Anda di halaman 1dari 82

PENERAPAN TERAPI BERMAIN DENGAN MENGGAMBAR DAN

MEWARNAI GAMBAR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT


KECEMASAN ANAK PRA-SEKOLAH DI RUANG MELATI RSUD Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan


Menyelesiakan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

SARTI
A01401964

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2017/2018

i
ii
iii
iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. ii

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................... iii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 6

D.Manfaat Penulisan ....................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KECEMASAN AKIBAT


HOSPITALISASI ........................................................................................ 8

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................... ...... 10

C. PERENCANAAN ...................................................................................... 10

D. PELAKSANAAN ...................................................................................... 13

v
E. EVALUASI ................................................................................................ 13

F. HOSPITALISASI ........................................................................................ 14

G. KECEMASAN ............................................................................................ 24

H. KONSEP ANAK USIA PRASEKOLAH ................................................... 30

I. KONSEP TERAPI BERMAIN .................................................................... 33

J. KERANGKA KONSEP ............................................................................... 44

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Jenis / Desain / Rancangan ........................................................................ 45

B. Subyek Studi Kasus ..................................................................................... 45

C. Fokus Studi Kasus ....................................................................................... 46

D. Definisi Operasional .................................................................................... 46

E. Instrument Studi Kasus ................................................................................ 47

F.Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 47

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ................................................................... 49

H. Analisis Data dan Penyajian Data ............................................................... 49

I. Etika Studi Kasus .......................................................................................... 50

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus ....................................................................................... 52


B. Pembahasan ............................................................................................... 56
C. Keterbatasan .............................................................................................. 65

vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................. 66
B. Saran ........................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah
ini dengan judul “Penerapan Terapi Bermain Dengan Menggambar Dan
Mewarnai Gambar Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Pra-
Sekolah Di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen”.
Tujuan dari penulisan proposal karya tulis ilmiah adalah sebagai salah
satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan.
Penyelesaian penulisan proposal karya tulis ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.
2. Orang tuaku tercinta Bapak Ngarsis Wiharno dan Ibu Turminah, kakakku
Arni dan adikku Triono tersayang yang telah memberikan dorongan, baik
dukungan moril dan materil serta doa yang tidak henti-hentinya kepada
penulis dalam menggapai cita-citanya serta dukungan dalam penyusunan
proposal karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Herniyatun,M. Kep. Sp. Mat selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
4. Ibu Nurlaila, S. Kep. Ns M. Kep selaku ketua prodi D III Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong dan selaku pembimbing proposal karya
tulis ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan saran yang membangun
untuk penulis.
5. Ibu Ning Iswati, M. Kep selaku Pembimbing.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Prodi DIII Keperawatan yang telah
membantu proses penulisan proposal karya tulis ilmiah.
7. Spesial buat yang terkasih yang selalu mendampingi dan senantiasa
memberikan support, masukan, motivasi, dan semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah.

viii
8. Teman-teman seperjuangan Kelas 3 C Program Studi D III Keperawatan
STIKES Muhammadiyah Gombong yang senantiasa selalu memberikan
semangat satu sama lain dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam menyelesaikan proposal karya
tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
proposal karya tulis ilmiah ini pada waktu yang akan datang. Harapan
penulis semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.

Gombong, 10 Juni 2017

Sarti

ix
Program DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Juli 2017
Sarti1, Ning Iswati2

ABSTRAK

PENERAPAN TERAPI BERMAIN DENGAN MENGGAMBAR DAN


MEWARNAI GAMBAR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN
ANAK PRA-SEKOLAH DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOEDIRMAN
KEBUMEN

Latar belakang: Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang


dialami oleh anak-anak. Dampak ini berisiko dapat mengganggu tumbuh
kembang anak dan proses penyembuhan pada anak. Untuk mengurangi
kecemasan anak dapat dilakukan terapi bermain.
Tujuan Penulisan: Menggambarkan asuhan keperawatan dengan menerapkan
terapi bermain yaitu menggambar dan mewarnai gambaruntuk menurunkan
tingkat kecemasan anak pra-sekolah akibat hospitalisasi.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan studi kasus
(case study approach).Subyeknya adalah anak (pasien) yang mengalami
kecemasan selama hospitalisasi di RSUD Dr. SoedirmanKebumen. Data
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi
dokumentasi. Analisis dan penyajian data menggunakan teknik naratif.
HasilStudi Kasus : Setelah dilakukan penerapan terapi bermain yaitu
menggambar dan mewarnai gambar,tingkat kecemasanmenurun, dari
tingkatkecemasan sangat tidak senang menjadi senang.
Pembahasan:Penerapan terapi bermain dengan cara menggambar dan mewarnai
gambar efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien. Terapi bermain ini
juga mampu mengubah perilaku pasien, yaitu dia lebih kooperatif sehingga
mempercepat proses penyembuhannya.
Kesimpulan: Terapi bermain dengan cara menggambar dan mewarnai
gambardapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak akibat hospitalisasi.

Kata kunci: Hospitalisasi, kecemasan, terapi bermain

1. Mahasiswa
2. Dosen Pembimbing

x
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health ScienceInstitute of Gombomg
Scientific Paper, July 2017
Sarti1, Ning Iswati2
ABSTRACT

THE APPLICATION OF DRAWING AND COLOURING AS A PLAY


THERAPY TO DECREASEANXIETY LEVEL OF A PRE-
SCHOOLCHILD IN MELATI WARD OF DR. SOEDIRMAN
HOSPITAL KEBUMEN

Background: Anxiety isthe impactofhospitalizationexperiencedbypre-school


children. The impactofthiscandisturb the developmentandthe healingprocess of
the children.Play therapy can be applied todeceasechildren’s anxiety.
Objective:Describingplay therapy as a nursing careby drawing and colouring
picturesindecreasing anxietylevel of a pre-school child being hospitalized.
Method: This scientific paper is an anlytical descriptive with a case study
approach.The subject is a five-year old child having anxiety. Data collection was
conducted through interview, observation, physical examination, and study
documentation. The analysis and presentation of the data were done by using
narrative techniques.
Result: After applyingthe therapy,the anxiety level of the patientwas decreasing–
from the very unhappy level to be happy level.
Discussion: The application of play therapy by drawing and coloring pictures is
effective to lower down the anxiety level of the patient. This therapy canalso
change the patient’s behavior to be more cooperative so as to speed up the his
healing process.
Conclusion: The application ofdrawing and colouring pictures as play therapy
can decrease the child's anxiety level caused by hospitalization.

Keywords: Hospitalization, anxiety, play therapy

1. Student
2. Lecturer

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Informed consent


2. Lampiran 2 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian (PSP)
3. Lampiran 3 : Asuhan keperawatan An. A
4. Lampiran 4 : Jurnal keperawatan terapi bermain menggambar
dan mewarnai
5. Lampiran 5 : Pengukuran kecemasan
6. Lampiran 6 : Hasil observasi pengukuran kecemasan
7. Lampiran 7 : Satuan Acara Bermain (Terapi bermain
menggambar dan mewarnai alat transportasi)
8. Lampiran 8 : Hasil pemeriksaan DDST
9. Lampiran 9 : Lembar konsultasi

xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan
membutuhkan hospitalisasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakitnya
(Adriana, 2011). Prosentasi hospitalisasi pada anak saat ini ,mengalami
masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan kejadian hospitalisasi
pada tahun-tahun sebelumnya. Muniarsih (2007) hampir empat juta anak
dalam satu tahun mengalami hospitalisasi. Rata-rata anak mendapat perawatan
selama enam hari dan waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak-
anak 20-45% lebih banyak daripada waktu untuk merawat orang dewasa.
Penelitian di Miami, USA, menyebutkan kecemasan adalah keadaan
yang sering terjadi pada anak, pravalensinya mulai dari 5%-25% di belahan
dunia (Ehrenreich et al,2009). Sedangkan pravalensi kecemasan anak saat
dirawat di Rumah Sakit yaitu sekitar 8,3-27% (Wibowo, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Universitas California,
Amerika Serikat pada tuhan 2005 dari studi Eksperimental menyebutkan
bahwa dari 30 anak yang menjalani perawatan di pusat pemulihan Trauma
Anak, California Utara, 28 anak mengalami perubahan suasana hati (mood)
dari sedih menjadi senang, setelah diberi terapi bermain termasuk didalamnya
terapi bermain dengan menggambar dan mewarnai gambar (Hendon dan
Bohon, 2007).
Sumaryoko (2008) , menyatakan prevalansi kesakitan anak di Indonesia
diikrawat di Rumah Sakit cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang
ditunjukan dengan selalu penuhnya ruangan anak baik di Rumah Sakit
pemerintah ataupun Rumah Sakit swasta rata-rata anak mendapat perawatan
selama enam hari. Selama membutuhkan perawatan yang spesial dibanding
pasien lain. Waktu yang dibutuhkan untuk merawat anak-anak 20-45% lebih
banyak daripada waktu untuk merawat orang dewasa (Mc Cherty dan Kozak
cit Murniasih, 2009).

1
2

Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan di Rumah Sakit dan


dapat menimbulkan trauma dan stres pada klien yang baru mengalami rawat
inap di Rumah Sakit. Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu
alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di
Rumah Sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali
ke rumah (Jovan, 2008).
Wright (2008) dalam penelitiannya tentang efek hospitalisasi pada
perilaku anak menyebutkan bahwa reaksi anak pada hospitalisasi secara garis
besar adalah sedih, takut dan rasa bersalah karena menghadapi suatu yang
belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman,
perasaan kehilangan sesuatu yang bisa dialami dan sesuatu yang dirasakan
menyakitkan. Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah
pengalaman yang menakutkan. Ketika anak menjalani perawatan di Rumah
Sakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus banyak
beristirahat. Hal tersebut akan mengecewakan anak sehingga dapat
meningkatkan kecemasan pada anak (Samiasih, 2007).
Reaksi anak usia prasekolah yang menjalani stres akibat hospitalisasi
disebabkan karena mereka belum beradaptasi dengan lingkungan di Rumah
Sakit, masih merasa asing sehingga anak tidak dapat mengontrol emosi dan
mengalami stres, reaksinya berupa menolak makan, sering bertanya,
menangis, dan tidak kooperatif dengan petugas kesehatan. Banyak metode
menurunkan stres hospitalisasi pada anak. Perawat harus peka terhadap
kebutuhan dan reaksi klien untuk menentukan metode yang tepat dalam
melaksanakan intervensi keperawatan dalam menurunkan tingkat kecemasan
(Kozier, 2010). Respon secara umun yang terjadi pada anak yang dirawat inap
antara lain mengalami regresi, kecemasan perpisahan, apatis, ketakutan, dan
gangguan tidur, terutama terjadi pada anak dibawah usia 7 tahun
(Hockkenberry dan Wilson, 2007).
Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien
anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering dialami seperti
menangis, dan takut pada orang baru. Banyaknya stresor yang dialami anak
3

ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang menggangu


perkembangan anak. Lingkungan Rumah Sakit dapat merupakan penyebab
stres dan kecemasan pada anak (Utami, 2014).
Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak menjadi susah
makan, tidak tenang, takut, gelisah, cemas, tidak mau bekerja sama dalam
tindakan medikasi sehingga menggangu proses penyembuhan anak (Stuart,
2007). Masa hospitalisasi pada anak prasekolah juga dapat menyebabkan post
traumatic stres disorder (PSTD) yang dapat menyebabkan trauma hospitalisasi
berkepanjangan bahkan setelah anak beranjak dewasa (Perkin dkk, 2013).
Banyak anak menolak diajak ke Rumah Sakit, apalagi menjalani rawat inap
dalam jangka waktu yang lama. Peralatan medis yang terlihat bersih dirasakan
cukup menyeramkan bagi anak-anak. Begitu juga dengan bau obat yang
menyengat dan penampilan pra staf Rumah Sakit dengan baju putihnya yang
terkesan angker. Salah satu cara independent untuk menurunkan stres akibat
hospitalisasi pada anak usia prasekolah adalah terapi bermain.
Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikan sarana
untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses penyembuhan
dan membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta
perawatan. Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat maupun sakit. Walaupun
anak sedang dalam keadaan sakit tetapi kebutuhan akan bermainnya tetap ada.
Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
(Evism, 2012).
Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun
anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada
(Katinawati, 2011). Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang
natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi
terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini
(Suryanti, 2011). Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau
pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain
(Tedjasaputra, 2007).
4

