KEPERAWATAN JIWA
RESIKO BUNUH DIRI
Makalah
Disusun untuk memenuhi seminar kasus Praktik Keperawatan Jiwa
Dibimbing oleh:
Ibu Kawit Andaryaniwati, SST dan Ibu Faridah Halis, S. Kep, Ns, M. Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Putri Ayu Amalia 1601100058
Sukma Nur Sakinah 1601100059
Yenni Rosa Damayanti 1601100062
Tri Wulan Wardianti 1601100069
Tesalonika Crossesa L C 1601100080
Roy Purwyangga Saputra 1601100087
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG
Agustus 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Nya
lah kami dapat menyelesaikan tugas kelompok kami yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Nn “K” Dengan Resiko Bunuh Diri Di Ruang Dahlia
Rumah Sakit Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang” telah selesai tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah asuhan keperawatan ini, kami banyak mendapat
bimbingan dan batuan dari Clinical Institusi Ruang Bekisar dan petugas ruangan yang
membantu dalam pengkajian dan kelengkapan data pasien oleh karena itu kami
mengucapkan banyak terima kasih juga kepada :
1. Dyah Widodo., S.Kp., M.Kes. selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
2. Eddi Sudjarwo, S.Kp., M.Kep, selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
3. Dr. Faridah Halis, S.Kep., Ns, M.Kes, selaku Penaggung Jawab Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa dan dosen pembimbing kelompok
4. Ibu Kawit Andaryaniwati, SST, selaku Kepala Ruang Dahlia
Karena keterbatasan kami asuhan keperawatan jiwa ini masih sangat sederhana.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan masukan yang membangun untuk
perbaikan asuhan keperawatan jiwa yang kami susun. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.
i
LEMBAR PENGESAHAN
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.....................................................................................................................
DISETUJUI
Lawang................................
Ruang......................
(.........................................................) (.........................................................)
NIP. NIP.
Mengetahui
Kepala Ruang
(.......................................................)
NIP.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
miskin, kelompok professional tertentu, seperti dokter, pengacara, dan
psikolog (Sujono dan Teguh, 2010).
Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim
kesehatan diantaranya adalah: pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa
mematikan dalam setting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor–
faktor yang berhubungan dengan staf antara lain:kurang adekuatnya
pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah,
kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang
pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu
selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap
perubahan pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat, hubungan saling
percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap cues
perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal
yang penting dalam menurunkan angka suicide dirumah sakit (Jenny, dkk,
2010).
Perawat atau tenaga kesehatan lain hendaknya memberi saran, motivasi
bahkan mencegah terjadinya bunuh diri pada klien sehingga klien dapat
menyalurkan kemarahannya pada tempat dan situasi yang benar dan positif
sehingga tidak membahayakan pasien sendiri. Perawat juga bisa memberikan
aktifitas ataupun kegiatan yang dapat mengurangi dari tingkat depresi dan
resiko bunuh diri klien sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Oleh sebab itulah peran dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat
berpengaruh pada timbulnya resiko bunuh diri yang dilakukan oleh klien
(Yosep, 2009).
2
6. Apa saja jenis-jenis bunuh diri?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko bunuh
diri?
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
a. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b. Kegiatan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan/gangguan kepribadian antisocial (Rastirainia, 2009)
3. Tingkatan
Menurut Tri Aan (2009), perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang
diantaranya :
a) Suicidal ideation.
Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau
sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak
ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien
pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b) Suicidal intent.
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan
yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,
c) Suicidal threat.
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan
dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
d) Suicidal gesture.
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam
kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh
diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak
mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh
darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami
ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati.
Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan,
dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di
namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan
stress yang tidak mampu di selesaikan.
5
e) Suicidal attempt.
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi
individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan. Walaupun demikian banyak individu masih
mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f) Suicide.
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah
didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang
yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini
merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk
mengatasi kesedihan yang mendalam.
