2.3 Etiologi
Pada kriteria diagnosis untuk hipikondriasis, DSM-IV-TR
mengindikasikan bahwa gejala yang timbul menunjukkan misinterpretasi pada
gejala fisik yang dirasakan. Banyak data menunjukkan bahwa orang dengan
hipokondriasis memperkuat dan memperberat sensasi somatik yang mereka
rasakan sendiri. Pasien ini mempunyai batasan toleransi yang rendah terhadap
ketidaknyamanan fisik. Sebagai contoh, pada orang normal merasakan itu
sebagai tekanan pada perut, pasien hipokondriasis menganggapnya sebagai
nyeri pada perut. Mereka menfokuskan diri pada sensasi pada tubuh, salah
1
menginterpretasikannya, dan menjadi selalu teringat oleh sensasi tersebut
karena kesalahan skema kognitifnya.1
Teori yang lain mengemukakan bahwa hipokondriasis dapat suatu sifat
yang dipelajari yang dimulai dari masa kanak-kanak dimana pada anggota
keluarganya sering terpapar oleh suatu penyakit. Etiologi lain yang diajukan
adalah bahwa hipokondriasis adalah bagian dari gangguan depresi atau
obsesif-kompulsif dengan fokus gejala pada keluhan fisik.2
• Misinterpretasi gejala-gejala tubuh
Orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi
somatiknya. Mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari
umumnya terhadap gangguan fisik, dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut
karena skema kognitif yang keliru.2
• Model belajar sosial
Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk
mendapatkan peranan sakit oleh seseorang untuk menghadapi masalah yang
tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.2
• Varian dari gangguan mental lain
Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan
hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan.2
• Psikodinamika
Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap
oranglain dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik.
Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah, rasa
keburukan yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda
perhatian terhadap diri sendiri (self-concern) yang berlebihan.2
2.4 Patofisiologi
2
Defisit neurokimia berhubungan dengan hipokondriasis dan gangguan
somatoform lain (sebagai contoh gangguan somatisasi, konversi, dan kelainan
bentuk tubuh) terlihat sama dengan gangguan mood dan cemas.1,2
Sebagai contoh, Hollander dkk menjelaskan “spektrum obsesif-
kompulsif” untuk memasukkan gangguan obsesif-kompulsif, kelainan bentuk
tubuh (body dysmorphic disorder), anorexia nervosa, sindrom Tourette, dan
gangguan kontrol impuls (misalnya trichotillomania, pathological gambling).
Penulis lain mempostulasikan bahwa kelainan somatoform seperti
hipokondriasis dapat saja merupakan hasil atas kebiasaan tak sadar yang
dilakukan pasien untuk menghindari konflik internal dan stressor eksternal.2
Formulasi dari gangguan spektrum obsesif kompulsif ini, walaupun
bukan bagian dari consensus diagnostik dan klasifikasi psikiatri, melintasi
sedikit bagian dalam beberapa kategori diagnostik dalam DSM-IV. Walaupun
temuan kasus dari defisit neurokimia ini bersifat ringan, beberapa defisit
menunjukkan mengapa gejala dapat menjadi berlebihan, dan berakibat
komorbid, dan mengapa terapi yang efektif itu bersifat parallel antara orang
yang satu dan orang yang lain (contoh, selective serotonin reuptake inhibitors
[SSRIs]).2
Pada studi terakhir dari marker biologis, peneliti yang mendasarkan
criteria diagnostik untuk hiponkondriasis berdasarkan DSM-IV-TR
menemukan bahwa terdapat penurunan level neurotrophin 3 (NT-3) dan
serotonin trombosit (5-HT) dalam plasma dibandingkan dengan subjek
control. NT-3 adalah marker dari fungsi neuronal sementara trombosit 5-HT
adalah marker penting untuk aktivitas serotonergik.2,3
3
Pasien dengan gangguan hipokondriasis secara khas datang dengan
ketakutan dan perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala
yang dirasakannya. Pasien dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka
sedang menderita suatu penyakit yang serius yang belum pernah dideteksi,
dan tidak dapat menerima penjelasan akan gangguan yang dideritanya.
Mereka terus menyimpan keyakinan bahwa mereka memiliki penyakit yang
serius. Hipokondriasis biasanya disertai dengan gejala depresi dan anxietas
dan biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan depresi dan anxietas.2,4
Walaupun pada DSM-IV membatasi bahwa gejala yang timbul telah
berlangsung paling kurang 6 bulan, keadaan hipokondrial yang sementara
dapat muncul setelah stress yang berat, paling sering adalah akibat kematian
atau penyakit yang sangat serius dari seseorang yang sangat penting bagi
pasien, ataupun penyakit serius yang yang pernah diderita oleh pasien namun
telah sembuh, yang dapat meninggalkan keadaan hipokondrial sementara pada
kehidupan pasien. Keadaan diatas dimana perlangsungannya kurang dari
enam bulan, maka di diagnosis sebagai gangguan somatoform yang tak
tergolongkan.2,4,5
4
Selalu bergerak merubah posisi
Agitasi
Pergerakan lambat, apabila pasien kurang tidur
5
Dapat terganggu bila bersamaan dengan depresi
Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hipokondriasis.
Pemeriksaan laboratoriun hanya digunakan untuk menyingkirkan adanya
penyebab organik pada pasien.5,6
Tes Psikologi
Tes psikologi (contohnya MMPI) pada umumnya menunjukkan
adanya preokupasi akan gejala somatik dan dapat disertai dengan depresi dan
anxietas.5
2.7 Diagnosis
Diagnosis hipokondriasis berdasarkan PPDGJ-III adalah:1,3,4
1. Keyakinan yang menetap akan adanya sekurang-kurangnya satu penyakit
fisik yang serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun
pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alas an fisik
yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan
deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya (tidak sampai
waham).