Bermain dapat menjadi bahasa yang paling universal, meskipun tidak


pernah dimasukkan sebagai salah satu dan ribuan bahasa yang ada di dunia.
Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka
inginkan. Bermain juga menjadi media terapi yang baik anak-anak bermasalah
selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit
Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak sangat penting.
Melalui bermain akan semakin mengembangkan kemampuan dan
keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan
dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih
banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Katinawati (2011) tentang
kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi menunjukkan
adanya perbedaan kecemasan anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi
bermain, dimana sebelum diberikan terapi bermain 80% anak mengalami
kecemasan sedang dan 20% anak mengalami kecemasan berat dan setelah
diberikan terapi bermain 86.7% anak mengalami kecemasan ringan dan 13.3%
anak mengalami kecemasan sedang. Kecemasan dan masalah psikologi yang
muncul pada anak dapat dikurangi dengan terapi bermain pada saat perawatan
di Rumah Sakit. Terapi bermain yang diberikan pada anak usia prasekolah
harus menyesuaikan dengan tahapan perkembangan sesuai usianya. Permainan
anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif, dapat mengembangkan
koordinasi motorik, dan memerlukan hubungan dengan teman sebaya
(Pramono, 2012). Menurut Wong (2009) bentuk permainan yang sesuai
dengan anak usia 3-6 tahun antara lain : bermain menyusun puzzle, bermain
game sederhana, bermain musik, bermain peran, mendengarkan cerita, melihat
buku-buku bergambar, menggambar dan mewarnai gambar. Dengan
menggambar anak anak dapat mengekspresikan perasaannya, ini berarti
menggambar bagi anak merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa
menggunakan kata-kata, menggambar juga dapat membantu menyalurkan
bentuk-bentuk emosi yang dirasakan anak melalui gambar (Muhammad,
2009). Mewarnai dalam Kamus Besar Indonesia berarti memberi berwarna
5

dari kata dasar warna yang berarti corak atau rupa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mewarnai gambar merupakan kegiatan memberikan warna
pada gambar atau tiruan barang yang dibuat dengan coretan pensil pewarna
pada kertas. Menurunkan tingkat kecemasan anak selama perawatan dengan
mengajak mereka bermain menggunakan alat permainan yang tepat. Melalui
menggambar dan mewarnai gambar, seorang dapat menuangkan simbolisasi
tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya kedalam coretan dan
pemilihan warna. Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa
individu dapat menyalurkan perasaan-perasaan yang tersimpan dalam bawah
sadarnya dan tidak dapat dimunculkan kedalam realita melalui gambar.
Melalui menggambar dan mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar
telah mengeluarkan muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa sedih,
tertekan, stres, menciptakan gambaran-gambaran yang membuat kita kembali
merasa bahagia, dan membangkitkan masa-masa indah yang pernah kita alami
bersama orang-orang yang kita cinta. Melalui aktifitas menggambar dan
mewarnai gambar, emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan,
sehingga dapat menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai
dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan membantu
dalam mengurangi stres yang dialami anak (Hidayah, 2011).
Dengan demikian penulis sangat tertarik untuk menyajikan studi kasus
dengan pendekatan melakukan suatu terapi atau tindakan keperawatan dalam
bentuk karya ilmiah dengan judul Terapi Bermain Menggambar dan
Mewarnai Gambar alat transportasi (truk) Untuk Menurunkan Tingkat
Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Selama Masa Perawatan di
RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Penulis berharap dengan adanya Terapi
Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) ini
mampu menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
mengalami hospitalisasi selama masa perawatan serta dapat memberikan
pengetahuan ibu dalam menurunkan tingkat kecemasan pada anak yang
mengalami hospitalisasi dengan terapi bermain.
6

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan pemberian Terapi Bermain
Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) dapat
menurunkan tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah (3-6
Tahun) selama masa perawatan di RSUD Dr. Soedirman Kebumen ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian Terapi Bermain
Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) terhadap
penurunan tingkat kecemasan hospitalisasi pada anak usia prasekolah (3-
6 Tahun) selama masa perawatan di RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan tingkat kecemasan hospitalisasi anak sebelum
dilakukan Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat
Transportasi (truk).
b. Menggambarkan tingkat kecemasan hospitalisasi anak setelah
diberikan Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat
Transportasi (truk).

D. Manfaat Penulisan
Karya tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien usia prasekolah (3-6 tahun) yang mengalami
hospitalisasi melalui Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai
Gambar Alat Transportasi (truk).
2. Bagi Pengembangan Ilmu Teknologi Keperawatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam menurunkan tingkat kecemasan pada pasien anak usia 3-6
7

tahun yang mengalami hospitalisasi melalui Terapi Bermain


Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk).
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur
Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat
Transportasi (truk) pada asuhan keperawatan pasien anak prasekolah
yang mengalami hospitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliawati, A. (2011). Pengaruh biblio terapi terhadap tingkat kecemasan anak
usia sekolah yang menjalani hospitalisasi di Rumah Sakit Islam Jakarta.
Thesis. Depok : Universitas Indonesia.
Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Bambang Sujiono. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Bernard,W,K, & Wilson,W.C. (2009). Psychological effects of physicalillness and
hospitalization on the child and the family. J.H.K.C. Psych,3,9-18.
Dermawan, deden. (2012). Proses Keperawatan (Penerapan Konsep Dan Krangka
Kerja). Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Devianti, Ayunita. (2013). Panduan Lengkap Mencerdaskan Otak Anak Usia 1-6
tahun. Yogyakarta : Araska
Doenges, Marilyn, E. (2008). Nursing Diagnosis Manual Lanning, Individualizing,
and Documenting Client Care, 2nd ed. America: F. A. Davis Company.
Elina Rharisti Rufaidah. (2009). Efektifitas Terapi Kognitif terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan pada Penderita Asma di Surakarta .Tesis. Fakultas
Psikologi-UGM
Fitri Fauziah & Julianty Widuri. (2007). Psikologi Abnormal Klinis Dewasa.Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press).
Gordon B.K., T.Jaaniste ,K.Bartlett,M. Perrin, A.Jackson, A. Sandstrom ,R.
Charleston, dan S. Sheehan. (2010). Child and parental surveys about pre-
hospitalization information provision. Child: care, health and
development.
Gunarsa, Singgih D. (2007). Pendekatan psikologis Terhadap Anak yang
Dirawat dan Sikap Orang Tua,Diambil pada tanggal 03 Maret 2008,
Avaiable:http://www.kalbe.co.id
Hajar Pamadhi, Evan Sukardi S, & Azizah Muis. (2010). Seni Keterampilan
Anak. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Haq Saiful. (2008). Jurus-Jurus Menggambar dan Mewarnai dari Nol.
Yogyakarta : Mitra Barokah Abadi Press.
Hendon, C & Bohon, L. M. (2007). Hospitalized Children’s Mood Differences
During Play and Music Therapy. Original Article, DOI: 10.1111/J.1365-
2214.00746.x.
Hidayah. (2011). Terapi Bermain Mewarnai Gambar. http//.www.umul_hidayah.
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Hockenberry,J.M. & Wilson,D. (2007). Wong’s nursing care of infant and children.
(8thedition). Canada : Mos by Company.
Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis
Missoury : Mosby
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children. (8th.).
St.louis : Mosby Elsevier.
Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infant and children.
(8 th edition). Canada : Mosby Company.
James, S.R. & Ashwill, J.W. (2007). Nursing care of children : principles & practice.
Third edition. St. Louis : Saunders Elsevier.
Jovan, Dachi.S. (2008). Stres Hospitalisasi. http://www.Jovans.multiply.com.
diunduh tanggal 02 Juli 2013 pukul 19.00 WIB
Kartinawati. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Dalam Menurunkan Kecemasan
Pada Anak Usia PraSekolah (3-5 Tahun) yang Mengalami Hospitalisasi Di
Rumah Sakit Umum Tugurejo Semarang. Kozier, Barbara.2010. Buku Ajar
Fundamental Nursing. Jakarta : EGC
Kholil Lur Rochman. (2010).Kesehatan Mental. Fajar Media Press : Purwokerto.
Kusumawati & Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Martin. (2008). Bermain Sebagai Media Terapi, Diambil pada tanggal 20 Februari
2008, Available : http://www.tabloid-nakita.com
Mansur. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Morrison, GeorgeS. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Jakarta : Indeks.
Muhammad, As’adi. (2009). Menghidupkan Otak Kanan Anak Anda. Yogyakarta:
Power books.
Murniasih,E. (2009). Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta. Diperoleh pada
tanggal 9 Juni 2017
Namora Lumongga Lubis. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis. Kencana : Jakarta.
Ratna,P. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat
Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Dr,Moewardi. Skripsi.
Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) ‘Aisyiyah.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta : EGC.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi2. Jakarta : Salemba Medika
Pedak, Mustamir. (2009). Metode Super Nol Menaklukan Stres. Jakarta Selatan.
Hikmah
Perkins, K, dkk (2013). About PhET (online), tersedia di : http://phet.colorado.edu,
diakses pada 09 Juni 2017.
Perry & Potter. (2009). Fundamental Keperawatan. Ed4. Jakarta : EGC
Potter Perry (2009). Fundamental of Nursing, Buku 1, Edisi : 7, Salemba Medika :
Jakarta
Pramono. (2012). Efektifitas Alat Permainan Edukatif Puzzle Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di Ponorogo
Semarang.
Ratna, E.P. (2012). Hubungan dukungan keluarga Dengan tingkat kecemasan akibat
Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Dr, Moewardi. Skripsi.
Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) ‘Aisyiyah.
Riduwan. (2009). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung :
Alfabeta
Rohmad dan Walid. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Ar-
Ruzz Media.
Ramdaniati, Sri. (2011). Analisis Determinan Kejadian Takut Pada Anak PraSekolah
dan Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Rawat Anak RSU Blud dr.
Slamet Garut. Tesis. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister
Keperawatan Universitas Indonesia.
Riwidikdo. (2007). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Bina Pustaka.
Rokade. Internasional Conference on Chemical, Biological and Environmental
Sciences: Release Of Endomorphin Hormone And Its Effects On Our Body And
Moods, Jurnal tidak diterbitkan: R.B. Attal Arts, Science, & Commorce
College. Page No. 436-438. (Academic Year : 2011-2012).
Samiasih, Amin. (2007). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Usia Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di Ruang Lukman
Rumah Sakit Roemani Semarang. http://www.academia.edu/ 3585452 /
Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia
Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan Di Ruang Lukman Rumah Sakit
Roemani Semarang. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013, pukul 20.00 WITA
Singgih D. Gunarsa. (2008). Psikologi Perawatan. Gunung Mulia : Jakarta.
Small, L, Melnyk, B.M, & Arcoleo. (2009). The effects of gender in the coping
outcomes of young children following anunanticipated critical care
hospitalization. Journal for Specialists in Pediatric Nursing.
Soetjiningsih. (2012). Tumbuh kembang anak.Jakarta : EGC.
Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
EGC.
Stuart, Gail W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta
Supartini, Y. (2012). Konsep dasar keperawaatan anak. Jakarta : EGC.
Suryanti. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap
Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia PraSekolah di
RSUD dr. R. Goetheng Taruna dibrata Purbalingga. Jurnal Kesehatan Samodra
Ilmu
Suwarna. (2007). Menggambar Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
Tedjasaputra, Maykes. (2007). Bermain Mainan dan Permainan. Jakarta : Grasindo.
Utami, D.P. (2012). Masalah Mental Dan Emosional Pada Anak SMP Kelas
Akselerasi dan Reguler (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Semarang). Semarang:
Universitas Diponegoro
Utami, Y. (2014). Dampak Hospitalisasi Terhadap Anak. Jurnal Ilmiah WISYA vol.
2 No 2 ; (9-20). http://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/journal-ilmiah /
article / view / 177.
Wilkonson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC
Wright, M.C. (2008). Behavioural Effect of Hospitalization in Children. Journal of
Pediatric and Health, 31, 165-167.
Wijayanti, Pradita Dwi. (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Regresi
Anak Prasekolah Saat Hospitalisasi di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan
Kita Jakarta. Skripsi. Jakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wong, D.L., Hockenberry, Marylin J. (2007). Wong’s nursing care of infants and
children. St Louis, Missouri : Mosby Inc.
Wong, D.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 2, EGC,
Jakarta.
Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, M.L., Schwartz,P. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Vol 2. Jakarta : EGC.
Wong, D.L, Hockenberry-Eaton M, Wilson Detall. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC
Wong, D.L et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. (Agus Sutarma et
al, Penerjemah). Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Wong. D. L. Hockenberry. Marylin J. (2007). Wong’s nursing care of infants and
children. St Louis. Missouri : MosbyInc.
Yuriastein. Effana. Dkk. (2009). Games Theraphy untuk Kecerdasan Bayi dan Balita.
PT. Wahyu Media : Jakarta.
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Sarti dengan judul “Penerapan Terapi Bermain Dengan
Menggambar Dan Mewarnai Gambar Untuk Menurunkan Tingkat
Kecemasan Anak Pra-Sekolah Di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman
Kebumen”.
Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa
sanksi apapun.

Gombong, 13 Juli 2017


Yang memberikan persetujuan
Saksi

............................. .............................

Gombong, 13 Juli 2017

Sarti
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
1. Kami adalah Peniliti berasal dari STIKES Muhammadiyah Gombong,
Program Studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untuk
berpartispiasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul “Penerapan
Terapi Bermain Dengan Menggambar Dan Mewarnai Gambar Untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Pra-Sekolah Di Ruang Melati
RSUD Dr. Soedirman Kebumen”.
2. Tujuan dari studi kasus ini adalah melakukan penerapan terapi bermain
menggambar dan mewarnai gambar alat transportasi (truk) dengan
masalah kecemasan yang dapat memberi manfaat untuk menurunkan
tingkat kecemasan pada anak. Studi kasus ini akan berlangsung selama 4
hari.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung 15-20 menit.
Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu
khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan
atau pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan pada penelitian ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau
tindakan yang diberikan.
5. Nama jati diri anda seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetap
dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 081542330074

Peneliti

Sarti
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : THYPOID FEVER DI RUANG MELATI
RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

Tanggal Masuk : 11 Juli 2017 Jam : 23.33 WIB


Tanggal Pengkajian : 12 Juli 2017 Jam : 13.30 WIB
Nama Pengkaji : Sarti
Ruang : Melati

A. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas klien
Nama : An A
Tanggal lahir : 25 Januari 2017
Umur : 5 Tahun 5 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 12,5 kg
PB/TB : 105 cm
Alamat : Kalirancang, Alian, Kebumen
Agama : Islam
Pendidikan : TK
Suku bangsa : Jawa
No. RM : 297701
Diagnosa Medis : THYPOID FEVER
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. I
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Ibu klien
c. Keluhan utama : Nyeri
d. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD RSUD Dr Soedirman
Kebumen pada tanggal 11 Juli 2017 pukul 23.33 WIB,
dengan keluhan batuk pilek sejal 2 hari sebelum masuk RS,
batuk berdahak (-), Demam (+), mual (+), muntah (+) 5 kali
per hari, setiap muntah sekitar 1 gelas aqua (200 cc), nyeri
perut. Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan hasil, Nadi : 120x/menit, Suhu : 38 0C, RR :
30x/menit. Selanjutnya klien diberikan terapi IVFD D ¼
NS 1000 cc/jam, Injeksi Ceftriaxon 300 mg, Vometa syirup
½ sdt, Paracetamol infus 10 cc, (Ambroxol, Dexametason
1/6 dan B complex ¼ puyer), kemudian klien dipindahkan
ke Ruang melati pada tanggal 12 Juli 2017 pukul 03.00
WIB, pada saat pengkajian pada tanggal 12 Juli 2017 pukul
09.00 WIB, klien mengatakan ada nyeri pada saat bergerak
dan nyeri berkurang pada saat istirahat, Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R : Nyeri pada perut bagian kiri, S : Skala
nyeri 6, T : Nyeri hilang timbul, 5 menit sekali. Ibu klien
mengatakan klien tidak nafsu makan setiap makan klien
selalu mual dan ingin muntah, klien makan hanya 2 sendok
makan dari porsi yang disediakan oleh RS. Ibu klien
mengatakan klien masih batuk pilek, setelah dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil Nadi :
110x/menit, Suhu : 36,7 0C, RR : 30x/menit, BB : 12,5 kg.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah
dirawat di RS, jika anaknya sakit hanya berobat ke Bidan
Desa terdekat.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakandi dalam anggota keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit menular atau menurun seperti
Hipertensi, DM, Hepatitis, HIV/AIDS, dll.
4. Riwayat Kehamilan
Ibu klien mengatakan selama kehamilanselalu ANC ke
Bidan secara teratur sesuai anjuran dari Bidan, Ibu klien
mempunyai riwayat pre eklamsi.
5. Riwayat Persalinan
Ibu klien mengatakan An. A lahir dengan SC (Sectio
Caesaria), bayi lahir langsung menangis, dengan BBL :
2000 gram, PB : 45 cm.
6. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan
imunisasi lengkap ( Hb 0, BCG, DPT I, II, III, Polio I, II,
III, IV dan Campak.
7. Riwayat Kembang
Ibu klien mengatakan di usia anaknya sekarang 5 Tahun 5
Bulan tidak ada masalah dalam tumbuh kembangnya,
anaknya sudah mampu berjalan lurus, berdiri dengan 1 kaki
selama 11 detik, menggambar, menangkap bola kecil
dengan kedua tangan, mengenal angka, mengenal warna-
warni, berpakaian sendiri tanpa dibantu.
8. Genogram
9. Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan klien :
BB : 12,5 kg
12,5 kg = 10 kg + 2,5 kg = 1000 ml + 2,5 kg
Jawab : 1000 ml + (2,5 kg x 50 ml) =
1000 + 125 = 1125 ml/hari

10. Kebutuhan Kalori


Kebutuhan kalori : 90 x 12,5 kg = 1,125 kal/hari
Kebutuhan protein : (10% x 1,125 kal) : 4
= 28 kal/hari
Kebutuhan Lemak : (20% x 1,125 kal) : 9
=25kal/hari
Kebutuhan karbohidrat: (70% x 1,125 kal) : 4
= 196 kal/hari

11. Pola Pengkajian Menurut Gordon


1. Pola Persepsi Kesehatan atau Penanganan Kesehatan
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota
keluarganya yang sakit maka segera dibawa ke Bidan
atau Dokter terdekat apabila tidak ada perubahan
langsung dibawa ke Rumah Sakit.
2. Pola Nutrisi / Metabolik
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan sebelum sakit
klien makan 3 x sehari, menunya berupa nasi, ikan
dan sayur-sayuran, klien selalu mengahabiskan
makanan yg tersedia, klien minum air putih 5-6 gelas
/ hari.
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan saat ini klien
makan 3 x sehari, klien mendapatkan diit bubur halus,
tetapi klien hanya menghabiskan 2 sendok dari diit
yang disediakan oleh RS, minum air putih 2-3 gelas /
hari. Ibu klien mengatakan setiap makan klien selalu
mual dan ingin muntah.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan biasanya
klien BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning
dan BAK 4-7x/hari, warna kuning jernih.
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan klien
BAB 1x/hari, konsistensi padat, warna kuning, dan
BAK 3-4x/hari warna kuning pekat.
4. Pola Aktivitas / Latihan
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan tidak ada
keluhan dalam aktivitasnya, klien dapat bermain
dengan teman-teman sebayanya di rumah.
Saat dikaji : Klien hanya tiduran tidak bisa
aktivitas seperti biasanya, ADL dibantu oleh ibunya
dan perawat.
5. Pola Istirahat / tidur
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien tidur
malam sekitar pukul 19.30 WIB s.d pukul 05.00 WIB
dan tidur siang sekitar 2 jam.
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan klien tidur
sekitar pukul 22.00 WIB, klien sulit tidur karena
suasana lingkungan RS yang ramai.
6. Pola Perseptif Kognitif
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman,
pendengaran dan perabaan, klien berumur 5,5 Tahun
kemampuan kognitifnya baik.
7. Pola Koping / Toleransi Stress
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada
anaknya untuk bermain bersama teman-temannya
asalkan tidak melebihi waktunya beristirahat dan jika
ada masalah di dalam keluarga diselesaikan secara
bermusyawarah.
8. Pola Konsep Diri
Ibu klien mengatakan ingin anaknya cepat sembuh
karena tidak tega melihat anaknya sakit.
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki usia 5,5 Tahun, tidak
ada kelainan dalam alat reproduksinya.
10. Pola Peran / Hubungan
Klien sebagai anak pertama yang bertugas mematuhi
dan menghormati kedua orang tuanya serta yg ada
dilingkungannya. Hubungan klien dengan orang tua
terjalin baik, dengan orang lain dan perawat juga baik
11. Pola Nilai / Kepercayaan
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentang dengan
kesehatan.
B. DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan fisik
1. TTV
Nadi : 110x/menit
Suhu : 36,7 0C
RR : 30x/menit
2. Antropometri
Lingkar kepala : 54 cm
Lingkar Lengan Atas: 17 cm
Lingkar dada : 38 cm

BB : 12,5 kg
TB : 105 cm
3. Kepala : Bentuk mesochepal, rambut hitam, lurus, bersih,
tidak ada luka.
4. Mata : Simetris, sklera anikterik, konjungtiva ananemis
5. Hidung : Simetris, discharge (-), bersih
6. Mulut :Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal,
bersih, karies (-)
7. Telinga : Simetris, discharge (-), serumen dalam batas
normal
8. Leher : Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
pembesaran
9. Dada
Paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Fokal fremitus teraba jelas.ekspirasi dan
insirasi paru kanan dan kiri seimbang (sama)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 4
mid clavikula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 reguler tidak ada bunyi suara tambahan
10.Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak teraba massa dan nyeri tekan
Perkusi : Timpani
11. Genetalia : Genetalia bersih dan tidak ada kelainan
12. Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedema pada bagian ekstremitas,
terpasang infus D5 ¼ NS 20 tpm di tangan kiri

Bawah : Tidak ada oedema pada bagian ekstremitas

13.Kulit : Turgor kulit elastis


14.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 12 Juli 2017 pukul 00:39
WIB
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
Hemoglobin 13.8 g/dl 10.8-15.0
Leukosit H 20.5 10^3/ul 5.0-14.5
Hematokrit 41 % 33-45
Eritrosit 5.3 10^6/ul 3.80-5.80
Trombosit H 619 10^3/ul 181-521
MCH 26 Pg 22-34
MCHC 34 g/dl 32-36
MCV 77 Fl 69-93
Eosinofil 3.00 % 1-5
Basofil 0.10 % 0-1
Netrofil H 81.40 % 50-70
Limfosit L 11.10 % 25-50
Monosit 4.40 % 1-6
Golongan Darah B
Gula Darah Sewaktu 99 mg/dl 80-100
SGOT 36 u/l <37
SGPT 18 u/l <42
Widal POS 1/400 Negatif
S. TYPHI O
S. TYPHI H Negatif Negatif
S. PARATYPHI O-A Negatif Negatif
S. PARATYPHI O-B Negatif Negatif
HbsAg Rapid Non Reaktif Non Reaktif

15. Terapi Obat


Nama Obat Dosis Rute Waktu Pemberian
IVFD D5 ¼ 20 tpm IV
NS
Ceftriaxon 2 x 300 mg IV Jam 10:00 & 22:00
WIB
Ambroxol 5 mg Oral Jam 12:00 & 19:00
WIB
Dexametasone 1/6 tablet Oral Jam 12:00 & 19:00
WIB
B Complex ¼ tablet Oral Jam 12:00 & 19:00
WIB
Vometa syrup ½ sdt Oral Jam 12:00 & 19:00
WIB

C. ANALISA DATA
Waktu Data Fokus Problem Etiologi
Rabu, 12 DS : Nyeri Akut Agen cedera
Juli 2017 P : Klien mengatakan ada nyeri pada biologis
Jam 13.30 saat bergerak dannyeri
WIB berkurang pada saat istirahat,
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada perut bagian kiri
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul, 5 menit
sekali.
DO : Klien tampak lemah, klien
tampak gelisah, klien tampak
merintih kesakitan

Rabu, 12 DS : Ibu klien mengatakan klien Resiko nutrisi Anoreksia


Juli 2017 tidak nafsu makan setiap makan klien kurang dari (mual,
Jam 13.30 selalu mual dan ingin muntah, klien kebutuhan muntah)
WIB makan hanya 2 sendok makan dari tubuh
porsi yang disediakan oleh RS
DO : Klien terlihat lemas, pucat, dan
mukosa bibir kering, porsi makan
dari RS hanya dimakan 2 sendok
makan
Rabu, 12 DS : - Ansietas Krisis
Juli 2017 DO : Klien terlihat takut dan cemas, situasional
Jam 13.30 klien terlihat gelisah dan menangis (Hospitalisasi)
WIB terus, klien menolak dilakukan
tindakan

Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera biologis
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
(mual, muntah)
3. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal/ja Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Para
m f
Rabu, 12 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan
Juli 2017 keperawatan selama 3 x 24 jam pengkajian nyeri
Jam 13.45 diharapkan nyeri dapat secara
WIB berkurang dengan kriteria hasil : komprehensif
a. Pain control termasuk lokasi,
Indikator 1 2 3 4 5 karakteristik,
Mampu 2 5 duras,frekuensi,kw
mengontrol alitas dan faktor
nyeri persipirasi.
Menyatakan 2 4 2. Kontrol
rasa nyaman lingkungan yang
setelah nyeri dapat
berkurang mempengaruhi
Melaporkan 2 4 nyeri seperti(suhu
bahwa nyeri ruangan,pencahaya
berkurang an dan kebisingan)
dari skala 3. Latih teknik
nyeri 6 nafasdalam
menjadi 4. Berikan informasi
skala nyeri 3 tentang nyeri
dengan seperti penyebab
menggunaka nyeri,berapa lama
n nyeri,akan
managemen berkurang dan
nyeri antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur.
5. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri

Rabu, 12 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola dan


Juli 2017 keperawatan selama 3 x 24 jam kebiasaan makan
Jam 13.50 diharapkan masalah resiko 2. Observasi adanya
WIB nutrisi kurang dari kebutuhan muntah
tubuh dapat teratasi dengan 3. Anjurkan keluarga
kriteria hasil : untuk memberi
Indikator 1 2 3 4 5 makan porsi kecil
Klien 2 5 tapi sering
tidak 4. Berikan terapi
mual pemberian
Porsi 2 4 antiemetik sesuai
yang program
disediaka 5. Berikan terapi
n habis pemberian cairan
sesuai program
Rabu, 12 3 Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
Juli 2017 keperawatan selama 3 x 24 jam (Penurunan
Jam 13.55 diharapkan masalah Ansietas kecemasan)
WIB dapat teratasi dengan kriteria 1. Gunakan
hasil : pendekatan yang
Indikator 1 2 3 4 5 menenangkan
Vital sign 2 5 2. Nyatakan dengan
dalam jelas harapan
batas terhadap perilaku
normal pasien
Postur 2 4 3. Pahami prespektif
pasien terhadap
tubuh, situasi stress
ekspresi 4. Temani pasien
wajah, untuk memberikan
bahasa keamanan dan
tubuh, dan mengurangi takut
tingkat 5. Dorong keluarga
aktivitas untuk menemani
menunjukk anak
an 6. Dengarkan dengan
berkurang penuh perhatian
nya 7. Berikan terapi
kecemasan bermain
menggambar dan
mewarnai gambar
alat transportasi
(truk)
8. Identifikasi tingkat
kecemasan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal No.dx Implementasi Respon Paraf
Rabu, 12 Juli 1 Mengkaji DS :
2017 komprehensif nyeri P : Klien mengatakan
Jam 14.00 WIB meliputi lokasi, ada nyeri pada saat
karakteristik, durasi, bergerak dannyeri
frekuensi, kualitas berkurang pada
keparahan nyeri dan saat istirahat,
faktor presipitasi. Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada perut
bagian kiri
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul,
5 menit sekali.
DO : Klien tampak
lemah, klien
tampak gelisah,
klien tampak
merintih kesakitan

14.05 WIB 2 Kaji pola dan Ds :


kebiasaan makan dan - Klien hanya
observasi adanya menghabiskan 2
muntah sendok dari
porsi yang
disediakan oleh
RS
- Klien tidak
muntah hanya
mual
Do : Klien tampak
lemah, mukosa bibir
kering

14.10 WIB 3 Mengidentifikasi Ds : -


tingkat kecemasan Do : Klien terlihat takut
anak dan cemas, klien
terlihat gelisah dan
menangis terus, klien
menolak dilakukan
tindakan, tidak
kooperatif

14.15 WIB 1 Mengontrol lingkungan Ds :


yang dapat Do : Klien terlihat lebih
mempengaruhi nyeri tenang
seperti(suhu
ruangan,pencahayaan
dan kebisingan)

14.15 WIB 2 Menganjurkan Ds :


keluarga untuk Ibu klien mengatakan
memberi makan porsi mengerti apa yang
kecil tapi sering telah dijelaskan oleh
perawat
Do :
Ibu klien tampak
paham dan mengerti
14.20 WIB 3 Memberikan terapi Ds :
bermain menggambar Do : Klien terlihat
dan mewarnai gambar senang
alat transportasi (truk)

15.00 WIB Berikan


2 Memberikan terapi Ds :
pemberian antiemetik Do: Vometa syrup telah
sesuai program diberikan ½ sdt via
oral
Kamis, 13 Juli
2017 3 Mendorong keluarga Ds :
Jam 08.00 WIB untuk menemani anak Do : Keluarga tampak
kooperatif

Jam 08.05 WIB 2 Observasi adanya Ds : Ibu klien


muntah mengatakan anaknya
sudah tidak muntah
Do : Klien tidak terlihat
pucat

Jam 08.10 WIB 3 Mengidentifikasi Ds :


tingkat kecemasan Do :
anak - Kecemasan
klien tampak
menurun dari
tingkat
kecemasan
berat menjadi
tingkat
kecemasan
sedang
- Klien terlihat
lebih kooperatif

Jam 08.15 WIB 1 Mengkaji DS :


komprehensif nyeri P : Klien mengatakan
meliputi lokasi, ada nyeri pada saat
karakteristik, durasi, bergerak dannyeri
frekuensi, kualitas berkurang pada
keparahan nyeri dan saat istirahat,
faktor presipitasi. Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada perut
bagian kiri
S : Skala nyeri
berkurang dari
skala nyeri 6
menjadi skala
nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul,
5 menit sekali.
DO : Klien tampak
lemah, klien tampak
gelisah, klien tampak
merintih kesakitan

Jam 09.00 WIB 3 Memberikan terapi Ds :


bermain menggambar Do : Klien terlihat
dan mewarnai gambar senang, tidak gelisah,
alat transportasi (truk) tidak menangis, lebih
kooperatif
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal/jam No.dx SOAP TTD
Jum’at, 14 Juli 1 S:
2017 P : Klien mengatakan ada nyeri pada saat
Jam 08.00 WIB bergerak dannyeri berkurang pada saat
istirahat,
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada perut bagian kiri
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul, 5 menit sekali.
O : Klien tampak lemah, klien tampak gelisah,
klien tampak merintih kesakitan
A : Masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, duras,frekuensi,kwalitas
dan faktor persipirasi.
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti(suhu
ruangan,pencahayaan dan kebisingan)
- Latih teknik nafasdalam
- Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,berapa lama nyeri,akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur.
- Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Jum’at, 14 Juli 2 S : Ibu klien mengatakan nafsu makan klien
2017 bertambah, dan mual sudah berkurang klien
Jam 08.05 WIB menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan
oleh RS
O : Klien terlihat lemas, pucat, dan mukosa bibir
lembab, klien tampak menghabiskan ½ porsi
makanan yang disediakan oleh RS
A : Masalah keperawatan Resiko nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kaji pola dan kebiasaan makan
- Observasi adanya muntah
- Anjurkan keluarga untuk memberi makan
porsi kecil tapi sering
- Berikan terapi pemberian antiemetik
sesuai program
- Berikan terapi pemberian cairan sesuai
program

Jum’at, 14 Juli 3 S : Ibu klien mengatakan klien sudah lebih


2017 tenang
Jam 08.10 WIB O : Klien terlihat lebih tenang, klien lebih
kooperatif, cemas berkurang dari tingkat
kecemasan berat turun menjadi tingkat
kecemasan ringan
A : Masalah ansietas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku pasien
- Pahami prespektif pasien terhadap situasi
stress
- Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
- Dorong keluarga untuk menemani anak
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Berikan terapi bermain
- Identifikasi tingkat kecemasan
Efektifitas Terapi Bermain Menggambar Terhadap Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah
Akibat Hospitalisasi

Aida Rusmariana, Nur Faridah, Rieza Ariyani


STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan
Email: aidarusmariana@ymail.com

Abstrak. Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses perawatan anak di rumah sakit dengan alasan
yang berencana ataupun darurat untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya. Hospitalisasi
sering menimbulkan kecemasan bagi anak-anak. Perawat dapat mengurangi kecemasan anak-anak tersebut
dengan terapi bermain. Terapi bermain yang tidak banyak mengeluarkan energi seperti terapi bermain aktif
menggambar bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan terapi bermain menggambar terhadap kecemasan anak
usia pra sekolah akibat hospitalisasi. Penelitian ini dilakukan di ruang Flamboyan RSUD Batang Kabupaten
Batang. Desain penelitian ini menggunakan descriptive cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan
secara cross-sectional (satu titik waktu tertentu pada populasi atau penelitian pada sampel yang merupakan
bagian dari populasi. Jumlah sample pada penelitian ini 15 responden dan menggunakan teknik secara
purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi bermain aktif
menggambar mengalami penurunan, yaitu skor kecemasan The OSBD sebelum diberikan terapi bermain aktif
menggambar paling rendah 7 dan paling tinggi 16 dan setelah dilakukan terapi bermain aktif menggambar
mengalami penurunan yaitu skor kecemasan The OSBD paling rendah 0 dan paling tinggi 9.
Kata Kunci : Terapi Bermain Menggambar, Kecemasan, Hospitalisasi Active Therapeutic Play by Drawing

Effectiveness Active Therapeutic Play by Drawing Against Anxiety Preschooler Due to


Hospitalization
Abstract. Hospitalization in children is a child-care process in hospitals for reasons that are planning or
emergency for therapy and treatment up repatriation. Hospitalization often cause anxiety for children. Nurses
can reduce the anxiety of children with play therapy. Play therapy who do not spend a lot of energy such as
active play therapy drawing can be used to meet the physical and psychosocial needs of children during
hospitalization. This study aims to determine the effectiveness of therapy play draw against anxiety
preschool children due to hospitalization. This research was conducted at the Flamboyan space Hospital
Batang Batang. Design of this study using descriptive cross-sectional study is research done by cross-
sectional (one point in time in the population or research on samples that are part of the population. The
sample in this study of 15 respondents and using the technique with purposive sampling.. Results This
research showed that after therapy is playing an active drawing to decline, anxiety scores The OSBD before
therapy is given to active play to draw the most low 7 and the highest 16 and after therapy play an active
drawing a decline that anxiety scores The OSBD lowest 0 and most 9 high.
Kata Kunci : Terapi Bermain Menggambar, Kecemasan, Hospitalisasi

Pendahuluan yang mereka miliki dan dapatkan, keparahan


Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses diagnosis, dan sistem pendukung yang ada (Wong
yang karena suatu alasan yang berencana atau 2008, h. 754).
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah Perawat dapat melakukan tindakan untuk
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai mengurangi kecemasan anak-anak tersebut.
pemulangannya kembali ke rumah (Supartini 2004, Terapi bermain merupakan pedoman bagi tim
h. 188). Anak-anak yang mengalami hospitalisasi kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan
akan merasakan kecemasan karena perpisahan, fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi.
kehilangan kontrol, ketakutan tentang tubuh yang Terapi bermain dapat membantu mengurangi
disakiti, dan nyeri yang nantinya akan stress, memberikan instruksi dan perbaikan
mempengaruhi perilaku anak- anak tersebut (Wong kemampuan fisiologis (Vessey dan Mohan dalam
1995 dalam Potter & Perry Suriadi & Yuliani 2006, h. 10). Jenis kegiatan
2005, hh. 666-667). Reaksi anak terhadap krisis pegisi waktu anak dihospitalisasi salah satunya
dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, menggambar.
pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, Menggambar, diduga dapat memfasilitasi
perpisahan, hospitalisasi, keterampilan koping laporan verbal anak-anak secara emosional
terhadap peristiwa dengan beberapa cara: bermain aktif menggambar di Ruang Flamboyan
menurunkan kecemasan, membantu anak merasa RSUD Batang Kabupaten Batang tahun 2012.
nyaman dengan terapis, penerimaan memori,
mengatur narasi, dan mendorong anak untuk a. Kecemasan pada anak prasekolah akibat
menceritakan lebih rinci daripada hanya dengan hospitalisasi sebelum diberikan terapi bermain
wawancara verbal (Gross & Haynes dalam aktif menggambar, sebagai berikut :
Malchiodi 2003, h. 21).
Tinjauan Pustaka Distribusi Frekuensi Kecemasan Responden
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang Sebelum Diberikan Intervensi Terapi Bermain
karena suatu alasan yang berencana atau darurat, Aktif Menggambar di Ruang Flamboyan
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, RSUD Batang Kabupaten Batang Tahun 2012
menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah (Supartini
2004, h. 188). Stress utama masa bayi Skor Frekuensi Persen
pertengahan sampai usia prasekolah akibat kecemasan
hospitalisasi adalah kecemasan akibat perpisahan. 7 2 13,3%
Fase yang dialami anak-anak saat hospitalisasi yaitu 8 3 20,0%
fase protes, fase putus asa dan fase 9 0 0,0%
pelepasan (Wong 2008, h. 754). 10 0 0,0%
Penyakit dan hospitalisasi seringkali menjadi krisis 11 2 13,3%
pertama yang harus dihadapi anak. Berikut ini 12 3 20,0%
akan diuraikan stressor hospitalisasi dan reaksi anak 13 2 13,3%
prasekolah saat mengalami hospitalisasi (Wong 14 1 6,7%
2008, hh. 754-761). 15 1 6,7%
Stress utama dari masa bayi pertengahan sampai
usia prasekolah, terutama untuk anak-anak yang 16 1 6,7%
berusia 6 sampai 30 bulan, adalah kecemasan Total 15 100,0%
akibat perpisahan disebut juga depresi analitik.
Anak prasekolah dapat menoleransi perpisahan
singkat dengan orangtua mereka dan lebih Berdasarkan Tabel 4.1. Menunjukkan bahwa
cenderung membangun rasa percaya pengganti pada kecemasan anak di Ruang Flamboyan RSUD
orang dewasa lain yang bermakna untuknya. Akan Batang kabupaten Batang sebelum diberikan
tetapi, stress karena penyakit biasanya membuat terapi bermain aktif menggambar yaitu skor 7
anak prasekolah menjadi kurang mampu dengan 2 responden (13,3%), skor 8 dengan 3
menghadapi perpisahan; akibatnya mereka responden (20,0%), skor 11 dengan 2 responden
menunjukkan banyak tahap perilaku cemas (13,3%), skor 12 dengan 3 responden (20,0%),
akibat perpisahan, meskipun secara umum perilaku skor 14 dengan 1 responden (6,7%), skor 15
protes yang mereka tunjukkan lebih samar dan dengan 1 responden (6,7%), skor 16 dengan 1
pasif daripada yang terlihat pada anak- anak yang responden (6,7%).
lebih kecil. b. Kecemasan pada anak prasekolah akibat
hospitalisasi setelah diberikan terapi bermain
Metode aktif menggambar, sebagai berikut :
Desain penelitian ini menggunakan Distribusi kecemasan Responden Setelah
descriptive cross-sectional study yaitu penelitian Diberikan Intervensi Terapi Bermain Aktif
yang dilakukan secara cross-sectional (satu titik Menggambar di Ruang Flamboyan RSUD
waktu tertentu pada populasi atau penelitian pada Batang Kabupaten Batang Tahun
sampel yang merupakan bagian dari populasi. 2012
Jumlah sample pada penelitian ini 15 responden.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik secara purposive sampling.

Hasil
Analisis univariat dalam penelitian ini adalah
gambaran kecemasan pada anak prasekolah akibat
hospitalisasi sebelum dan setelah diberikan terapi
Skor Frekuensi Persen The OSBD kelompok terapi bermain aktif
kecemasan menggambar 6.
0 1 6,7%
1 0 0,0% Simpulan
2 1 6,7%
3 1 6,7% Kecemasan anak prasekolah yang mengalami
4 7 46,7% hospitalisasi sebelum dilakukan terapi bermain
5 0 0,0% mempunyai rata-rata skor kecemasan The OSBD
6 1 6,7% 11,13. Kecemasan anak prasekolah yang
7 1 6,7% mengalami hospitalisasi setelah dilakukan terapi
8 2 13,3% bermain aktif menggambar mempunyai rata-rata skor
9 1 6,7% kecemasan The OSBD 4,73. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi
Total 15 100,0%
bermain aktif menggambar mengalami penurunan,
yaitu skor kecemasan The OSBD sebelum
Berdasarkan Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa diberikan terapi bermain aktif menggambar paling
kecemasan responden di Ruang Flamboyan RSUD rendah 7 dan paling tinggi 16 dan setelah
Batang kabupaten Batang setelah diberikan terapi dilakukan terapi bermain aktif menggambar
bermain aktif menggambar yaitu skor 0 dengan 1 mengalami penurunan yaitu skor kecemasan The
responden (6,7%), skor 2 dengan 1 responden OSBD paling rendah 0 dan paling tinggi 9.
(6,7%), skor 3 dengan 1 responden (6,7%), skor 4
dengan 7 responden (46,7%), skor 6 dengan 1
responden (6,7%), skor 7 dengan 1 responden DAFTAR PUSTAKA
(6,7%), skor 8 dengan 2 responden (13,3%) dan
skor 9 dengan 1 responden (6,7%). Apriyatno, V 2005, Cara mudah menggambar
dengan pensil, Kawan Pustaka, Jakarta.
Corwin, EJ, 2009, Buku saku patofisiologi, Yudha
EK et al. (alih bahasa) EGC, Jakarta.
c. Rata-rata skor kecemasan The OSBD anak Davies, T & Craig TKJ 2009, ABC kesehatan
prasekolah mental, EGC, Jakarta.
Tabel 4.3. Hawadi, R 2001, Psikologi perkembangan anak
Rata-rata skor kecemasan The OSBD mengenal sifat, bakat dan kemampuan, Grasindo,
sebelum dan sesudah dilakukan terapi Jakarta.
bermain aktif menggambar di Ruang Hidayat, AA 2008, Pengantar ilmu kesehatan
Flamboyan RSUD Batang Kabupaten Batang anak untuk mahasiswa kebidanan, Salemba
Tahun 2012 Medika, Jakarta.
Kyle, T 2008, Essentials of pediatric nursing,
Wolter Kluwer Health, Philadelphia.
Rata-rata skor kecemasan The OSBD Malchiodi, CA 2003, Handbook of art therapy,
Guilford press, New York.
Sebelum Sesudah Selisih 2008, Creative interventions with
traumatized children, Guilford press, New York.
Gambar 11,13 4,73 6,40 Notoadmodjo, S 2005, Metodologi penelitian
kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Range 7-16 0-12 3-10 Nursalam 2003, Konsep dan penerapan metode
skor penulisan riset keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
2008, Konsep dan penerapan metodologi
penelitian ilmu keperawatan; Pedoman
Tabel di atas menunjukan rata-rata skor
skripsi, tesis, dan instrument penelitian
kecemasan The OSBD sebelum terapi bermain
keperawatan, Edisi ke 2, Salemba Medika,
aktif menggambar sebesar 11,13. Rata-rata skor
Jakarta.
kecemasan The OSBD setelah terapi bermain aktif
menggambar sebesar 4,73. Hasil perhitungan
menunjukan rata-rata penurunan skor kecemasan Olivia, Femi 2010, Career skills for kids
meroketkan kekuatan otak kanan dengan
jurus biodrawing, Elex Media Komputindo,
Jakarta.

