managed.
communication that is able to describe the condition of • Requires an appropriate setting, especially for fluid
children’s anxiety during hospitalization media.
• Can reduce tension • Some populations (e.g., older adults) may not see the
• Also giving a relaxing effect on the relevance of artwork to their problem
body • Requires more planning to incorporate
Art Therapy • Can provide emotional stimuli in the limbic system that into
occurs in the hypothalamic control of maladaptive information-giving or highly directive counseling modes
behavior • It can not increase ability to explore and practise
• Therapeutic in itself because client gives symbolic children’s social skills
shape and form to feelings • It can not help children to make friends and learn about
• Can serve to express fears which children find too their ever expanding world
frightening to talk abou
• An active therapy—clients regain sense of control over
healing
References
[1] Supartini, Y. (2004) Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.
[2] Hockenberry, M.J., Wilson, D. and Winkelstein, M.L. (2005) Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. 7th Edition,
Elsevier Mosby, St. Louis.
[3] Salmela, M., Salantera, S. and Aronen, E. (2009) Child-Reported Hospital Fears in 4 to 6 Year Old Children. Pediatric
Nursing, 35, 269-276.
[4] Shield, L. (2001) A Review of the Literature from Developed and Developing Countries Relating to the Effect of the
Hospitalization on Children and Parents. International Nursing Review, 48, 29-37.
http://dx.doi.org/10.1046/j.1466-7657.2001.00032.x
[5] Widyasari, F.K. (2009) Terapi Bermain Untuk Anak Normal.
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/05/12/1160/13/Terapi-Bermain-Untuk-Anak-N
ormal
[6] Ramdaniati, S. and Setiawan, R. (2013) Efektifitas Normative Play Dan Therapeutic Play Terhadap Penurunan Rasa
Takut Anak Usia Pra Sekolah Yang Dirawat Di RSUD Dr. Slamet Garut. Jurnal Kesehatan Bhakti Kencana, 3, 322-
325.
[7] Burns, M.E. and Mechanic, O.J. (2012) Art Therapy. The Monday Life.
[8] Burns, S.D. (2011) Reducing Stress in Hospitalized Children. Medical News Today, Sweden.
[9]
Rollins, J.A. (2005) Tell Me about It: Drawing as a Communication Tool for Children With Cancer. Journal of Pedi-
atric Oncology Nursing, 25, 203-221. http://dx.doi.org/10.1177/1043454205277103
[10] Chambers, M.A. (1993) Play as Therapy for The Hospitalized Children. Journal of Clinical Nursing, 2, 349-354.
[11] Armstrong, T.S. and Aitken, H.L. (2000) The Developing Role of Play Preparation in Paediatric Anaesthesia. Paedia-
tric Anaesthesia, 10, 1-4. http://dx.doi.org/10.1046/j.1460-9592.2000.00406.x
[12] Ortigosa Quiles, J.M., García-Banda García, G., Chellew, K., Ponsell Vicens, E., Riquelme Marín, A. and Nicolás
Carrasco, M.P. (2013) Identification of Degress of Anxiety in Children with Three-Five Face Facial Scales. Psico-
thema, 25, 446-451.
[13] Ambarwati, F. and Nasution, N. (2012) Buku Pintar Asuhan Keperawatan BayiDan Balita. Cakrawala Ilmu, Yogya-
karta.
[14] Samiasih, A. (2007) Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia
Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di Ruang Tukman.
http://www.academia.edu/3585452/pengaruh_terapi_bermain_terhadap_tingkat_kecemasan_
anak_usia_prasekolah_sel ama_tindakan_keperawatan_di_ruang_tukman
[15] Ramdaniati, S. (2011) Analisis Determinan Kejadian Takut Pada Anak Sekolah Dan Pra
Sekolah Yang Menjalani
Hospitalisasi Di Ruang Perawatan Anak BLUD Dr. Slamet Garut. Tesis, FIK Universitas
Indonesia, Jakarta.