2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa
dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang
melandasi keluhan-keluhannya.
6
3. Kepercayaan pada kriteria 1 bukanlah intensitas delusi (seperti gangguan
delusi, tipe somatik) dan tidak terpusat pada satu kelainan yang tampak
(seperti pada gangguan dismorfik).
4. Preokupasi yang menyebabkan distress yang signifikan secara klinis atau
gangguan dalam hubungan sosial, pekerjaan, dan area penting lainnya.
5. Durasi gangguan tersebut paling tidak terjadi dalam 6 bulan.
6. Preokupasi tidak dapat diklasifikasikan dalam Generalized Anxiety
Disorder, Obsessive-Compulsive Disorder, gangguan panik, episode
depresif mayor, Separation Anxiety, atau gangguan Somatoform lain.
Sebutkan jika:
Dengan tilikan buruk: jika untuk sebagian besar waktu selama episode
berakhir, orang tidak menyadari bahwa kekhawatirannya tentang menderita
penyakit serius adalah berlebihan atau tidak beralasan.
7
berbeda, 1 gejala seksual, dan 1 gejala neurologi. Gangguan somatisasi
dibedakan dengan penyakit sistemik dari banyaknya keluhan pada
beberapa organ tanpa adanya keterkaitan dan hubungan dengan
kelainan somatik yang ada.
Onset gangguan somatisasi lebih dini dari hipokondriasis (<15 hari
pada 50% kasus). Wanita lebih sering terkena, rasio wanita : laki-laki;
10:1. Perbedaan yang lain juga adalah pada gangguan somatisasi,
pasien lebih terfokus pada gejala dibandingkan dengan penyakit yang
mendasarinya.
Gangguan nyeri
Pasien dengan gangguan nyeri lebih terfokus pada nyeri yang muncul
dibandingkan penyakit yang mendasarinya.
Kondisi medis non psikiatri
Khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah
didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati,
miastenia gravis, skerosis multiple, penyakit degeneratif pada system
saraf, lupus eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak
jelas.
Gangguan somatoform lainnya
Penderita hipokondrial biasanya mencari perhatian untuk anggapan
penyakitnya.
Gangguan depresi dan gangguan kecemasan
Gangguan buatan dengan gejala fisik berpura-pura
2.9 Penatalaksanaan
Farmakoterapi digunakan sebagai pelengkap dari psikoterapi dan
terapi edukasi yang dilakukan. Tujuan dari pemberian farmakoterapi adalah
8
untuk mengurangi gejala dan gangguan yang menyertai (contohnya depresi),
untuk mencegah komplikasi, dan untuk mengurangi gejala hipokondrik.2,4
Hipokondriasis hampir selalu disertai dengan gangguan depresi,
anxietas, obsesif-kompulsif. Apabila salahsatu dari gangguan diatas ada,
penatalaksanaan yang sesuai haruslah dilakukan. Biasanya terapi farmakologi
diberikan dengan memulai dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan sampai
pada dosis terapi. Hal ini untuk mencegah efeksampaing dimana pasien
dengan gangguan hipokondria sangat sensitif terhadap efek samping obat.2,5
Terapi Kognitif
Tujuan dari terapi kognitif untuk hipokondriasis adalah untuk
mengarahkan pasien untuk mengenali, bahwa masalah utama mereka adalah
rasa takut terhadap menderita suatu penyakit dan bukannya menderita
penyakit itu. Pasien juga diminta untuk memantau sendiri kekhawatiran yang
muncul dan mengevaluasi kenyataan dan alasannya. Terapis juga membujuk
pasien untuk mempertimbangkan penjelasan alternatif untuk tanda fisik yang
biasanya mereka interpretasikan sebagai suatu penyakit. Percobaan mengenai
kebiasaan juga digunalan sebagai usaha untuk mengubah kebiasaan pikiran
pasien. Singkatnya, pasien diberitahukan untuk secara intens fokus pada
gejala fisik yang spesifik dan memantau peningkatan rasa cemas yang
muncul. Keluarga juga perlu diikutsertakan untuk mengobservasi rasa cemas
yang muncul.2,6
Manajemen Stres
Sebuah studi oleh Clark dkk membandingkan terapi kognitif dan juga
manajemen stress kebiasaan. Manajemen ini difokuskan pada keadaan dimana
stress berkontribusi pada kekhawatiran berlebihan terhadap kesehatan. Pasien
diminta untuk mengidentifikasi stressor yang ada dan diajarkan teknik
manajemen stres untuk membantu pasien mampu menghadapi stressor yang
ada. Teknik yang diajarkan kepada pasien adalah teknik relaksasi dan
kemampuan untuk memecahkan masalah. Walaupun teknik ini tidak secara
langsung difokuskan terhadap terapi hipokondriasis, teknik ini mampu
mengurangi gejala yang muncul.2,6
9
Pencegahan Paparan dan Respon
Terapi ini dimulai dengan meminta pasien membuat daftar kecemasan
hipokondriasis mereka, seperti memeriksa sensasi tubuh, memastikannya ke
dokter, dan menghindari pikiran tentang suatu penyakit.2,6
2.10 Perjalanan Penyakit
Hipokondriasis biasanya berlangsung episodik, dimana setiap episode
berlangsung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan
oleh episode tenang yang sama panjangnya. Prognosis baik berhubungan
dengan status sosioekonomi yang tinggi, awal yang tiba-tiba, tidak adanya
gangguan kepribadian, dan tidak adanya kondisi medis nonpsikiatri yang
menyertai.2,4
Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya
hanya mengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau
stress mempunyai prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan
yang sempurna.2,6
10