Potter, PA & Perry AG 2005, Buku ajar


fundamental keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4 Volume 1, EGC, Jakarta.

Riyadi, S & Sukarmin 2009, Asuhan keperawatan


pada anak, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Setiadi 2007, Konsep dan penulisan riset


keperawatanCetakan Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Setiawati, S & Dermawan AC 2009,


Keterampilan khusus praktik keperawatan, Trans
Info Media, Jakarta.

Soejanto, A 2005, Psikologi perkembangan,


Rineka Cipta, Jakarta.

Somantri, S & Muhidin A 2006, Aplikasi stastika


dalam penelitian, CV. Pustaka Setia, Bandung.
Sugiyono, 2009, Statistika untuk penelitian,
Alfabeta, Bandung.

Suherman, 2000, Buku Saku Perkembangan Anak,


EGC, Jakarta.

Supartini, Y 2004, Buku ajar konsep dasar


keperawatan anak, EGC, Jakarta.

Suriadi, & Yuliani, R 2006, Asuhan keperawatan


pada anak, Sagung Seto, Jakarta.

Wong, DL 2008, Buku ajar keperawatan pediatrik


Edisi 6 Volume 2, EGC, Jakarta.

Biermeier, A et. Al, 2007, Journal of Pediatric


Oncology Nursing, Vol 24, No 1 (January-
February), 2007: pp 8-19, dilihat 15 Juli
2011, http://aphon.org/files>.
Open Journal of Nursing, 2016, 6, 46-52
Published Online January 2016 in SciRes. http://www.scirp.org/journal/ojn
http://dx.doi.org/10.4236/ojn.2016.61005

Comparison Study of Art Therapy and Play


Therapy in Reducing Anxiety on Pre-School
Children Who Experience Hospitalization
Sri Ramdaniati, Susy Hermaningsih, Muryati
Nursing Department of Bandung Health Polytechnic, Ministry of Health, Bandung, Indonesia

Received 22 December 2015; accepted 26 January 2016; published 29 January 2016

Copyright © 2016 by authors and Scientific Research Publishing Inc.


This work is licensed under the Creative Commons Attribution International License (CC BY).
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

Abstract
Pain and hospitalization caused a crisis in the child’s life. At the pre-school children, the stress of the
disease makes children become less able to cope with separation. As a result, many children show anxious
behavior though more vague than toddler age children. Various ways have been conducted by nurses to
treat anxiety in children, but the most effective types of the intervention have not be found. Types of
intervention that can be done are art therapy and play therapy. This study aims to compare the effects of
art therapy and play therapy in reducing anxiety on children who experience hospitalization. A quasi-
experimental research design with pre-post test two group design is used. The sample was 23 children
pre-school age for art therapy group and 25 children for play therapy with sampling techniques
performed purposive sampling. Intervention of art therapy and play therapy each performed for 3
days with duration about 30 minutes. Anxiety levels before and after the intervention were measured
by using the facial affective scale. The results show that there is a difference in anxiety between before and
after the action in the art therapy group (p = 0.00) and that there are differences in anxiety before and
after the action in the play therapy group (0.00). But statistical tests using Man Whitney U indicate that
there is no difference in anxiety levels in pre-school children who do art therapy and play therapy (p =
0.26). So, it is concluded that the art therapy and the play therapy can reduce the level of anxiety on
pre-school school children that experience hospitalization. Based on these conclusions, it is recommended
that the art therapy and the play therapy can be used by nurses and the choice of the intervention
should be submitted to the child.

Keywords
Art Therapy, Play Therapy, Pre-School Children, Hospitalization

How to cite this paper: Ramdaniati, S., Hermaningsih, S. and Muryati (2016) Comparison Study of Art Therapy and Play
Therapy in Reducing Anxiety on Pre-School Children Who Experience Hospitalization. Open Journal of Nursing, 6, 46-52.
http://dx.doi.org/10.4236/ojn.2016.61005

1. Introduction
Hospitalization is a process for reasons of planning or emergency that requires the child to stay in the hospital in order to
undergo treatment and medication. Nevertheless, hospitalization remains a major problem and causes anxiety and fear in
children [1]. Hospitalization can also cause stress for children related to the change of envi- ronment and the status of
their health. According to Hockenberry, Wilson and Winkelstein [2], the main thing that can cause stress on the
process of hospitalization is the separation of parents, loss of control, and fear of bo- dily injury and pain. In addition to
stress, hospitalization also causes fear and anxiety in children aged 4 - 6 years [3]. If anxiety in children is not addressed,
it will result in withdrawal and rejection of the implementation of the medical or nursing action, the length of stay and
increase of the severity of health conditions [4].
Various interventions can be done by nurses and parents to overcome anxiety and fear in children, such as creating a
pleasant atmosphere, providing support, and giving explanation [5]. Research by Ramdaniati & Se- tiawan [6] explains
that the play can reduce fear in children. In addition to playing, art therapy is a collection of therapeutic approaches that
involve the creative arts. Art therapy programs vary and may include aspect of drawing, painting, photography,
sculpture, dancing, creative writing and storytelling [7]. Some research suggests that stress and fear in children can be
reduced with the use of the method of drawing [8]. Rollins [9] explains that drawing helps children communicate his
experience so as to reduce stress and anxiety. Play therapy is the use of play as a therapy used to reduce distress, and
fear in children [10]. According to Armstrong [11], playing for children is not a sheer pleasure, but it is a way to express
the anxiety and fear of a situation so clear that any type of game is granted. Decreasing fear and anxiety is meaningful.
This study aims to compare the art therapy with the play therapy in reducing anxiety on preschool children who
experience hospitalization.

2. Methods
A quasi-experimental pretest-posttest two group design was initiated during 3 month period ending 8 October
2015 with a sample size of 48 children pre-school age for both treatment groups. Samples are taken by pur- posive
sampling of pre-school age children who are being hospitalized in Al Islam Bandung Hospital. Inclusion criteria were
aged from 3 - 6 years old, the first day of hospitalized and having compos mentis counciosness and the exlusion criteria
were children who had limited motion in the upper extremity (not able to move right and left hands to draw or play a
puzzle) and children who are pain.
The study was approved by ethical commission of Bandung Health Polytechnic and before the enrolment of this
study, the parents received verbal information about the research including procedure, benefit and also gave written
informed consent to participate in the study. The research process begins with the selection of the appropriate sample
inclusion criteria, then the children are grouped into 2 groups of interventions based on their own choices, namely
drawing (art therapy) and puzzles (play therapy). Furthermore, researchers take measure- ments of anxiety before the
intervention using the modified facial affective scale [12] consisting of four images of the face, then intervention for 15
- 30 minutes in a 3-day, after that researcher taking second measurement for identified anxiety level after the
intervention. The data collected is then processed and analyzed gradually rang- ing from univariate continued with
bivariate. Univariate analysis using frequency distribution and proportion, while bivariate analysis using wilxocon test
for each group and Man Whitney U for measurements both treat- ment groups with statistical significance difference or
p value below 0.05.

3. Result
Based on Table 1, it can be seen that the average age of children who are respondents in this study is 4.21 years to 4.40
years, with the same age range between 3 to 6 years in accordance with the criteria inclusion that has been set.
Table 2 shows that more than half of the respondents in this group are male and have never been hos-
pitalized.
Table 3 shows that in group play therapy, more than half respondents are male and have never had the experience to
be hospitalized.
Table 4 shows that in the group art therapy, children’s anxiety levels before treatment are subjected to severe anxiety
(43.5%), followed by moderate anxiety (34.8%) and mild anxiety (21.7%) and none of the respondents who do not
experience anxiety. While at the time after treatment, more than half do not experience anxiety and
Table 1. Frequency distribution of respondent age at the play therapy and art therapy group (n = 48).

Characteristics Age Mean SD Min-Max

Group Art Therapy 4.21 0.99 3.0 to 6.0

Group Play Therapy 4.40 1.08 3.0 to 6.0

Table 2. Frequency distribution of respondents characteristics at the art therapy group (n = 23).

Characteristics F %
Gender
Male 14 60.9
Female 9 39.1
Treated experience
Ever 10 43.5
Has never been 13 56.5

Table 3. Frequency distribution of respondent characteristics at the play therapy group (n = 25).

Characteristics F %
Gender
Male 14 56
Female 11 44
Treated experience
Ever 7 28
Has never been 18 72

Table 4. Frequency distribution of anxiety levels before and after treatment at the art therapy group (n = 23).

Anxiety levels

No. Intervention Not anxiety Mild anxiety moderate anxiety Severe anxiety

F % F % F % f % Total

1. Before 0 0.0 5 21.7 8 34.8 10 43.5 23

2. After 12 52.2 8 34.8 3 13.0 0 0.0 23

none of the respondents who experienced severe anxiety.


Based on Table 5 can be seen that the play therapy group obtained the data that is currently before the
treatment more than half of respondents (52%) had moderate anxiety and no one responden who do not ex-
perience anxiety. At the time after treatment, most do not experience anxiety and no one responden experiencing
moderate and severe anxiety.
Table 6 shows that, based on analysis by using wilxocon test showed significant differences (p < 0.05)
between anxiety before and after the action in each group play therapy and art therapy group.
Results of the analysis in Table 7 shows that the statistical test p value > 0.05, which means that at 5% alpha
there is no significant difference between the level of anxiety in the play therapy and art therapy group by using
Man Whitney U Test.

4. Discussion
Anxiety is a condition that is often found in children who undergo hospitalization. Almost at every stage of de-
velopment of the child’s age, anxiety and fear due to hospitalization is still a major problem in nursing services
subsidiary as disclosed by Ambarwati [13] that hospitalization can cause stress and anxiety at all age levels. For
preschool children hospitalization is a frightening experience [14] and Ramdaniati [15] also explained that 53%
of pre-school age children who are undergoing hospitalization experience fear.
Various efforts have been made by caregivers to overcome the problems that arise as a result of hospitaliza-
Table 5. Levels of anxiety before and after treatment at the play therapy group (n = 25).

Anxiety levels

No. Intervention Not worried Mild anxiety moderate anxiety Severe anxiety

F % F % F % f % Total

1. Before 0 0.0 8 32.0 13 52.0 4 16.0 25

2. After 16 64.0 9 36.0 0 0.0 0 0.0 25

Table 6. Distibution of anxiety levels before and after treatment at the group play therapy and art therapy.

Variables Mean Rank P Value N


Group Play Therapy
Pre Intervention
Post Intervention 12.5 0.00 25
Group Art Therapy
Pre Intervention
Post Intervention 12.0 0.00 23

Table 7. Differences anxiety levels at the play therapy and art therapy group.

Variables Mean Rank p Value n


Play Therapy 22.60
Art Therapy 26.57 0.26 48

tion. One of the nursing actions to reduce the impact of hospitalization is playing. For children, play is a routine job.
Playing is an activity that is done voluntarily and there is no coercion or pressure from outside or liabilities [16].
Play is a reflection of the ability of physical, intellectual, emotional and social and play a good medium for
learning because the children can speak (communicate), learn to adapt to the environment, and do what can be
done [17]. Play can be carried by healthy or sick children. Although the child was ill, but there remains a need
for play [18].
Games consists of various types and kinds, depending on which side of judgment. In this study, researchers
tried to compare the effects between the two games is play therapy and art therapy in reducing anxiety in pre-
school children. Play therapy is done using a puzzle as media and art therapy for children were asked to draw
what she likes in a picture book provided. Selection of the type of game based on the child’s own choice.
Children choose the type of game he likes. Games that like by the child makes the child feel good about the
game, while if the child does not like his game then the child will not enjoy the game.
Based on the results listed in Table 5 in the previous section, the results of the univariate analysis in play
therapy showed that 52% of pre-school children experiencing moderate anxiety at the moment before the game,
followed by mild anxiety and no anxiety as much as 32% and as much as 16%. This condition is changed after
the intervention in the form of puzzles for 30 minutes for 3 days. Most children (64%) had not experienced
anxiety and the rest (36%) experienced only mild anxiety. Then performed bivariate analysis to compare the
changes that occur. Results of the analysis in Table 6 in the previous section shows that the play therapy with
the use of the puzzle has significant value <0.05 at alpha of 0.05. This means that the play therapy by using
puzzles can reduce anxiety levels pre-school age children significantly. The results are consistent with research
conducted by Kaluas, Ismanto and Kundre [19] which states that playing puzzle and storytelling can reduce
anxiety preschool children who experienced hospitalization at the hospital. Another study also had the same
result is research de Breving, Ismanto and Onibala [20] which uses the game as well as an ice cube as one action
atraumatic care in children aged 1 - 14 years who experience anxiety. Research results by Hela and Tjahyono
[21] in the RS. William Booth Surabaya also support the conclusion that this research through play therapy
affect the child’s anxiety level with a significance value of 0.00.
In addition to viewing of the play therapy using puzzzle, this study also looked at the effects of art therapy
against anxiety pre-school children. Drawing is a form of art therapy are performed as one of the interventions in
this study in order to reduce the level of anxiety in the pre-school age children who experience hospitalization.
Results of univariate analysis of the results of this group showed that at the time before the intervention, almost
half of the respondents had a severe anxiety, followed by moderate and mild anxiety and no one who does not
experience anxiety. This condition changed when measurement after intervention demonstrated that no one is
experiencing severe levels of anxiety. From the tables can be seen that in descriptive, art therapy can reduce
anxiety levels of children. Furthermore, after the bivariate analysis using the Wilcoxon test to compare the con-
ditions before and after the act of art therapy showed that the 0.00 significance value which gives the sense that
art therapy can reduce anxiety levels significantly in pre-school age children.
The result of this are in line with research Wowiling, Ismanto and Babakal [22] and Pravitasari and Warsito
[23] which uses coloring techniques as a form of art therapy that is performed at pre-school age children in order
to reduce anxiety. In the study it was obtained p value of 0.00 which means that the art therapy influence on the
anxiety level of pre-school children. Coloring technique drawing on research conducted by Kapti, Ahsan and
Istiqomah [24] is also a positive effect on maladaptive behavior of children who experience hospitalization.
Meaningfulness use art therapy to reduce children’s anxiety in this study are not always in line with the results
of previous studies. Purwandari’s research [25] explained that the art therapy does not give effect to decrease the
level of anxiety in school children but are effective in lowering the pulse rate is one of the physiological re-
sponse of anxiety. This distinction is made possible because of differences in the age of respondents, where the
research Purwandari respondents are school-age children in the 6 - 12 year range, while respondents in this
study were pre-school children who still have high levels of anxiety.
The results of the study mentioned above can be analyzed that the drawing as a form of art therapy performed
capable of being distractor, expressive space for children as well as a medium of communication that is able to
describe the condition of children’s anxiety during hospitalization. Besides drawing or coloring can reduce ten-
sion, it also giving a relaxing effect on the body and can provide emotional stimuli in the limbic system that oc-
curs in the hypothalamic control of maladaptive behavior, including anxiety responses. Although obviously not
be denied the possibility of the influence of the presence of a parent or other factors that contribute simulta-
neously reduce anxiety in children.

Table 8. Advantages and disadvantages of art therapy and play therapy.

Advantages Disadvantages
• Performed capable of being distractor • Materials cost money and must be
• Expressive space for children as well as a medium of managed.
communication that is able to describe the condition of • Requires an appropriate setting, especially for fluid
children’s anxiety during hospitalization media.
• Can reduce tension • Some populations (e.g., older adults) may not see the
• Also giving a relaxing effect on the relevance of artwork to their problem
body • Requires more planning to incorporate
Art Therapy • Can provide emotional stimuli in the limbic system that into
occurs in the hypothalamic control of maladaptive information-giving or highly directive counseling modes
behavior • It can not increase ability to explore and practise
• Therapeutic in itself because client gives symbolic children’s social skills
shape and form to feelings • It can not help children to make friends and learn about
• Can serve to express fears which children find too their ever expanding world
frightening to talk abou
• An active therapy—clients regain sense of control over
healing

• It provides a safe space for emotional


expression • Play therapy can be seen as a distraction to the actual
problem.
• helping to empower the child and learn how to express
their thoughts and feelings in constructive ways • This type of therapy has positive short
term effects, but
• It fosters decision-making and acceptance of
it may be harder for the abuse victim later on in life. The
Play Therapy responsibility
victim may suppress the abuse using play therapy but
• It facilitates the development of problem-solving,
eventually the memories will come back as they grow
coping skills and resilience
older (not always, but more often than not)
• expanding the awareness and self-esteem and increase
the relationship of trust between the patient and health
care workers
• It encourages confidence and
concentration
• It fosters imagination and creativity
• It supports emotional healing and
growth
In both groups can be seen that at the time before treatment mostly mild to severe anxiety but at the time after
the action mostly do not experience anxiety and only a few are experiencing anxiety was, in fact none had se-
vere anxiety. It shows that both therapies together can reduce anxiety in children who are experiencing hospita-
lization. But when seen from the results of the bivariate analysis in Table 7 can be explained that the value of
significance (p value) obtained is 0.26 or greater than 0.05. This means that there is no significant difference in
anxiety levels between the use of art therapy and play therapy in reducing anxiety on pre-school children. Nev-
ertheless, basically the second game can be given to pre-school age children who experience anxiety. Selection
of the type of therapy that should be given not based on the opinions of nurses but should be based on the child’s
favorite, so that they will enjoy the play.
Playing for a child is a necessity. The importance of play, playing techniques as well as efforts to divert atten-
tion is to be understood by every nurse. Play can be a psychological preparation efforts for children in the face
of a disease that happened and help the process of coping confront actions that will be undertaken. The right
play can reduce misunderstanding and fear of child, helping to empower the child, expanding the awareness and
self-esteem and increase the relationship of trust between the patient and health care workers [26]. Based on the
explanation above and some references [27], art therapy and play therapy have some advantages and disadvan-
tages will show in Table 8.

5. Conclusions & Suggestions


The conclusions that can be drawn from this study are: 1) There is a significant difference in anxiety between
before and after the action in the art therapy group; 2) There is a significant difference in anxiety between before
and after the action in the play therapy group and 3) There are no significant differences in anxiety in pre-school
age children in the art therapy group and the play therapy group.
Based on the above conclusion, nurses who work in the children units can use drawing (art therapy) and puz-
zles (play therapy) to reduce anxiety in pre-school children who experience hospitalization. The type of the
therapy is best left to children to choose to have broad opportunities to express.

References
[1] Supartini, Y. (2004) Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.
[2] Hockenberry, M.J., Wilson, D. and Winkelstein, M.L. (2005) Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. 7th Edition,
Elsevier Mosby, St. Louis.
[3] Salmela, M., Salantera, S. and Aronen, E. (2009) Child-Reported Hospital Fears in 4 to 6 Year Old Children. Pediatric
Nursing, 35, 269-276.
[4] Shield, L. (2001) A Review of the Literature from Developed and Developing Countries Relating to the Effect of the
Hospitalization on Children and Parents. International Nursing Review, 48, 29-37.
http://dx.doi.org/10.1046/j.1466-7657.2001.00032.x
[5] Widyasari, F.K. (2009) Terapi Bermain Untuk Anak Normal.
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/05/12/1160/13/Terapi-Bermain-Untuk-Anak-N
ormal
[6] Ramdaniati, S. and Setiawan, R. (2013) Efektifitas Normative Play Dan Therapeutic Play Terhadap Penurunan Rasa
Takut Anak Usia Pra Sekolah Yang Dirawat Di RSUD Dr. Slamet Garut. Jurnal Kesehatan Bhakti Kencana, 3, 322-
325.
[7] Burns, M.E. and Mechanic, O.J. (2012) Art Therapy. The Monday Life.
[8] Burns, S.D. (2011) Reducing Stress in Hospitalized Children. Medical News Today, Sweden.
[9]
Rollins, J.A. (2005) Tell Me about It: Drawing as a Communication Tool for Children With Cancer. Journal of Pedi-
atric Oncology Nursing, 25, 203-221. http://dx.doi.org/10.1177/1043454205277103
[10] Chambers, M.A. (1993) Play as Therapy for The Hospitalized Children. Journal of Clinical Nursing, 2, 349-354.
[11] Armstrong, T.S. and Aitken, H.L. (2000) The Developing Role of Play Preparation in Paediatric Anaesthesia. Paedia-
tric Anaesthesia, 10, 1-4. http://dx.doi.org/10.1046/j.1460-9592.2000.00406.x
[12] Ortigosa Quiles, J.M., García-Banda García, G., Chellew, K., Ponsell Vicens, E., Riquelme Marín, A. and Nicolás
Carrasco, M.P. (2013) Identification of Degress of Anxiety in Children with Three-Five Face Facial Scales. Psico-
thema, 25, 446-451.
[13] Ambarwati, F. and Nasution, N. (2012) Buku Pintar Asuhan Keperawatan BayiDan Balita. Cakrawala Ilmu, Yogya-
karta.
[14] Samiasih, A. (2007) Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia
Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di Ruang Tukman.
http://www.academia.edu/3585452/pengaruh_terapi_bermain_terhadap_tingkat_kecemasan_
anak_usia_prasekolah_sel ama_tindakan_keperawatan_di_ruang_tukman
[15] Ramdaniati, S. (2011) Analisis Determinan Kejadian Takut Pada Anak Sekolah Dan Pra
Sekolah Yang Menjalani
Hospitalisasi Di Ruang Perawatan Anak BLUD Dr. Slamet Garut. Tesis, FIK Universitas
Indonesia, Jakarta.
[16] Nurhayatin, Soesanto, E. and Alfiyanti, D. (2010) Gambaran Kecemasan Pada Anak Usia Pra
Sekolah Yang Dilakukan
Terapi Bermain Bercerita Di Ruang Nusa Indah RS. Bakti Wira Tamtama Semarang.
Unpublished.
[17] Hockenberry, M.J. and Wilson, D. (2009) Wong’s Essentials Of Pediatric Nursing. 8th Edition,
Elsevier Mosby, St.
Louis.
[18] Suryanti, Sodikin and Yulistiani, M. (2011) Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan
Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra
Sekolah di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata, Purbalingga. Jurnal Kesehatan Samodra
Ilmu, 3, 73-80.
[19] Kaluas, I., Ismanto, A.Y. and Kundre, R.M. (2015) Perbedaan Terapi Bermain Puzzle Dan
Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) Selama Hospitalisasi Di
Ruang Anak RS. Tk III R.W. Monginsidi Menado. Jurnal Keperawatan, 3.
[20] De Breving, R.M., Ismanto, A.Y. and Onibala, F. (2015) Pengaruh Penerapan Atraumatic
Care Terhadap Respon Kecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi Di RSU Pancaran
Kasih Gmim Manado Dan RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 3.
[21] Hela, M. and Tjahyono, H.D. (2015) Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kecemasan
Anak Yang Mengalami
Hospitalisasi Di Ruang Mirah Delima RS. William Booth Surabaya. S1 Keperawatan, 4.
[22] Wowiling, F.E., Ismanto, A.Y. and Babakal, A. (2014) Pengaruh Mewarnai Gambar
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Mengalami Hospitalisasi
Di Ruang Irina E. RSUP. BLU. Prof. Dr. R.D. Kandao. Menado. Jurnal Keperawatan, 2, 1-
8.
[23] Pravitasari, A. and Warsito, B.E. (2012) Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Anak Usia Pra
Sekolah Sebelum Dan
Sesudah Proses Mewarnai. Jurnal Keperawatan Diponegoro, 1, 16-21.
[24] Kapti, R.E., Ahsan A. and Istiqomah, A. (2013) Pengaruh Bermain Dengan Mewarnai
Terhadap Penurunan Skor Perilaku Mal Adaptif Anak Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun) Yang
Mengalami Hospitalisasi Di RS. Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1, 169-175.
http://jik.ub.ac.id
[25] Purwandari, H. (2009) Pengaruh Terapi Seni Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan
Anak Usia Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Wilayah Kabupaten Banyumas. Tesis.
Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.
[26] Tanaka, K., Yoshikawa, N., Kudo, N., Negishi, Y., Shimizu, T. and Hayata, N. (2010) A Need
for Play Specialist in
Japanese Children’s Wars. Pediatric Nursing, 22, 31-32.
[27] Councill, T. (2012) Medical Art Therapy with Children. In: Malchiodi, C.A., Ed., Handbook
of Art Therapy, 2nd
Edition, The Guilford Press, New York, 222-239.
Pengukuran kecemasan
Kecemasan dapat diukur dengan menggunakan Facial Image Scale
(FIS). Facial Image Scale (FIS) merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mengukur tingkat kecemasan yang terdiri dari lima kategori
ekspresi wajah yang menggambarkan situasi atau keadaan dari
kecemasan, mulai dari ekspresi wajah sangat senang (skor 1) hingga
sangat tidak senang (skor 5). Skor 1 merupakan ekspresi yang paling
positif dan skor 5 merupakan ekspresi paling negatif. Studi validitas
menunjukkan bahwa FIS cocok untuk mengukur tingkat kecemasan
pada anak. Alat ukur ini dipilih sebagai alat ukur dalam menilai
kecemasan pada anak karena didasarkan pada sifat gambar yang
sederhana dan mudah untuk dimengerti. FIS merupakan skala
pengukuran berjenis likert. Skala likert merupakan skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
terhadap fenomena sosial yang ditunjukkan melalui respon sangat
setuju hingga sangat tidak setuju (Riduwan, 2009).

