Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

1. Definisi mati
Kematian merupakan suatu fenomena yang sangat misterius dan rahasia. Di dunia ini,
tidak ada satupun makhluk yang mampu mengetahui waktu terjadinya kematian pada diri
makhluk tesebut. Menurut Papalia (2008) kematian merupakan fakta biologis, akan tetapi
juga memiliki aspek sosial, kultural, historis, religius, legal, psikologis, perkembangan,
medis, dan etis. Aspek-aspek tersebut memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Keterkaitan
antara kematian dan kehilangan juga memiliki keterkaitan. Walaupun keduanya merupakan
pengalaman yang universal, namun dua hal tersebut memiliki konteks kultural. Sikap kultural
dan religius inilah yang mempengaruhi aspek psikologis dari perkembangan dari kematian.
Seperti bagaimana orang-orang yang sama usia menghadapi kematian pada diri sendiri dan
kematian orang-orang yang berada di dekat orang tersebut.
Sedangkan Santrock (2002) mendefinisikan kematian dengan cukup spesifik yaitu
berakhirnya fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah serta kakunya
tubuh, hal-hal tersebut dianggap cukup jelas sebagai tanda-tanda kematian. Sedangkan
kematian didefinisikan menurut Islam adalah sebagai sebuah transisi atau perpindahan ruh
untuk memasuki kehidupan baru yang lebih agung dan abadi. Islam secara tegas mengajarkan
bahwa tiada seorang pun yang bisa menemani dan menolong perjalanan arwah kecuali
akumulasi dari amal kebaikan kita sendiri.
Pada dekade terakhir ini, banyak ahli yang mendefinisikan mengenai kematian. Menurut
salah satu tokoh Islam, Ath-Thaba’thabai (dalam El-Shafa, 2010) kematian dimaknai sebagai
kematian jasad, maksudnya lebih ditekankan pada aspek keberadaan jasad yang membujur
kaku (diam) karena terlepas dari ruh. Sedangkan Harun Nasution mempunyai analisis yang
cukup menarik mengenai kematian. Menurut Harun Nasution menjelaskan bahwa kematian
adalah terpisahnya tubuh halus atau yang disebut dengan astral body atau body lichaam
dengan tubuh kasar. Menurut Harun, antara tubuh halus dengan tubuh yang kasar itu
dihubungkan dengan tali yang sangat halus di bagian kepala manusia (El Shafa, 2010).
Selama tali penghubung tersebut masih utuh dan tidak terputus, maka tubuh astral itu masih
bisa kembali ke tubuh. Tetapi kalau sudah terputus, maka tubuh astral sudah tidak bisa
kembali lagi ke tubuh fisik, dan dari sinilah terjadi kematian. Berdasarkan pengertian-
pengertian dari para ahli seperti yang disebutkan di atas, maka peneliti menegaskan bahwa
kematian adalah berakhirnya fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah
serta kakunya tubuh dikarenakan terlepasnya ruh dari jasad manusia.

2. Klasifikasi kematian
Kematian dibagi dibagi menjadi beberapa jenis, jenis-jenis kematian tentu akan
mempengaruhi rasa berduka cita atau duka cita pada seseorang. Terdapat dua jenis kematian
antara lain kematian yang tiba-tiba dan kematian yang diantisipasi.
a. Kematian yang diantisipasi
Menurut Ann dan Lee (2001) dapat dipahami sebagai reaksi akan kesadaran terhadap
kehilangan di waktu yang akan datang. Beberapa orang percaya bahwa kematian yang telah
diketahui terlebih dahulu atau diantisipasi terlebih dahulu dapat memudahkan orang-orang
untuk mengatasi duka cita daripada kematian secara tiba-tiba.
Jika seseorang mengetahui bahwa saudara atau orang yang terdekat akan meninggal
dunia, maka secara tidak langsung memberi waktu untuk menyelesaikan urusan beberapa
urusan dengan orang tersebut. Sehingga orang yang akan ditinggalkan dapat menjadi lebih
mudah untuk mengatasi duka cita daripada orang yang ditinggalkan pada kematian tiba-tiba.
b. Kematian Mendadak
Pada kematian mendadak dapat muncul dalam konteks tertentu Misalnya, perang
mengakibatkan suatu keadaan tertentu yang melingkupi kematian, dan keadaan ini
mempengaruhi sikap seseorang dalam mengatasi rasa berduka cita.
Seseorang yang kehilangan karena kematian secara mendadak biasanya menginginkan
informasi secepatnya dan biasanya yang detail mengenai penyebab kematian, guna
membantu orang yang kehilangan untuk segera merasakan kehilangan. Selain itu kematian
yang mendadak bukan hanya tidak diduga-duga tetapi menyebabkan orang yang ditinggalkan
tidak dapat menyelesaikan urusan-urusan yang belum selesai dengan orang yang meninggal.

