Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN SEMINAR KASUS

KEPERAWATAN JIWA
RESIKO BUNUH DIRI

Makalah
Disusun untuk memenuhi seminar kasus Praktik Keperawatan Jiwa
Dibimbing oleh:
Ibu Kawit Andaryaniwati, SST dan Ibu Faridah Halis, S. Kep, Ns, M. Kes.

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Putri Ayu Amalia 1601100058
Sukma Nur Sakinah 1601100059
Yenni Rosa Damayanti 1601100062
Tri Wulan Wardianti 1601100069
Tesalonika Crossesa L C 1601100080
Roy Purwyangga Saputra 1601100087

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG
Agustus 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Nya
lah kami dapat menyelesaikan tugas kelompok kami yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Nn “K” Dengan Resiko Bunuh Diri Di Ruang Dahlia
Rumah Sakit Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang” telah selesai tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah asuhan keperawatan ini, kami banyak mendapat
bimbingan dan batuan dari Clinical Institusi Ruang Bekisar dan petugas ruangan yang
membantu dalam pengkajian dan kelengkapan data pasien oleh karena itu kami
mengucapkan banyak terima kasih juga kepada :
1. Dyah Widodo., S.Kp., M.Kes. selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
2. Eddi Sudjarwo, S.Kp., M.Kep, selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
3. Dr. Faridah Halis, S.Kep., Ns, M.Kes, selaku Penaggung Jawab Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa dan dosen pembimbing kelompok
4. Ibu Kawit Andaryaniwati, SST, selaku Kepala Ruang Dahlia
Karena keterbatasan kami asuhan keperawatan jiwa ini masih sangat sederhana.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan masukan yang membangun untuk
perbaikan asuhan keperawatan jiwa yang kami susun. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.

i
LEMBAR PENGESAHAN

.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.....................................................................................................................

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA INI TELAH

DISETUJUI

Lawang................................

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Ruang......................

(.........................................................) (.........................................................)

NIP. NIP.

Mengetahui

Kepala Ruang

(.......................................................)

NIP.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... .2
1.3 Tujuan..............................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Resiko Bunuh Diri .................................................. 4
2.2 Rentang Respon .............................................................................. 6
2.3 Faktor Predisposisi ........................................................................ 7
2.4 Faktor Precipitasi ............................................................................ 8
2.5 Mekanisme Koping......................................................................... 8
2.6 Faktor-faktor Resiko Bunuh Diri .................................................... 9
2.7 Jenis Bunuh Diri ........................................................................... 10
BAB III STUDI KASUS
3.1 Studi Kasus ................................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan .................................................................................. 51
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 53
5.2 Saran ............................................................................................. 53
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................ 54

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini bunuh diri merupakan masalah kesehatan masyarakat di banyak
negara, baik negara maju maupun negara berpendapatan menengah dan
rendah. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada
dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara
berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh diri (Yosep, 2010).
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015,
di banyak negara, bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor dua pada
penduduk berusia 15-29 tahun. Setiap tahun terdapat 800.000 orang mati
karena bunuh diri. WHO juga mencatat, setiap 40 detik satu orang di dunia
meninggal karena bunuh diri dengan rasio 11,4 per 100.000 populasi
(Kompas, 2015).
Di Indonesia tahun 2012, angka bunuh diri mencapai 4,3 per 100.000
populasi. Pada tahun 2012, Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat
ada 981 kasus meninggal karena bunuh diri. Jumlah ini sedikit menurun jadi
921 kasus di tahun 2013 dengan rasio 0,4-0,5 kasus per 100.000 populasi
(Kompas, 2015).
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia
remaja dan dewasa muda (15–24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan
melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak
dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri pada kalangan
perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum lelaki
lebih letal atau mematikan seperti menggantung diri (Dalami, 2009).
Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri
adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alkohol, orang-
orang yang berpisah atau bercerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang
yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumuh dan

1
miskin, kelompok professional tertentu, seperti dokter, pengacara, dan
psikolog (Sujono dan Teguh, 2010).
Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim
kesehatan diantaranya adalah: pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa
mematikan dalam setting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor–
faktor yang berhubungan dengan staf antara lain:kurang adekuatnya
pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah,
kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang
pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu
selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap
perubahan pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat, hubungan saling
percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap cues
perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal
yang penting dalam menurunkan angka suicide dirumah sakit (Jenny, dkk,
2010).
Perawat atau tenaga kesehatan lain hendaknya memberi saran, motivasi
bahkan mencegah terjadinya bunuh diri pada klien sehingga klien dapat
menyalurkan kemarahannya pada tempat dan situasi yang benar dan positif
sehingga tidak membahayakan pasien sendiri. Perawat juga bisa memberikan
aktifitas ataupun kegiatan yang dapat mengurangi dari tingkat depresi dan
resiko bunuh diri klien sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Oleh sebab itulah peran dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat
berpengaruh pada timbulnya resiko bunuh diri yang dilakukan oleh klien
(Yosep, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar bunuh diri?


2. Bagaimana rentang respon bunuh diri?
3. Bagaimana faktor predisposisi dan presipitasi pada risiko bunuh
diri?
4. Bagaiamana mekanisme koping pada bunuh diri?
5. Bagaimana faktor-faktor risiko bunuh diri?

2
6. Apa saja jenis-jenis bunuh diri?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko bunuh
diri?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui konsep atau teoritis dari resiko bunuh


diri.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui defenisi bunuh diri.

b. Mengetahui etiologi bunuh diri .

c. Mengetahui manifestasi klinis klien resiko bunuh diri.

d. Mengetahui jenis-jenis prilaku bunuh diri.

e. Mengetahui proses terjadinya masalah resiko bunuh diri.

f. Mengetahui asuhan keperawatan klien resiko bunuh diri.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bunuh Diri


1. Pengertian
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian (Gail W. Stuart, 2006). Bunuh diri adalah
pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Isaacs, Ann, 2005). Bunuh
diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai
gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (Harold Kaplan, 2004).
Perilaku bunuh diri meliputu isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau mernyakiti diri
sendiri (Yosep, Iyus. 2009).
2. Tanda dan Gejala
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
Petunjuk psikiatrik :
a. Upaya bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
Riwayat psikososial:
a. Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
Faktor-faktor kepribadian :

4
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisocial (Rastirainia, 2009)
3. Tingkatan
Menurut Tri Aan (2009), perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a) Suicidal ideation.
Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau
sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak
ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien
pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b) Suicidal intent.
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan
yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
c) Suicidal threat.
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan
dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
d) Suicidal gesture.
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh
diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak
mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh
darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami
ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati.
Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan,
dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di
namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan
stress yang tidak mampu di selesaikan.

