Anda di halaman 1dari 13

A.

DIFUSI
1. Pengertian Difusi
Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan
ke seluruh dunia yang dapat menyebabkan perubahan sosial. Difusi merupakan salah
satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik.
Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari
satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai proses di mana
unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima
oleh individu-individu dari kebudayaan lain.

2. Bentuk – Bentuk Difusi


Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang
terjadi karena dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu
tempat ke tempat lain di dunia. Hal ini terutama terjadi pada jaman prehistori, puluhan
ribu tahun yang lalu, saat manusia yang hidup berburu pindah dari suatu tempat ke
tempat lain yang jauh sekali, saat itulah unsur kebudayaan yang mereka punya juga
ikut berpindah.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika ada
perpindahan dari suatu kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga
dapat terjadi karena adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur
kebudayaan itu hingga jauh sekali. Individu-individu yang dimaksud adalah golongan
pedagang, pelaut, serta golongan para ahli agama. 5 Bentuk difusi yang lain lagi
adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi ketika individu-individu dari
kelompok tertentu bertemu dengan individu-individu dari kelompok tetangga.
Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok itu dapat berlangsung dengan 3
cara, yaitu :
a. Hubungan symbiotic
Hubungan symbiotic adalah hubungan di mana bentuk dari kebudayaan
itu masing-masing hampir tidak berubah. Contohnya adalah di daerah pedalaman
negara Kongo, Togo, dan Kamerun di Afrika Tengah dan Barat; ketika
berlangsung kegiatan barter hasil berburu dan hasil hutan antara suku Afrika dan
suku Negrito. Pada waktu itu, hubungan mereka terbatas hanya pada barter
barang-barang itu saja, kebudayaan masing-masing suku tidak berubah.
b. Penetration pacifique (pemasukan secara damai)
Salah satu bentuk penetration pacifique adalah hubungan perdagangan.
Hubungan perdagangan ini mempunyai akibat yang lebih jauh dibanding
hubungan symbiotic. Unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh pedagang
masuk ke kebudayaan penerima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan.
Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh para penyiar agama itu juga
dilakukan secara damai, tetapi hal itu dilakukan dengan sengaja, dan kadang-
kadang dengan paksa.

c. Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak damai)


Pemasukan secara tidak damai ini terjadi pada hubungan yang disebabkan
karena peperangan atau penaklukan. Penaklukan merupakan titik awal dari proses
masuknya kebudayaan asing ke suatu tempat. Proses selanjutnya adalah
penjajahan, di sinilah proses pemasukan unsur kebudayaan asing mulai berjalan.
Ada juga difusi yang disebut stimulus diffusion. Stimulus diffusion adalah proses
difusi yang terjadi melalui suatu rangkaian pertemuan antara suatu deret suku-
suku bangsa. Konsep stimulus diffusion juga kadang dipergunakan ketika ada
suatu unsur kebudayaan yang dibawa ke dalam kebudayaan lain, di mana unsur
itu mendorong (menstimulasi) terjadinya unsur-unsur kebudayaan yang dianggap
sebagai kebudayaan yang baru oleh warga penerima, walaupun gagasan awalnya
berasal dari kebudayaan asing tersebut.

3. Prosess Difusi
Proses difusi terbagi dua macam, yaitu:
a. Difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari
suatu lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima.
b. Difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah
dan berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup
kebudayaan penerima. Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk
difusi berangkai, jika unsur-unsur kebudayaan yang telah diterima oleh suatu
lingkup kebudayaan kemudian menyebar lagi pada lingkup-lingkup kebudayaan
lainnya secara berkesinambungan.
4. Contoh Difusi
Contoh difusi yang terjadi dalam masyarakat Indonesia adalah berbagai kata
yang ada dalam Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri
merupakan contoh hasil dari proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai
kata dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil serapan dari bahasa asing dan bahasa-
bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain
Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan
terjadinya difusi dalam struktur Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan
munculnya kosakata baru dalam Bahasa Indonesia terbagi dalam 2 proses, yaitu :
1. Difusi ekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang
mengubah Bahasa Indonesia ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi
ekstern ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia, yang memadukan
berbagai unsur bahasa asing sehingga menjelma menjadi 7 bentuk kata-kata
baru, seperti : gerilyawan, ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-
lain.
2. Difusi intern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia
dengan bahasa Jawa (seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau
dengan bahasa Sunda (kata-kata nyeri, pakan, tahap, langka) mengenai
penyerapan kosakata.