Cara Penilaian Kematian


Melalui fungsi sistem saraf, kardiovaskuler, dan pernapasan, kita bisa mendeteksi
hidup matinya seseorang. Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem saraf, ada lima hal
yang harus kita perhatikan yaitu tanda areflex, relaksasi, tidak ada pegerakan, tidak ada tonus,
dan elektro ensefalografi (EEG) mendatar/ flat. Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sistem
kardiovaskuler ada enam hal yang harus kita perhatikan yaitu denyut nadi berhenti pada
palpasi, denyut jantung berhenti selama 5-10 menit pada auskultasi, elektro kardiografi
(EKG) mendatar/ flat, tidak ada tanda sianotik pada ujung jari tangan setelah jari tangan
korban kita ikat (tes magnus), daerah sekitar tempat penyuntikan icard subkutan tidak
berwarna kuning kehijauan (tes icard), dan tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi
arteri radialis.
Untuk mendeteksi tidak berfungsinya sisteim pernapasan juga ada beberapa hal yang
harus kita perhatikan, antara lain tidak ada gerak napas pada inspeksi dan palpasi, tidak ada
bising napas pada auskultasi, tidak ada gerakan permukaan air dalam gelas yang kita taruh
diatas perut korban pada tes, tidak ada uap air pada cermin yang kita letakkan didepan lubang
hidung atau mulut korban, serta tidak ada gerakan bulu ayam yang kita letakkan didepan
lubang hidung atau mulut korban.

3. Definisi Thanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu).
Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan kematian yaitu definisi atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada
tubuh setelah terjadi kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan
respirasi secara permanen (mati klinis). Dengan adanya perkembangan teknologi ada alat
yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi
kematian berkembang menjadi kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah
kematian batang otak.
4. Perubahan Setelah Kematian
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat meninggal atau beberapa
menit kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai tanda kematian yang nantinya akan
dibagi lagi menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti.
A. Tanda kematian tidak pasti
1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.
2. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak
teraba.
3. Kulit pucat.
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah
kematian.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang
masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata.
B. Tanda kematian pasti