Gambar 1.1. Facial Image Scale


Sumber: Riduwan 2009

Keterangan gambar :
a. Gambar 1 adalah sangat senang ditunjukkan dengan sudut bibir
terangkat ke atas ke arah mata dan memiliki skor 1
b. Gambar 2 adalah senang ditunjukkan dengan sudut bibir sedikit
terangkat ke atas ke arah mata dan memiliki skor 2
c. Gambar 3 adalah agak tidak senang ditunjukkan dengan sudut bibir
ditarik ke samping atau tidak bergerak dan memiliki skor 3
d. Gambar 4 adalah tidak senang ditunjukkan dengan sudut bibir
ditekuk ke bawah ke arah dagu dan memiliki skor 4
e. Gambar adalah sangat tidak senang ditunjukkan dengan sudut bibir
sangat ditekuk ke bawah ke arah dagu hingga menangis dan
memiliki skor 5
Hasil Pengukuran Kecemasan Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Kegiatan
Terapi Bermain Menggambar Dan Mewarnai Gambar Alat
Transportasi (Truk) di Ruang Melati RSUD Dr Soedirman Kebumen
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Thypoid
Ruang : Melati
Hari/Tanggal/Waktu : Kamis, 14 Juli 2017 Pukul 10.00 WIB
PRE TERAPI POST TERAPI

NO RESPON KECEMASAN BERMAIN BERMAIN

YA TIDAK YA TIDAK

1 Ekspresi wajah cemberut  


2 Sering menangis  
3 Gelisah  
4 Menolak dilakukan tindakan  
5 Merengek terus ingin cepat pulang  
6 Menolak untuk makan  
7 Sulit untuk tidur  
8 Bertanya terus menerus tentang
 
keberadaan orang tuanya
9 Berteriak memanggil orang tuanya  
10 Menolak perhatian dari orang lain  
11 Menarik diri dari orang lain  
12 Saat diajak bicara hanya diam saja  
13 Tidak Kooperatif  
SATUAN ACARA BERMAIN “MENGGAMBAR DAN MEWARNAI
GAMBAR ALAT TRANSPORTASI (TRUK)” UNTUK MENURUNKAN
TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA 3-6 TAHUN SELAMA MASA
PERAWATAN DI RUANG MELATI RSUD DR. SOEDIRMAN
KEBUMEN

1. Bidang studi : Keperawatan Anak


2. Pokok bahasan : Terapi Bermain
3. Sub pokok bahasan : Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat
Transportasi (Truk)
4. Tujuan : Mengoptimalkan perkembangan motorik
halus
5. Sasaran : Anak Usia 3-6 Tahun
Di Ruang Melati RSUD Dr. SOEDIRMAN
6. Pelaksana : Sarti
7. Pertemuan : Pertama
8. Hari/tanggal : Kamis, 13 Juli 2017
9. Waktu : 40 menit
10. Tempat : Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen
A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan di Rumah
Sakit dan dapat menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru
mengalami rawat inap di Rumah Sakit. Hospitalisasi adalah suatu proses
oleh karena suatu alasan yang berencana atau darurat mengharuskan anak
untuk tinggal di Rumah Sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah (Jovans, 2008).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan kritis pada anak, saat anak sakit
dan di rawat di Rumah Sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha
untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit,
sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap
anak maupun orang tua dan keluarga. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia
perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem
pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya
(Wong, 2009).
Wright (2008) dalam penelitiannya tentang efek hospitalisasi pada
perilaku anak menyebutkan bahwa reaksi anak pada hospitalisasi secara
garis besar adalah sedih, takut dan rasa bersalah karena menghadapi suatu
yang belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak
nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang bisa dialami dan sesuatu yang
dirasakan menyakitkan. Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi
sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Ketika anak menjalani
perawatan di Rumah Sakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak
bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal tersebut akan mengecewakan
anak sehingga dapat meningkatkan kecemasan pada anak (Samiasih,
2007).
Reaksi anak usia prasekolah yang menjalani stres akibat
hospitalisasi disebabkan karena mereka belum beradaptasi dengan
lingkungan di Rumah Sakit, masih merasa asing sehingga anak tidak dapat
mengontrol emosi dan mengalami stres, reaksinya berupa menolak makan,
sering bertanya, menangis, dan tidak kooperatif dengan petugas kesehatan.
Banyak metode menurunkan stres hospitalisasi pada anak. Perawat harus
peka terhadap kebutuhan dan reaksi klien untuk menentukan metode yang
tepat dalam melaksanakan intervensi keperawatan dalam menurunkan
tingkat kecemasan (Kozier, 2010). Respon secara umun yang terjadi pada
anak yang dirawat inap antara lain mengalami regresi, kecemasan
perpisahan, apatis, ketakutan, dan gangguan tidur, terutama terjadi pada
anak dibawah usia 7 tahun (Hockkenberry dan Wilson, 2007).
Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh
pasien anak yang mengalami hospitalisasi. Kecemasan yang sering dialami
seperti menangis, dan takut pada orang baru. Banyaknya stresor yang
dialami anak ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif
yang menggangu perkembangan anak. Lingkungan Rumah Sakit dapat
merupakan penyebab stres dan kecemasan pada anak (Utami, 2014).
Kecemasan hospitalisasi pada anak dapat membuat anak menjadi
susah makan, tidak tenang, takut, gelisah, cemas, tidak mau bekerja sama
dalam tindakan medikasi sehingga menggangu proses penyembuhan anak
(Stuart, 2007). Masa hospitalisasi pada anak prasekolah juga dapat
menyebabkan post traumatic stres disorder (PSTD) yang dapat
menyebabkan trauma hospitalisasi berkepanjangan bahkan setelah anak
beranjak dewasa (Perkin dkk, 2013). Banyak anak menolak diajak ke
Rumah Sakit, apalagi menjalani rawat inap dalam jangka waktu yang
lama. Peralatan medis yang terlihat bersih dirasakan cukup menyeramkan
bagi anak-anak. Begitu juga dengan bau obat yang menyengat dan
penampilan pra staf Rumah Sakit dengan baju putihnya yang terkesan
angker. Salah satu cara independent untuk menurunkan stres akibat
hospitalisasi pada anak usia prasekolah adalah terapi bermain.
Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikan
sarana untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses
penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam program
pengobatan serta perawatan. Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat
maupun sakit. Walaupun anak sedang dalam keadaan sakit tetapi
kebutuhan akan bermainnya tetap ada. Melalui kegiatan bermain, anak
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan (Evism, 2012).
Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit.
Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain
tetap ada (Katinawati, 2011). Bermain merupakan salah satu alat
komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar
pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan
pada pendidikan anak usia dini (Suryanti, 2011). Bermain dapat digunakan
sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal
dengan sebutan terapi bermain (Tedjasaputra, 2007).
Bermain dapat menjadi bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dan ribuan bahasa yang ada di
dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang
mereka inginkan. Bermain juga menjadi media terapi yang baik anak-anak
bermasalah selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut
Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak
sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan
kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya,
melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya,
menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin,
2008).
Terapi bermain yang diberikan pada anak usia prasekolah harus
menyesuaikan dengan tahapan perkembangan sesuai usianya. Permainan
anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif, dapat mengembangkan
koordinasi motorik, dan memerlukan hubungan dengan teman sebaya
(Pramono, 2012). Beberapa permainan anak usia prasekolah dalam
mengatasi kecemasan misalnya mewarnai gambar, menggambar,
menyusun puzzle, dan menyusun balok. Menurunkan tingkat kecemasan
anak selama perawatan dengan mengajak mereka bermain menggunakan
alat permainan yang tepat. Melalui mewarnai gambar, seorang dapat
menuangkan simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya
kedalam coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara psikologis
menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan perasaan-perasaan
yang tersimpan dalam bawah sadarnya dan tidak dapat dimunculkan
kedalam realita melalui gambar.
Melalui menggambar mewarnai gambar, seseorang secara tidak
sadar telah mengeluarkan muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan
rasa sedih, tertekan, stres, menciptakan gambaran-gambaran yang
membuat kita kembali merasa bahagia, dan membangkitkan masa-masa
indah yang pernah kita alami bersama orang-orang yang kita cinta. Melalui
aktifitas mewarnai gambar, emosi dan perasaan yang ada didalam diri bisa
dikeluarkan, sehingga dapat menciptakan koping yang positif. Koping
positif ini ditandai dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan
tersebut akan membantu dalam mengurangi stres yang dialami anak
(Hidayah, 2011).
Manfaat bermain bagi anak adalah berfungsi untuk merangsang
perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi,
kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik (Adriana
(2011).
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, anak diharapkan
bisa merasa tenang selama perawatan di Rumah Sakit dan tidak takut
lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama
dirawat di Rumah Sakit.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar
Alat Transportasi (truk) selama kurang lebih 40 menit diharapkan
tingkat kecemasan anak usia 3-6 tahun dapat berkurang.
a. Bisa merasa tenang selama dirawat
b. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan petugas
kesehatan (dokter dan perawat)
c. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
d. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
e. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
f. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
g. Dapat mengekspresikan keinginan, keinginan, perasaan, dan fantasi
anak terhadap suatu permainan
h. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain
yang tepat
i. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena
sakit
j. Menurukan tingkat kecemasan pada anak
k. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti di
rumah sebagai alat komunikasi antara perawat klien.

C. Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar
alat transportasi (truk) adalah anak usia 3-6 tahun yang sedang menjalani
perawatan di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
D. Sarana dan Media
1. Sarana
Ruangan tempat bermain
2. Media
a. Meja belajar
b. Buku gambar
c. Pensil / bolpoint
d. Pensil warna / crayon
E. Materi
Terlampir
F. Rencana pelaksanaan
NO Waktu Kegiatan bermain Kegiatan peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Perawat membuka kegiatan dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Perawat memperkenalkan diri Mendengarkan dan dan
3. Perawat menjelaskan tujuan dan memperhatikan
peraturan kegiatan
4. Perawat menjelaskan media yang Memperhatikan
akan dijadikan media permainan
5. Kontrak waktu
2. 25 menit Pelaksanaan :
1. Perawat mengatur posisi klien Berpindah posisi
2. Perawat membagikan buku gambar, Menerima kertas
Pensil / bolpoint, crayon / pensil dan pensil warna
warna kepada klien
3. Perawat mengajak dan memotivasi Klien menggambar alat
klien (anak) untuk mengungkapkan Transportasi (truk)
gambar yang diinginkan pada buku
gambar
4. Memulai mewarnai gambar dengan Klien mewarnai gambar
didampingi oleh perawat Alat transportasi (truk)
5. Perawat memberi semangat pada anak
selama proses mewarnai
6. Perawat memotivasi anak untuk
dapat memilih warna yang disukainya
7. Apabila anak tidak mau aktif,
melibatkan orang tua atau pendamping
anak untuk membantu anak mewarnai
gambar yang telah diberikan

3. 5 menit Evaluasi :
1. Menanyakan tentang perasaan anak Menjawab pertanyaan
setelah diberi terapi bermain
menggambar dan mewarnai gambar
alat transportasi (truk)
4. 5 menit Penutup :
1. Perawat menutup acara permainan Memperhatikan
dengan memberikan reward kepada
klien
2. Mengucapkan terima kasih dan Menjawab salam
mengucapkan salam

G. Setting tempat


p


Keterangan :
: Meja belajar

 : Perawat

 : Anak  : Ibu

H. Evaluasi
1. Anak bisa menggambar dan mewarnai sesuai dengan tingkat perkembangan
2. Membedakan warna dan bentuk gambar
3. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

A. Pengertian Terapi Bermain

Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik


fisik, emosi mental, intelektual, kreativitas maupun sosial (Soetjiningsih,
2014). Terapi merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip
belajar terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang dianggap
menyimpang dengan tujuan melakukan perubahan. Terapi bermain adalah
usaha mengubah tingkah laku yang bermasalah dengan menempatkan
anak dalam situasi bermain (Adriana, 2011).

