Anda di halaman 1dari 56

MODUL PRAKTIKUM

FISIOTERAPI MANUAL MUSKULOSKALETAL

Disusun Oleh:

Muhammad Yusrin Al Gifari,Amd.Ft

NAMA : Muhamad Ihsanurul Kamil

NIM : EFT10160046

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah dianugrahkan, sehingga penulis dapat merampungkan Modul
Praktikum Fisioterapi Manual Muskuloskaletal Program Studi Fisioterapi Politeknik
Unggulan Kalimantan ini. Tujuan diterbitkannya modul praktikum ini adalah sebagai
panduan dalam :

1. Pengelolaan kegiatan praktikum bagi mahasiswa


2. Melaksanakan proses praktik dari bidang keilmuan dalam ilmu fisioterapi
3. Melaksanakan proses pembelajaran kasus, analisis praktis dan analisis profesional dalam
praktik fisioterapi
4. Bagian dari proses kegiatan belajar mengajar dan praktikum pada program DIII
Fisioterapi.
Harapan penulis semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan
sasaran pendidikan.

Banjarmasin, __________ 2017


Politeknik Unggulan Kalimantan

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3

DESKRIPSI MATA KULIAH ........................................................................................... 5

PRAKTIKUM 1

Mobilisasi sendi ........................................................................................................... 6

PRAKTIKUM 2

Quantum Movement Teknik ....................................................................................... 11

PRAKTIKUM 3

Muscle Energy Teknik ............................................................................................... 18

PRAKTIKUM 4

Manual Viseral Teknik ............................................................................................... 22

PRAKTIKUM 5

Strain Contra Strain ................................................................................................... 28

PRAKTIKUM 6

Oral Massage ............................................................................................................... 35

PRAKTIKUM 7

Myofarcial Release ..................................................................................................... 38

3
PRAKTIKUM 8

Manual terapi pada Hip Joint………………………………………..…..….... 41


PRAKTIKUM 9

Manual terapi pada Knee Joint …………………….………………………………….. 48


PRAKTIKUM 10

Manual Terapi pada Ankle Joint.................................................................................. ..52

4
DESKRIPSI MATA KULIAH

1. Mata Kuliah :Fisioterapi Manual Muskuloskaletal


2. Kelompok Mata Kuliah : Mata kuliah Keahlian berkarya
3. Kode Mata Kuliah :AMD 22125
4. Mata Kuliah Prasyarat : -
5. Jumlah SKS :2(dua) SKS 1P dan 1T
6. Program Studi :Diploma III Fisioterapi
7. Semester :V (Lima)
8. Dosen Pengampu :
1. Muhammad Yusrin Al Gifari,Amd.Ft (Koordinator Dosen)
2. Moh Arief Fadillah,Amd.Ft
9. Tempat pertemuan : Lab. Elektroterapi
10. Deskripsi Mata Kuliah :Mata kuliah ini membahas tentang kondisi kasus fisioterapi manual
terapi muskuloskeletal. Tindakan penanganan pada kasus muskuloskaletal mulai dari
assasment, penatalaksanaan hingga evaluasi serta memilih intervensi yang tepat guna pada
kasus tersebut. Mata kuliah ini merupakan basic science yang digunakan untuk
mempermudah pemahaman tentang kasus-kasus klinis yang sering dijumpai, khususnya yang
sering dijumpai pada kasus muskuloskaletal dengan metode fisioterapi.
11. Standar Kompetensi :Mampu memahami ilmu pengetahuan, mempunyai kemampuan dan
pemahaman serta mampu mengaplikasiakan dalam hal :
a. konsep ilmu fisioterapi manual terapi muskuloskeletal
b. Penatalaksanaan Fisioterapi pada kasus-kasus muskuloskaletal dari
kasus pada ekstremitas atas maupun bawah
12. Kompetensi Dasar : Mampu memahami ilmu fisioterapi manual terapi muskuloskeletal dan
aplikasinya pada kasus muskuloskaletal dengan assasement dan
penatalaksanaan fisioterapi yang tepat dan profesional

5
PRATIKUM I
MOBILISASI SENDI
A. Pendahuluan
Mobilisasi sendi adalah suatu gerakan pasif yang dilakukan oleh terapis pada
kecepatan yg cukup lambat sehingga pasien dpt menghentikan gerakan.
Ada 2 teknik mobilisasi :
1. Teknik Oscillasi
Derajat Gerakan Teknik Oscillasi :
 Derajat 1
gerakan oscillasi yg berirama dgn amplitudo kecil dilakukan pd awal ROM
 Derajat 2
gerakan oscillasi yg berirama dgn amplitudo besar dilakukan dalam lingkup
ROM tapi tidak mencapai batas keterbatasan
 Derajat 3
gerakan oscillasi yg berirama dgn amplitudo besar dilakukan sampai batas
ROM yang ada dan dilakukan stress pada awal keterbatasan.
 Derajat 4
gerakan oscillasi yg berirama dgn amplitudo kecil dilakukan pada batas
ROM yg ada & dilakukan stress pada lingkup keterbatasan
 Derajat 5
teknik thrust kecepatan tinggi dgn amplitudo kecil dilakukan pada lingkup
keterbatasan (perlengketan jaringan). Teknik thrust digunakan untuk kemajuan
terapi/training.
Kegunaan :
 Derajat 1 & 2 terutama digunakan un-tuk mengurangi nyeri karena memiliki
efek inhibisi terhdp stimulus nyeri.
 Derajat 3 & 4 terutama digunakan seba-gai manuver stretching (untuk menam-
bah ROM).

Teknik oscillasi dapat dilakukan dengan menggunakan gerak fisiologis atau teknik
JPM.