1. Livor mortis
Nama lain livor mortis ini antara lain lebam mayat, post mortem lividity, post mortem
hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices. Livor mortis adalah suatu bercak atau noda
besar merah kebiruan atau merah ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat
penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya
gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas keras. Bercak tersebut
mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin lama bercak
tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12 jam pasca kematian klinis.
Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini
berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Juga lebam masih bisa
berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan
dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10 jam. Ada
4 penyebab bercak makin lama semakin meluas dan menetap, yaitu :
1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.
2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.
3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.
4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis
Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan pada organ
dalam tubuh mayat. Masing-masing sesuai dengan posisi mayat. Lebam pada kulit mayat
dengan posisi mayat terlentang, dapat kita lihat pada belakang kepala, daun telinga, ekstensor
lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah kuku, dan kadang-kadang di samping leher. Tidak
ada lebam yang dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas tempat dasi. Lebam
pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap, dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian
ventral tubuh, dan ekstensor tungkai. Lebam pada kulit mayat dengan posisi tergantung,
dapat kita lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia eksterna. Lebam pada organ dalam
mayat dengan posisi terlentang dapat kita temukan pada posterior otak besar, posterior otak
kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior dinding lambung, dan usus yang
dibawah (dalam rongga panggul). Ada tiga faktor yang mempengaruhi livor mortis yaitu
volume darah yang beredar, lamanya darah dalam keadaan cepat cair dan warna lebam.
Volume darah yang beredar banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat dan lebih luas
terjadi. Sebaliknya lebih lambat dan lebih terbatas penyebarannya pada volume darah yang
sedikit, misalnya pada anemia.
Ada lima warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan
penyebab kematian yaitu
(1) warna merah kebiruan merupakan warna normal lebam,
(2) warna merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN, atau suhu dingin
(3) warna merah gelap menunjukkan asfiksia,
(4) warna biru menunjukkan keracunan nitrit dan
(5) warna coklat menandakan keracunan aniline.
Interpretasi livor mortis dapat diartikan sebagai tanda pasti kematian, tanda
memperkirakan saat dan lama kematian, tanda Universitas Sumatera Utara memperkirakan
penyebab kematian dan posisi mayat setelah terjadi lebam bukan pada saat mati. Livor mortis
harus dapat kita bedakan dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi darah). Warna
merah darah akibat trauma akan menempati ruang tertentu dalam jaringan. Warna tersebut
akan hilang jika irisan jaringan kita siram dengan air.

2. Kaku mayat (rigor mortis)


Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-
kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode
pelemasan/ relaksasi primer; hal mana disebabkan oleh karena terjadinya perubahan kimiawi
pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot.
a. Cadaveric spasme
Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu keadaan dimana terjadi
kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera setelah
terjadi kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer.
b. Heat Stiffening
Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi,
misalnya pada kasus kebakaran.
c. Cold Stiffening
Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu rendah, dapat
terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu keliling sedemikian
rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-sendi akan membeku.
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas
dan terjadinya pengeluaran panas secara terusmenerus. Pengeluaran panas tersebut
disebabkan perbedaan suhu antara Universitas Sumatera Utara mayat dengan lingkungannya.
Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang
sudah berada pada fase lanjut post mortem. Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu
terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih
adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh
waktu mencapai tangga suhu.
Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya penurunan suhu tubuh
mayat, yaitu :
1. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.
2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan
suhu tubuhnya.
3. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
4. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
5. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu
tubuh mayat.
6. Aktivitas sebelum meninggal.
7. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.
8. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
9. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.
Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain :
1. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh mayat.
2. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
3. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
4. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
5. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem.
6. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran,
dan keadaan airnya.
7. Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak mati yaitu (98,40 F - suhu rectal 0
F) : 1,50 F.
4. Pembusukan
Pembusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. Pembusukan mayat
adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk
terutama Klostridium welchii. Bakteri ini menghasilkan asam lemak dan gas pembusukan
berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) menghasilkan HbS
yang berwarna hijau kehitaman. Syarat terjadinya degradasi jaringan yaitu adanya
mikroorganisme dan enzim proteolitik. Proses pembusukan telah terjadi setelah kematian
seluler dan baru tampak oleh kita setelah kira-kira 24 jam kematian. Kita akan melihatnya
pertama kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah perut kanan bagian bawah yaitu dari
sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut dan dada dengan disertai bau busuk.
Ada 17 tanda pembusukan, yaitu wajah dan bibir membengkak, mata menonjol, lidah
terjulur, lubang hidung dan mulut mengeluarkan darah, lubang lainnya keluar isinya seperti
feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid), badan gembung, bulla atau kulit ari terkelupas,
aborescent pattern/ marbling yaitu vena superfisialis kulit berwarna kehijauan, pembuluh
darah bawah kulit melebar, dinding perut pecah, skrotum atau vulva membengkak, kuku
terlepas, rambut terlepas, organ dalam membusuk, dan ditemukannya larva lalat. Organ
dalam yang cepat membusuk antara lain otak, lien, lambung, usus, uterus gravid, uterus post
partum, dan darah. Organ yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung, ginjal dan
diafragma. Organ yang paling lambat membusuk antara lain kelenjar prostat dan uterus non
gravid. Larva lalat dapat kita temukan pada mayat kira-kira 36-48 jam pasca kematian.
Berguna untuk memperkirakan saat kematian dan Universitas Sumatera Utara penyebab
kematian karena keracunan. Saat kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur
panjang larva lalat. Penyebab kematian karena racun dapat kita ketahui dengan cara
mengidentifikasi racun dalam larva lalat.
Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan mayat, yaitu :
1. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan.
2. Suhu optimal yaitu 21-370 C mempercepat pembusukan.
3. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.
4. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan.
5. Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh kurus.
6. Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8).
7. Keadaan saat mati. Oedem mempercepat pembusukan. Dehidrasi memperlambat
pembusukan.
8. Penyebab kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan. Arsen,
stibium dan asam karbonat memperlambat pembusukan.
9. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami
pembusukan.
Pada pembusukan mayat kita juga dapat menginterpretasikan suatu kematian sebagai
tanda pasti kematian, untuk menaksir saat kematian, untuk menaksir lama kematian, serta
dapat membedakannya dengan bulla intravital.
5. Adipocere (lilin mayat)
Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan
hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena
terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Klostridium welchii, yang
berpengaruh terhadap jaringan lemak. Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu yang
lama, sedikitnya beberapa minggu sampai beberapa bulan dan keuntungan adanya adipocere
ini, tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama
sekali, sampai ratusan tahun.

