Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan........................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian pemeriksaan fisik paru............................................3


B. Tujuan pemeriksaan fisik paru.................................................3
C. indikasi pemeriksaan fisik paru................................................3
D. kontra indikasi pemeriksaan fisik paru.....................................3
E. pelaksanaan pemeriksaan fisik..................................................3

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran..........................................................................................
C. Lampiran....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik paru merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada


pemeriksaan fisik anak. Secara umum, pemeriksaan fisik paru pada anak sama
dengan pada dewasa. Namun karena umurnya yang belum kooperatif, pendekatan
yang dilakukan seorang dokter pada saatmelakukan pemeriksaan berbeda dengan
pendekatan pada orang dewasa. Ekspresi wajah yang menenangkan, sentuhan,
kata-kata dan mainan merupakan hal-hal yang bisa dilakukan untuk memulai
sebuah pemeriksaan.

Sebelum melakukan pemeriksaan paru, lakukan anamnesis yang lengkap


mengenai keluhan dan perjalanan penyakit pasien. Pada sebuah penelitian,
anamnesis yang baik dan lengkap dapat lebih berguna dalam menegakkan
diagnosis suatu penyakit paru dibandingkan pemeriksaan fisik paru. Pemeriksa
harus membersihkan tangan sebelum melakukan pemeriksaan dengan air bersih
dan sabun. Pemeriksaan harus dilakukan pada ruangan yang tenang,
bersih, hangat, terang, dan memberikan privasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pemeriksaan fisik paru?
2. Sebutkan tujuan pemeriksaan fisik paru?
3. Sebutkan indikasi pemeriksaan fisik paru?
4. Sebutkan kontraindikasi pemeriksaan fisik paru?
5. Jelaskan pelaksanaan pemeriksaan fisik paru?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan fisik paru
2. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan fisik paru
3. Untuk mengetahui indikasi pemeriksaan fisik paru
4. Untuk mengetahui kontra indikasi pemeriksaan fisik paru
5. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan fisik paru

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pemeriksaan fisik paru

Pemeriksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat
untuk melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas
system pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

B. Tujuan pemeriksaan fisik paru


1. Mengetahui bentuk, kesimetrisan,ekspansi, keadaan kulit dinding dada.
2. Mengetahui frekuensi sifat irama pernapasan.
3. Mengetahui adanya nyeri tekan, masa,peradangan,taktil frektus.
4. Mengetahui keadaan paru, rongga pleura.
5. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya.
6. Mengkaji aliran udara melalui batang trakheabronkial
7. Mengetahui adanya sumbatan aliran udara.
C. Indikasi pemeriksaan fisik paru

Pada pasien dengan gangguan sistem respirasi

D. Kontra indikasi pemeriksaan fisik paru

Pada pasien yang luka bakar

E. Pelaksanaan

Tahap Pre Interaksi

a) Melakukan verifikasi data


b) Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.

3
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta
tidak mengancam.
6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian
serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.
9. Membuat kontrak waktu (waktu, tempat dan tindakan yang akan
dilakukan).
c) Persiapan Alat
1. Handscoon
2. Stetoskop
d) Persiapan lingkungan
Sampiran

Tahap Orientasi

1. Memberikan salam terapeutik.


2. Panggil klien dengan nama yang disenangi.
3. Memperkenalkan nama perawat.
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.
5. Menjelaskan kerahasiaan.

Tahap Kerja

1. Cuci tangan dan letakkan alat-alat di tempat yang mudah dijangkau.


2. Jaga privasi.
a. Inspeksi dada
1) Buka baju klien dan perlihatkan badan klien sebatas pinggang.
2) Atur posisi klien duduk atau berdiri.
3) Beri penjelasan pada klien tentang apa yang akan dilakukan oleh
pemeriksa dan anjurkan klien untuk tetap santai/rileks.
4) Lakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi, yaitu:
 Depan: perhatikan klavikula, sternum, dan tulang rusuk;
 Belakang: perhatikan bentuk tulang belakang, kesimetrisan
skapula;

4
 Sisi kanan;
 Sisi kiri klien.
5) Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui
kelainan bentuk dada dan tentukan frekuensi respirasi.
6) Amati keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi interkostalis
selama bernapas, jaringan parut, atau kelainan lainnya.