5
e) Suicidal attempt.
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi
individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan. Walaupun demikian banyak individu masih
mengalami ambivalen akan kehidupannya.

f) Suicide.
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang
yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk
mengatasi kesedihan yang mendalam.
4. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori:
a) Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak
mendapat respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
b) Upaya bunuh diri: semua tindakan yang dilakukan individu terhadap
diri sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c) Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan,
orang yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin
mati mungkin akan mati.

2.2 Rentang Respon ( Menurut Yosep 2009)

Respon Adatif ResponMaladaptif

Peningkatkan Berisiko destruktif Destruktif diri


Pencederaan Bunuh Diri tidak langsung Diri Diri

6
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanisme adatif pada diri seseorang.

1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan


diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertolongan diri.
Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang
berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalakan diri sendri terhadap situasi
yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa
patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap
pimpimnan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat atau maladaptive terhadap situasi yang membutuhkan dirinya
untuk mempertahankan diri. misalnya, karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri. Seorang melakukan percobaan bunuh diri tau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan tindakan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

2.3 Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunuh diri antara lain:

1. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Lingkungan psikososial

7
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
4. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.

2.4 Faktor Presipitasi


Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan
bunuh diri adalah:
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

2.5 Mekanisme Koping

A. Mood/affek: Depresi yang persisten, merasa hopelessness, helplessness,


isolation, sedih, merasa jauh dari orang lain, afek datar, sering mendengar
atau melihat bunyi yang sedih dan unhappy, membenci diri sendiri, merasa
dihina, sering menampilkan sesuatu yang tidak adekuat di sekolah,
mengharapkan untuk dihukum.
B. Perilaku/behavior: Perubahan pada penampilan fisik, kehilangan fungsi,
tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan, gangguan tidur,
sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit, perilaku antisocial : menolak
untuk minum, menggunakan obat-obatan, berkelahi, lari dari rumah.

8
C. Sekolah dan hubungan interpersonal: Menolak untuk ke sekolah, bolos
dari sekolah, sosial teman-temannya, kegiatan-kegiatan sekolah dan hanya
interest pada hal – hal yang menyenangkan, kekurangan system
pendukung sosial yang efektif.
D. Keterampilan koping: Kehilangan batas realita, menarik dan
mengisolasikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri
sebagai orang yang secara total tidak berdaya.

2.6 Faktor – faktor Risiko Bunuh Diri

A. Perilaku
1. Membeli senjata.
2. Mengubah surat wasiat.
3. Membuat surat wasiat.
4. Perubahan sikap yang nyata.
5. Membeli obat dalam jumlah yang banyak.
B. Fisik
1. Nyeri kronik.
2. penyakit fisik.
3. penyakit terminal.
C. Psikologis
1. Penganiayaan masa kanak-kanak.
2. Riwayat bunuh diri dari keluarga.
3. Rasa bersalah.
4. Remaja homoseksual.
D. Situasional
1. Remaja yang tinggal ditatanan nontradisional.
2. Ketidakstabilan ekonomi.
3. Kehilangan kebebasan.
4. Pension.
E. Sosial
1. Gangguan kehidupan keluarga.
2. Kesepian.

9
3. Kehilangan hubungan yang penting.
4. Putus asa.
F. Verbal
1. Menyatakan keinginan untuk mati.
2. Mengancam bunuh diri.

2.7 Jenis Bunuh Diri


a. Bunuh diri egoistik (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu
seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalanintergrasi dalam keluarga
dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentang untuk
melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang
menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antar individu
dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma
kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat
atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada
pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.

A. Pengkajian

1. Identitas Klien: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status


perkawinan, agama, tanggal MRS (Masuk Rumah Sakit), informan,
tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan Utama: Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan
klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai

10
3. Faktor predisposisi: Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien
pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin


mengakibatkan terjadinya gangguan :
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4) Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5) Aspek Psikososial
a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1. Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai.
2. Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
3. Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.

11
4. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
5. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
6) Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung.
7) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
8) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

12
Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan ( pada diri sendiri,


orang lain, lingkungan dan verbal)
Effect

Resiko Bunuh Diri


Core Problem

Harga Diri Rendah Kronik


Causa

B. DIAGNOSA
1. Risiko Bunuh Diri.
2. Harga diri rendah kronik
3. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal.

13
Tgl No Diagnosa Perencanaan intervensi
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria
Evaluasi

1 Risiko 1.klien dapat 1. Menjawab 1.1 Kenalkan diri pada klien


bunuh diri membina salam
1.2 Tanggapi perbicaraan
hubungan saling
2.Kontak klien dengan sabar dan tidak
percaya
mata menyangkal

3.Menerima 1.3 Bicara tega,sjelas,jujur


perawat
1.4 Bersifat hargai dan
4.Berjabat bersahabat
tangan
1.5 Temani klien saat
keinginan menciderai diri
meningkat

1.6 Jauhkan klien dari benda


benda yang
membahayakan(seperti
pisau,silet,gunting,tali kaca,dll

2.Klien dapat 1.Menceritak 2.1 Dengarkan keluhan yang


mengekspresikan an klien rasakan
perasaannya penderitaan
2.2 Bersikap empati untuk
secara
meningkatkan ungkapan
terbuka dan
keraguan,ketakutan dan
konstruktif
keprihatinan.
dengan orang
lain. 2.3 Beri dorongan pada klien
untuk mengungkapkan
mengapa dan bagaimana

14
harapan karena harapan adalah
hal yang penting dalam
kehidupan

2.4 Beri klien waktu dan


kesempatan untuk
menceritakan arti penderitaan
kematian dan sekarat

2.5 Beri dorongan pada klien


untuk mengekspresikan
tentang mengapa harapan tidak
pasi dan dalam hal-hal dimana
harapan mempunyai
kegagalan.

15
3. Klien dapat 1. 3.1 Bantu klien untuk
mengeskspresikan Mengenang memahami bahwa ia dapat
perasaannya dan meninjau mengatasi aspek-aspek
kembali keputusasaan dan memisahkan
kehidupan dari aspek harapan.
secara positif
3.2 Kaji dan kerahkan sumber-
2.Mempertim sumber internal
bangkan individu(outonomi,mandiri,ras
nilai-nilai dan ional pemikiran
arti kognitif,fleksibilitas dan
kehidupan. spiritualitas.

3.3 Bantu klien


mengidentifikasi sumber-
3.Mengekspr
sumber harapan
esikan
(missal:hubungan antar
perasaan-
sesame,keyakinan,hak-hak
perasaan
untuk diselesaikan).
yang optimis
tentang yang 3.4 Bantu klien
ada. mengembangkan tujuan-tujuan
realitas jangka panjang dan
jangka pendek(beralih dari
yang sederhana ke yang lebih
kompleks,dapat menggunakan
suatu poster tujuan untuk
menandakan jenis dan waktu
untuk mencapai tujuan-tujuan
spesifik

16
4.Klien 1.Mengekspr 4.1 Ajarkan klien untuk
mengunakan esikan mengantisipasi pengalaman
dukungan sosial perasaan yang dia senang melakukan
tentang setiap
hubungan hari(missal:berjalan,membaca
yang positif buku favorit dan menulis surat.
dengan orang
4.2 Bantu klien untuk
terdekat.
mengenali hal-hal yang
2.Mengekspr dicintai,yang ia sayangi dan
esikan pentingnya terhadap
percaya diri kehidupan orang lain
dengan hasil disamping tentang kegagalan
yang di dalam kesehatan
inginkan.
4.3 Beri dorongan pada klien
3.Mengekspr untuk berbagi keprihatian pada
esikan orang lain yang mempunyai
percaya diri masalah dan atau penyakit
dengan diri yang sama dan telah
dan orang mempunyai pengalaman
lain. positif dalam mengatasi
tersebut dengan koping yang
4.Menetapka
efektif.
n tujuan-
tujuan yang
realistis.

17
5.Klien 1. Sumb 5.1 kaji dan kerahkan sumber-
menggunakan er sumber eksternal
daukungan sosial tersed individu(orang terdekat,tim
ia(kel pelayanan
uarga, kesehatan,kelompok
lingku pendukung,agama yang
ngan dianutnya)
dan
5.2 kaji system pendukung
masya
keyakinan (nialai,pengalaman
rakat).
masa lalu,aktifitas
2. Keya
keagamaan,kepercayaan
kinan
agama).lakukan rujukan
makin
selesai indikasi
menin
(missal:konseling dan pemuka
gkat
agama).

18
BAB III

STUDI KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 28 Juli 2018

Tanggal dirawat di ruangan : 30 Juli 2018

Tanggal Pengkajian : 31 Juli 2018

Ruang Rawat : Ruang Dahlia

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn. K
Umur : 20 tahun
Alamat : Ponorogo
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : belum menikah
Pekerjaan : tidak bekerja
Jenis Kelamin : perempuan
No RM : 1204xx

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Px mengatakan dibawah ke RS karena membanting piring
b. Data Sekunder
Keluarga px mengatakan, px kambuh dan dirawat lagi di RS karena marah-marah tanpa
sebab, membanting piring, bicara sendiri, tertawa sendiri, melukai diri sendiri.

19
c. Keluhan Utama
Px mengatakan sering melukai diri sendiri mencakar pipinya dan mengunyah batu
kerikil.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)


Keluaraga px mengatakan, px dirawat lagi d RSJ pada tgl 28 juli 2018. Karena marah-
marah tanpa sebab, membanting pring, berbicara sendiri, tertawa sendiri, menjambak
rambutnya sendiri, mencakar mukanya, menusuk-nusukkan bulpoin ke wajahnya dan juga
kelehernya, sebelumnya pasien pernah dibawa ke RSJ pada bulan April 2017. Klien tidak
pernah mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk bunuh diri.

IV. RIWAYAT PENYKIT DAHULU


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
√ Ya
Penjelasan :
Keluarga px mengatakan sudah berulang kali masuk RSJ sekitar bulan April tahun
2017. awal mulanya px sering marah-marah sendiri, tertawa sendiri hingga melukai
diri sendiri. Pengobanatan yang dilakukan, keluarga pasien langsung membawa pasien
ke RSJ.

2. Faktor penyebab atau pendukung


a. Riwayat trauma
Px pernah mengalami aniaya fisik pada usia 16 tahun , sebagai korban dan
pelakunya adalah teman px sendiri.
Penjelasan :
Px mengatakan pernah dilukai oleh sahabatnya, wajah px dilukai dengan bulpoin.

Diagnosa Keperawatan : Respon Pasca Trauma


b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
Penjelasan :
Px mengatakan pernah melakukan upaya bunuh diri bulan Juli 2018 dengan cara
menggoreskan serpihan kaca ke lehernya, penyebabnya bertengkar dengan
sahabatnya karena sahabatnya menikah dengan sahabatnya.

20
Px mengatakan bertengkar dengan sahabatnya kemudian tidak ada yang berpihak
dengannya, merasa dirinya tidak ada yang menyukai.
Px mengatakan pernah melakukan upaya bunuh diri satu kali.
Skala SIERS : 4 (Percobaan Bunuh Diri).
Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,
perpisahan)
Penjelasan :
Px memgatakan mempunyai masalah dengan sahabatnya karena sahabatnya
pernah melukai dirinya dan mengancam akan disiksa sampai mati.
Diagnosa Keperawatan : Respon Pasca Trauma
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
√ Tidak
Penjelasan :
Px mengatakan , tidak pernah mengalami penyakit fisik, tidak pernah mengalami
tindak kekerasan dalam rumah tangga.
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Px megatakan tidak pernah menggunakan napza selama ini.

3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya


Penjelasan :
Px mengatakan sudah pernah dirawat di RSJ lawang sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga yang gangguan jiwa
√ Tidak ada

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram: Genogram terlampir dibawah.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Pasien mengatakan menyukai semua bagian dari tubuhnya, tidak ada bagian yang
tidak disukai.
b. Identitas:

21
Pasien mengatakan senang menjadi seorang perempuan, pasien menyebutkan
bahwa namanya adalah “K” berumur 20 tahun, dan klien adalah seorang wanita.
c. Peran:
Selama dirumah pasien mengatakan tidak bekerja, pasien berperan sebagai anak,
dan hanya diam saja dirumah. Sedangkan selama di RSJ ini pasien mengatakan
sering membantu bersih-bersih, mencuci piring, menyapu, mengepel lantai, di
rumah sakit klien berperan sebagai seorang pasien.
d. Ideal Diri:
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bertemu dengan ibunya, dan berharap
lingkungan mau merima dirinya setelah keluar dari RSJ.
e. Harga Diri:
Pasien mengatakan malu saat bertemu keluarga, teman, dan sahabat dengan
kondisinya sekarang.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan dirumah paling dekat dengan ibunya, selama di RSJ pasien
mengatakan tidak dekat dengan siapa-siapa.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien mengatakan dirumah banyak diam dan tidak ikut kegiatan masyarakat,
dirumah sakit pasien mangatakan sering membantu bersih-bersih mencuci piring,
menyapu, dan mengepel.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak mengenal orang-orang di RSJ, pasien lebih suka diam dan
termenung sendiri.
Diagnosa Keperawatan: Hambatan Interaksi Sosial
4. Spiritual
a. Agama
Pasien mengatakan pasien beragama islam, dirumah kadang Shalat kadang tidak,
dirumah sakit pasien tidak pernah melakukan Shalat.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien mengatakan tidak tau mengenai gangguan jiwa, pasien mengatakan bahwa
penyakitnya adalah karena dikirim oleh temannya.
Diagnosa Keperawatan: Distress Spiritual

22
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, penampilan: acak-acakan, kontak mata
kurang, mudah beralih, terlihat ada bekas luka pada leher dengan panjang sekitar 2 cm
dan bekas luka pada pipinya, kondisi luka sudah membaik dan kering.
2. Kesadaran (kuantitas)
Compos mnetis (4,5,6)
3. Tanda vital:
TD: 110/70 mmHg
N: 80 x/menit
S: 36°C
P: 18 x/menit
4. Ukur:
BB: 42 Kg
TB: 150 Cm
5. Keluhan fisik:
Pasien mengatakan tidak ada yang dikeluhkan tentang fisiknya.

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
Penjelasan :
Penampilan px acak-acakan, rambut tidak tertata rapi, tampak ada kutu di
rambutnya, gigi px tampak kotor.
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan (frekuensi, volume, jumlah, karakter)
Penjelasan :
Pada saat pengkajian dimulai, saat px di ajak bicara px sulit untuk memulai
pembicaraan, frekuensi bicara lambat, volume bicara px lambat, karakter
pembicaraan sesuai.
3. Aktivitasmotorik/Psikomotor :
Penjelasan : Px lebih sering menyendiri, jarang melakukan aktivitas, tapi
terkadang pasien terlihat menjambak rambutnya sendiri, mencakar pipinya, dan
mengunyah batu, dan pernh hampir mencelakai perawat ruangan.

23
Diagnosa: Resiko Perilaku Kekerasan
4. Mood dan Afek :
a. Mood : Depresi
Penjelasan :
Klien tampak sering menyendiri dan kurang berinteraksi dengan lingkungan.
b. Afek : tidak sesuai
Penjelasan :
Ketika px ditanya pengalaman yang menyenangkan dan, menyedihkan raut
muka px tampak tenang dan tidak ada respon.
Diagnosa Keperawatan : Perubahan Proses Pikir

5. Interaksi Selama Wawancara :


Kontak mata kurang
Penjelasan :
Pada saat pengkajian px tidak kooperatif, kontak mata kurang, mudah beralih,
bicara sangat pelan dan lambat untuk menjawab ketika di tanya.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi : tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
Penjelasan:
pasien tidak mengalami gangguan persepsi sensorik : halusinasi

7. Proses Pikir
a. Arus Pikir: inkoheren
Penjelasan : px mengatakan bahwa luka baru yang terdapat di tangannya
disebabkan oleh plastik kue.
b. Isi Pikir : pikiran bunuh diri , pikiran rendah diri
Penjelasan :
 Pasien mengatakan sering melukai dirinya sendiri.
 Pasien mengatakan dirinya tidak berguna.

c. Bentuk Pikir :

24
Non Realistik
Penjelasan :
Pasien mengatakan bahwa sahabat yang melukai dirinya tidak akan dapat
masuk surga.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir

8. Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
Penjelasan :
 Waktu :
px tidak mengetahui bahwa sekarang jam 10.00 , tetapi px tau jika saat ini
pagi hari.
 Tempat :
px mengetahui bahwa sekarang berada di ruangan dahlia.
 Orang :
Px mampu mengenali dan mengingat nama mahasiswa yang mengkajinya.

 Kesadaran Menurun :
√ Kesadaran Berubah
Penjelasan :
Karena pada saat diajak berbicara antara pertanyaan dan jawaban pasien
tidak relevan.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal

9. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang ( >1 bulan)
Penjelasan :
Px mengatakan lupa dengan tanggal lahir dan umurnya.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir.

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Konsentrasi :
Tidak mampu berkonsentrasi

25
Penjelasan :
Px tidak mampu menjawab pertanyaan jika hanya ditanya sekali, perlu ditanyakan 2
sampai 3 kali baru pasien bisa menjawab.
b. Berhitung
Penjelasan :
Px mampu berhitung, terbukti ketika perawat menanyakan 20 – 7 pasien mampu
menjawab 13.
11. Kemampuan Penilaian
√ Gangguan Bermakna
Penjelasan :
Px mengatakan dirinya sakit, tapi tidak tau sakit apa dan tidak membutuhkan
pengobatan.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir

12. Daya Tilik Diri


√ Menerima penyakit yang di derita
Penjelasan :
Px mengatakan, bahwa px dalam keadaan sakit tapi tidak mengetahui penyakit apa
yang dideritanya
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memnuhi kebutuhan
Penjelasan :
Px mengatakan setelah pulang akan tinggal bersama orangtuanya.

2. Kegiatan hidup sehari-hari

A Perawatan diri

1). Mandi

Penjelasan :

DS : Pasien mampu mandi 2x/hari dan px mandi sendiri . px mandi dengan sabun
dan keramas minimal 2x/minggu.

26
DO : px mampu mandi sendiri, pasien mau keramas saat mandi

2). Berpakaian, berhias dan berdandan

Penjelasan :

Px mengatakan dapat berpakaian sendiri, mampu menyisir sendiri.

3). Makan

Penjelasan :

DS : px mengatakan dapat makan sendiri dan mencuci piring sendiri

DO : px mampu makan sendiri, sebelum makan tidak mencuci tangan, makan


tidak berceceran, mau mencuci piring sendiri

4). Toileting (BAK,BAB)

Penjelasan :

DS : px mengatakan melakukan BAB dan BAK sendiri ditempatnya.