[16] Nurhayatin, Soesanto, E. and Alfiyanti, D. (2010) Gambaran Kecemasan Pada Anak Usia Pra
Sekolah Yang Dilakukan
Terapi Bermain Bercerita Di Ruang Nusa Indah RS. Bakti Wira Tamtama Semarang.
Unpublished.
[17] Hockenberry, M.J. and Wilson, D. (2009) Wong’s Essentials Of Pediatric Nursing. 8th Edition,
Elsevier Mosby, St.
Louis.
[18] Suryanti, Sodikin and Yulistiani, M. (2011) Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan
Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra
Sekolah di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata, Purbalingga. Jurnal Kesehatan Samodra
Ilmu, 3, 73-80.
[19] Kaluas, I., Ismanto, A.Y. and Kundre, R.M. (2015) Perbedaan Terapi Bermain Puzzle Dan
Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) Selama Hospitalisasi Di
Ruang Anak RS. Tk III R.W. Monginsidi Menado. Jurnal Keperawatan, 3.
[20] De Breving, R.M., Ismanto, A.Y. and Onibala, F. (2015) Pengaruh Penerapan Atraumatic
Care Terhadap Respon Kecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi Di RSU Pancaran
Kasih Gmim Manado Dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 3.
[21] Hela, M. and Tjahyono, H.D. (2015) Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan
Anak Yang Mengalami
Hospitalisasi Di Ruang Mirah Delima RS. William Booth Surabaya. S1 Keperawatan, 4.
[22] Wowiling, F.E., Ismanto, A.Y. and Babakal, A. (2014) Pengaruh Mewarnai Gambar
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi
Di Ruang Irina E. RSUP. BLU. Prof. Dr. R.D. Kandao. Menado. Jurnal Keperawatan, 2, 1-
8.
[23] Pravitasari, A. and Warsito, B.E. (2012) Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Anak Usia Pra
Sekolah Sebelum Dan
Sesudah Proses Mewarnai. Jurnal Keperawatan Diponegoro, 1, 16-21.
[24] Kapti, R.E., Ahsan A. and Istiqomah, A. (2013) Pengaruh Bermain Dengan Mewarnai
Terhadap Penurunan Skor Perilaku Mal Adaptif Anak Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) Yang
Mengalami Hospitalisasi Di RS. Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1, 169-175.
http://jik.ub.ac.id
[25] Purwandari, H. (2009) Pengaruh Terapi Seni Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan
Anak Usia Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Wilayah Kabupaten Banyumas. Tesis.
Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.
[26] Tanaka, K., Yoshikawa, N., Kudo, N., Negishi, Y., Shimizu, T. and Hayata, N. (2010) A Need
for Play Specialist in
Japanese Children’s Wars. Pediatric Nursing, 22, 31-32.
[27] Councill, T. (2012) Medical Art Therapy with Children. In: Malchiodi, C.A., Ed., Handbook
of Art Therapy, 2nd
Edition, The Guilford Press, New York, 222-239.
Pengukuran kecemasan
Kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Facial Image Scale
(FIS). Facial Image Scale (FIS) merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mengukur tingkat kecemasan yang terdiri dari lima kategori
ekspresi wajah yang menggambarkan situasi atau keadaan dari
kecemasan, mulai dari ekspresi wajah sangat senang (skor 1) hingga
sangat tidak senang (skor 5). Skor 1 merupakan ekspresi yang paling
positif dan skor 5 merupakan ekspresi paling negatif. Studi validitas
menunjukkan bahwa FIS cocok untuk mengukur tingkat kecemasan
pada anak. Alat ukur ini dipilih sebagai alat ukur dalam menilai
kecemasan pada anak karena didasarkan pada sifat gambar yang
sederhana dan mudah untuk dimengerti. FIS merupakan skala
pengukuran berjenis likert. Skala likert merupakan skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
terhadap fenomena sosial yang ditunjukkan melalui respon sangat
setuju hingga sangat tidak setuju (Riduwan, 2009).