b. Palpasi dada
c. Ekspansi dada
1) Berdiri di depan klien dan letakkan kedua telapak tangan secara
datar pada dinding dada klien.
2) Anjurkan klien untuk menarik napas.
3) Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi
kiri.
4) Pemeriksa berdiri di belakang klien, letakkan tangan pemeriksa
pada sisi dada lateral klien, perhatikan getaran ke samping
sewaktu klien bernapas.
5) Letakkan kedua tangan pemeriksa di punggung klien-ibu jari
diletakkan sepanjang penonjolan spina setinggi iga ke-10 dengan
telapak tangan menyentuh permukaan posterior. Jari-jari harus
terletak 5 cm terpisah dengan titik ibu jari pada spina dan jari lain
ke lateral.
6) Setelah ekshalasi, minta klien untuk bernapas dalam, observasi
gerakan ibu jari pemeriksa.
7) Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada.

d. Taktil fremitus
1) Letakkan telapak tangan pada bagian belakang dinding dada dekat
apeks paru.
2) Instruksikan klien untuk mengucapkan bilangan “sembilan-
sembilan”.

5
3) Ulangi langkah tersebut dengan tangan bergerak ke bagian dasar
paru.
4) Bandingkan fremitus pada kedua sisi paru dan di antara apeks
dasar paru.
5) Lakukan palpasi taktil fremitus pada dinding dada anterior.
6) Minta klien untuk berbicara lebih keras atau dengan nada lebih
rendah jika fremitus redup.

Fremitus biasanya lebih menonjol di daerah interskapula daripada di


bidang paru-paru yang lebih rendah, sering lebih menonjol di sisi
kanan daripada kiri, dan menghilang di bawah diafragma.

e. Perkusi dada
1) Atur posisi klien supinasi/telentang.
2) Untuk perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas klavikula ke
bawah pada spasium interkostalis dengan interval 4-5 cm
mengikuti pola sistematik.
3) Bandingkan sisi kanan dan kiri.
4) Anjurkan posisi klien duduk atau berdiri.
5) Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mulai dari puncak
paru ke bawah.
6) Bandingkan sisi kiri dan kanan.
7) Instruksikan klien untuk menarik napas panjang dan menahannya
untuk mendeterminasi gerakan diafragma.
8) Lakukan perkusi sepnjang garis skapula sampai pada lokasi batas
bawah sampai resonan berubah menjadi redup.
9) Tandai area redupnya bunyi dengan pensil/spidol.
10) Instruksikan klien untuk menghembuskan napas secara maksimal
dan menahannya.
11) Lakukan perkusi dari bunyi redup/tanda I ke atas. Biasanya bunyi
redup ke-2 ditemukan di atas tanda I.beri tanda pada kulit tempat
ditemukannya bunyi redup (tanda II).

6
12) Ukur jarak antara tanda I dan tanda II. Pada wanita jarak antar
kedua tanda ini normalnya 3-5 cm, pada pria 5-6 cm.

Suara atau bunyi perkusi pada paru-paru orang normal adalah


resonan yang terdengar seperti “dug,dug,dug”.Pada keadaan
tertentu bunyi resonan ini dapat menjadi lebih atau kurang
resonan,misalnya pada saat terjadi konsolidasi, bunyi yang
dihasilkan adalah kurang resonan yang tedengar seperti
“bleg,bleg,bleg”.
f. Auskultasi paru
1) Gunakan diafragma stetoskop untuk orang dewasa dan bell untuk
anak-anak.
2) Letakkan stetoskop dengan kuat pada kulit di atas area interkostal.
3) Instruksikan klien bernapas secara perlahan dan dalam dengan
mulut sedikit tertutup.
4) Mulai auskultasi dengan urutan yang benar.
5) Dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada setiap tempat.
6) Catat hasil auskultasi

Jenis suara nafas

1) Suara nafas normal

Napas yang normal adalah suara yang dihasilkan dari getaran saat
udara melalui laring ke saluran napas dari alveoli, dengan alam bersih

 nafas yang normal suara:


a. bronkus: sering disebut sebagai "suara Tubular" karena suara
yang dihasilkan oleh udara melalui tabung (pipa), suaranya
keras, keras, dengan hembusan lembut. Ekspirasinya fase lebih
panjang dari inspirasi, dan tidak ada gangguan antara dua fase.
Terdengar biasa di atas trakea atau daerah suprasternal notch.
b. Bronchovesikular: kombinasi bronkial dan napas vesikuler suara.
Suaranya keras dan dengan intensitas sedang. Inspirasi sama

7
panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks
dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
c. vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari berakhirnya, ekspirasi terdengar
seperti tiupan.
2) Suara napas tambahan / abnormal
a. Crackles

Adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan


pembukaan kembali jalan napas yang menutup. Terdengar selama :
inspirasi.