DO : px BAB dan BAK sendiri ditempatnya

B. Nutrisi

* Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari

Penjelasan :

Px mengatakan makan sebanyak 3x sehari

*Bagaimana nafsu makannya

Penjelasan :

Nafsu makan px baik, lahap, 1 piring habis

*Bagaimna berat badannya

Penjelasan :

Berat badan px stabil

C. Tidur
1). Istirahat dan tidur

27
Tidur siang, lama : 14.00 s/d 16.00
Tidur malam, lama : 17.00 s/d 04.30
Aktivitas sebelum/sesudah tidur : membantu bersih-bersih, membantu menata
tempat tidur
Penjelasan :
Px mengatakan bisa tidur dengan pulas, tidak ada masalah dengan tidurnya.
2). Gangguan tidur
Penjelasan :
Px mengatakan tidak ada masalah selama tidur, tidur dengan pulas dan nyenyak.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
3. Kemampuan lain-lain
 Mengatasi kebutuhan hidup
Px bisa memenuhi kebutuhan hidup walaupun didapat dari orang tuanya karena px
tidak bekerja.
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Px mengatakan membutuhkan bantuan untuk mengambil keputusan
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatan sendiri
Px membutuhkan bantuan dalam penggunaan obat dan pemeriksaan kesehatannya.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

4. Sistem Pendukung
Keluarga √ Tidak
Terapis √ Tidak
Teman sejawat √ Tidak
Kelompok sosial √ Tidak
Penjelasan : tidak ada
Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

IX. MEKANISME KOPING


Pasien mengatakan sering diam jika ada masalah, kadang juga marah-marah jika ada
masalah.

28
Diagnosa keperawatan : Koping Individu Inefektif

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


- Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Penjelasan: Pasien mengatakan ada masalahnya dengan sahabatnya.
- Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Penjelasan: Pasien didukung oleh ibu kandungnya
- Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Penjelasan: Pasien mengatakan tidak mempunyai pekerjaan
- Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Penjelasan: Pasien mengatakan tinggal serumah dengan orangtuanya
- Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Penjelasan: Pasien mengatakan tidak punya uang
- Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Penjelasan: Pasien tidak ada masalah dalam pelayanan kesehatan
- Masalah lainnya, spesifiknya
Penjelasan: Tidak ada
Diagnosa keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang
suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa, perawatan
dan penatalaksanaannya faktor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-obatan atau
lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya
masalah tsb
- Penyakit/gangguan jiwa
- Sistem pendukung
- Faktor presipitasi
- Penatalaksanaan
- Lain-lain, jelaskan
Penjelasan: pasien tidak mengetahui tentang penyakit yang dialaminya

29
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F25.1 Schizoaffective disorder, depresive type.
Axis II : Tidak Terkaji.
Axis III : Tidak Terkaji.
Axis IV : Masalah dengan primary support sroup (keluarga)
Axis V : Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
berfungsi hampir semua bidang.
2. Terapi Medis
 Respiredone 2mg 1-0-1
 Clozapin 25mg 1-0-1
 Seraquel 400mg 0-0-1
 Noprez 20mg ½-0-0
 Depakot 20mg 1-0-1
 Profolat 0,4mg 0-1-0
 Miniaspi 80mg 1-0-1
 Vit. B12 50mg 1-0-0

1. Genogram :

Keterangan:
: Laki- laki : Tinggal Bersama
: Perempuan : Pasien
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan

30
Penjelasan:
Klien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Orang tua klien masih lengkap dan tidak
bercerai. Klien tinggal bersama dengan orangtuanya. Klien mengatakan orang yang paling
dekat dengan klien yaitu ibunya, yang mengambil keputusan dalam keluarga adalah bapak,
karena setiap klien mengalami masalah ibu klien yang selalu membantu mengatasi masalah.
Tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa dikeluarganya. Setiap terjadi masalah klien
bercerita dengan ibunya.
Untuk Genogram seharusnya mengunakan tiga generasi, namun pada pasien data tidak
terkaji.

XIII. ANALISA DATA

DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN

1 DS :
Px mengatakan ssering melukai diri sendiri

DO : RESIKO BUNUH DIRI


Px tampak menjambak rambutnya, px tampak
mencakar wajahnya, menyendiri, wajah klien
tampak luka-luka
2 DS :
Px mengatakn pernah melukai orang lain
RESIKO PERILAKU
KEKERASAN
DO :
Pandangan px tajam , mata melotot
3 DS :
- Px mengatakan suka menyendiri
- Px mengatakan tidak mau berinteraksi dengan
temannya ISOLASI SOSIAL

DO :
- Px tampak diam

31
- Px tampak menyendiri
- Px tampak menarik diri dengan
lingkungannya

4 DS :
Px mengatakan dirinya tidak berguna

HARGA DIRI RENDAH


DO :
- Px tampak menarik diri dari lingkungan
- Px tampak sering menyendiri

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Bunuh Diri

2. Resiko Perilaku Kekerasan

3. Isolasi Sosial

4. Harga Diri Rendah

XV. PRIORITAS DIAGNOSA

 Resiko Bunuh Diri

32
XVI. POHON MASALAH

MENCEDERAI DIRI
SENDIRI

RESIKO BUNUH DIRI


BERULANG

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH

FAKTOR PREDIPOSISI FAKTOR PRESIPITASI

- Pengalaman masa lalu - Koping individu


- Riwayat trauma inefektif

33
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
30/7 TUM : Setelah 2X interaksi, klien : Bina hubungan saling percaya
2018 Resiko Bunuh Diri Klien tidak melakukan - Mau menerima perawat dengan klien :
percobaan bunuh diri disampingnya - Beri salam
- Mengatajan mau menerima - Perkenalkan diri
TUK : bantuan perawat - Jelaskan tujuan
- Klien dapat membina - Px menunjukkan sikap terbuka interaksi, ciptakan
hubungan saling percaya lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas
(waktu,tempat,topik)
- Beri kesempatan klien
mengungkapkan
perasaannya.
- Katakan pada klien
bahwa akan menjaga
rahasia.

- Klien dapat terlindungi dari Setelah 2X interaksi, klien : - Periksa lingkungan


perilaku bunuh diri Klien dapat terhindar dari benda- sekitar klien, apakah ada
benda tajam yang dapat mengancam benda-benda tajam
nyawanya yang dapat
membahayakan.
- Jauhkan klien di ruangan
yang tenang dan selalu
terlihat oleh perawat.
- Awasi klien secara ketat
setiap saat.

34
- Jauhkan klien dari
benda-benda yang
dapat membahayakan
(pisau,silet,gunting,kaca,
dll)

- Melindungi pasien dari Setelah 2x interaksi, klien : - Awasi pasien terus-


percobaan bunuh diri - Terhindar dari perilaku bunuh menerus
diri. - Ajarkan cara
- Klien mendapat perlindungan mengendalikan
dari lingkungan dorongan bunuh diri.
- Klien dapat mengungkapkan - Ajarkan cara mengenal
perasaannya dorongan bunuh diri
- Klien dapat menggunakan cara - Melatih cara
penyesuaian masalah yang mengendalikan
baik. dorongan bunuh diri
- Awasi pasien terus-
menerus.