B. Fungsi Bermain
Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk
merangsang perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual,
sosialisasi, kreativitas, kesadaran diri, nilai moral dan manfaat terapeutik.
1. Perkembangan sensorimotor : aktivitas sensorimotor adalah
komponen utama bermain pada semua usia. Permainan aktif penting
untuk perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepaskan
kelebihan energi. Melalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan
kinestetik, bayi memperoleh kesan. Todler dan prasekolah sangat
menyukai gerakan tubuh dan mengeksplorasi segala sesuatu di
ruangan.
2. Perkembangan intelektual : melalui eksplorasi dan manipulasi,
anak-anak belajar mengenal warna, bentuk, ukuran, tesktur dan fungsi
objek-objek. Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan
orang tua adalah dua variabel terpenting yang terkait dengan
perkembangan kognitif selama masa bayi dan prasekolah. Sosialisasi:
perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui bermain, anak belajar membentuk
hubungan sosial dan menyelesaikan masalah, belajar pola perilaku
dan sikap yang diterima masyarakat.
3. Kreativitas : anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka
dalam bermain. Kreativitas terutama merupakan hasil aktivitas
tunggal, meskipun berpikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam
kelompok. Anak merasa puas ketika menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
4. Kesadaran diri : melalui bermain, anak akan mengembangkan
kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar
mengenal kemampuan diri dan membandingkannya dengan orang
lain. Kemudian menguji kemampuannya dengan mencoba berbagai
peran serta mempelajari dampak dari perilaku mereka terhadap orang
lain.
5. Nilai moral : anak mempelajari nilai benar dan salah dari
lingkungannya terutama dari lingkungan. Melalui aktivitas bermain
anak memperoleh kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya. Anak juga akan belajar
nilai moral dan etika, belajar membedakan sesuatu dan bertanggung
jawab.
6. Manfaat terapeutik : bermain bersifat terapeutik pad aberbagai usia.
Bermain bersifat terapeutik pada berbagai usia. Bermain memberikan
sarana untuk melepaskan diri dari ketegangann dan stress yang
dihadapi di lingkungan. Dalam bermain, anak dapat mengekspresikan
emosi dan melepaskan impuls yang tidak dapat diterima dalam cara
yang dapat diterima masyarakat. Melalui bermain anak-anak mampu
mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut, kecemasan dan keinginan
mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka ekspresikan.
C. Tujuan Bermain
Supartini (2012) mengemukakan beberapa tujuan dari terapi bermain antara
lain :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangannya, walaupun demikian selama anak dirawat di
rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
masih harus tetap di lanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2. Mengespresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya
pada saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang
belum dapat mengespresikannya secara verbal, permainan adalah
media yang sangat efektif untuk mengeskpresikannya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,
permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya
untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap sters karena sakit dan
dirawat di rumah sakit.
D. Jenis-jenis Permainan
Ada 2 jenis permainan yaitu permainan aktif dan permainan pasif.
Kedua jenis permainan tersebut harus diketahui orang tua atau
siapapun yang berkaitan dengan pendidikan dan perkembangan anak
supaya dapat menyeimbangkan antara keduanya.
a. Kategori permainan aktif adalah sebagai berikut
1) Permainan olahraga. Bagi anak olah raga bisa menjadi satu
permainan yang menyenangkan yang mengandung kesenangan,
hiburan dalam bermain tapi tidak juga terlepas dari unsur
partisipasi dan keinginan untuk unggul. Permainan Perkelahian (body
Contact). Permainan yang menuntut keseriusan anak untuk
memenuhi kebutuhan kekuasaan. Hal ini sehat dan positif bagi anak,
berguna untuk menguji keunggulan dan kekuatan dilingkungan sekitar
bermain bebas dan spontan atau eksplorasi. Anak dapat melakukan hal
yang diinginkan. Anak akan terus bermain dengan permaianan selama
itu menimbulkan kesenangan.
2) Bermain drama atau peran. Menirukan karakter yang dikagumi
dalam kehidupan nyata maupun terdapat dalam media massa atau
televisi. Anak akan berfantasi dan meniru peran-peran.
Perbendaharaan bertambah dan kemampuan berkomunikasi semaakin
baik. Mengajarkan berbagai keterampilan sosial dan nilai-nilai
kemanusiaan kepada anak.
3) Bermain air atau pasir. Mengembangkan perasaan dan kebebasan
serta kepuasan. Belajar membentuk sesuatu yang baru sebagai modal
awal kreatifitas.
4) Bermain musik dan menari. Mengembangkan kepekaan, membebaskan
ekspresi dan mendorong anak untuk mengembangkan kepekaan,
membebaskan ekspresi dan mendorong anak untuk mengembangkan
tingkah laku sosialnya.
5) Permainan bongkar pasang (puzzle) dan menyusun balok. Melatih
kemampuan motorik halus, konsentrasi, dan melatih koordinasi
mata dan tangan. Anak belajar konsentrasi dan kreatifitas anak
menjadi terasah (Devianti, 2013).
b. Kategori permainan pasif adalah sebagai berikut:
1) Permainan mekanis.
Alat tehnologi canggih seperti komputer bukan lagi milik orang
dewasa, tapi telah menjadi barang biasa untuk anak-anak.
Berbagai games atau permainan virtual telah tersedia
didalam komputer. Bermain komputer tidak sama bermain
bersama teman. Anak bermain sendiri dengan kesenangannya.
Sisi negatif permainan mekanis ini adalah kurangnya
pembentukan sikap anak untuk menerima dan memberi (take and
give). Anak memegang sikap kendali penuh atas “teman
mainnya” dan Si teman mainnya” akan melakukan apapun yang
diinginkan anak. Kendali penuh ini akan menimbulkan reaksi
serius bila anak menyalurkannya dalam pertemanan dilingkungan
sosialnya. Hal positif, anak memiliki keterampilam komputer
yang akan diperlukan anak sebagai sarana hidupnya.
2) Permainan elektronik seperti komputer dan playstation
meningkatkan refleks (rangsangan), perkembangan motorik halus
anak dan memberikan konstribusi pada perbendaharaan kata
terutama bahasa asing. Namun, stimulus (rangsangan) fisik dan
interaksi sosial ditawarkan dalam permainan tersebut bersifat
artifisial (buatan), bahkan sangat kurang. Permainan interaktif
atau software bersifat edukatif yang sering ada dalam komputer
dapat menjadi suatu alternatif permainan (Yuriastien, 2009).
3) Permainan Fantasi. Anak dapat membentuk dunia sesuai
dengan keinginannya (imajinasi). Permainan fantasi selain proses
kreatif pengembangan kemampuan sisi otak kanan, juga untuk
pembentukan kecerdasan interpersonal.
4) Mendengarkan cerita. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan
imajinasi anak. Anak akan belajar empati dari apa yang dialami
tokoh dan berimajinasi menjadi si tokoh dalam cerita tersebut.
Hubungan anak dengan orang tua akan menjadi lebih erat karena
saling berinteraksi dan akan menjadi sarana komunikasi yang baik
antara keduanya.
5) Membaca. Menambah perbendaharaan kata, imajinasi,
memperluas wawasan serta pengetahuan anak.
6) Menonton televisi. Dengan menonton tv anak akan mendapatkan
tambahan pengetahuan serta ide-ide tentang hal-hal yang dapat
dimainkan. Televisi dapat membangun kemampuan anak
untuk menirukan atau mengembangkan kekuatan intuisi dan
imajinasi anak dalam memperkaya pengalaman. Tetapi televisi
dapat berpengaruh negatif terhadap anak misalkan menirukan
adegan-adegan kekerasan, kriminalitas. (Yuriastien, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, jenis-jenis permainan yang
dilakukan pada saat anak bermain ada 2 macam yaitu permainan
aktif dan permainan pasif. Permainan aktif ketika anak banyak
menggunakan aktifitas fisik saat bermain sehingga anak banyak
melakukan gerakan-gerakan dengan menggunakan tubuhnya.
Permainan pasif ketika anak hanya berdiam diri tanpa
mempergunakan aktifitas tubuh yang berlebihan dan
menggunakan alat-alat yang cenderung dapat dilakukan dengan
hanya diam dan duduk saja.
E. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Terapi Bermain
Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Soetjianingsih (2014) saat
anak dalam aktivitas bermain yaitu:
1. Energi ekstra/tambahan: bermain memerlukan energi tambahan,
dimana anak yang sakit, tidak memiliki energi yang banyak untuk
bermain, sehingga permainan yang di anjurkan yaitu permainan yang
tidak memerlukan banyak energi.
2. Waktu: anak yang hospitalisasi harus mempunyai cukup waktu
untuk bermain
3. Alat permainan: untuk bermain diperlukan alat permainan yang
sesuai dengan umur dan taraf perkembangan anak.
4. Ruangan untuk bermain: ruangan tidak usah terlalu besar, anak
juga bisa bermain di halaman atau di tempat tidur disesuaikan
dengan keadaan anak.
5. Pengetahuan cara bermain: anak belajar bermain melalui
mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau dibimbing oleh
orangtua atau pengasuh
6. Teman bermain: anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman
bermain. Anak dapat bermain dengan orang tua, teman sebaya atau
saudara sehingga anak tidak kehilangan kesempatan dalam
bersosialisasi
7. Reward: pemberian reward akan membuat anak termotivasi,
reward dapat diberikan berupa semangat dan pujian atau hadiah
pada anak bila berhasil melakukan sebuah permainan.
F. Jenis permainan pada anak Usia Prasekolah
Permainan anak usia prasekolah menurut Adriana (2011)
biasanya bersifat asosiatif (interaktif dan kooperatif) serta memerlukan
hubungan dengan teman sebaya. Alat permainan yang dianjurkan
untuk anak usia prasekolah yaitu berbagai benda dari sekitar rumah,
buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, dokter-
dokteran atau masak-masakan (Soetjianingsih, 2014).
G. Terapi bermain di Rumah Sakit
Terapi bermain menurut Adriana (2011) membantu anak
dalam beradaptasi dengan lingkungan baru di rumah sakit, membantu
mengurangi stress terhadap perpisahan, dapat sebagai distraksi
(pengalihan perhatian) dan relaksasi dan mencapai tujuan terapeutik.
Prinsip bermain di rumah sakit yaitu:
1. Permainan tidak bertentangan dengan terapi dan perawatan yang
dijalani
2. Tidak membutuhkan energi yang banyak
3. Harus mempertimbangkan keamanan bagi anak
4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua atau keluarga
H. Pengertian Menggambar dan Mewarnai
Menurut Soedarso (dalam Suwarna, 2007: 10) menggambar adalah suatu
pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua
dimensional dengan garis warna. Dengan demikian menggambar
merupakan bahasa visual dan merupakan salah satu media komunikasi
yang diungkapkan melalui garis, bentuk, warna dan teksture. Dijelaskan
pula dalam Suwarna (2007: 10) bahwa menggambar juga merupakan
curahan isi jiwa seseorang yang bernuansa estetis, kreatif, harmonis, dan
ekspresif, yang tidak terlepas dari sensitivitas, mengandung pesan yang
ingin disampaikan kepada orang lain yang melihatnya, dan hal ini dapat
menimbulkan sesuatu.
Menurut Affandi (dalam Saiful Haq, 2008: 2) menggambar merupakan
perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan
perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut
dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis,
bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa menggambar adalah membuat gambar dengan
cara menggoreskan benda-benda tajam (seperti pensil atau pena) pada
bidang datar (misalnya permukaan papan tulis, kertas, atau dinding) yang
merupakan perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan
perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut
dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis,
bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.
I. Tujuan dan Manfaat Menggambar bagi anak
Menurut Hajar Pamadhi (dalam Saiful Haq, 2008: 4) menyatakan bahwa
menggambar memiliki tujuan yang antara lain :
1. Alat untuk mengutarakan/ekspresi isi hati, pendapat maupun
gagasan
2. Media fantasi, imajinasi, dan sekaligus sublimasi
3. Stimulasi bentuk ketika lupa atau untuk menumbuhkan gagasan
baru
4. Alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi
Menurut Hajar Pamadhi, Evan Sukardi S, dan Azizah Muis (2010: 2.11)
menjelaskan tentang fungsi menggambar bagi anak. Hal tersebut diuraikan
sebagai berikut :
1. Menggambar sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk)
2. Menggambar sebagai media mencurahkan perasaan
3. Menggambar sebagai alat bermain
4. Menggambar melatih ingatan
5. Menggambar melatih berfikir komprehensif (menyeluruh)
6. Menggambar sebagai media sublimasi perasaan
7. Menggambar melatih keseimbangan
8. Menggambar mengembangkan kecakapan emosional
9. Menggambar melatih kreativitas anak
10. Menggambar melatih ketelitian melalui pengamatan langsung
Anak-anak sangat suka memberi warna melalui berbagai media
baik saat menggambar atau meletakkan warna saat mengisi bidang-
bidang gambar yang harus diberi pewarna (Hajar Pamadhi dan Evan
Sukardi S, 2011: 7.4). Berdasarkan pernyataan tersebut maka kegiatan
mewarnai merupakan kegiatan yang menyenangkan untuk anak.
Menyenangkan yang dimaksud di sini terletak pada proses memilih
warna yang digunakan untuk mewarnai sebuah bidang gambar kosong.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumanto (2005: 65) bahwa
kreativitas yang dapat dikembangkan pada kegiatan mewarnai bagi anak
usia prasekolah adalah adanya kebebasan untuk memilih dan
mengkombinasikan unsur warna pada obyek yang diwarnainya sesuai
keinginan anak. Tujuan dari kegiatan mewarnai adalah melatih
menggerakkan pergelangan tangan (Sujiono, 2008: 2.12).
Mewarnai pada anak usia dini bertujuan untuk melatih
keterampilan, kerapian serta kesabaran (Hajar Pamadhi dan Evan
Sukardi, 2011: 728). Keterampilan diperoleh dari kemampuan anak
untuk mengolah tangan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga
semakin lama anak bisa mengendalikan serta mengarahkan sesuai yang
dikehendaki. Kerapian dilihat dari bagaimana anak memberi warna pada
tempat-tempat yang telah ditentukan semakin lama anak akan semakin
terampil untuk menggoreskan media pewarnanya karena sudah terbiasa.
Kesabaran diperoleh melalui kegiatan memilih dan menentukan
komposisi yang tepat sesuai pendapatnya, seberapa banyak warna yang
digunakan untuk menentukan komposisi warnanya. Usaha yang
dilakukan secara terus-menerus akan melatih kesabaran anak.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas
dapat disimpulkan bahwa mewarnai merupakan kegiatan yang sangat
cocok diterapkan untuk anak usia taman kanak-kanak, karena mewarnai
merupakan kegiatan yang menyenangkan. Selain itu, melalui kegiatan
mewarnai dapat melatih keterampilan, kerapian dan kesabaran serta
mengekspresikan keinginannya untuk memberi atau membuat warna
pada obyek gambar menggunakan pewarna dan alat yang digunakan
untuk mewarnai.
J. Kegiatan Mewarnai
Anak prasekolah juga senang berpartisipasi dalam aktivitas
gerak ringan seperti menggambar, mewarnai, melukis, memotong, dan
menempel (Morrison, 2012: 221). Anak pra sekolah disini termasuk anak
kelompok B yaitu usia 5-6 tahun yang seharusnya menyukai kegiatan
mewarnai menggunakan bahan yang beraneka ragam. Kegiatan
mewarnai gambar merupakan kegiatan mewarnai yang dilakukan
menggunakan berbagai macam media seperti krayon, spidol, pensil
warna dan pewarna makanan. Dalam penelitian ini akan digunakan
media pewarna makanan. Gambar yang akan diwarnai disesuaikan
dengan tema yang sedang digunakan di taman kanak-kanak.
K. Manfaat Menggambar dan Mewarnai
As’adi Muhammad (2009: 15-27) mendeskripsikan bahwa kegiatan
menggambar dan mewarnai memberikan manfaat bagi anak, yakni :
1. Merangsang dan Membangkitkan otak kanan
Dengan memberikan pelajaran atau pelatihan mengenai
menggambar dan mewarnai, otak kanan akan terasah yang akhirya
akan membuatnya mempunyai kreativitas yang tinggi.
2. Menumbuhkan kreativitas
Lewat menggambar, anak bisa menuangkan beragam imajinasi
yang ada di kepala mereka. Lewat gambar yang dibuatnya, anak
bisa menuangkan segala gagasan dan pendapat-pendapat yang
terpendam. Dengan demikian, tidaklah keliru jika dikatakan bahwa
gambar dapat meningkatkan kreativitas anak.
3. Membuka wawasan
Sebagai contoh anak sedang belajar menggambar seekor kuda yang
tengah merumput di kehijauan padang lapang. Dalam menggambar
kuda tersebut, anak pasti akan banyak berusaha mengetahui apa
saja yang ada disekitar hewan tersebut.
4. Lukisan, cermin kreativitas dan kecerdasan anak
Apapun hasil lukisan yang tertuang, merupakan hasil gagasan dan
kemampuan anak. Jika anak mempunyai kreativitas dan kecerdasan
yang tinggi, maka lukisan yang dihasilkan akan baik. Tetapi jika
tidak, maka lukisan akan terlihat biasa-biasa saja, bahkan
kualitasnya akan cenderung di bawah standar lukisan anak pada
umumnya.

Anda mungkin juga menyukai