4. Klasifikasi
Perilaku bunuh diri dibagi menjadi 3 kategori:
a) Ancaman bunuh diri: ada peringatan verbal & non verbal, ancaman ini
menunjukkan ambivalensi seseorang terhadap kematian, jika tidak
mendapat respon maka akan ditafsirkan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
b) Upaya bunuh diri: semua tindakan yang dilakukan individu terhadap
diri sendiri yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
c) Bunuh diri: terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan,
orang yang melakukan upaya bunuh diri walaupun tidak benarbenar ingin
mati mungkin akan mati.
6
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanisme adatif pada diri seseorang.
Menurut Stuart dan Sundeen (2004), faktor predisposisi bunuh diri antara lain:
1. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
2. Lingkungan psikososial
7
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
4. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku
destrukif diri.
8
C. Sekolah dan hubungan interpersonal: Menolak untuk ke sekolah, bolos
dari sekolah, sosial teman-temannya, kegiatan-kegiatan sekolah dan hanya
interest pada hal – hal yang menyenangkan, kekurangan system
pendukung sosial yang efektif.
D. Keterampilan koping: Kehilangan batas realita, menarik dan
mengisolasikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri
sebagai orang yang secara total tidak berdaya.
A. Perilaku
1. Membeli senjata.
2. Mengubah surat wasiat.
3. Membuat surat wasiat.
4. Perubahan sikap yang nyata.
5. Membeli obat dalam jumlah yang banyak.
B. Fisik
1. Nyeri kronik.
2. penyakit fisik.
3. penyakit terminal.
C. Psikologis
1. Penganiayaan masa kanak-kanak.
2. Riwayat bunuh diri dari keluarga.
3. Rasa bersalah.
4. Remaja homoseksual.
D. Situasional
1. Remaja yang tinggal ditatanan nontradisional.
2. Ketidakstabilan ekonomi.
3. Kehilangan kebebasan.
4. Pension.
E. Sosial
1. Gangguan kehidupan keluarga.
2. Kesepian.
9
3. Kehilangan hubungan yang penting.
4. Putus asa.
F. Verbal
1. Menyatakan keinginan untuk mati.
2. Mengancam bunuh diri.
A. Pengkajian
10
3. Faktor predisposisi: Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien
pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan,
mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
11
4. Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
5. Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
6) Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung.
7) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
8) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
12
Pohon Masalah
B. DIAGNOSA
1. Risiko Bunuh Diri.
2. Harga diri rendah kronik
3. Risiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal.
13
Tgl No Diagnosa Perencanaan intervensi
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria
Evaluasi
14
harapan karena harapan adalah
hal yang penting dalam
kehidupan
15
3. Klien dapat 1. 3.1 Bantu klien untuk
mengeskspresikan Mengenang memahami bahwa ia dapat
perasaannya dan meninjau mengatasi aspek-aspek
kembali keputusasaan dan memisahkan
kehidupan dari aspek harapan.
secara positif
3.2 Kaji dan kerahkan sumber-
2.Mempertim sumber internal
bangkan individu(outonomi,mandiri,ras
nilai-nilai dan ional pemikiran
arti kognitif,fleksibilitas dan
kehidupan. spiritualitas.
16
4.Klien 1.Mengekspr 4.1 Ajarkan klien untuk
mengunakan esikan mengantisipasi pengalaman
dukungan sosial perasaan yang dia senang melakukan
tentang setiap
hubungan hari(missal:berjalan,membaca
yang positif buku favorit dan menulis surat.
dengan orang
4.2 Bantu klien untuk
terdekat.
mengenali hal-hal yang
2.Mengekspr dicintai,yang ia sayangi dan
esikan pentingnya terhadap
percaya diri kehidupan orang lain
dengan hasil disamping tentang kegagalan
yang di dalam kesehatan
inginkan.
4.3 Beri dorongan pada klien
3.Mengekspr untuk berbagi keprihatian pada
esikan orang lain yang mempunyai
percaya diri masalah dan atau penyakit
dengan diri yang sama dan telah
dan orang mempunyai pengalaman
lain. positif dalam mengatasi
tersebut dengan koping yang
4.Menetapka
efektif.
n tujuan-
tujuan yang
realistis.