Meningkatkan harga diri px Setelah 2x interaksi, klien : - Bantu untuk memahami


isyarat bunuh diri. - Harga diri klien dapat bahwa klien dapat
meningkat. mengatasi
- Klien tidak merendahkan keputusasaannya.
dirinya lagi. - Kaji dan kerahkan
- Klien dapat percaya diri sumber-sumber internal
individu.
- Mengidentifikasi aspek
positif px

35
- Mendorong px untuk
berpikir positif terhadap
diri.

- Mendorong px untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga.
- Melatih kegiatan positif
yang pasien sukai.

36
Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari
Senin Bina hubungan saling percaya bersama dengan klien : S :
30/7/2018 - Beri salam “ pagi”
“selamat pagi”
- Perkenalkan diri “kiki wiranti , dipanggil kiki“
“perkenalkan nama saya tri wulan,
panggilannya wulan. Kalau kamu siapa ? “jenangan, ponorogo”
panggilannya siapa ?”
“tinggal dimana ? “ iya”
- Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
yang tenang “iya”
“ aku pingin kenalan sama kamu , boleh ?”
- Buat kontrak yang jelas (waktu,tempat,topik) O:
“mbak mau ngobrol-ngobrol sama aku? “ - Klien tampak tegang saat bercerita
“Berapa lama mbak mau ngobrol sama saya? - Klien tampak melotot
bagaimana kalau 15 menit saja?” - Penmapilan acak-acakan
“ Kalau tempatnya disini bagaimana ?” - Afek emosi tidak sesuai
- Beri kesempatan klien mengungkapkan A:
perasaannya. Pasien mampu membina hubungan saling percaya.
“ bagaimana perasaan mbak saat ini ?”

37
- Katakan pada klien bahwa akan menjaga P:
rahasia. Lanjutkan TUK selanjutnya

Selasa Klien dapat terlindungi dari perilaku bunuh diri S:


31/7/2018
Klien dapat terlindungi dari perilaku bunuh diri “ enggak “

- Periksa lingkungan sekitar klien, apakah ada


benda-benda tajam yang dapat “ enggak, aku gak bawa apa-apa “
membahayakan.
- Jauhkan klien di ruangan yang tenang dan
selalu terlihat oleh perawat. O:
- Awasi klien secara ketat setiap saat. - Tidak ada kontak mata
“ apakah mbak berniat untuk menyakiti diri - Kooperatif
sendiri ? “ - Klien tampak menjambak rambutnya sendiri
“ baiklah tampaknya mbak membutuhkan - Mencakar mukanya sendiri
pertolongan segera karena ada keinginan
untuk menmgakhiri hidup. Saya perlu A:
memeriksa isi kamar mbak untuk memastikan Px belum mampu melindungi diri dari perilaku bunuh diri

38
tidak ada benda-benda yang membahayakan
mbak” P : ulangi TUK
“ jika kamu ada keinginan untuk bunuh diri
maka untuk mengatasinya kamu harus
langsung minta bantuan kepada perawat
diruang ini. Jadi jangan suka menyendiri “

Rabu Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri S:


01/8/2018 - Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat “ saya sakit hati”
membahayakan (pisau,silet,gunting,kaca, dll)
- Awasi pasien terus-menerus “ iya”
“ ki, bagaimana perasaan kamu setelah ini
terjadi ?” “ saya merasa tidak berguna”
“ apakah kamu kehilangan kepercayaan diri ?”
“ apakah merasa tidak berharga atau lebih “ enggak”
rendah dari orang lain?”
“ apakah kamu berniat untuk menyakiti diri O:
kamu sendiri ?” - Klien tampak menjambak rambutnya sendiri
“ baiklah tampaknya kamu butuh bantuan - Mencakar mukanya sendiri
ya, karena kamu selalu ingin melukai - Tampak tertawa sendiri
dirimu. Jadi saya perlu memeriksa - Afek emosi tidak sesuai

39
lingkungan sekitarmu untuk memastikan A : Px belum mampu melindungi diri dari perilaku bunuh diri
tidak ada benda-
P : ulangi TUK

40
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Senin, 30/07/2018

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :

Data Subyektif

Klien mengatakan sering melukai diri sendiri

Data Obyektif

 Klien tampak tegang saat bercerita


 Kesadaran: Compos Mentis
 Mata tampak melotot
 Pandangan tajam
 Afek dan emosi tidak sesuai
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus ( TUK)
Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
 Salam terapeutik
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan interaksi, menciptakan lingkungan yang tenang
 Membuat kontrak yang jelas (waktu, tempat, dan topik pembicaraan)
 Memberi kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
 Mengatakan kepada klien bahwa akan menjaga semua rahasianya
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbak, bisa tidur tadi malam?”
b) Evaluasi/validasi

41
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apa yang mbak rasakan? Apa yang
mbak keluhkan?”
c) Kontrak
Topik:”Bagaimana jika hari ini kita berbincang-bincang tentang cara
berkenalan?”
Waktu:”Bagaimana jika berbincang-bincang selama 15 menit?”
Tempat:”Bagaimana jika kita berbincang-bincang di ruang tamu?”
d) Fase Kerja
“Selamat pagi mbak,perkenalkan nama saya Tri Wulan dari Poltekkes
Malang”,”kalau boleh tahu nama mbak siapa?” “sukanya dipanggil apa
mbak?” “saya disini yang akan membantu mbak untuk memecahkan
masalah mbak dan merawat mbak selama 2 minggu. Saya janji tidak akan
bercerita ke siapapun dan akan menjaga rahasia mbak. Jadi jika ada apa-
apa mbak cerita? Jangan dipendam sendiri”
“Terima kasih mbak sudah mau berkenalan dengan saya? Besok saya akan
datang lagi mbak. Bagaimana kalau kita besok berbincang-bincang
mengenai penyebab mbak sering melukai diri sendiri?”
e) Fase Terminasi
1. Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan mbak setelah berkenalan dangan saya mbak?”
2. Evaluasi objektif
“coba sekarang mbak praktekkan kembali cara berkenalan”
f) Rencana Tindak Lanjut
mengidentifikasi penyebab klien sering melukai diri sendiri
g) Kontrak yang akan datang
Topik : “ baiklah mbak cukup sekian perbincangan kita hari ini, besok
kita akan berbincang-bincang lagi mengenai penyebab mbak sering
melukai diri sendiri”
Waktu :”Bagaimana jika besok ngobrol selama 15 menit?”
Tempat :”Bagaimana jika besok kita berbincang di teras depan?”