6. Mummifikasi
Mummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan
dengan cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan. Jaringan akan menjadi
gelap, keras dan kering. Pengeringan akan mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam
tubuh, sehingga tubuh Universitas Sumatera Utara akan menjadi lebih kecil dan ringan.
Untuk dapat terjadi mummifikasi dibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu
sampai beberapa bulan; yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat aliran
udara.
5. Menentukan lama kematian
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas dan dapat digunakan
untuk mendiagnosis kematian lebih pasti (termasuk lama waktu kematian). Tanda-tanda
tersebut antara lain :

1. Rigor mortis (kaku mayat)


Berasal dari bahasa latin Rigor berarti “stiff” atau kaku, dan mortis yang berarti tanda
kematian (sign of death). Rigor mortis merupakan tanda kematian yang disebabkan oleh
perubahan kimia pada otot setelah terjadinya kematian, dimana tanda ini susah digerakkan
dan dimanipulasi. Awalnya ketika rigor mortis terjadi otot berkontraksi secara acak dan tidak
jelas bahkan setelah kematian somatis. Rigor mortis adalah tanda kematian yang dapat
dikenali berupa kekakuan otot yang irreversible yang terjadi pada mayat. Kelenturan otot
dapat terjadi selama masih terdapat ATP yang menyebabkan serabut aktin dan miosin tetap
lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan
miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.
Lousie pada tahun 1752 adalah orang yang pertama kali menyatakan rigor mortis sebagai
tanda kematian. Rigor mortis bukan merupakan fenomena khas pada manusia, karena hewan
invertebrata dan vertebrata juga mengalami rigor mortis. Lebih spesifik lagi Nysten pada
tahun 1811 melengkapi penemuan pertama dari rigor mortis. Kaku mayat dapat dipergunakan
untuk menunjukan tanda pasti kematian. Faktor yang mempengaruhi rigor mortis antara lain :
1. Suhu lingkungan
2. Derajat aktifitas otot sebelum mati
3. Umur
4. Kelembapan
Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin bertambah hingga
mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian berangsur-angsur akan menghilang
sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem)
rigor mortis menghilang.
Memperkirakan waktu kematian dengan menggunakan rigor mortis akan memberikan
petunjuk yang kasar, akan tetapi lebih baik daripada lebam mayat oleh karena
progresifitasnya dapat ditentukan. Knigh mengatakan bahwa perkiraan saat kematian dengan
rigor mortis hanya mungkin digunakan sekitar dua hari, bila suhu tubuh sudah sama dengan
suhu lingkungan tetapi pembusukan belum terjadi. Selain itu penentuan 12 kematian dengan
rigor mortis sangat berpengaruh dengan kondisi lingkungannya.