 Fine crackles / krekels halus

Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara :


meletup, terpatah-patah.

Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau


bronchioles / penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut
yang digesekkan.

 Krekels kasar

Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau,


basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong.

Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan


nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.

b. mengi (wheezing)

pakah suara seperti bersiul, terus menerus, yang durasi lebih


panjang dari krekels. Suara untuk: inspirasi dan ekspirasi, secara
klinis lebih diucapkan pada saat berakhirnya.

Penyebab: Hasil lewat udara melalui saluran udara


menyempit / sebagian tersumbat. Karakter Batuk dapat dihapus
dengan suara nyaring, suara terus menerus dikaitkan dengan aliran
udara melalui saluran udara menyempit (seperti asma dan bronkitis

8
kronis). Mengi dapat terjadi karena perubahan suhu, alergen, latihan
fisik dan iritasi bronkial.

c. Ronchi

Adalah bahwa kebisingan latar belakang. Terdengar untuk:


kadaluarsa.

Penyebab: Pergerakan udara melewati saluran udara


menyempit karena obstruksi jalan napas. Obstruksi: sumbatan karena
sekresi, edema, atau tumor.

Contoh: suara mendengkur.

 Ronchi kering: kebisingan tambahan yang terdengar waktu


terus terutama ekspirasi disertai dengan lendir / rahasia
bronkus. Ada nada tinggi (menyusut) seperti asma dan nada
rendah karena peningkatan sekresi bronkus yang besar juga
dapat didengar ketika inspirasi.
 Ronchi basah (krepitasi): suara tambahan yang terdengar
tidak kontinyu pada waktu inspirasi seperti suara ranting
kering di atas api, disebabkan oleh rahasia di alveoli atau
bronkiolus. Crackles basah bisa halus, menengah, dan kasar.
Crackles baik dan mampu yang disebabkan oleh cairan di
alveoli, misalnya dalam pneumonia dan edema paru,
sedangkan kasar crackles misalnya pada bronkiekstatis.

Perbedaan Ronchi dan mengi.

Mengi berasal dari bronkus dan bronkiolus adalah saluran


yang lebih kecil, suara yang terdengar tinggi dan peluit. Biasanya
terdengar pada pasien dengan asma.

Ronchi berasal dari bronkus dan bronkiolus saluran yang


lebih besar, memiliki suara yang rendah, resonansi. Biasanya
terdengar jelas pada mendengkur.

9
d. Pleural friction rub

Adalah suara tambahan yang timbul akibat terjadinya


peradangan pada pleura sehingga permukaan pleura menjadi kasar.

Karakter suara : kasar, berciut, disertai keluhan nyeri pleura.


Terdengar selama : akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak
dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Terdengar sangat baik pada
permukaan anterior lateral bawah toraks.

Terdengar seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di


dekat telinga, jelas terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan
ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan keluhan nyeri pleura.
Bunyi ini dapat menghilang ketika nafas ditahan. Sering didapatkan
pada pneumonia, infark

Tahap Terminasi

a. Meyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.


b. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan.
c. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
d. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
e. Merapikan alat-alat.
f. Berpamitan dengan pasien.

Tahap Dokumentasi

Mencatat seluruh tindakan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeiksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat
untuk melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas
system pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

B. Saran

Kami selaku penyusun merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

11
CHECKLIST PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN PARU

Nama :...........................................................

NIM :...........................................................

NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
DEFINISI :
Perawat mengkaji dada dan paru untuk memeriksa tanda
kesehatan.
TUJUAN :
1. Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi keadaan kulit
dinding dada.
2. Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan.
3. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan, taktil
fremitus.
4. Mengetahui keadaan paru, rongga pleura.
5. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya.
6. Mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkial.
7. Mengetahui adanya sumbatan aliran udara, dll.
PELAKSANAAN
Tahap Pre Interaksi
a. Melakukan verifikasi data
b. Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur
dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti
klien/keluarganya.
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas,
sistematis serta tidak mengancam.
6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk
klarifikasi.
7. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan
melakukan tindakan.
9. Membuat kontrak waktu (waktu, tempat dan tindakan
yang akan dilakukan).

12
c. Persiapan Alat
1. Handscoon
2. Stetoskop

d. Persiapan lingkungan
Sampiran
Tahap Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik.
b. Panggil klien dengan nama yang disenangi.
c. Memperkenalkan nama perawat.
d. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien.
e. Menjelaskan kerahasiaan.
Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan letakkan alat-alat di tempat yang mudah
dijangkau.
2. Jaga privasi.