B. AKULTURASI
1. Pengertian Akulturasi
Akulturasi (acculturation atau culture contact) adalah proses sosial yang
timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan
unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-
unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Secara
singkat, akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk
kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.

2. Masalah yang Timbul Dalam Akulturasi


Dalam meneliti akulturasi, ada lima golongan masalah mengenai akulturasi,
yaitu :
1. Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan
melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
2. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan
unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima.
3. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah,
dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur
kebudayaan asing.
4. Masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan
individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan
asing.
5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul
sebagai akibat akulturasi.

3. Hal – Hal Penting Mengenai Akulturasi


Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan oleh para peneliti yang akan meneliti
akulturasi adalah :
1. keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan.
Bahan mengenai keadaan masyarakat penerima sebenarnya merupakan
bahan tentang sejarah dari masyarakat yang bersangkutan. Apabila ada sumber-
sumber tertulis, maka bahan itu dapat dikumpulkan dengan menggunakan metode
yang biasa dipakai oleh para ahli sejarah. Bila sumber tertulis tidak ada, peneliti
harus mengumpulkan bahan tentang keadaan masyarakat penerima yang kembali
sejauh mungkin dalam ruang waktu, misalnya dengan proses wawancara. Dengan
demikian, seorang peneliti dapat mengetahui keadaan kebudayaan masyarakat
penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan. Saat inilah yang disebut “titik
permulaan dari proses akulturasi” atau base line of acculturation.

2. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan


asing.
Individu-individu ini disebut juga agents of acculturation. Pekerjaan dan
latar belakang dari agents of acculturation inilah yang akan menentukan corak
kebudayaan dan unsur-unsur apa saja yang akan masuk ke dalam suatu daerah.
Hal ini terjadi karena dalam suatu masyarakat, apalagi jika masyarakat itu adalah
masyarakat yang luas dan kompleks, warga hanya mengetahui sebagian kecil dari
kebudayaannya saja, biasanya yang berkaitan dengan profesi dan latar belakang
warga tersebut.

3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke


dalam kebudayaan penerima.
Hal ini penting untuk mengetahui gambaran yang jelas dari suatu proses
akulturasi. Contohnya adalah apabila kita ingin mengetahui proses yang harus
dilalui oleh kebudayaan pusat untuk masuk ke dalam kebudayaan daerah, maka
saluran-salurannya adalah melalui sistem propaganda dari partai-partai politik,
pendidikan sekolah, garis hirarki pegawai pemerintah, dan lain-lain.

4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsure-unsur


kebudayaan asing tadi.
Kadang, unsur-unsur kebudayaan asing yang diterima tiap golongan-
golongan dalam masyarakat berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui bagian-bagian mana dari masyarakat penerima yang terkena
pengaruh unsurunsur kebudayaan asing tersebut.

5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing, Terbagi


menjadi 2 reaksi umum, yaitu reaksi “kolot” dan reaksi “progresif”. Reaksi
“kolot” adalah reaksi menolak unsur-unsur kebudayaan asing, yang pada akhirnya
akan menyebabkan pengunduran diri pihaknya dari kenyataan kehidupan
masyarakat, kembali ke kehidupan mereka yang sudah kuno. Reaksi “progresif”
adalah reaksi yang berlawanan dengan”kolot”, reaksi yang menerima unsur-unsur
kebudayaan asing.

4. Contoh Akulturasi
1. Seni Bangunan
Seni bangunan sebagai salah satu contoh akulurasi terlihat dari bangunan
candi. Ini sebagai wujud akulturasi antara budaya asli Indonesia dengan budaya
Hindu-Budha. Candi sendiri adalah bentuk perwujudan akulturasi yang terjadi
diantara Indonesia dengan India. Candi yang termasuk hasil bangunan pada zaman
megalitikum yaitu bangunan punden berundak. Bagian ini mendapat pengaruh
langsung dari budaya Hindu Budha. Contoh lainnya seperti yang bisa kalian lihat
pada candi Borobudur. Di candi ini memiliki berbagai macam barang yang dikubur
yang sering disebut dengan bekal kubur. Ini yang membuat candi tidak hanya
berfungsi sebagai makam saja tetapi juga sebagai rumah dewa. Sedangkan pada
candi Budha, malah dijadikan tempat pemujaan dewa, sehingga tidak akan kalian
temukan peti pripih maupun abu jenazah yang ditanam di sekitar candi atau
didalam bangunan stupa.

2. Seni Tarian
Selanjutnya adalah seni tarian, salah satunya adalah Tari Betawi. Orang
Betawi tersebar dan tinggal di berbagai daerah di Jakarta. Mulai tinggal di pesisir,
tengah kota bahkan ada yang bertempat tinggal di pinggir kota. Perbedaan tempat
tinggal inilah yang membuat perbedaan kebiasaan serta karakter yang
menyebabkan dampak negatif penyimpangan sosial. Tidak hanya itu saja, interaksi
dengan suku lain juga mempengaruhi ciri khas bagi orang Betawi. Tidak heran jika
tari yang diciptakan menjadi berbeda. Yang paling terasa adalah contoh akulturasi
budaya seni tari dianatar orang Betawi dengan negara Cina dimana mereka berhasil
menciptakan tari cokek, lenong, serta gambang kromong.

3. Seni Berpakaian
Selain seni tari, akulturasi juga bisa terjadi pada seni berpakaian. Seperti
Adat Betawi, orang Betawi biasanya mengenakan beberapa jenis pakaian. Tapi
yang paling sering dipakai yaitu pakaian adat dengan tutup kepala atau destar.
Serta baju jas yang menutup leher dengan bawahannya berupa celana panjang.
Untuk melengkapi pakaiannya, pria Betawi akan memakai selembar kain batik
yang dilingkarkan pada pinggang. Tidak ketinggalan disematkan sebilah belati
pada bagian depan perut.
Berbeda dengan para wanita yang menggunakan kebaya, selendang
panjang serta dilengkapi dengan penutup kepala dan juga kain batik. Untuk
pakaian pengantin, akan lebih terlihat hasil akulturasinya. Mengingat berbagai
kelompok etnislah yang membentuk adat masyarakat Betawi. Pakaian untuk
penganti pria biasanya terdiri dari sorban, lalu ada jubah panjang serta celana
panjang. Baju ini banyak dipengaruhi dengan budaya Arab. Berbeda dengan
pakaian pengantin wanita yang memakai syangko atau penutup muka. Dengan baju
model encim serta rok panjang, ini akan terlihat akulturasi dengan kebudayaan
Cina. Yang lebih unik lagi adalah terompah atau alas kaki untuk pengantin pria dan
wanita yang dipengaruhi kebudayaan Arab.

4. Adat Kebiasaan
Tidak hanya itu, adat kebiasaan juga ada yeng terkena contoh akulturasi
budaya. Seperti halnya membagi rezeki pada saat hari raya. Ini merupakan hasil
dari proses akulturasi dengan budaya Tionghoa serta Islam. Memberikan dengan
ketulusan hati adalah bagian terpenting saat menjalankan kewajiban menjadi
manusia. Bahkan lebih indah lagi kalau segala kebajikan yang kalian lakukan di
hari raya. Menjalankan tradisi ini menjadi bagian dari melakukan kebajikan.
Tradisi ini bahkan diwariskan leluhur serta terus berlangsung karena memilikig
nilai-nilai moral bertujuan baik. Salah satu yang menjadi tradisi pada saat Lebaran
yaitu berbagi rezeki.

5. Makam
Makam juga menjadi salah satu contoh dari proses akulturasi. Terlebih lagi
bagi para raja yang memiliki bentu seperti istana bahkan disamakan dengan
orangnya. Serta dilengkapi dengan keluarga, pembesar, bahkan pengiring terdekat.
Budaya asli Indonesia ini terlihat pada gugusan cungkup yang diberikan
berdasarkan hubungan keluarga. Pengaruh budaya Islam bisa kalian lihat pada
huruf serta bahasa Arab, seperti pada Makam Puteri Suwari di Leran, Gresik serta
pada Makam Sendang Dhuwur di atas bukit, Tuban.

6. Seni Rupa
Akulturasi pada bidang seni rupa juga bisa kalian lihat pada seni kaligrafi
maupun seni khot. Yang merupakan seni dari perpaduan seni lukis dengan seni
ukir. Yang biasanya memakai huruf Arab indah serta penulisan yang bersumber
kepada ayat-ayat suci pada Al Qur’an. Sedangkan fungsi seni kaligrafi yaitu buat
motif batik, serta hiasan pada masjid-masjid. Tidak ketinggalan keramik, keris,
nisan, bahkan hiasan pada mimbar serta masih banyak lagi.

7. Aksara dan sastra


Seni sastra yang ada Indonesia pada zaman Islam juga banyak terpengaruh
sastra Persia. Di Sumatra, contohnya mempunyai karya sastra berisikan pedoman-
pedoman hidup. Seperti cerita Amir Hamzah, Bayan Budiman serta 1001 Malam
yang terkenal itu. Hasil akulturasi pada seni sastra, diantara lain sebagai
berikut. Suluk merupakan kitab yang membentangkan serta menekankan pada
ajaran tasawuf, seperti Suluk Wujil, Suluk Sukarsa. Lalu ada Hikayat yang
merupakan saduran cerita wayang. Selanjutnya ada Babad, merupakan hikayat
yang berisikan sejarah. Seperti Babad Tanah Jawi yang berisikan sejarah Pulau
Jawa. Dan terakhir adanya Kitab-kitab lain yang berisikan ajaran moral serta
tuntunan hidup, misalkan Taj us Salatin.

8. Sistem Kalender
Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab telah ditetapkan kalender Islam
yang menggunakan perhitungan berdasar peredaran bulan yang lebih dikenal
dengan tahun Hijriah. Tahun 1 Hijrah (H) sama dengan tahun 622 M, sementara
pada saat yang sama di Indonesia juga sudah memakai perhitungan tahun Saka
(S) yang didasari dengan peredaran matahari. Tahun 1 Saka merupakan tahun
yang bertepatan dengan dengan tahun 78 M.

9. Seni Musik dan Tari


Akulturasi juga terjadi pada seni musik yang bisa kalian lihat pada musik
qasidah atau gamelan saat upacara Gerebeg Maulud. Untuk seni tari kalian bisa
melihatnya pada tari Seudati, dimana tarian ini diiringi sholawat nabi. Lalu ada
kesenian Debus yang biasanya diawali dengan pembacaan Al Qur’an serta
berkembang pesat di Banten, Aceh, dan Minangkabau.

10. Sistem pemerintahan


Pada zaman Hindu pusat kekuasaan adalah raja sehingga raja dianggap
sebagai titisan dewa. Oleh karena itu, muncul kultus “dewa raja”. Apa yang
dikatakan raja adalah benar. Demikian juga contoh perilaku anti sosial pada
zaman Islam, pola tersebut masih berlaku hanya dengan corak baru. Raja tetap
sebagai penguasa tunggal karena dianggap sebagai khalifah, segala perintahnya
harus dituruti.
11. Bahasa
Selain itu kalian bisa melihat permasalahan lingkungan hidup dalam
menyaksikan contoh akulturasi budaya bahasa, seperti pada penggunaan bahasa
sansekerta. Dimana masih bisa kalian temukan hingga sekarang yang mana
bahasa Sansekerta salah satu yang memperkaya perbendaharaan pada bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta bisa kalian temukan pada prasasti
seperti batu bertulis, yang merupakan peninggalan kerajaan Hindu dan Budha
pada abad 5 – 7 M, Sedangkan buat aksara bisa kalian lihat penggunaan huruf
Pallawa, dari huruf Pallawa inilah yang kemudian berkembang menjadi huruf
Jawa Kuno atau kawi serta huruf aksara pada Bali dan Bugis.

12. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan di Indonesia ternyata juga mengalami akulturasi. Hal
ini terjaadi sebelum agama Hindu-Budha berkembang ke Indonesia yaitu
kepercayaan berdasarkan Animisme serta Dinamisme. Dengan hadirnya agama
Hindu – Budha masuk ke dalam Indonesia, masyarakat Indonesia pun memutuskan
untuk mulai menganut serta mempercayai agama tersebut.
Tetapi, agama Hindu – Budha yang berkembang ternyata mengalami
akulturasi dari perpaduan kepercayaan Animisme dengan Dinamisme. Sehingga
agama Hindu serta Budha yang berkembang di Indonesia tidak sama dengan agama
Hindu dan Budha pada bangsa India.

13. Organisasi Sosial Kemasyarakatan


Wujud akulturasi juga ternyata sampai pada bidang organisasi sosial
kemasyarakatan. Yang bisa kalian lihat pada organisasi politik. Yaitu pada sistem
pemerintahan di Indonesia, setelah hadir serta pengaruh bangsa India. Dengan
pengaruh kebudayaan India inilah yang membuat sistem pemerintahan di Indonesia
pada awalnya bentuk kerajaan. Dimana kerajaan biasanya diperintah oleh seorang
raja dan juga turun temurun.

14. Peralatan Hidup


Yang terakhir mendapatkan akulturasi adalah peralatan hidup, peralatan
hidup sendiri terdiri dari rumah serta perabotan didalamnya. Dimana perabotan
serta bentuk rumah di Indonesia dihasilkan dari proses akulturasi Indonesia dengan
bangsa China. Yang mana kalian bisa menemukan berbagai macam porselen mulai
dari peralatan makan hingga guci.

C. ASIMILASI
1. Pengertian Asimilasi
Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada
golongangolongan manusia dengan latar belakangan kebudayaan yang berbeda-
beda yang saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama,
sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing
berubah sifatnya yang khas, dan unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi
unsurunsur kebudayaan campuran. Secara singkat, asimilasi adalah bercampurnya
dua kebudayaan atau lebih sehingga membentuk kebudayaan baru.

2. Golongan yang Mengalami Proses Asimilasi


Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi adalah golongan
mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, kebudayaan
minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dengan
tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas; sehingga lambat laun
kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk
ke dalam kebudayaan mayoritas.

3. Faktor-faktor yang Menghambat Terjadinya Asimilasi


Asimilasi ini umumnya dapat terjadi apabila ada rasa toleransi dan simpati
dari individu-individu dalam suatu kebudayaan kepada kebudayaan lain . Sikap
toleransi dan simpati pada kebudayaan ini dapat terhalang oleh beberapa faktor,
yaitu :
a. Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi
b. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain
c. Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap
yang lain.

4. Contoh Asimilasi
1. Musik dangdut yang merupakan hasil asimilasi dari musik tradisional daerah
dengan musik India.
2. Cara pernikahan di banyak agama juga merupakan hasil asimilasi dari praktik
agama yang dianut dan budaya tradisional setempat.
3. Bahasa Swiss-Jerman yang merupakan hasil asimilasi antara bahasa Swiss dan
bahasa Jerman, namun sangat berbeda dengan bahasa Swiss dan bahasa
Jerman.
4. Budaya Hindu di Bali merupakan hasil asimilasi antara kepercayaan animisme
tradisional Bali dengan agama Hindu yang dibawa dari pulau Jawa yang
berasal dari India. Hasilnya menjadi agama Hindu Dharma yang sangat
berbeda dengan praktik Hindu di India dan kepercayaan masa lalu rakyat Bali.

D. INOVASI
1. Pengertian Inovasi
a. Adalah proses sosial budaya yang menerima unsur-unsur kebudayaan baru
dan mengesampingkan cara-cara lama yang telah melembaga.
b. Proses penyesuaian dari penemuan baru dengan kebutuhan masyarakat
melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.
Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap
kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang
sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi
berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk
inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang
memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang
inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi
merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam
dunia yang terbuka dewasa ini.
Inovasi kebudayaan di dalam bidang teknologi dewasa ini begitu cepat
dan begitu tersebar luas sehingga merupakan motor dari lahirnya suatu
masyarakat dunia yang bersatu. Di dalam kebudayaan modern pada abad
teknologi dan informasi dalam millennium ketiga, kemampuan untuk inovasi
merupakan ciri dari manusia yang dapat survive dan dapat bersaing. Persaingan di
dalam dunia modern telah merupakan suatu tuntutan oleh karena kita tidak
mengenal lagi batas-batas negara. Perdagangan bebas, dunia yang terbuka tanpa-
batas, teknologi komunikasi yang menyatukan, kehidupan cyber yang menisbikan
waktu dan ruang, menuntut manusia-manusia inovatif. Dengan sendirinya wajah
kebudayaan dunia masa depan akan lain sifatnya. Betapa besar peranan inovasi di
dalam dunia modern, menuntut peran dan fungsi pendidikan yang luar biasa
untuk melahirkan manusia-manusia yang inovatif. Dengan kata lain, pendidikan
yang tidak inovatif, yang mematikan kreativitas generasi muda, berarti tidak
memungkinkan suatu bangsa untuk bersaing dan hidup di dalam masyarakat
modern yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan akan menempati
peranan sentral di dalam lahirnya suatu kebudayaan dunia yang baru.

2. Contoh Inovasi
1. Pakaian
Perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu semua
masyarakat menggunakan pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan
kemajuan dari perkembangan masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit
anggota masyarakat mulai meninggalkan pakaian adatnya dan menggunakan
pakaian yang menjadi trend di daerah itu. Seperti contoh, sekarang adalah
jamannya demam Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan
menggunakan pakaian yang biasa digunakan orang Korea. Namun, masyarakat
tetap tidak meninggalkan pakaian adat mereka dan tetap menggunakannya dalam
acara tertentu. Seperti pakaian adat Bali yang digunakan setiap kali mereka
sembahyang di pura.

2. Model Rambut
Model rambut juga banyak berubah. Bahkan masyarakat cenderung
merasa harus mengikuti trend tersebut jika tidak mau dikatakan ‘jadul’ atau
‘culun’. Pengaruh terbesar adalah model rambut ‘punk’ yang membuat banyak
remaja mengikuti model rambut dan gaya hidup orang dengan model rambut
tersebut.

3. Kesenian
Kesenian bisa saja berubah atau tergantikan seiring perkembangan zaman.
Saat ini, banyak kesenian di Indonesia yang mulai punah karena anak bangsa
tidak suka dengan kesenian tersebut. Bahkan mereka lebih suka mempelajari
kesenian asing dengan alasan trendy. Namun, masih banyak kesenian populer
Indonesia yang masih bisa bertahan sampai sekarang.
4. Bahasa Daerah
Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Namun, banyak juga
bahasa yang mulai punah. Itu mungkin disebabkan karena mereka lebih berminat
untuk menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dibandingkan bahasa
daerahnya sendiri. Itu mungkin karena bahasa tersebut jangkauan komunikasinya
lebih luas dibandingkan bahasa daerahnya yang cenderung hanya dimengerti oleh
anggota masyarakat di daerah tersebut.

5. Masuknya Budaya Barat


Budaya di Indonesia telah banyak tercampur dengan budaya asing. Itu
mungkin disebakan karena kebudayaan itu lebih menyenangkan dibandingkan
budayanya sendiri. Seperti budaya hari Valentine dan pesta ulang tahun.
Sebenarnya budaya asli Indonesia telah memiliki budaya yang mirip dengan
budaya tadi. Namun, budaya tersebut terkadang dianggap kurang meriah. Contoh
perubahan besar lainnya adalah penggunaan komputer dan alat-
alatteknologi sebagai pengganti buku untuk mencari tugas. Hal itu disebabkan
oleh kemudahan menggunakan alat-alat teknologi tersebut.

6. Cara Berkomunikasi
Perubahan pada cara berkomunikasi bisa terjadi. Beberapa tahun lalu kita
masih menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh dan sekarang, dengan
menggunakan jejaring sosial atau alat komunikasi, seseorang bisa berkomunikasi
dengan cepat dan praktis.

Anda mungkin juga menyukai