42
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Tgl/Jam IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx KEPERAWATAN
Senin, 1. Bina hubungan S: “selamat pagi”
30 juli saling percaya “Kiki wiranti”
2018 “Selamat pagi mbak?” “kiki”
“perkenalkan nama saya tri “jenangan, ponorogo”
wulan” “karena banting piring”
“kalau boleh tau namanya “iya”
siapa ?”
“mbak sukanya di panggil O:
dengan nama siapa ?”  Ekspresi wajah datar
“alamat mbak dimana ?”  Jarang ada kontak mata
“mengapa mbak disini ?”  Pasien sering melamun
“saya disini yang akan  Psien lambat dalam menjawab
membantu mbak untuk pertanyaan
memecahkan masalah mbak A:
dan merawat mbak selama 2 Pasien dapat membina hubungan
minggu. Saya janji tidak saling percaya
akan bercerita ke siapapun P:
dan akan menjaga rahasia Identifikasi penyebab sering
mbak. Jadi jika ada apa-apa melukai diri sendiri.
mbak cerita. Jangan di
pendam sendiri.”
“terima kasih mbak sudah
mau berkenalan dengan
saya. Besok saya akan
datang lagi mbak.
Bagaimana kalau kita besok
berbincang-bincang
mengenai penyebab mbak
sering melukai diri sendiri?”

43
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 31/07/2018

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :

Data Subyektif

Klien mengatakan sering melukai diri sendiri

Data Obyektif

 Klien tampak tegang saat bercerita


 Kesadaran: Compos Mentis
 Mata tampak melotot
 Pandangan tajam
 Afek dan emosi tidak sesuai
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus ( TUK)
Klien dapat terlindungi dari perilaku bunuh diri
4. Tindakan Keperawatan
 Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.
 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
 Awasi klien secara ketat setiap ketat.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbak, bisa tidur tadi malam?”
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apa yang mbak rasakan? Apa yang
mbak keluhkan?”
c) Kontrak
Topik: ”sesuai perjanjian kemarin, hari ini kita akan membahas mengenai
penyebab mbak sering melukai diri sendiri”

44
Waktu:”Bagaimana jika berbincang-bincang selama 15 menit?”
Tempat:”Bagaimana jika kita berbincang-bincang di ruangan ini saja?”
d) Fase Kerja
“coba mbak ceritakan masalah yang mbak hadapi saat ini.”
“bagaimana perasaan mbak setelah setelah mengalami kejadian ini.”
“apakah mbak masih ingin melukai diri sendiri”
“maaf kalau boleh tau, kenapa mbak ingin melukai diri sendiri?”
“apakah mbak tidak takut mati?”
“jika ada rasa takut, kenapa mbak tidak mencoba melawan keinginan
tersebut ?”
“mbak, kalau boleh saya menyarankan, untuk melawan rasa ingin melukai
diri sendiri mbak bisa menceritakan masalah kepada orang yang bisa mbak
percaya. Saya juga bersedia mendengarkan cerita mbak”
“jadi usahakan jangan pernah sendirian ya”

Fase Terminasi
3. Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan mbak setelah mengetahui sebab mbak ingin
melukai diri sendiri dan cara melawannya”
4. Evaluasi objektif
“coba sekarang mbak sebutkan kembali bagaimana cara untuk melawan
keinginan melukai diri sendiri”
e) Rencana Tindak Lanjut
mengidentifikasi penyebab klien sering melukai diri sendiri”
f) Kontrak yang akan datang
Topik : “ baiklah mbak cukup sekian perbincangan kita hari ini, besok
kita akan berbincang lagi mengenai penyebab mbak sering melukai diri
sendiri”
Waktu :”Bagaimana jika besok ngobrol selama 15 menit?”
Tempat :”Bagaimana jika besok kita berbincang di teras depan?”

45
2. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Tgl/Jam IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx KEPERAWATAN
Senin, Mengidentifikasi penyebab S: “kiki berantem sama sahabat
31 juli klien sering melukai diri kiki, di buku kiki di tulis kiki elek”
2018 sendiri “wes baikan kok mbak”
“coba mbak ceritakan “sopo se seng melukai?”
masalah yang mbak hadapi “takut”
saat ini” “yo”
“bagaimana perasaan mbak O:
setelah mengalami kejadian  Ekspresi wajah datar
ini.”  Jarang ada kontak mata
“apakah mbak masih ingin  Pasien sering melamun
melukai diri sendiri”  Psien lambat dalam menjawab
“maaf kalau boleh tau, pertanyaan
kenapa mbak ingin melukai A:
diri sendiri?” Klien sudah mulai ingin
“apakah mbak tidak takut menceritakan penyebab klien sering
mati?” melukai diri sendiri.
“jika ada rasa takut, kenapa P : lanjutkan SPTK.
mbak tidak mencoba
melawan keinginan tersebut”
“mbak kalau boleh saya
menyarankan, untuk
melawan rasa ingin melukai
diri sendiri mbak bisa
menceritakan masalah
kepada orang yang bisa
mbak percaya. Saya juga
bersedia mendengarkan
cerita mbak”
“jadi usahakan jangan
pernah sendirian ya.”

46
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 1/08/2018

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :

Data Subyektif

Klien mengatakan sering melukai diri sendiri

Data Obyektif

 Klien tampak menjambak rambutnya sendiri


 Klien tampak mencakar mukanya sendiri
 Klien tampak tertawa sendiri
 Kesadaran : CM
 Afek emosi : tidak sesuai
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus ( TUK)
Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
1. Tindakan Keperawatan
 Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.
 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
 Awasi klien secara ketat setiap ketat.
 Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi mbak, bisa tidur tadi malam?”
b. Evaluasi/validasi

47
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apa yang mbak rasakan? Apa yang
mbak keluhkan?”
c. Kontrak
Topik: ”hari ini kita akan membahas apa yang mbak rasakan selama ini”
Waktu:”Bagaimana jika berbincang-bincang selama 15 menit?”
Tempat:”Bagaimana jika kita berbincang-bincang di ruangan ini saja?”