6
2. Teknik Traksi-translasi
Derajat Gerakan Teknik Traksi-translasi :
 Derajat 1
traksi dengan amplitudo kecil tanpa stress pada kapsul sendi
 Derajat 2
traksi-translasi yg cukup diaplikasikan pada jaringan yg “tight” disekitar
sendi.
 Derajat 3
traksi-translasi diaplikasikan dgn am-plitudo yg cukup besar shg terjadi
stretch pada kapsul sendi dan struktur periartikular
Kegunaan
 Derajat 1 traksi digunakan untuk mengurangi nyeri.
 Derajat 2 traksi digunakan pd awal pengobatan untuk menentukan sensitivi-tas
sendi  dosis pengobatan dpt diketahui
 Derajat 2 traksi yg diaplikasikan scr intermitten dpt menginhibisi nyeri, derajat
2 translasi digunakan untuk memelihara JPM.
 Derajat 3 traksi-translasi digunakan untuk stretch struktur sendi & mening-
katkan JPM

Petunjuk Penggunaan :

 Untuk tujuan mengurangi nyeri, guna-kan derajat 1 / 2 oscillasi atau derajat 1


traksi yg slow intermitten atau 2 traksi

 Untuk tujuan memelihara ROM yg ada gunakan derajat 2 oscillasi atau derajat
2 traksi-translasi.

 Untuk tujuan stretch struktur sendi atau menambah ROM, gunakan derajat 3 / 4
oscillasi atau derajat 3 traksi-translasi

B. Indikasi dan Kontraindikasi


a. Indikasi
1. Nyeri, Spasme & Tigthness
dapat diobati dgn teknik oscillasi & traksi yg gentle

7
Efek Neurofisiologi
Dgn gerakan oscillasi dan traksi amplitu-do kecil dpt merangsang
mechanoresep-tor shg menginhibisi transmisi stimulus nosiseptif pada medula
spinalis atau level SSP yg lebih tinggi

Efek Mechanical

Dengan gerakan traksi atau translasi ampli-tudo kecil dpt menghasilkan


gerakan cairan sinovial shg memperlancar proses difusi (pertukaran zat) ke bgn
avascular dari cartilago sendi  dapat mencegah nyeri hebat & degenerasi sendi

2. Hypomobile sendi yg reversible

3. Keterbatasan yg progresif

4. Immobilitas fungsional

b. Kontraindikasi
1. Hipermobile sendi
2. Efusi sendi (relatif)
3. Inflamasi (relatif)

Manipulasi adalah gerakan pasif yang menggunakan gerak fisiologis atau


asesoris, dapat diaplikasikan dengan suatu thrust atau dibawah pengaruh anastesi.
Manipulasi adalah suatu gerakan yg tiba2 atau thrust dgn amplitudo kecil, yg
dilaku-kan pd suatu kecepatan dimana pasien tdk mampu mencegahnya. Tujuan
utama Manipulasi adalah untuk merobek jaringan/struktur sendi yg
adhesion.Manipulasi dilakukan pada batas ROM yg ada sampai lingkup
keterbatasan gerak sendi.

SOAL :

1. Praktekkan review mobilisasi sendi yang sudah pernah diajarkan?


2. Praktekkan grade derajat untuk traksi dan translasi ?
3. Buatlah dokumentasi derajat mobilisasi sendi pada traksi dan translasi ?

8
JAWABAN

9
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

10
PRATIKUM II

QUANTUM MOVEMENT TEKNIK

1. Quantum Movement Teknik


Pengambangan metode ini dengan menggabungkan ilmu fisioterapi lainnya.
Menurut, Djohan Aras, QMT itu Teknik spesifik Fisioterapi dengan menggunakan energy
dari dalam dan atau dari luar tubuh penderita dengan cara memodifikasi beberapa teknik
khusus. “Diantaranya Neuro Muscular Technique (NMT), Manual Therapy (MT), Bugnet
Exc Techique (MKT), William Flexion Technique (WFT), PNF Technique (PNFT), dan
Monas Exc Technique (MONAS),”
QMT adalah salah satu metode latihan manual terapi yang diberikan dengan
beberapa gabungan terapi latihan menjadi satu teknik, salah satu kasus yang sangat efektif
dengan teknik ini adalah Low Back Pain (LBP). LBP adalah masalah yang sangat umum
kebanyakan orang mengalami di beberapa titik dalam kehidupan mereka. Kejadian
Herniated nucleus pulposus adalah 1-3%. Disk intervertebral sedang aneural adalah situs
utama untuk nyeri punggung bawah. Herniated nucleus pulposus (HNP) dapat didiagnosis
secara klinis dengan sejarah diikuti dengan pemeriksaan fisik yang disarankan oleh
Mckenzie dan Cyriax dan juga secara radiologis oleh MRI. Bajpai dkk. dan Lunawat dkk.
disarankan HNP harus berkorelasi secara klinis dan klinisi harus memberi penekanan
tentang sejarah dan pemeriksaan fisik. Enden dan Palmer membuktikan hal itu Bahkan jika
terjadi kelainan pada MRI, belum tentu hasil itu memberikan fakta yang sebenarnya
(Sahoo et al.,J Spine 2016, 5:2)
2. Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang paling
sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai
pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian Dammers dan
Koehler pada 1431 pasien dengan herniasi diskus lumbalis, memperlihatkan
bahwa pasien HNP L3-L4 secara bermakna dari usia tua dibandingkan dengan
pasien HNP L4-L5.
HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang
penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Inside HNP
11
di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60-80%
individu pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Nyeri punggung
bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka
prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60
tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas
sehari-hari pada 40% penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20%
penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap
untuk evaluasi lebih lanjut.
3. Anatomi dan Fisiologi
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara korpus
vertebra yang berdekatan, sendi antara arkus vertebra, sendi kostovertebralis dan
sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan diskus intervertebralis
menghubungkan vertebra yang berdekatan. Ligamentum longitudinal anterior,
suatu pita tebal dan lebar, berjalan memanjang pada bagian depan korpus
vertebra dan diskus intervertebralis, dan bersatu dengan periosteum dan annulus
fibrosus. Ligamentum longitudinalis anterior berfungsi untuk menahan gaya
ekstensi, sedangkan dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus
vertebra dan diskus intervertebralis terletak ligamentum longitudinal posterior,
ligamentum longitudinalis posterior berperan dalam menahan gaya fleksi.
Ligamentum anterior lebih kuat dari pada posterior, sehingga prolaps diskus lebih
sering kearah posterior. Pada bagian posterior terdapat struktur saraf yang sangat
sensitif terhadap penekanan yaitu radiks saraf spinalis, ganglion radiks dorsalis.
Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua sampai
vertebra sakralis terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini membentuk sendi
fibrokartilago yang lentur antara korpus vertebra.