Keterangan gambar :
a. Gambar 1 adalah sangat senang ditunjukkan dengan sudut bibir
terangkat ke atas ke arah mata dan memiliki skor 1
b. Gambar 2 adalah senang ditunjukkan dengan sudut bibir sedikit
terangkat ke atas ke arah mata dan memiliki skor 2
c. Gambar 3 adalah agak tidak senang ditunjukkan dengan sudut bibir
ditarik ke samping atau tidak bergerak dan memiliki skor 3
d. Gambar 4 adalah tidak senang ditunjukkan dengan sudut bibir
ditekuk ke bawah ke arah dagu dan memiliki skor 4
e. Gambar adalah sangat tidak senang ditunjukkan dengan sudut bibir
sangat ditekuk ke bawah ke arah dagu hingga menangis dan
memiliki skor 5
Hasil Pengukuran Kecemasan Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Kegiatan
Terapi Bermain Menggambar Dan Mewarnai Gambar Alat
Transportasi (Truk) di Ruang Melati RSUD Dr Soedirman Kebumen
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Thypoid
Ruang : Melati
Hari/Tanggal/Waktu : Kamis, 14 Juli 2017 Pukul 10.00 WIB
PRE TERAPI POST TERAPI
YA TIDAK YA TIDAK
C. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar
alat transportasi (truk) adalah anak usia 3-6 tahun yang sedang menjalani
perawatan di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
D. Sarana dan Media
1. Sarana
Ruangan tempat bermain
2. Media
a. Meja belajar
b. Buku gambar
c. Pensil / bolpoint
d. Pensil warna / crayon
E. Materi
Terlampir
F. Rencana pelaksanaan
NO Waktu Kegiatan bermain Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Perawat membuka kegiatan dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Perawat memperkenalkan diri Mendengarkan dan dan
3. Perawat menjelaskan tujuan dan memperhatikan
peraturan kegiatan
4. Perawat menjelaskan media yang Memperhatikan
akan dijadikan media permainan
5. Kontrak waktu
2. 25 menit Pelaksanaan :
1. Perawat mengatur posisi klien Berpindah posisi
2. Perawat membagikan buku gambar, Menerima kertas
Pensil / bolpoint, crayon / pensil dan pensil warna
warna kepada klien
3. Perawat mengajak dan memotivasi Klien menggambar alat
klien (anak) untuk mengungkapkan Transportasi (truk)
gambar yang diinginkan pada buku
gambar
4. Memulai mewarnai gambar dengan Klien mewarnai gambar
didampingi oleh perawat Alat transportasi (truk)
5. Perawat memberi semangat pada anak
selama proses mewarnai
6. Perawat memotivasi anak untuk
dapat memilih warna yang disukainya
7. Apabila anak tidak mau aktif,
melibatkan orang tua atau pendamping
anak untuk membantu anak mewarnai
gambar yang telah diberikan
3. 5 menit Evaluasi :
1. Menanyakan tentang perasaan anak Menjawab pertanyaan
setelah diberi terapi bermain
menggambar dan mewarnai gambar
alat transportasi (truk)
4. 5 menit Penutup :
1. Perawat menutup acara permainan Memperhatikan
dengan memberikan reward kepada
klien
2. Mengucapkan terima kasih dan Menjawab salam
mengucapkan salam
G. Setting tempat
p
Keterangan :
: Meja belajar
: Perawat
: Anak : Ibu
H. Evaluasi
1. Anak bisa menggambar dan mewarnai sesuai dengan tingkat perkembangan
2. Membedakan warna dan bentuk gambar
3. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN
B. Fungsi Bermain
Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk
merangsang perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual,
sosialisasi, kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.
1. Perkembangan sensorimotor : aktivitas sensorimotor adalah
komponen utama bermain pada semua usia. Permainan aktif penting
untuk perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepaskan
kelebihan energi. Melalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan
kinestetik, bayi memperoleh kesan. Todler dan prasekolah sangat
menyukai gerakan tubuh dan mengeksplorasi segala sesuatu di
ruangan.
2. Perkembangan intelektual : melalui eksplorasi dan manipulasi,
anak-anak belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi
objek-objek. Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan
orang tua adalah dua variabel terpenting yang terkait dengan
perkembangan kognitif selama masa bayi dan prasekolah. Sosialisasi:
perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk
hubungan sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku
dan sikap yang diterima masyarakat.