2. Livor mortis (lebam mayat)


Lebam mayat adalah perubahan warna kulit berupa warna biru kemerahan akibat
terkumpulnya darah di dalam vena kapiler yang dipengaruhioleh gaya gravitasi di bagian
tubuh yang lebih rendah di sepanjang penghentian sirkulasi. Lebam mayat terbentuk bila
terjadi kegagalan sirkulasi dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menyebabkan
darah mencapai capillary bed dimana pembuluh-pembuluh darah kecil afferen dan efferen
salung berhubungan. Maka secara bertahap darah yang mengalami stagnansi di dalam
pembuluh vena besar dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan mengalir ke
bawah, ketempat-tempat terendah yang dapat dicapai. Mula-mula darah mengumpul di vena-
vena besar dan kemudian pada cabang-cabangnya sehingga mengakibatkan perubahan warna
kulit menjadi merah kebiruan.
Lebam mayat berkembang secara bertahap dan dimulai dengan timbulnya bercak-bercak
warna keunguan dalam waktu kurang dari setengah jam sesudah kematian dimana bercak-
bercak ini intensitasnya menjadi meningkat dan kemudian bergabung menjadi satu dalam
beberapa jam kemudian yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi 13 gelap.
Kadang-kadang cabang darah vena pecah sehingga terlihat bintikbintik perdarahan yang
disebut tardieu spot. Lebam mayat mulai terbentuk 30 menit sampai 1 jam setelah kematian
somatis dan intensitas maksimal setelah 8-12 jam postmortem. Sebelum waktu ini, lebam
mayat masih dapat berpindah-pindah jika posisi mayat diubah. Setelah 8-12 jam postmortem
lebam mayaat tidak akan menghilang dan dalam waktu 3-4 hari lebam masih dapat berubah.
Secara medikolegal yang terpenting dari lebam mayat ini adalah letak dari warna lebam itu
sendiri dan distribusinya. Perkembangan dari lebam mayat ini terlalu besar variasinya untuk
digunakan sebagai indikator penentu saat kematian. sehingga lebih banyak digunakan untuk
menentukan apakah sudah terjadi manipulasi pada posisi mayat.
6. Posisi Tubuh Saat Kematian
Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan pada organ dalam
tubuh mayat. Masing-masing sesuai dengan posisi mayat.

 Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang, dapat kita lihat pada
belakang kepala, daun telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari
dibawah kuku, dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada lebam yang dapat
kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas tempat dasi.
 Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap, dapat kita lihat pada
dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai. Lebam pada kulit
mayat dengan posisi tergantung, dapat kita lihat pada ujung ekstremitas dan
genitalia eksterna.
 Lebam pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang dapat kita temukan pada
posterior otak besar, posterior otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal
ginjal, posterior dinding lambung, dan usus yang dibawah (dalam rongga
panggul).
Interpretasi livor mortis dapat diartikan sebagai tanda pasti kematian, tanda memperkirakan
saat dan lama kematian, tanda memperkirakan penyebab kematian dan posisi mayat setelah terjadi
lebam bukan pada saat mati.

7. Definisi Asfiksia

Menurut AAP (American Academy of Pediatric) asfiksia adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh kurangnya O2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan :

1. Asidosis (pH<7,0) pada darah arteri umbilikalis


2. Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetap 0-3
3. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik iskemia
ensefalopati)
4. Gangguan multiorgan sistem.

8. Tanda Tanda Asfiksia

1). Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia
berat adalah sebagai berikut :

a. Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 x/menit

b. Tidak ada usaha nafas

c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada

d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan

e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu

f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan

2). Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)

Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut :

a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x/menit

b. Usaha nafas lambat

c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik


d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan e. Bayi
tampak sianosis

f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan

3) Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut :

a. Takipnea dengan nafas lebih dari 60 x/menit

b. Bayi tampak sianosis

c. Adanya reaksi sela iga

d. Banyi merinti (grunting)

e. Adanya pernafasan cuping hidung

f. Bayi kurang beraktivitas

g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing


positif

9.

Anda mungkin juga menyukai