12
Gambar 1. Pembagian Regio dari Columna Vertebralis

Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok; nucleus pulposus


ditengah dan anulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan dari tulang yang
di atas dan dibawahnya oleh dua lempengan tulang rawan yang tipis. Nukleus
pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigelatin, nukleus ini
mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan penyambung dan sel-
sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus
vertebra yang berdekatan. Selain itu. juga memainkan peranan penting dalam
pertukaran cairan antara diskus dan pembuluh-pembuluh darah kapiler. Anulus
fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang mengelilingi nukleus
pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk memungkinkan gerakan antara korpus

13
vertebra (disebabkan oleh struktur spiral dari serabut-serabut); untuk menopang
nukleus pulposus; dan meredam benturan. Jadi anulus berfungsi mirip dengan
simpail di sekeliling tong air atau seperti gulungan pegas, yang menarik korpus
vertebra bersatu melawan resistensi elastis nukleus pulposus, sedangkan nukleus
pulposus bertindak sebagai bola penunjang antara korpus vertebra.
Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang kolumna
vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal sedangkan yang
paling tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan bertambahnya usia,
kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih tipis.

4. Patomekanisme
a. Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna
vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air
diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai
menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi
kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan
ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks
saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian

14
kolumna vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil
ke yang kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak).
b. Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi,
dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus.
Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus
pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan
herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh.
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan
keadaan herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia
yang sesungguhnya, yaitu:
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu
arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih
dalam lingkaran anulus fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus
dan berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus
ligamentum longitudinalis posterior

15
Berdasarkan MRI, klasifikasi HNP dibedakan berdasarkan 5 stadium :

5. Beberapa teknik gerakan


a. Massage Intervertebralis
b. Gapping
c. Mobilisasi
d. Straching Elongeted
e. Bugnet, Streching illiopsoas
f. Mc Kenzie
g. Streching Erector Spine
h. Traksi
i. Strengthening M.Quadtrisep Hamsting
j. Bridging
k. Mobilisasi Vertebra

SOAL :

4. Praktekkan pemeriksaan HNP sesuai gradenya ?


5. Praktekkan Teknik QMT ?
6. Buatlah dokumentasi gerakan dari masingh-masing teknik ?

16
JAWABAN :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

17
PRATIKUM III
MUSCLE ENERGY TEKNIK

Muscle energy technique merupakan salah satu teknik alternatif dari spinal manipulation
yang menggunakan teknik dorongan yang kuat.Secara esensial, muscle energy technique adalah
teknik mobilisasi yang menggunakan fasilitasi dan inhibisi muskular. Muscle energy technique
dikembangkan oleh Fred Mitchell, Sr pada tahun 1940, dan dipublikasikan oleh Fred Mitchell, Jr
pada tahun 1979. Teknik ini menggambarkan teknik yang melibatkan kon-traksi otot secara
volunter dalam pola terkontrol pada segmen-segmen vertebra yang terlokalisir, kemudian
dilakukan mobilisasi dengan counterforce dari terapis. Teknik ini menggunakan metode kontraksi
otot dari pasien yang diikuti dengan relaksasi kemudian dilakukan peregangan pada otot antagonis
dan agonis. Metode ini merupakan bentuk mobilisasi secara tidak langsung pada sendi yang
terbatas.

Tujuan dari teknik ini adalah :

1. Merelaksasikan otot yang spasme/tightness pada segmen vertebra yang terganggu.

2. Meningkatkan panjang otot dan gerakan sendi.

3. Pada akhirnya meningkatkan ROM sendi.

Dalam klinis, tujuan dari teknik ini tidak dapat tercapai hanya dengan 1 – 2 kali terapi 
hanya mencapai derajat relaksasi otot dan mobilisasi sendi yang minimal  harus dilakukan
beberapa kali terapi untuk menghasilkan peningkatan ROM yang signifikan. Dalam teknik ini,
juga dapat digunakan inspirasi untuk fasilitasi kontraksi dan ekspirasi untuk fasilitasi relaksasi.
Adanya abnormal kontraksi dari otot akan menimbulkan nyeri hebat sehingga menciptakan
penghambat gerak terhadap sendi yang dilewatinya  dengan teknik ini, relaksasi otot dapat
tercapai sehingga mudah dilakukan mobilisasi sendi.

1. Prinsip Fisiologi MET


a. Autogenic inhibisi (inverse stretch refleks)
Refleks penghambatan adalah relaksasi otot secara tiba-tiba saat
mengembangkan ketegangan tinggi, Ketika otot berkontraksi sangat kuat,

18
terutama jika ke-tegangan menjadi berlebihan maka secara tiba-tiba kontraksi
otot menjadi terhenti dan otot relaks.Reseptor penting dalam inverse stretch
reflex adalah GTO.Kontraksi otot yang kuat akan merangsang GTO dari otot
yang sama yang kemudian menghasilkan respon inhibisi ke otot yang
bersangkutan sehingga otot menjadi relaks.

b. Inhibisi reciprocal
Jika otot agonis berkontraksi, maka akan diikuti relaksasi pada otot antagonis.
Fenomena ini disebut dengan inhibisi dan fasilitasi reciprokal, karena adanya
persarafan reciprokal dalam medula spinalis.
c. Respon mekanikal
Pada saat otot diregangkan secara pasif, maka pemanjangan awal terjadi pada
sarkomer dan tension meningkat secara drastis. Setelah peregangan dilepaskan,
maka setiap sarkomer akan kembali ke posisi resting length  disebut dengan
elastisitas.

19
d. neurofisiologi otot terhadap stretch
Yang berperan adalah muscle spindle dan GTO (golgi tendon organ).
Muscle spindle adalah organ sensorik utama pada otot, fungsinya untuk
memonitor kecepatan & durasi regangan serta sense terhadap perubahan
panjang otot. GTO terletak dekat dengan musculotendinous junction, sensitif
terhadap ketegangan yang dihasilkan oleh otot (baik saat peregangan maupun
kontraksi otot). GTO adalah mekanisme proteksi yang menginhibisi kontraksi
otot yang kuat
2. Tipe tipe MET
a. Relaksasi pasca isometrik ; dilakukan kontraksi selama 5 – 7 detik melawan
tahanan dari terapis, kemudian relaks setelah itu dilakukan peregangan selama
5 – 7 detik.
b. Inhibisi reciprokal ; pada tipe ini dilakukan maksimal kontraksi dari otot
antagonis selama 5 – 7 detik melawan tahanan dari terapis untuk
merelaksasikan otot agonis yang patologis.
c. Mobilisasi sendi ; pada tipe ini, dilakukan mobilisasi sendi melalui peregangan
(stretch).
d. Respiratory assistance ; adanya bantuan respirasi pada saat kontraksi dan
relaksasi otot sangat bermanfaat dalam mencapai relaksasi otot yang maksimal

20
TUGAS

1. Praktekan bersama teman setiap teknik dari MET ?


2. Dokumentasikan pelaksanaan Teknik ?

JAWABAN

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

21
PRATIKUM IV
VISCERAL MANIPULATION TEKNIK

Diperkenalkan pertama kali pada tahun 1970 an oleh Jean Pierre Barral (seorang

fisioterapis perancis). Konsep dasar dari MVT adalah Viseral dalam Kehidupannya yang optimal

tergantung pada fisiologis gerak yang dimiliki. Secara fisiologis MVT dibedakan dalam 2 gerakan

Mobility dan Motility. Contoh Liver Motion selama inhibisi bergerak kearah caudal, medial, dan

anterior. Untuk gerakan Galblaidder motion selama inhibisi bergerak keaarah anterior dan lateral,

Gerakan stomach motion selama inhalasi bergerak kearah caudal, medial dan anterior, Duodenum

Motion selama inhalasi bergerak kearea Caudal dan kearah Ascending colon. Colon motion

Selama inhibisi kearah caudal dan anterior.

Patalogi Visecarl Motion, Hilangnya keseluruhan atau sebagian kemampuan dari organ

untuk bergerak. Visceral pain projection

22
1. Assessment

Untuk penatalaksanaan assessment mulai dari history of illness akhiri dengan diagnosis,

beberapa test yang akan dilaksanakan

a) General Listening Test

 Pasien Berdiri rileks

 Mata Tertutup

 Area Concavity yang lebih besar merupakan zona disfungsi

b) Leg Pull Test

 Angkat dan tarik kedua tumit pasien ke arah caudal

 Evaluasi fascial tendon

 Sisi dengan tension yang lebih tinggi adalah sisi disfungsi

c) Arm Pull Test

 Angkat dan tarik kedua lengan pasien ke arah cranial

 Evaluasi fascial tendon

 Sisi dengan tension yang lebih tinggi adalah sisi disfungsi

d) Lokal Listening

 Aplikasikan tekanan yang cukup pada abdomen

 Temukan Zona Disfungsi

e) Sotto Hall Test

 Palpasi radial pulse (90 Abduksi, Maksimal Rotasi)

 Kepala rotasi kearah berlawanan

 Aplikasi Mild Pressure pada organ yang dicurigai

 Test Positif jika Pulse menurun/menghilang

23
f) Rebound Test

 Aplikasi Mild Pressure pada Organ yang dicurigai secara tiba tiba lepaskan

tekanan

 Jika Pressure terjadi nyeri berarti gangguan dari organ tersebut (inflamasi/

spasme)

 Jika Pressure dilepaskan kemudian nyeri berarti penyebabnya pada conecctive

tissu organ

g) Hemodynamic Test

 Rasakan radial pulse

 Berikan setengah tekanan pada organ yang dicurigai

 Test Positif jika pulse gagal merespon dengan perubahan ketika abdomen

ditekan/ tekanan dilepaskan (via baroreceptor reflex)

2. Fungsi

a. Membantu organ interna ke arah fungsi yang lebih baik

b. Rileksasi tonus

c. Memperbaiki dan meningkatkan gerak organ interna

d. Melepaskan perlengketan

e. Mengembalikan organ ke lokasi yang tepat

f. Menormalkan spasme

g. Inhibisi nyeri

24
3. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi Kontraindikasi

1. Chronic musculoskeletal pain 1. Infections

2. Headaches 2. Benda asing seperti IUD

3. Back, hip, and knee pain 3. Pregnancy, duodenal ulcers,


gallstones

4. Whiplash injuries 4. Post-surgery (min. 4-8 minggu


pertama setelah operasi)

5. Shoulder capsulitis adhesive 5. Cancer

6. Vertigo

7. Post-surgical pain

8. Post-cardiac surgery

9. Kesulitan menelan, acid reflux and


heartburn

10. Bladder incontinence

11. Liver disorders

12. Digestive disorders

13. Pediatrics issues: Neuromotor


problems, neurodevelopmental
delays, prematurity, autism, sakit
perut.

14. Emotional disorders – anxiety,


depression, Stres, Post Traumatic,
Stress
15. Maag

25
SOAL

1. Praktekkan assesment pada kasus interna yang menggunakan teknik manual visceral

teknik ?

2. Praktekkan teknik teknik pada manual visceral teknik ?

3. Buat dokumentasi penatalaksanaan teknik pada manual visceral teknik ?

JAWABAN :

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

26
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

27
PRAKTIKUM V
Strain Counter Strain
1. Definisi
SCS adalah suatu teknik untuk mengoreksi trauma jaringan yang tidak berurutan
dengan cara mengembalikan ke posisi netral secara berurutan berdasarkan prinsip
biomekanika. (Mc. Portland et.al, 1995). Sedangkan menurut tuan L. Jones (1964)
menyatakan bahwa SCS adalah suatu teknik memposisikan jaringan yang sakit
dengan cara sangat lembut ke posisi relaks sambil melakukan pemijatan pada
terderness.

Menurut penelitian Bailey (1992) yang mengatakan bahwa SCS tanpa pengobatan
lain terhadap 25 penderita Whiplash dan setelah 20 menit beristirahat, 18 orang (72%)
diantaranya mengalami penurunan nyeri dan dapat menggerakkan lehernya rata-rata
53%. Menurut Jones (1990), dengan memberikan penekanan pada tender point di
daerah yang mengalami strain baik yang bersifat akut maupun kronik dapat
menghilangkan atau mengurangi perasaan nyeri pada daerah yang dipalpasi, karena itu
strain counterstrain merupakan salah satu metode manipulasi yang efektif untuk
mengatasi nyeri myofascial terutama pada fase akut dalam batas toleransi penderita.

Menurut penelitian Risal tahun 2010, Strain counterstrain merupakan teknik


manipulasi yang menerapkan teknik palpasi/penekanan yang disertai dengan
pemberian posisi nyaman pada jaringan yang patologis.

Hal tersebut dapat menstimulasi muscle spindle yang mengalami spasme sehingga
menghasilkan aktivasi dari proprioseptor. Rangsangan yang diterima oleh muscle
spindle juga akan menyebabkan terjadinya relaksasi secara reflex pada otot yang
spasme.

Penekanan atau palpasi yang diberikan dapat menghasilkan aliran sirkulasi yang
meningkat setelah kompresi dilepas. Pada saat tekanan diberikan, hal tersebut dapat
menghasilkan hambatan nosisensorik sehingga setelah diberikan penekanan akan
timbul rasa nyaman.

28
2. Prinsip SCS
Pada teknik strain counterstrain pertama kita harus mencari tender point. Prinsip
gerakan pada strain counterstrain adalah terjadinya perengangan di mana otot diulur
hingga posisi pain-free (bebas nyeri). Kondisi ini dipertahankan selama beberapa detik
disertai pemijatan lembut pada tender point otot yang mengalami spasme.
(Christopher, 2011). Strain counterstrain merupakan salah satu usaha untuk
mengembalikan panjang dan fleksibilitas otot dan fascianya dengan menempatkan
bagian tubuh agar terjadi pemanjangan dari sebuah otot.
Penanganannya untuk meredakan rasa sakit pada otot dan jaringan ikat dengan
menggunakan posisi pengobatan yang sangat spesifik dilakukan pencarian tender point
penekanan pada batas nyeri selama 30-90 detik.(Upreti, 2011)
Menurut Jones (1990) dan Chaitow (2003), dengan memberikan posisi yang
nyaman sambil memberikan friction sebanyak 20 kali secara bertahap pada setiap
penambahan jarak gerak sendi, ternyata pasien dapat menggerakkan sendinya lebih
longgar ke arah nyeri karena nyerinya berkurang saat itu dan kekakuan sendi pun
semakin berkurang.
3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontraindikasi
1. mengurangi hipertonus otot,
luka terbuka,
ketegangan fascia,
lesi kulit lokal atau infeksi,
2. meningkatkan mobilitas sendi,
Hematoma,
3. meningkatkan sirkulasi lokal,
dan hipersensitivitas kulit.
4. mengurangi pembengkakan,
(Chaitow, 2003)
5. menurunkan nyeri.
4. Perbedaan mendasar
Perbedaan yang nyata antara tender point dan trigger point adalah pada nyeri yang
diakibatkan oleh tender point bersifat lokal atau nyeri menyebar di daerah lokal titik
nyeri. Sedangkan nyeri trigger point bersifat lokal dan dapat menyebar ke daerah yang
jauh dari titik nyeri, melalui mekanisme segmental. Tender point timbul di daerah
sekitar insertio otot skeletal, sedangkan trigger point tumbuh dalam taut band muscle
belly otot.

29
30
31
5. Prosedur pelaksanaan
Ada enam prosedur utama dalam melakukan Strain-Counterstrain yaitu :
a. Temukan titik nyeri tekan (titik tenderness),
b. Letakkan atau posisikan pasien kedalam posisi yang nyaman atau enak,
c. Periksa kembali tenderness (intensitas tenderness diharapkan menurun sampai
70%),
d. Pertahankan posisi nyaman tersebut selama 90 detik,

32
e. Kemudian secara perlahan dikembalikan ke posisi netral,
f. Serta periksa kembali titik nyeri tekan (titik tenderness) pasien.
Prosedur pengobatan Jones’s secara umum berdasarkan pada melipat bagian tubuh
diatas titik nyeri dengan memendekkan dan merelaksasikan otot yang terlibat dan
jaringan lunak lainnya.

Terdapat 4 petunjuk dasar yang dikembangkan Jones ketika mengobati titik nyeri
(tender point) yaitu :
• Titik nyeri (tender point) pada bagian anterior biasanya diterapi dalam posisi fleksi.
• Titik nyeri (tender point) pada bagian posterior biasanya diterapi dalam posisi
ekstensi.
• Jika titik nyeri (tender point) berada atau mendekati midline maka diterapi dalam
posisi fleksi yang lebih besar untuk titik nyeri bagian anterior dan dalam posisi
ekstensi yang lebih besar untuk titik nyeri bagian posterior.
• Jika titik nyeri (tender point) berada pada lateral dari midline maka diterapi dalam
posisi fleksi, lateral fleksi, rotasi atau lateral fleksi + rotasi untuk titik nyeri bagian
anterior dan dalam posisi ekstensi, lateral fleksi, rotasi atau lateral fleksi + rotasi
untuk titik nyeri bagian posterior.

Sedangkan modifikasi dari SCS adalah pertahankan posisi nyaman dengan


tenderness selama 20 – 30 detik kemudian relaks dan diminta untuk kontraksi statik
yang dipertahankan 7 – 10 detik, setelah itu secara perlahan diberikan stretch yang
gentle. Dalam teknik Strain-Counterstrain, ibu jari sangat berperan dalam mencari titik
tenderness.

Penemuan titik tenderness yang tepat sangat membantu keberhasilan dari terapi
Strain-Counterstrain, sehingga diperlukan kepekaan dan ketrampilan ibu jari didalam
menemukan titik tenderness pada permukaan tubuh.

SOAL

1. Praktekkan prosedur penatalaksanaan prosedur Strain Contra Strain teknik ?

2. Praktekkan teknik SCS pada salah satu kasus fisioterapi ?

33
3. Buat dokumentasi penatalaksanaan teknik SCS pada salah satu kasus fisioterapi ?

JAWABAN

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

34
PRATIKUM VI
ORAL MASSAGE
1. Definisi
Motor Oral” telah didefinisikan dalam berbagai cara dalam literatur
ilmiah. Berbagai strategi dan tehnik telah dilakukan dalam teknik stimulasi terutama,
seperti menyikat (pijat tekanan), icing (stimulasi termal), peregangan cepat (penyadapan),
dan getaran (manual dan mekanis). Strategi ini telah digunakan untuk mempersiapkan area
otot untuk gerakan. Strategi ini tidak dapat mengubah rentang pergerakan otot atau
kekuatan otot tanpa gerakan otot tambahan. Teknik oral motor yang lainnya memerlukan
kerjasama individu untuk mengikuti perintah untuk menyelesaikan gerakan.
Intervensi ini khusus yang memberikan bantuan gerakan untuk mengaktifkan
kontraksi otot dan untuk memberikan gerakan terhadap perlawanan untuk membangun
kekuatan. Fokus intervensi ini adalah untuk meningkatkan respons fungsional terhadap
tekanan dan gerakan, jangkauan, kekuatan, dan pengendalian berbagai gerakan bibir, pipi,
rahang dan lidah. Intervensi yang diperlukan ditentukan oleh penilaian kemampuan oral
motor. Perangkat yang dilakukan adalah dengan menggunakan gerakan dibantu dan refleks
peregangan untuk mengukur respon terhadap tekanan dan gerakan, jangkauan, kekuatan,
dan kontrol berbagai gerakan untuk pipi bibir, rahang, lidah dan langit-langit lunak.
Penilaian ini didasarkan pada parameter fungsional didefinisikan secara klinis kompetensi
minimal dan tidak memerlukan partisipasi kognitif individu.Karena komponen-komponen
gerakan yang fungsional, bukan usia tertentu, protokol berguna dengan berbagai usia dan
kategori diagnostik.
Keterampilan motorik oral sangat penting untuk fungsi-fungsi dasar yang terjadi
bahkan ketika kita tidur, seperti mengendalikan sekresi, menelan, dan menjaga keselarasan
struktur oral sehingga pernapasan yang tidak terganggu.. oral motor ketrampilan dasar
kelangsungan hidup dampak seperti mengisap dan menelan dengan bayi yang mulai
dengan bulan ketiga kehamilan. Pengembangan keterampilan ini meningkatkan
perkembangan dari ASI atau susu formula, lalu ke makanan bubur, dan pada meja
makanan, serta keterampilan yang diperlukan untuk kemajuan dari mengisap puting, untuk
menggunakan berbagai peralatan, termasuk sedotan, cangkir, sendok, dan garpu.

35
keterampilan oral juga berdampak pada kontrol yang diperlukan untuk perkembangan
bicara, dari memproduksi berdekut suara sebagai bayi, untuk mengartikulasikan kata-kata
kompleks dalam pidato percakapan. oral keterampilan motorik yang buruk dapat
mengakibatkan berkurangnya pengembangan keterampilan atau tertunda untuk daerah
yang tercantum di atas.
Keterampilan motorik oral dipengaruhi oleh banyak hal yang berbeda di bagian
luar dan di bagian dalam tubuh. Posisi dan penyelarasan tubuh mempengaruhi gerakan
lisan. Bagaimana peringatan individu juga mempengaruhi keterampilan oral. Karena itu,
banyak profesional berperan dalam meningkatkan keterampilan motorik oral. Pendekatan
terapi oral motor adalah berbagai rangkaian intervensi mulai dari menilai kemampuan
motorik oral, rencana intervensi oral motor dibutuhkan dan bekerja sama dengan anggota
tim lainnya: pemberi perawatan, terapi okupasi, terapi fisik, ahli diet, guru, psikolog,
dokter, perawat, apoteker dan lainnya sesuai kebutuhan.
2. Persiapan alat
a. Siapkan alat-alat yang diperlukan (sarung tangan dan dot)
b. Cuci Tangan dengan sabun dan air mengalir
c. Pakai sarung tangan bersih
d. Cuci tangan yang sudah bersarung tangan dengan air mengalir dan sabun lalu
biarkan kering dengan sendirinya (tanpa handuk/tissue)
3. Langkah-langkah penatalaksanan
a. Stimulasi pada Pipi
b. Gerakan melingkar pada bibir bagian atas dan Bibir Bawah
c. Berikan tekanan pada Bibir atas dan Bawah
d. Tekanan lembut serta gerakan perlahan kea rah belakang mulut pada area gusi atas
dan gusi bawah
e. Lakukan penekanan sampai gerakan kebelakang sudut bibir Pipi bagian dalam
f. Gerakan jari kearah garis tengah dorongan lidah kea rah sebaliknya melalui pinggir
lidah
g. Berikan penekanan pada lidah bagian tengah selama 3 detik
h. Letakan jari pada bagian tengah langit-langit mulut
i. Letakan DOT

36
SOAL

1. Praktekkan prosedur penatalaksanaan prosedur Oral Massage ?

2. Praktekkan teknik Oral Massage pada salah satu kasus fisioterapi ?

3. Buat dokumentasi penatalaksanaan teknik oral massage pada salah satu kasus fisioterapi ?

JAWABAN

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………

37
PRATIKUM VII
MYOFACIAL RELEASE
1. Definisi
Myofascial Release adalah teknik tangan yang aman dan sangat efektif yang
melibatkan penerapan tekanan berkelanjutan yang lembut ke dalam batasan jaringan ikat
Myofascial yang spesifik dengan penggunaan pasif stretching secara simultan untuk
menghilangkan rasa sakit dan mengembalikan gerakan serta memfasilitasi rileksasi jaringan
kencang atau terbatas.
Myofascial release memahami bahwa otot tidak dapat dipisahkan dari struktur lain dari
tubuh. Fascia mencakup semua struktur tubuh, termasuk otot dan miofibril masing-masing.
Oleh karena itu, semua “peregangan otot” sebenarnya peregangan unit myofascial
2. Efek dari Myofascial Release

a) Meringankan rasa nyeri

b) Mengembalikan fungsi

c) Meningkatkan ROM

d) Mengembalikan keseimbangan tubuh

e) Mengurangi spasme, tightness

f) Meningkatkan rileksasi

Myofascial Release sangat efektif dalam penanganan kasus:

a) LBP

b) Nyeri punggung kronis

c) Nyeri dada

d) CTS

e) Nyeri leher kronis

38
3. Indikais dan Kontra Indikasi
Indikasi Kontraindikasi
* Pusing * Luka terbuka
* Fibromyalgia * Diabetes
* Sakit kepala * Terapi kortison atau pengencer
darah
* Trigger point * Cedera akut atau area paska bedah
yang masih akut
* Spasme * Fraktur / luka terbuka
4. Konsep Myofascial Release
Myofascial Release merupakan teknik pasif stretching dimana pasien tidak
bergerak secara aktif pada fascia untuk melepas ketegangan yang berada di daerah
superfisial antara otot dan fascia
Teknik dasar Myofascial Release:
a. Gross stretch
Penguluran dari permukaan fascia pada seluruh group otot untuk melepas
ketegangan superfisial, Teknik ini dilakukan pada permulaan fascial release
dengan arah penguluran meregang fascia dari proksimal ke distal dan lateral ke
medial
b. Focused stretch
Diberikan untuk mengulur fascia dari serabut otot yang mengalami retriksi.
Pelaksanaan dapat diberikan dengan penguluran pada segmen kecil terhadap
otot yang dideteksi pada ketegangan
c. Intermitten Compression Technique (ITC)
Suatu penekanan pada titik trigger point dilakukan secara intemitten
bertujuan untuk melepas tout band sehingga otot akan rileks. Teknik ini sering
disebut dengan depresi paska exitasi. Sangat efektik untuk menurunkan spasme
otot
d. Muscle Stretch
Penguluran otot dilakukan berlawanan dengan fungsi otot. Durasi
penguluran selama 6 detik dangan frekuensi 5 kali
SOAL

1. Praktekkan prosedur penatalaksanaan prosedur Myofarcial Release ?

39
2. Praktekkan teknik Myofarcial Release pada salah satu kasus fisioterapi ?

3. Buat dokumentasi penatalaksanaan teknik myofarsial release pada salah satu kasus

fisioterapi ?

JAWABAN

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

40
PRATIKUM VIII
MANUAL TERAPI PADA KASUS HIP JOINT
1. Pengantar
Hubungan Sacrum dg spine sbg lumbosacral, dg pelvis sbg sacroiliac joint, dan dg
coccygeus sbg sacrococcygea. Antar pelvis kiri-kanan dihubungkan symphisis pubis dan
hungan dg anggota gerak bawah sbg hip joint. Patologi yg banyak dlm klinis :
osteoarthrosis, frakture collum femoris, myofascial pain, R A, Ca, TBC, dll.
Perlu pengkajian detil agar hasil akurat. Intervensi fisio-manualterapi : penggunaan
modalitas elektrik, terapi latihan hingga manipulative therapy
2. Assesment Hip Joint
Joint Play Movement
HIP JOINT DIRECT TRACTION
 MLPP : untuk orientasi
 PEMBATASAN ROM : untuk mengetahui keluasan gerak dan kualitas end feel
 Arah selalu ke Lateral serong ventrocaudal
COMPRESSION TEST
 Untuk mengetahui patologi permukaan sendi (subchondrale)
INDIRECT TRACTION
 Untuk mengetahui pengaruh NWB.
Spesial Test
ROM
 MEASUREMENT
MMT/MUSCLE PERFORMANCE
 MUSCLE TESTING
 Validitas dan reliabilitas s.d. nilai 3
 H H D /SPYGMOMANOMETER
 Untuk MMT nilai 3 lebih, ukuran mmHg atau gram.
MUSCLE LENGTH TEST
 Iliopsoas m.
 Terlentang pelvis ditepi bed, hip flexion contralateral dan gerak hip
extension ipsilateral.

41
 Sebelum dan sesudah kontraksi; kualitas ketegangan otot.
 Rectus femoris m.
 Posisi spt diatas, gerak knee flexion ipsilateral.
 Hip adductor m.
 Posisi terlentang tungkai contralateral difiksasi, gerak Hip adduction
ipsilateral.
 Hamstrings m.
 Posisi terlentang gerak Straight leg rising tungkai ipsilateral, lutut lurus.
TES KHUSUS LAIN
1. Hip flexion test for Sacroiliac (hip flex pelvic nutation), Piriformis m (hip flex-add-
internal rot), hip joint (Patric’s test).
2. Straight Leg Rising
Leg Length Test
Trendelenburg test
3. Intervension
MUSCLE MOBILIZ AND TRANSVERSE FRICT.
a. Stretching thd myofascial pain.
b. Contract Relax & Stretching thd tight-contracted m.
c. Transverse friction pada tendinitis, myositis

CONTRACT RELAX & STRETCHING

o Peregangan m iliopsoas
o Peregangan m. rectus femoris
o Peregangan m. Piriformis
o Peregangan Hamstrings
 Kontraksi-inspirasi 6” disusul pelemasan-ekspirasi 9”
 Dilakukan berulang

42
43
44
45
SOAL

1. Praktekkan Assesment disertai Manual Terapi pada Kasus OA hip Joint ?


2. Prakttekkan Manual terapi pada kasus Fraktur pada Hip Joint ?
3. Dokumentasikan penatalaksanaan Manual terapi pada kasus fisioterapi diHIP Joint?

PENJELASAN

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
46
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

47
PRATIKUM IX
MANUAL TERAPI PADA KNEE JOINT
1. Pendahuluan
Knee joint perantara Ankle and Foot dg Hip, berfungsi sbg stabilizator dan penggerak.
T. a. Tibiofemoral joint, patello femoral joint dan Proximal tibio fibular joint . Patologi a.l.
Osteoarthrosis, meniscus lesion, ligament tears, chondromalacia dll. Assessment utk
menetapkan jaringan spesifik, patologi dan gangguan NMSVM harus teliti
B. Temperatur

Adalah ukuran panas-dinginnya dari suatu benda. Panas-dinginnya suatu benda


berkaitan dengan energi panas yang terkandung dalam benda tersebut. Makin besar energi
panas, makin besar temperaturnya. Temperatur disebut juga suhu. Suhu menunjukkan
derajat panas benda. Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut.
Panas adalah suatu bentuk energi. Semua zat mengandung energi panas, dan hal ini
disebabkan oleh gerakan atau gerakan partikel (atom, molekul, ion). Semua partikel yang
menyusun suatu benda mengalami getaran dalam jumlah besar maupun keccil.
Peningkatan energi panas berhubungan dengan peningkatan getaran didalam zat,
penurunan energi panas berarti penurunan getaran pula.

2. Quick test
GAIT ANALYSIS
a. Perhatikan rhythm, feet distance, cycle phase, sagital – tranversal – horizontal
movement, speed etc.
b. Flexion-extension posisi berdiri, perhatikan ROM, end feel, Lumbopelvic rhythm
(Sagital, Frontal dan Asymetry)
c. Squat and bouncing bila memungkinkan (lihat Pelvic-hip complex)

Joint Play Movement

Traction of Tibio femoral joint :

• In Limited flexion : Arah selalu ke distal searah axis longitudinal tibiae.

Traction of Tibio femoral joint :

48
• In Limited extension : Arah ke distal searah axis longitudinal tibiae.

Translation:Patello femoral joint :

• Cranial translation of Patella in extension

• Caudal translation of Patella in flexion

• Tateral translation in extension

• Medial translation in extension

Translation:tibiofibular joint :

• Pada ankle contracture

• Dorsal translation of fibulae

Beberapa Test Khusus Lain

• Meniscus lesions Mc Murray test

Apley’s test

• Plica lesions Mediopatellar plica test

Plica stutter test

Hughston’s plica test

• Swelling Brush test

Indentation test

Patellar tap test

• Patellogemoral syndrome Clarkes sign

Mc Connel test

• Quadriceps pull Q Angle

49
Tubercle sulcus angle

• Osteochondritis discecans Wilson’s test

• Patellar instbility Apprehension test

• Iliotibial friction synd Noble compression test

SOAL

1. Praktekkan Assesment disertai Manual Terapi pada Kasus Knee Joint ?


2. Prakttekkan Manual terapi pada kasus Fraktur pada Knee Joint ?
3. Dokumentasikan penatalaksanaan Manual terapi pada kasus fisioterapi Knee Joint ?

PENJELASAN

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

50
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

51
PRATIKUM X
MANUAL TERAPI PADA ANKLE JOINT
1. PENDAHULUAN
Ankle and Foot mrpk bag distal ektremitas bawah yg berfungsi sbg stabilizator &
penggerak. T.a Distal TibioFibular joint, Ankle (TaloCrural) joint, SubTalar (Talo
calcaneal) joint, Inter Tarsal joint, Tarso Metatarsal joint, Metatarso Phalangeal joint,
Proximal Interphalangeal dan Distal InterPhalangeal joints. Patologi kecacatan bentuk,
arthrosis, injury, plantar fasciitis dll. Kelainan / sakit pada kaki dapat menimbulkan
gangguan mekanik dan gangguan fungsi pada sendi lutut, pelvis & hip, lumbar spine dan
lebih jauh gangguan cervical spine
2. Assessment
Joint play movement
Translation of distal tibiofemoral joint:
 Dorsal translation of fibulae.
 Komponen dorsal flexion
 Pada patologi, ventral translation tidak disarankan

Traction of Talocruraljoint :

 In Limited dorsal flexion : Arah selalu ke distal searah axis longitudinal tibiae.

 In Limited plantar flexion : Arah ke distal searah axis longitudinal tibiae.

Translation of ankle joint :

 Posisi Plantar flexion

 Arah ke anterior

 Posisi Dorsal flexion

 Arah ke posterior

52
Translation of intertarsal joints:

 Tarsal bone didorong ke plantar-dorsal.

Tarsometatarsal joints:

 Metatarsal traction kedistal searah axis longitudinal

 Translation searah gerak fisiologisnya: flexion  keplantar; extension  kedorsal

Proximal dan distal interphalangeal joints:

 Traction kedistal searah axis

 Translation searah gerak fisiologisnya: flexion  keplantar; extension  kedorsal

3. JOINT MOBILITATION
Translation of distal tibiofibular joint
a. Dorsal translation

 Traction of Ankle joint :

 In MLPP

(Awal mobilisasi/ aktualitas tinggi)

 In Limited dorsal flexion

(Menambah ROM dorsal flexion)

 In Limited plantar flexion

(Menambah ROM dorsal flexion)

53
 Translation of Ankle joint :

 In Limited dorsal flexion

(Menambah ROM dorsal flexion)

 In Limited plantar flexion

(Menambah ROM dorsal flexion)

 Intermetatarsal Translation

 Dorsal and plantar translation MT1,

MT3, MT4 and MT5

 Koreksi transverse arc

 Traction to MTP joint I (II,III,IV & V):

 In MLPP

 Awal mobilisasi/aktualitas tinggi

 In Limited dorsal flexion

 (Menambah ROM dorsal flexion)

 In Limited plantar flexion

 (Menambah ROM plantar flexion)

 Translation to MTP joint I (II,III,IV & V):

 In Limited dorsal flexion

(Menambah ROM dorsal flexion)

 In Limited plantar flexion

(Menambah ROM plantar flexion)

54
SOAL

1. Praktekkan Assesment disertai Manual Terapi pada Kasus Ankle Joint ?


2. Prakttekkan Manual terapi pada kasus Fraktur pada ankle Joint ?
3. Dokumentasikan penatalaksanaan Manual terapi pada kasus fisioterapi Ankle Joint ?

PENJELASAN

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

55
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

56

Anda mungkin juga menyukai