3. Kreativitas : anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka
dalam bermain. Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas
tunggal, meskipun berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam
kelompok. Anak merasa puas ketika menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
4. Kesadaran diri : melalui bermain, anak akan mengembangkan
kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar
mengenal kemampuan diri dan membandingkannya dengan orang
lain. Kemudian menguji kemampuannya dengan mencoba berbagai
peran serta mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap orang
lain.
5. Nilai moral : anak mempelajari nilai benar dan salah dari
lingkungannya terutama dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain
anak memperoleh kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya. Anak juga akan belajar
nilai moral dan etika, belajar membedakan sesuatu dan bertanggung
jawab.
6. Manfaat terapeutik : bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia.
Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan
sarana untuk melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang
dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan
emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara
yang dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan
mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan.
C. Tujuan Bermain
Supartini (2012) mengemukakan beberapa tujuan dari terapi bermain antara
lain :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangannya, walaupun demikian selama anak dirawat di
rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap di lanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengespresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya
pada saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang
belum dapat mengespresikannya secara verbal, permainan adalah
media yang sangat efektif untuk mengeskpresikannya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,
permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya
untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap sters karena sakit dan
dirawat di rumah sakit.
D. Jenis-jenis Permainan
Ada 2 jenis permainan yaitu permainan aktif dan permainan pasif.
Kedua jenis permainan tersebut harus diketahui orang tua atau
siapapun yang berkaitan dengan pendidikan dan perkembangan anak
supaya dapat menyeimbangkan antara keduanya.
a. Kategori permainan aktif adalah sebagai berikut
1) Permainan olahraga. Bagi anak olah raga bisa menjadi satu
permainan yang menyenangkan yang mengandung kesenangan,
hiburan dalam bermain tapi tidak juga terlepas dari unsur
partisipasi dan keinginan untuk unggul. Permainan Perkelahian (body
Contact). Permainan yang menuntut keseriusan anak untuk
memenuhi kebutuhan kekuasaan. Hal ini sehat dan positif bagi anak,
berguna untuk menguji keunggulan dan kekuatan dilingkungan sekitar
bermain bebas dan spontan atau eksplorasi. Anak dapat melakukan hal
yang diinginkan. Anak akan terus bermain dengan permaianan selama
itu menimbulkan kesenangan.
2) Bermain drama atau peran. Menirukan karakter yang dikagumi
dalam kehidupan nyata maupun terdapat dalam media massa atau
televisi. Anak akan berfantasi dan meniru peran-peran.
Perbendaharaan bertambah dan kemampuan berkomunikasi semaakin
baik. Mengajarkan berbagai keterampilan sosial dan nilai-nilai
kemanusiaan kepada anak.
3) Bermain air atau pasir. Mengembangkan perasaan dan kebebasan
serta kepuasan. Belajar membentuk sesuatu yang baru sebagai modal
awal kreatifitas.
4) Bermain musik dan menari. Mengembangkan kepekaan, membebaskan
ekspresi dan mendorong anak untuk mengembangkan kepekaan,
membebaskan ekspresi dan mendorong anak untuk mengembangkan
tingkah laku sosialnya.
5) Permainan bongkar pasang (puzzle) dan menyusun balok. Melatih
kemampuan motorik halus, konsentrasi, dan melatih koordinasi
mata dan tangan. Anak belajar konsentrasi dan kreatifitas anak
menjadi terasah (Devianti, 2013).
b. Kategori permainan pasif adalah sebagai berikut:
1) Permainan mekanis.
Alat tehnologi canggih seperti komputer bukan lagi milik orang
dewasa, tapi telah menjadi barang biasa untuk anak-anak.
Berbagai games atau permainan virtual telah tersedia
didalam komputer. Bermain komputer tidak sama bermain
bersama teman. Anak bermain sendiri dengan kesenangannya.
Sisi negatif permainan mekanis ini adalah kurangnya
pembentukan sikap anak untuk menerima dan memberi (take and
give). Anak memegang sikap kendali penuh atas “teman
mainnya” dan Si teman mainnya” akan melakukan apapun yang
diinginkan anak. Kendali penuh ini akan menimbulkan reaksi
serius bila anak menyalurkannya dalam pertemanan dilingkungan
sosialnya. Hal positif, anak memiliki keterampilam komputer
yang akan diperlukan anak sebagai sarana hidupnya.
2) Permainan elektronik seperti komputer dan playstation
meningkatkan refleks (rangsangan), perkembangan motorik halus
anak dan memberikan konstribusi pada perbendaharaan kata
terutama bahasa asing. Namun, stimulus (rangsangan) fisik dan
interaksi sosial ditawarkan dalam permainan tersebut bersifat
artifisial (buatan), bahkan sangat kurang. Permainan interaktif
atau software bersifat edukatif yang sering ada dalam komputer
dapat menjadi suatu alternatif permainan (Yuriastien, 2009).
3) Permainan Fantasi. Anak dapat membentuk dunia sesuai
dengan keinginannya (imajinasi). Permainan fantasi selain proses
kreatif pengembangan kemampuan sisi otak kanan, juga untuk
pembentukan kecerdasan interpersonal.
4) Mendengarkan cerita. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan
imajinasi anak. Anak akan belajar empati dari apa yang dialami
tokoh dan berimajinasi menjadi si tokoh dalam cerita tersebut.
Hubungan anak dengan orang tua akan menjadi lebih erat karena
saling berinteraksi dan akan menjadi sarana komunikasi yang baik
antara keduanya.
5) Membaca. Menambah perbendaharaan kata, imajinasi,
memperluas wawasan serta pengetahuan anak.
6) Menonton televisi. Dengan menonton tv anak akan mendapatkan
tambahan pengetahuan serta ide-ide tentang hal-hal yang dapat
dimainkan. Televisi dapat membangun kemampuan anak
untuk menirukan atau mengembangkan kekuatan intuisi dan
imajinasi anak dalam memperkaya pengalaman. Tetapi televisi
dapat berpengaruh negatif terhadap anak misalkan menirukan
adegan-adegan kekerasan, kriminalitas. (Yuriastien, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, jenis-jenis permainan yang
dilakukan pada saat anak bermain ada 2 macam yaitu permainan
aktif dan permainan pasif. Permainan aktif ketika anak banyak
menggunakan aktifitas fisik saat bermain sehingga anak banyak
melakukan gerakan-gerakan dengan menggunakan tubuhnya.
Permainan pasif ketika anak hanya berdiam diri tanpa
mempergunakan aktifitas tubuh yang berlebihan dan
menggunakan alat-alat yang cenderung dapat dilakukan dengan
hanya diam dan duduk saja.
E. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Terapi Bermain
Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Soetjianingsih (2014) saat
anak dalam aktivitas bermain yaitu:
1. Energi ekstra/tambahan: bermain memerlukan energi tambahan,
dimana anak yang sakit, tidak memiliki energi yang banyak untuk
bermain, sehingga permainan yang di anjurkan yaitu permainan yang
tidak memerlukan banyak energi.
2. Waktu: anak yang hospitalisasi harus mempunyai cukup waktu
untuk bermain
3. Alat permainan: untuk bermain diperlukan alat permainan yang
sesuai dengan umur dan taraf perkembangan anak.
4. Ruangan untuk bermain: ruangan tidak usah terlalu besar, anak
juga bisa bermain di halaman atau di tempat tidur disesuaikan
dengan keadaan anak.
5. Pengetahuan cara bermain: anak belajar bermain melalui
mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau dibimbing oleh
orangtua atau pengasuh
6. Teman bermain: anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman
bermain. Anak dapat bermain dengan orang tua, teman sebaya atau
saudara sehingga anak tidak kehilangan kesempatan dalam
bersosialisasi
7. Reward: pemberian reward akan membuat anak termotivasi,
reward dapat diberikan berupa semangat dan pujian atau hadiah
pada anak bila berhasil melakukan sebuah permainan.