17
5.Klien 1. Sumb 5.1 kaji dan kerahkan sumber-
menggunakan er sumber eksternal
daukungan sosial tersed individu(orang terdekat,tim
ia(kel pelayanan
uarga, kesehatan,kelompok
lingku pendukung,agama yang
ngan dianutnya)
dan
5.2 kaji system pendukung
masya
keyakinan (nialai,pengalaman
rakat).
masa lalu,aktifitas
2. Keya
keagamaan,kepercayaan
kinan
agama).lakukan rujukan
makin
selesai indikasi
menin
(missal:konseling dan pemuka
gkat
agama).
18
BAB III
STUDI KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn. K
Umur : 20 tahun
Alamat : Ponorogo
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : belum menikah
Pekerjaan : tidak bekerja
Jenis Kelamin : perempuan
No RM : 1204xx
19
c. Keluhan Utama
Px mengatakan sering melukai diri sendiri mencakar pipinya dan mengunyah batu
kerikil.
20
Px mengatakan bertengkar dengan sahabatnya kemudian tidak ada yang berpihak
dengannya, merasa dirinya tidak ada yang menyukai.
Px mengatakan pernah melakukan upaya bunuh diri satu kali.
Skala SIERS : 4 (Percobaan Bunuh Diri).
Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,
perpisahan)
Penjelasan :
Px memgatakan mempunyai masalah dengan sahabatnya karena sahabatnya
pernah melukai dirinya dan mengancam akan disiksa sampai mati.
Diagnosa Keperawatan : Respon Pasca Trauma
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
√ Tidak
Penjelasan :
Px mengatakan , tidak pernah mengalami penyakit fisik, tidak pernah mengalami
tindak kekerasan dalam rumah tangga.
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Px megatakan tidak pernah menggunakan napza selama ini.
21
Pasien mengatakan senang menjadi seorang perempuan, pasien menyebutkan
bahwa namanya adalah “K” berumur 20 tahun, dan klien adalah seorang wanita.
c. Peran:
Selama dirumah pasien mengatakan tidak bekerja, pasien berperan sebagai anak,
dan hanya diam saja dirumah. Sedangkan selama di RSJ ini pasien mengatakan
sering membantu bersih-bersih, mencuci piring, menyapu, mengepel lantai, di
rumah sakit klien berperan sebagai seorang pasien.
d. Ideal Diri:
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bertemu dengan ibunya, dan berharap
lingkungan mau merima dirinya setelah keluar dari RSJ.
e. Harga Diri:
Pasien mengatakan malu saat bertemu keluarga, teman, dan sahabat dengan
kondisinya sekarang.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan dirumah paling dekat dengan ibunya, selama di RSJ pasien
mengatakan tidak dekat dengan siapa-siapa.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien mengatakan dirumah banyak diam dan tidak ikut kegiatan masyarakat,
dirumah sakit pasien mangatakan sering membantu bersih-bersih mencuci piring,
menyapu, dan mengepel.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak mengenal orang-orang di RSJ, pasien lebih suka diam dan
termenung sendiri.
Diagnosa Keperawatan: Hambatan Interaksi Sosial
4. Spiritual
a. Agama
Pasien mengatakan pasien beragama islam, dirumah kadang Shalat kadang tidak,
dirumah sakit pasien tidak pernah melakukan Shalat.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien mengatakan tidak tau mengenai gangguan jiwa, pasien mengatakan bahwa
penyakitnya adalah karena dikirim oleh temannya.
Diagnosa Keperawatan: Distress Spiritual
22
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, penampilan: acak-acakan, kontak mata
kurang, mudah beralih, terlihat ada bekas luka pada leher dengan panjang sekitar 2 cm
dan bekas luka pada pipinya, kondisi luka sudah membaik dan kering.
2. Kesadaran (kuantitas)
Compos mnetis (4,5,6)
3. Tanda vital:
TD: 110/70 mmHg
N: 80 x/menit
S: 36°C
P: 18 x/menit
4. Ukur:
BB: 42 Kg
TB: 150 Cm
5. Keluhan fisik:
Pasien mengatakan tidak ada yang dikeluhkan tentang fisiknya.
23
Diagnosa: Resiko Perilaku Kekerasan
4. Mood dan Afek :
a. Mood : Depresi
Penjelasan :
Klien tampak sering menyendiri dan kurang berinteraksi dengan lingkungan.
b. Afek : tidak sesuai
Penjelasan :
Ketika px ditanya pengalaman yang menyenangkan dan, menyedihkan raut
muka px tampak tenang dan tidak ada respon.
Diagnosa Keperawatan : Perubahan Proses Pikir
6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi : tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
Penjelasan:
pasien tidak mengalami gangguan persepsi sensorik : halusinasi
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir: inkoheren
Penjelasan : px mengatakan bahwa luka baru yang terdapat di tangannya
disebabkan oleh plastik kue.
b. Isi Pikir : pikiran bunuh diri , pikiran rendah diri
Penjelasan :
Pasien mengatakan sering melukai dirinya sendiri.
Pasien mengatakan dirinya tidak berguna.
c. Bentuk Pikir :
24
Non Realistik
Penjelasan :
Pasien mengatakan bahwa sahabat yang melukai dirinya tidak akan dapat
masuk surga.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir
8. Kesadaran
Orientasi (waktu, tempat, orang)
Penjelasan :
Waktu :
px tidak mengetahui bahwa sekarang jam 10.00 , tetapi px tau jika saat ini
pagi hari.
Tempat :
px mengetahui bahwa sekarang berada di ruangan dahlia.
Orang :
Px mampu mengenali dan mengingat nama mahasiswa yang mengkajinya.
Kesadaran Menurun :
√ Kesadaran Berubah
Penjelasan :
Karena pada saat diajak berbicara antara pertanyaan dan jawaban pasien
tidak relevan.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal
9. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang ( >1 bulan)
Penjelasan :
Px mengatakan lupa dengan tanggal lahir dan umurnya.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir.
25
Penjelasan :
Px tidak mampu menjawab pertanyaan jika hanya ditanya sekali, perlu ditanyakan 2
sampai 3 kali baru pasien bisa menjawab.
b. Berhitung
Penjelasan :
Px mampu berhitung, terbukti ketika perawat menanyakan 20 – 7 pasien mampu
menjawab 13.
11. Kemampuan Penilaian
√ Gangguan Bermakna
Penjelasan :
Px mengatakan dirinya sakit, tapi tidak tau sakit apa dan tidak membutuhkan
pengobatan.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir
A Perawatan diri
1). Mandi
Penjelasan :
DS : Pasien mampu mandi 2x/hari dan px mandi sendiri . px mandi dengan sabun
dan keramas minimal 2x/minggu.
26
DO : px mampu mandi sendiri, pasien mau keramas saat mandi
Penjelasan :
3). Makan
Penjelasan :
Penjelasan :
B. Nutrisi
Penjelasan :
Penjelasan :
Penjelasan :
C. Tidur
1). Istirahat dan tidur
27
Tidur siang, lama : 14.00 s/d 16.00
Tidur malam, lama : 17.00 s/d 04.30
Aktivitas sebelum/sesudah tidur : membantu bersih-bersih, membantu menata
tempat tidur
Penjelasan :
Px mengatakan bisa tidur dengan pulas, tidak ada masalah dengan tidurnya.
2). Gangguan tidur
Penjelasan :
Px mengatakan tidak ada masalah selama tidur, tidur dengan pulas dan nyenyak.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
3. Kemampuan lain-lain
Mengatasi kebutuhan hidup
Px bisa memenuhi kebutuhan hidup walaupun didapat dari orang tuanya karena px
tidak bekerja.
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Px mengatakan membutuhkan bantuan untuk mengambil keputusan
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatan sendiri
Px membutuhkan bantuan dalam penggunaan obat dan pemeriksaan kesehatannya.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
4. Sistem Pendukung
Keluarga √ Tidak
Terapis √ Tidak
Teman sejawat √ Tidak
Kelompok sosial √ Tidak
Penjelasan : tidak ada
Diagnosa keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
28
Diagnosa keperawatan : Koping Individu Inefektif
29
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F25.1 Schizoaffective disorder, depresive type.
Axis II : Tidak Terkaji.
Axis III : Tidak Terkaji.
Axis IV : Masalah dengan primary support sroup (keluarga)
Axis V : Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
berfungsi hampir semua bidang.
2. Terapi Medis
Respiredone 2mg 1-0-1
Clozapin 25mg 1-0-1
Seraquel 400mg 0-0-1
Noprez 20mg ½-0-0
Depakot 20mg 1-0-1
Profolat 0,4mg 0-1-0
Miniaspi 80mg 1-0-1
Vit. B12 50mg 1-0-0
1. Genogram :
Keterangan:
: Laki- laki : Tinggal Bersama
: Perempuan : Pasien
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
30
Penjelasan:
Klien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Orang tua klien masih lengkap dan tidak
bercerai. Klien tinggal bersama dengan orangtuanya. Klien mengatakan orang yang paling
dekat dengan klien yaitu ibunya, yang mengambil keputusan dalam keluarga adalah bapak,
karena setiap klien mengalami masalah ibu klien yang selalu membantu mengatasi masalah.
Tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa dikeluarganya. Setiap terjadi masalah klien
bercerita dengan ibunya.
Untuk Genogram seharusnya mengunakan tiga generasi, namun pada pasien data tidak
terkaji.
DIAGNOSA
NO DATA
KEPERAWATAN
1 DS :
Px mengatakan ssering melukai diri sendiri
DO :
- Px tampak diam
31
- Px tampak menyendiri
- Px tampak menarik diri dengan
lingkungannya
4 DS :
Px mengatakan dirinya tidak berguna
3. Isolasi Sosial
32
XVI. POHON MASALAH
MENCEDERAI DIRI
SENDIRI
ISOLASI SOSIAL
33
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
34
- Jauhkan klien dari
benda-benda yang
dapat membahayakan
(pisau,silet,gunting,kaca,
dll)
35
- Mendorong px untuk
berpikir positif terhadap
diri.
- Mendorong px untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga.
- Melatih kegiatan positif
yang pasien sukai.
36
Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI
Hari
Senin Bina hubungan saling percaya bersama dengan klien : S :
30/7/2018 - Beri salam “ pagi”
“selamat pagi”
- Perkenalkan diri “kiki wiranti , dipanggil kiki“
“perkenalkan nama saya tri wulan,
panggilannya wulan. Kalau kamu siapa ? “jenangan, ponorogo”
panggilannya siapa ?”
“tinggal dimana ? “ iya”
- Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
yang tenang “iya”
“ aku pingin kenalan sama kamu , boleh ?”
- Buat kontrak yang jelas (waktu,tempat,topik) O:
“mbak mau ngobrol-ngobrol sama aku? “ - Klien tampak tegang saat bercerita
“Berapa lama mbak mau ngobrol sama saya? - Klien tampak melotot
bagaimana kalau 15 menit saja?” - Penmapilan acak-acakan
“ Kalau tempatnya disini bagaimana ?” - Afek emosi tidak sesuai
- Beri kesempatan klien mengungkapkan A:
perasaannya. Pasien mampu membina hubungan saling percaya.
“ bagaimana perasaan mbak saat ini ?”
37
- Katakan pada klien bahwa akan menjaga P:
rahasia. Lanjutkan TUK selanjutnya
38
tidak ada benda-benda yang membahayakan
mbak” P : ulangi TUK
“ jika kamu ada keinginan untuk bunuh diri
maka untuk mengatasinya kamu harus
langsung minta bantuan kepada perawat
diruang ini. Jadi jangan suka menyendiri “
39
lingkungan sekitarmu untuk memastikan A : Px belum mampu melindungi diri dari perilaku bunuh diri
tidak ada benda-
P : ulangi TUK
40
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :
Data Subyektif
Data Obyektif
41
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apa yang mbak rasakan? Apa yang
mbak keluhkan?”
c) Kontrak
Topik:”Bagaimana jika hari ini kita berbincang-bincang tentang cara
berkenalan?”
Waktu:”Bagaimana jika berbincang-bincang selama 15 menit?”
Tempat:”Bagaimana jika kita berbincang-bincang di ruang tamu?”
d) Fase Kerja
“Selamat pagi mbak,perkenalkan nama saya Tri Wulan dari Poltekkes
Malang”,”kalau boleh tahu nama mbak siapa?” “sukanya dipanggil apa
mbak?” “saya disini yang akan membantu mbak untuk memecahkan
masalah mbak dan merawat mbak selama 2 minggu. Saya janji tidak akan
bercerita ke siapapun dan akan menjaga rahasia mbak. Jadi jika ada apa-
apa mbak cerita? Jangan dipendam sendiri”
“Terima kasih mbak sudah mau berkenalan dengan saya? Besok saya akan
datang lagi mbak. Bagaimana kalau kita besok berbincang-bincang
mengenai penyebab mbak sering melukai diri sendiri?”
e) Fase Terminasi
1. Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan mbak setelah berkenalan dangan saya mbak?”
2. Evaluasi objektif
“coba sekarang mbak praktekkan kembali cara berkenalan”
f) Rencana Tindak Lanjut
mengidentifikasi penyebab klien sering melukai diri sendiri
g) Kontrak yang akan datang
Topik : “ baiklah mbak cukup sekian perbincangan kita hari ini, besok
kita akan berbincang-bincang lagi mengenai penyebab mbak sering
melukai diri sendiri”
Waktu :”Bagaimana jika besok ngobrol selama 15 menit?”
Tempat :”Bagaimana jika besok kita berbincang di teras depan?”
42
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Tgl/Jam IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx KEPERAWATAN
Senin, 1. Bina hubungan S: “selamat pagi”
30 juli saling percaya “Kiki wiranti”
2018 “Selamat pagi mbak?” “kiki”
“perkenalkan nama saya tri “jenangan, ponorogo”
wulan” “karena banting piring”
“kalau boleh tau namanya “iya”
siapa ?”
“mbak sukanya di panggil O:
dengan nama siapa ?” Ekspresi wajah datar
“alamat mbak dimana ?” Jarang ada kontak mata
“mengapa mbak disini ?” Pasien sering melamun
“saya disini yang akan Psien lambat dalam menjawab
membantu mbak untuk pertanyaan
memecahkan masalah mbak A:
dan merawat mbak selama 2 Pasien dapat membina hubungan
minggu. Saya janji tidak saling percaya
akan bercerita ke siapapun P:
dan akan menjaga rahasia Identifikasi penyebab sering
mbak. Jadi jika ada apa-apa melukai diri sendiri.
mbak cerita. Jangan di
pendam sendiri.”
“terima kasih mbak sudah
mau berkenalan dengan
saya. Besok saya akan
datang lagi mbak.
Bagaimana kalau kita besok
berbincang-bincang
mengenai penyebab mbak
sering melukai diri sendiri?”
43
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :
Data Subyektif
Data Obyektif
44
Waktu:”Bagaimana jika berbincang-bincang selama 15 menit?”
Tempat:”Bagaimana jika kita berbincang-bincang di ruangan ini saja?”
d) Fase Kerja
“coba mbak ceritakan masalah yang mbak hadapi saat ini.”
“bagaimana perasaan mbak setelah setelah mengalami kejadian ini.”
“apakah mbak masih ingin melukai diri sendiri”
“maaf kalau boleh tau, kenapa mbak ingin melukai diri sendiri?”
“apakah mbak tidak takut mati?”
“jika ada rasa takut, kenapa mbak tidak mencoba melawan keinginan
tersebut ?”
“mbak, kalau boleh saya menyarankan, untuk melawan rasa ingin melukai
diri sendiri mbak bisa menceritakan masalah kepada orang yang bisa mbak
percaya. Saya juga bersedia mendengarkan cerita mbak”
“jadi usahakan jangan pernah sendirian ya”
Fase Terminasi
3. Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan mbak setelah mengetahui sebab mbak ingin
melukai diri sendiri dan cara melawannya”
4. Evaluasi objektif
“coba sekarang mbak sebutkan kembali bagaimana cara untuk melawan
keinginan melukai diri sendiri”
e) Rencana Tindak Lanjut
mengidentifikasi penyebab klien sering melukai diri sendiri”
f) Kontrak yang akan datang
Topik : “ baiklah mbak cukup sekian perbincangan kita hari ini, besok
kita akan berbincang lagi mengenai penyebab mbak sering melukai diri
sendiri”
Waktu :”Bagaimana jika besok ngobrol selama 15 menit?”