2. Fase Kerja
“coba ceritakan lagi masalah yang mbak hadapi saat ini?”
“bagaimana perasaan mbak setelah mengalami kejadian ini ?”
“apakah mbak kehilangan kepercayaan diri?”
“apakah mbak merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah daripada
oranglain”
“apakah mbak berniat untuk menyakiti diri sendiri”
“baiklah, tampaknya mbak membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar
mbak untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan mbak.”
“karena mbak tampaknya masih memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri
hidup, saya tidak akan membiarkan mbak sendirian.”
“jika mbak ada keinginan untuk bunuh diri, maka untuk mengatasinya mbak
harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini. Jadi mbak jangan
sendirian ya.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan mbak setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri ?”
b. Evaluasi objektif
“coba mbak sebutkan lagi cara tersebut”
4. Rencana Tindak Lanjut
mengidentifikasi kegiatan yang disukai klien”
5. Kontrak yang akan datang
Topik : “ baiklah mbak cukup sekian perbincangan kita hari ini, besok
kita akan berbincang lagi ”

48
Waktu :”Bagaimana jika besok ngobrol selama 15 menit?”
Tempat :”Bagaimana jika besok kita berbincang di teras depan?”

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No. Tgl/Jam IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx KEPERAWATAN
Selasa, Mengidentifikasi penyebab S: “aku benci dengan diriku sendiri
01 klien sering melukai diri karena tidak ada yang menyukai
Agustus sendiri aku”
2018 “coba mbak ceritakan lagi “sakit hati”
masalah yang mbak hadapi “saya merasa tidak berguna di dunia
saat ini” ini”
“bagaimana perasaan mbak “iya, lalu kiki tusukkan bolpoint ke
setelah ini terjadi?” wajah kiki”
“apakah mbak merasa tidak “iyo”
berharga atau bahkan lebih O :
rendah daripada oranglain?”  Ekspresi wajah datar
“apakah mbak berniat untuk  Kooperatif
menyakiti diri sendiri?”  ada kontak mata
“baiklah, tampaknya mbak  Psien lambat dalam menjawab
membutuhkan pertolongan pertanyaan
segera karena ada keinginan A :
untuk mengakhiri hidup. Klien sudah mulai ingin
Saya perlu memeriksa menceritakan penyebab klien sering
seluruh isi kamar mbak untuk melukai diri sendiri.
memastikan tidak ada benda- P : lanjutkan SPTK sesi selanjutnya.
benda yang membahayakan
mbak.”
“karena mbak tampaknya
masih memiliki keinginan
kuat untuk mengakhiri hidup,

49
saya tidak akan membiarkan
mbak sendirian.”
“jika mbak ada keinginan
untuk bunuh diri, maka untuk
mengatasinya mbak harus
langsung minta bantuan
kepada perawat di ruangan
ini. Jadi mbak jangan
sendirian ya.”

50
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Pada bab pembahasan ini akan di uraikan menganai pembahasan masalah yang terjadi
di dalam kasus dan penyelesainnya beserta perbandingan teori dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan. Saat pemberian asuhan keperawatan pada Ny K dengan masalah keperawatan
resiko buuh diri di Ruangan Dahlia, dengan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada kasus yang dikelola penulis
dapat diidentifikasi masalah keperawatan utamau yaitu Resiko bunuh diri, adapun uraian
pembahasan masalah keperawatan tersebut dilakukan dengan terapi individu berupa SP untuk
mengekpresikan perasaan yang dialami pasien.

Data Pengkajian yang berhubungan dengan masalah keperawatan resiko bunuh diri, di
dukung dengan data subjektif yang menyatakan bahwa dirinya suka melukai dirinya sendiri
sejak satu bulan terakhir, sudah 3 kali klien melakukan percobaan bunuh diri dengan
menggoreskan percahan kaca pada lehernya. Data objektif yang didapatkan yaitu klien tampak
menyendirri, kontak mata negatif, tatapan mata tajam, pembicaraan non-koorperatif.

Bunuh diri merupakan keutusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang diahadapi (Captain, 2008). Mencederai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yanag dihadapi ( Captai, 2008). Perilaku dekstruktif
diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilkau
dekstruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya dalaah kematian, dan individu
menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku dekstruktif diri tak langsung
termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian.
Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan
biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart dan Sundeen, 2006).

Resiko Bunuh diri diangkat sebagai prioritas diagnosa pertama karena dari pengkajian
didapatkan data – data yang menunjukkan tanda-tanda dari pasien resiko bunuh diri, yang
sudah memenuhi kebutuhan karakteristik. Tujuan dari Askep pada Diagnosa RBD yaitu tujuan
umumnya tidak mencederai dirinya sendiri dan maupun orang lain. Tujuan khususnya yaitu

51
klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien mampu
menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai pada kemampuan.

Pada SP 1 klien mampu mengendalikan dorongan bunuh diri yaitu klien dapat
mengindetifikasi benda yang membahayakan klien, dapat mengamankan benda yang dapat
membahayakan dan dapat mengajarkan cara mengendalikan bunuh diri. Pada SP 2 klien
mampu mengidentifikasi aspek positf yang ada pada dirinya dan berpikir positif tentang
dirinya. Pasien mampu berpikir positif tentang dirinya dengan menganggap bahwa dirinya
masih berharga untuk bisa membantu merawat keluarganya dan harus bisa bersabar dalam
menghadapinya. Pada SP 3 klien harus mampu pola koping yang konstruktif. Pasien berusaha
bersabar untuk bisa mengikuti kegiatan yang ada di ruangan. Sedangkan untuk penilaian
kopingnya pasien lebih memilih untuk tidur dan berdiam diri. Selain itu klien juga mampu
mempratikkan pola koping konstruktif dengan beraktifitas dan berinteraksi dengan teman
teman lainnya. Evaluasi dari resiko bunuh diri yang sudah tercapai adalah klien mampu
mengendalikan dorongan bunuh diri yaitu klien dapat mengidentifikasi benda yang dapat
membayakan klien, dapat mengamakan benda yang membahayakan dapat mengajarkan cara
mengendalikan bunuh diri. Selain itu klien mampu mengidentifikasi aspek positif serta dapat
mengidentifikasi pola koping sampai dapat mempraktekkan pola koping yang konstruktif .

52
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Risiko bunuh diri adalah risiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan
perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stres yang
tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri hidupnya adalah
kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti,
perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara
untuk mengakhiri keputusan.

Adapun standar asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dalam keperawatan jiwa
yaitu strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik. Dalam melakukan strategi pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat mempunyai 4 tahap kominikasi, yang setiap tahapnya
mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat. 4 tahap tersebut yaitu tahap pra
interaksi, orientasi atau perkenalan, kerja dan terminasi.

5.2 Saran

A. Bagi rumah sakit


perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan jiwa perlu memberikan asuhan keperawatan
TAK pada pasien risiko bunuh diri untuk dapat membantu klien untuk mengendalikan bunuh
diri.

B. Bagi mahasiswa
saran bagi mahasiswa supaya dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada
pasien risiko bunuh diri agar lebih mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki serta dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.

53
DAFTAR RUJUKAN

Balitbang.2007.Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Direktorat kesehatan jiwa, Dit.jen. 2000., teori & tindakan keperawatan jiwa. Jakarta:

Yankes.RI keperawatan jiwa

Keliat, B.A. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC

Maramis, F, W. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University

Press

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari

Pocket Guide to Psychiatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. 3rd ed. Jakarta : EGC

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed :1. Bandung : RSJP

Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

54

Anda mungkin juga menyukai