F. Jenis permainan pada anak Usia Prasekolah
Permainan anak usia prasekolah menurut Adriana (2011)
biasanya bersifat asosiatif (interaktif dan kooperatif) serta memerlukan
hubungan dengan teman sebaya. Alat permainan yang dianjurkan
untuk anak usia prasekolah yaitu berbagai benda dari sekitar rumah,
buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, dokter-
dokteran atau masak-masakan (Soetjianingsih, 2014).
G. Terapi bermain di Rumah Sakit
Terapi bermain menurut Adriana (2011) membantu anak
dalam beradaptasi dengan lingkungan baru di rumah sakit, membantu
mengurangi stress terhadap perpisahan, dapat sebagai distraksi
(pengalihan perhatian) dan relaksasi dan mencapai tujuan terapeutik.
Prinsip bermain di rumah sakit yaitu:
1. Permainan tidak bertentangan dengan terapi dan perawatan yang
dijalani
2. Tidak membutuhkan energi yang banyak
3. Harus mempertimbangkan keamanan bagi anak
4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua atau keluarga
H. Pengertian Menggambar dan Mewarnai
Menurut Soedarso (dalam Suwarna, 2007: 10) menggambar adalah suatu
pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua
dimensional dengan garis warna. Dengan demikian menggambar
merupakan bahasa visual dan merupakan salah satu media komunikasi
yang diungkapkan melalui garis, bentuk, warna dan teksture. Dijelaskan
pula dalam Suwarna (2007: 10) bahwa menggambar juga merupakan
curahan isi jiwa seseorang yang bernuansa estetis, kreatif, harmonis, dan
ekspresif, yang tidak terlepas dari sensitivitas, mengandung pesan yang
ingin disampaikan kepada orang lain yang melihatnya, dan hal ini dapat
menimbulkan sesuatu.
Menurut Affandi (dalam Saiful Haq, 2008: 2) menggambar merupakan
perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan
perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut
dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis,
bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa menggambar adalah membuat gambar dengan
cara menggoreskan benda-benda tajam (seperti pensil atau pena) pada
bidang datar (misalnya permukaan papan tulis, kertas, atau dinding) yang
merupakan perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan
perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut
dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis,
bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.
I. Tujuan dan Manfaat Menggambar bagi anak
Menurut Hajar Pamadhi (dalam Saiful Haq, 2008: 4) menyatakan bahwa
menggambar memiliki tujuan yang antara lain :
1. Alat untuk mengutarakan/ekspresi isi hati, pendapat maupun
gagasan
2. Media fantasi, imajinasi, dan sekaligus sublimasi
3. Stimulasi bentuk ketika lupa atau untuk menumbuhkan gagasan
baru
4. Alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi
Menurut Hajar Pamadhi, Evan Sukardi S, dan Azizah Muis (2010: 2.11)
menjelaskan tentang fungsi menggambar bagi anak. Hal tersebut diuraikan
sebagai berikut :
1. Menggambar sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk)
2. Menggambar sebagai media mencurahkan perasaan
3. Menggambar sebagai alat bermain
4. Menggambar melatih ingatan
5. Menggambar melatih berfikir komprehensif (menyeluruh)
6. Menggambar sebagai media sublimasi perasaan
7. Menggambar melatih keseimbangan
8. Menggambar mengembangkan kecakapan emosional
9. Menggambar melatih kreativitas anak
10. Menggambar melatih ketelitian melalui pengamatan langsung
Anak-anak sangat suka memberi warna melalui berbagai media
baik saat menggambar atau meletakkan warna saat mengisi bidang-
bidang gambar yang harus diberi pewarna (Hajar Pamadhi dan Evan
Sukardi S, 2011: 7.4). Berdasarkan pernyataan tersebut maka kegiatan
mewarnai merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk anak.
Menyenangkan yang dimaksud di sini terletak pada proses memilih
warna yang digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar kosong.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumanto (2005: 65) bahwa
kreativitas yang dapat dikembangkan pada kegiatan mewarnai bagi anak
usia prasekolah adalah adanya kebebasan untuk memilih dan
mengkombinasikan unsur warna pada obyek yang diwarnainya sesuai
keinginan anak. Tujuan dari kegiatan mewarnai adalah melatih
menggerakkan pergelangan tangan (Sujiono, 2008: 2.12).
Mewarnai pada anak usia dini bertujuan untuk melatih
keterampilan, kerapian serta kesabaran (Hajar Pamadhi dan Evan
Sukardi, 2011: 728). Keterampilan diperoleh dari kemampuan anak
untuk mengolah tangan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga
semakin lama anak bisa mengendalikan serta mengarahkan sesuai yang
dikehendaki. Kerapian dilihat dari bagaimana anak memberi warna pada
tempat-tempat yang telah ditentukan semakin lama anak akan semakin
terampil untuk menggoreskan media pewarnanya karena sudah terbiasa.
Kesabaran diperoleh melalui kegiatan memilih dan menentukan
komposisi yang tepat sesuai pendapatnya, seberapa banyak warna yang
digunakan untuk menentukan komposisi warnanya. Usaha yang
dilakukan secara terus-menerus akan melatih kesabaran anak.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas
dapat disimpulkan bahwa mewarnai merupakan kegiatan yang sangat
cocok diterapkan untuk anak usia taman kanak-kanak, karena mewarnai
merupakan kegiatan yang menyenangkan. Selain itu, melalui kegiatan
mewarnai dapat melatih keterampilan, kerapian dan kesabaran serta
mengekspresikan keinginannya untuk memberi atau membuat warna
pada obyek gambar menggunakan pewarna dan alat yang digunakan
untuk mewarnai.
J. Kegiatan Mewarnai
Anak prasekolah juga senang berpartisipasi dalam aktivitas
gerak ringan seperti menggambar, mewarnai, melukis, memotong, dan
menempel (Morrison, 2012: 221). Anak pra sekolah disini termasuk anak
kelompok B yaitu usia 5-6 tahun yang seharusnya menyukai kegiatan
mewarnai menggunakan bahan yang beraneka ragam. Kegiatan
mewarnai gambar merupakan kegiatan mewarnai yang dilakukan
menggunakan berbagai macam media seperti krayon, spidol, pensil
warna dan pewarna makanan. Dalam penelitian ini akan digunakan
media pewarna makanan. Gambar yang akan diwarnai disesuaikan
dengan tema yang sedang digunakan di taman kanak-kanak.
K. Manfaat Menggambar dan Mewarnai
As’adi Muhammad (2009: 15-27) mendeskripsikan bahwa kegiatan
menggambar dan mewarnai memberikan manfaat bagi anak, yakni :
1. Merangsang dan Membangkitkan otak kanan
Dengan memberikan pelajaran atau pelatihan mengenai
menggambar dan mewarnai, otak kanan akan terasah yang akhirya
akan membuatnya mempunyai kreativitas yang tinggi.
2. Menumbuhkan kreativitas
Lewat menggambar, anak bisa menuangkan beragam imajinasi
yang ada di kepala mereka. Lewat gambar yang dibuatnya, anak
bisa menuangkan segala gagasan dan pendapat-pendapat yang
terpendam. Dengan demikian, tidaklah keliru jika dikatakan bahwa
gambar dapat meningkatkan kreativitas anak.
3. Membuka wawasan
Sebagai contoh anak sedang belajar menggambar seekor kuda yang
tengah merumput di kehijauan padang lapang. Dalam menggambar
kuda tersebut, anak pasti akan banyak berusaha mengetahui apa
saja yang ada disekitar hewan tersebut.
4. Lukisan, cermin kreativitas dan kecerdasan anak
Apapun hasil lukisan yang tertuang, merupakan hasil gagasan dan
kemampuan anak. Jika anak mempunyai kreativitas dan kecerdasan
yang tinggi, maka lukisan yang dihasilkan akan baik. Tetapi jika
tidak, maka lukisan akan terlihat biasa-biasa saja, bahkan
kualitasnya akan cenderung di bawah standar lukisan anak pada
umumnya.