Inspeksi dada
a. Buka baju klien dan perlihatkan badan klien sebatas
pinggang.
b. Atur posisi klien duduk atau berdiri.
c. Beri penjelasan pada klien tentang apa yang akan dilakukan
oleh pemeriksa dan anjurkan klien untuk tetap santai/rileks.
d. Lakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi, yaitu:
 Depan: perhatikan klavikula, sternum, dan tulang rusuk;
 Belakang: perhatikan bentuk tulang belakang,
kesimetrisan skapula;
 Sisi kanan;
 Sisi kiri klien.
e. Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui
kelainan bentuk dada dan tentukan frekuensi respirasi.
f. Amati keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi
interkostalis selama bernapas, jaringan parut, atau kelainan
lainnya.

Palpasi dada
Ekspansi dada
a. Berdiri di depan klien dan letakkan kedua telapak tangan
secara datar pada dinding dada klien.
b. Anjurkan klien untuk menarik napas.
c. Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan

13
dan sisi kiri.
d. Pemeriksa berdiri di belakang klien, letakkan tangan
pemeriksa pada sisi dada lateral klien, perhatikan getaran ke
samping sewaktu klien bernapas.
e. Letakkan kedua tangan pemeriksa di punggung klien-ibu jari
diletakkan sepanjang penonjolan spina setinggi iga ke-10
dengan telapak tangan menyentuh permukaan posterior. Jari-
jari harus terletak 5 cm terpisah dengan titik ibu jari pada
spina dan jari lain ke lateral.
f. Setelah ekshalasi, minta klien untuk bernapas dalam,
observasi gerakan ibu jari pemeriksa.
g. Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada.

Taktil fremitus
a. Letakkan telapak tangan pada bagian belakang dinding dada
dekat apeks paru.
b. Instruksikan klien untuk mengucapkan bilangan “sembilan-
sembilan”.
c. Ulangi langkah tersebut dengan tangan bergerak ke bagian
dasar paru.
d. Bandingkan fremitus pada kedua sisi paru dan di antara
apeks dasar paru.
e. Lakukan palpasi taktil fremitus pada dinding dada anterior.
f. Minta klien untuk berbicara lebih keras atau dengan nada
lebih rendah jika fremitus redup.

Perkusi dada
a. Atur posisi klien supinasi/telentang.
b. Untuk perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas
klavikula ke bawah pada spasium interkostalis dengan
interval 4-5 cm mengikuti pola sistematik.
c. Bandingkan sisi kanan dan kiri.
d. Anjurkan posisi klien duduk atau berdiri.
e. Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mulai dari
puncak paru ke bawah.
f. Bandingkan sisi kiri dan kanan.
g. Instruksikan klien untuk menarik napas panjang dan
menahannya untuk mendeterminasi gerakan diafragma.
h. Lakukan perkusi sepnjang garis skapula sampai pada lokasi
batas bawah sampai resonan berubah menjadi redup.
i. Tandai area redupnya bunyi dengan pensil/spidol.
j. Instruksikan klien untuk menghembuskan napas secara
maksimal dan menahannya.
k. Lakukan perkusi dari bunyi redup/tanda I ke atas. Biasanya
bunyi redup ke-2 ditemukan di atas tanda I.beri tanda pada
kulit tempat ditemukannya bunyi redup (tanda II).

14
l. Ukur jarak antara tanda I dan tanda II. Pada wanita jarak
antar kedua tanda ini normalnya 3-5 cm, pada pria 5-6 cm.

Auskultasi paru
a. Gunakan diafragma stetoskop untuk orang dewasa dan bell
untuk anak-anak.
b. Letakkan stetoskop dengan kuat pada kulit di atas area
interkostal.
c. Instruksikan klien bernapas secara perlahan dan dalam
dengan mulut sedikit tertutup.
d. Mulai auskultasi dengan urutan yang benar.
e. Dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada setiap tempat.
f. Catat hasil auskultasi.
Tahap Terminasi
1. Meyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan.
2. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
dilakukan kegiatan.
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
5. Merapikan alat-alat.
6. Berpamitan dengan pasien.
Tahap Dokumentasi
Mencatat seluruh tindakan yang telah dilakukan dalam catatan
keperawatan.

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1 = dikerjakan tetapi tidak sempurna

2 = dikerjakan dengan sempurna

15
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry 2005, Fundamental Keperawatan, Jaakarta : EGC

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2006 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Joyce, K & Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.


Jakarta : EGC

Priharjo, Robert. 2006 Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta :EGC

16

Anda mungkin juga menyukai