Tempat :”Bagaimana jika besok kita berbincang di teras depan?”
45
2. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Tgl/Jam IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx KEPERAWATAN
Senin, Mengidentifikasi penyebab S: “kiki berantem sama sahabat
31 juli klien sering melukai diri kiki, di buku kiki di tulis kiki elek”
2018 sendiri “wes baikan kok mbak”
“coba mbak ceritakan “sopo se seng melukai?”
masalah yang mbak hadapi “takut”
saat ini” “yo”
“bagaimana perasaan mbak O:
setelah mengalami kejadian Ekspresi wajah datar
ini.” Jarang ada kontak mata
“apakah mbak masih ingin Pasien sering melamun
melukai diri sendiri” Psien lambat dalam menjawab
“maaf kalau boleh tau, pertanyaan
kenapa mbak ingin melukai A:
diri sendiri?” Klien sudah mulai ingin
“apakah mbak tidak takut menceritakan penyebab klien sering
mati?” melukai diri sendiri.
“jika ada rasa takut, kenapa P : lanjutkan SPTK.
mbak tidak mencoba
melawan keinginan tersebut”
“mbak kalau boleh saya
menyarankan, untuk
melawan rasa ingin melukai
diri sendiri mbak bisa
menceritakan masalah
kepada orang yang bisa
mbak percaya. Saya juga
bersedia mendengarkan
cerita mbak”
“jadi usahakan jangan
pernah sendirian ya.”
46
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :
Data Subyektif
Data Obyektif
47
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apa yang mbak rasakan? Apa yang
mbak keluhkan?”
c. Kontrak
Topik: ”hari ini kita akan membahas apa yang mbak rasakan selama ini”
Waktu:”Bagaimana jika berbincang-bincang selama 15 menit?”
Tempat:”Bagaimana jika kita berbincang-bincang di ruangan ini saja?”
2. Fase Kerja
“coba ceritakan lagi masalah yang mbak hadapi saat ini?”
“bagaimana perasaan mbak setelah mengalami kejadian ini ?”
“apakah mbak kehilangan kepercayaan diri?”
“apakah mbak merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah daripada
oranglain”
“apakah mbak berniat untuk menyakiti diri sendiri”
“baiklah, tampaknya mbak membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar
mbak untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan mbak.”
“karena mbak tampaknya masih memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri
hidup, saya tidak akan membiarkan mbak sendirian.”
“jika mbak ada keinginan untuk bunuh diri, maka untuk mengatasinya mbak
harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini. Jadi mbak jangan
sendirian ya.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan mbak setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri ?”
b. Evaluasi objektif
“coba mbak sebutkan lagi cara tersebut”
4. Rencana Tindak Lanjut
mengidentifikasi kegiatan yang disukai klien”
5. Kontrak yang akan datang
Topik : “ baiklah mbak cukup sekian perbincangan kita hari ini, besok
kita akan berbincang lagi ”
48
Waktu :”Bagaimana jika besok ngobrol selama 15 menit?”
Tempat :”Bagaimana jika besok kita berbincang di teras depan?”
49
saya tidak akan membiarkan
mbak sendirian.”
“jika mbak ada keinginan
untuk bunuh diri, maka untuk
mengatasinya mbak harus
langsung minta bantuan
kepada perawat di ruangan
ini. Jadi mbak jangan
sendirian ya.”
50
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada bab pembahasan ini akan di uraikan menganai pembahasan masalah yang terjadi
di dalam kasus dan penyelesainnya beserta perbandingan teori dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan. Saat pemberian asuhan keperawatan pada Ny K dengan masalah keperawatan
resiko buuh diri di Ruangan Dahlia, dengan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada kasus yang dikelola penulis
dapat diidentifikasi masalah keperawatan utamau yaitu Resiko bunuh diri, adapun uraian
pembahasan masalah keperawatan tersebut dilakukan dengan terapi individu berupa SP untuk
mengekpresikan perasaan yang dialami pasien.
Data Pengkajian yang berhubungan dengan masalah keperawatan resiko bunuh diri, di
dukung dengan data subjektif yang menyatakan bahwa dirinya suka melukai dirinya sendiri
sejak satu bulan terakhir, sudah 3 kali klien melakukan percobaan bunuh diri dengan
menggoreskan percahan kaca pada lehernya. Data objektif yang didapatkan yaitu klien tampak
menyendirri, kontak mata negatif, tatapan mata tajam, pembicaraan non-koorperatif.
Bunuh diri merupakan keutusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang diahadapi (Captain, 2008). Mencederai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yanag dihadapi ( Captai, 2008). Perilaku dekstruktif
diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilkau
dekstruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya dalaah kematian, dan individu
menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku dekstruktif diri tak langsung
termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian.
Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan
biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart dan Sundeen, 2006).
Resiko Bunuh diri diangkat sebagai prioritas diagnosa pertama karena dari pengkajian
didapatkan data – data yang menunjukkan tanda-tanda dari pasien resiko bunuh diri, yang
sudah memenuhi kebutuhan karakteristik. Tujuan dari Askep pada Diagnosa RBD yaitu tujuan
umumnya tidak mencederai dirinya sendiri dan maupun orang lain. Tujuan khususnya yaitu
51
klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, klien mampu
menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai pada kemampuan.
Pada SP 1 klien mampu mengendalikan dorongan bunuh diri yaitu klien dapat
mengindetifikasi benda yang membahayakan klien, dapat mengamankan benda yang dapat
membahayakan dan dapat mengajarkan cara mengendalikan bunuh diri. Pada SP 2 klien
mampu mengidentifikasi aspek positf yang ada pada dirinya dan berpikir positif tentang
dirinya. Pasien mampu berpikir positif tentang dirinya dengan menganggap bahwa dirinya
masih berharga untuk bisa membantu merawat keluarganya dan harus bisa bersabar dalam
menghadapinya. Pada SP 3 klien harus mampu pola koping yang konstruktif. Pasien berusaha
bersabar untuk bisa mengikuti kegiatan yang ada di ruangan. Sedangkan untuk penilaian
kopingnya pasien lebih memilih untuk tidur dan berdiam diri. Selain itu klien juga mampu
mempratikkan pola koping konstruktif dengan beraktifitas dan berinteraksi dengan teman
teman lainnya. Evaluasi dari resiko bunuh diri yang sudah tercapai adalah klien mampu
mengendalikan dorongan bunuh diri yaitu klien dapat mengidentifikasi benda yang dapat
membayakan klien, dapat mengamakan benda yang membahayakan dapat mengajarkan cara
mengendalikan bunuh diri. Selain itu klien mampu mengidentifikasi aspek positif serta dapat
mengidentifikasi pola koping sampai dapat mempraktekkan pola koping yang konstruktif .
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Risiko bunuh diri adalah risiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan
perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stres yang
tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri hidupnya adalah
kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti,
perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara
untuk mengakhiri keputusan.
Adapun standar asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dalam keperawatan jiwa
yaitu strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik. Dalam melakukan strategi pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat mempunyai 4 tahap kominikasi, yang setiap tahapnya
mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat. 4 tahap tersebut yaitu tahap pra
interaksi, orientasi atau perkenalan, kerja dan terminasi.
5.2 Saran
B. Bagi mahasiswa
saran bagi mahasiswa supaya dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada
pasien risiko bunuh diri agar lebih mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki serta dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
53
DAFTAR RUJUKAN
Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Dit.jen. 2000., teori & tindakan keperawatan jiwa. Jakarta:
Press
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari
Pocket Guide to Psychiatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. 3rd ed. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed :1. Bandung : RSJP
54