Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN


Resume Buku Bab 1 sampai 3

Nama : Samuel Richard


NIM : 155040200111116
Kelas :A
Dosen Mata kuliah : Prof.Dr.Ir. Ika Rochdjatun S.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
BAB 1

Ilmu penyakit tanaman atau yang lebih dikenal dengan naman Fitopatologi adalah ilmu
yang mempelajari mengenai pathogen tanaman atau tumbuhan. Terdapat beberapa ilmu yang
mendasari fitopatologi antara lain: mikologi, bakteriologi, virology, ekologi, fisiologi,
matematika, fisika, kimia, klimatologi, dan sebagainya. Sedangkan pengerian dari tanaman sakit
adalah keadaan dimana tanaman tersebut mengalami kerusakan secara anatomis maupun
fisiologis sehingga menyebabkan kehilangan hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, dan
dapat menyebabkan kerugian ekonomis. Ilmu yang mempelajari mengenai epidemic dari
penyakit tersebut dikenal dengan nama Epidemiologi. Istilah dari epidemi dapat diartikan
sebagai penyakit yang berkembang sangat cepat diantara banyak manusia dalam tempat yang
sama untuk waktu tertentu. Sedangkan apabila di definisikan Epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari dinamika penyakit pada suatu populasi inang tertentu dalam ruang dan waktu
tertentu yang Nampak saatperumbuhan awal, optimal, dan maksimalnya. Dan seiring dengan
perkembangan jaman, maka pada tahun1963, Van der Plank dalam bukunya yang berjudul
Plant Disease: epidemics and Control memperhitungkan secara lebih rinci dalam bentuk
persamaan matematika differensial, yang meliputi: periode laten (p), periode infeksi (i), dan
dan factor perbanyakan harian (Rc) yang kemudian dari persamaan tersebut dapat
dikembangkan menjadi model dinamika dalam model epidemiologi, seperti model simulasi
EPIMUL, EPIVEN, dan seterusnya.
Mempelajari epidemiologi bertujuan agar kita dapat mengkwantifikasikan pengertian
penyakit menjadi suatu nilai tertentu sehingga mudah dipelajari dinamikanya dari waktu ke
waktu. Selain waktu yang menjadi peran penting terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
laju perkembangan penyakit yakni Patogen, Inang, Lingkungan dimana epidemic terjadi. Dalam
Epidemiologi ke tiga factor ini disebut juga segitiga penyakit yang menentukan tingkat
keparahan suatu penyakit. Dan dari factor factor tersebut terdapat lagi beberapa sub factor
dari masing masing factor. Pada factor tanaman beberapa sub factor yang perlu diperhatikan
antara lain: Luas permukaan kanopi (leaf area index); Populasi tanaman (jumlah tanaman
perluas tanam); kepekaan tanaman (tergantung varietas tanaman dan bagian tanaman); umur
tanaman; Pola tanam. Untuk sub factor dari factor pathogen adalah: Tingkat keganasan atau
Virulensi; Populasi Inokulum; Ras fisiologis. Sedangkan sub factor dari factor lingkungan adalah:
lingkungan fisik berupa factor cuaca (Suhu udara, kelembaban nisbi, curah hujan, kecepatan
angi, lama penyinaran, dan lain lain); dan factor biologis seperti Musuh alami .
BAB 2
Jamur merupakan salah satu pathogen yang menyebabkan penyakit pada tanaman
dengan cara menginokulasi dan menginfeksi tanaman tersebut. Cara masuknya jamur atau asal
dari jamur itupun dibedakan menjadi dua. Pertama adalah Eksodemik yakni yang berasal dari
Negara atau daerah lain, dan selanjutnya adalah Endemik yaitu yang berada di daerah yang
bersakutan sepanjang tahun meskipun dalam kondisi kurang menguntungkan. Dalam
epidemiologi juga terdapat berbagai fenomena tentang daur perkembangan penyakit antara
lain: daur hidup dan daur infeksi. Daur hidup peristiwa mengenai pathogen selama suatu
musim tanam dari satu period eke periode berikutnya. Patogen dalam hidupnya dapat
menyesuaikan diri dengan musim tanah tertentu yang dikenal dengan istilah autoccious atau
mengalami stadium parasitisme yang berbeda pada tanaman inang yang berbeda pada
tanaman yang disebut heteroccious.
Selain itu dalam epidemiologi juga dikenal istilah rantai infeksi untuk rangkaian infeksi
yang tidak pernah berakhir mulai dari infeksi , kolonisasi, sporulasi, penyebaran dan kembali
terjadi infeksi. Satu daur dari spora sampai kembali menjadi spora dengan tipe pora serupa
disebut sebagai daur infeksi.beberapa pathogen memiliki rangkaian daur infeksi yang berurutan
dan terjadi secara berulang-ulang. Hal ini disebut sebagai sutu proses daur banyak (polycyclic
process). Daur infeksi juga dibagi menjadi tiga fase yaitu fase Sporulasi, fase Penyebrangan, dan
fase Infeksi. Pada setiap fase juga terdapat beberapa sub-fase. Pada fase Sporulasi terdapat
beberapa sub fase antara lain: pembentukan sporofor; pembentukan spora; dan pematangan
spora. Lalu pada fase Penyebrangan juga terdapat beberapa sub-fase yakni: pelepasan spora;
pemindahan spora; dan pendaratan spora. Sedangkan sub-fase yang ada pada fase Infeksi
yaitu: perkecambahan awal; pertumbuhan tabung kecambah; pembentukan apressorium;
penetrasi; pembentukan haustorium; dan kolonisasi. Pada setiap fase tersebut keberhasilannya
juga ditentukan oleh beberapa kondisi seperti bagaimana spora yang jatuh ke substrat tanaman
dapat menyesuaikan diri atau yang biasa dikenal sebagai sinkronisasi atau beberapa spora yang
tidak bisa berkecambah karena tidak mendapat air atau yang biasa kita kenal sebagai seleksi.
Lamanya daur infeksi ditentukan oleh periode laten, yaitu waktu antara infeksi dan
pembentukan spora baru.
BAB 3
Dalam lingkungan terdapat hubungan timbal balik antara lingkungan dan organisme
nya. Bila digambarkan dalam bentuk kurva sifat ketergatungan dari hubungan timbal balik
tersebut dikenal sebagai veriabel bebas dan variable tidak bebas dimana variable bebas
umumnya merupakan factor lingkungan sedangkan variable tidak bebas pada umumnya factor
biologi atau organisme terkait. Nilai dari setiap tingkatan atau kelas dari variable bebas disebut
sebagai rangsangan atau stimulus yang akan berhadapan dengan variabel tidak bebas sehingga
menunjukan suatu nilai resultante yang disebut sebagai respon. Secara definitive stimulus pada
dasarnya dapat dijabarkan dalam dua kejadian yakni: setiap kejadiab dapat menyebabkan
tingkah laku suatu organisme dan setiap perbahan energy akan menyebabkan perubahan
aktifitas indra penerima. Dan dari definisi pertama maka dapat dilihat bahwa spora yang dalam
air umumnya dapat berkecambah (respon) atau tidak. Dalam kaitannya antara stimulus dan
respon terdapat dua kurva yang menggambarkannya. Pertama adalah kurva berbentuk genta.
Kurva ini memiliki bentuk yaitu diatas diplot dari nol hingga mencapai sebuah titik maksimum
lalu kembali lagi ke nol karena ada waktu minimum yang dijalani, yang dibawah waktu tersebut
tidak terjadi perkecambahan. Yang ke dua adalah kurva optimum dimana pada kurva ini
dicirikan dengan adanya tiga titik yaitu titik minimum, titik maksimum, dan titik optimum.
Apabila stimulus meningkat dari minimum ke optimum maka respon akan meningkat pula mula
mula perlahan kemudian menjadi lebih cepat dan akhirnya perlahan kembali. Apabila keadaan
stimulus diteruskan dari titik optimum ke maksimum maka respon akan turun perlahan
kemudian makin cepat hingga akhirnya mencapai nol.
Apabila stimulus melebihi nilai maksimal maka respon akan menjadi nol dan akhirnya
menyebabkan kematian dan hal ini disebut sebagai nilai supra maksimal. Sebaliknya, apabila
nilai stimulus kurang dari pada minimum maka respon juga menjadi nol atau tidak memberikan
respon hal ini disebut sebagai nilai sub minimal. Dan apabila kematian responder menjadi
tujuan utama maka kurva ini disebut juga sebagai kurva kematian. Stimulus lingkungan juga
dapat mempunyai pengaruh yang berbeda didalam unit respon yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai