Anda di halaman 1dari 25

REFLEKSI KASUS

TUMOR CANALIS ACUSTICUS EXTERNA DEXTRA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
RSUD RA KARTINI JEPARA

Disusun oleh :

Nafiatul Aliah

30101407262

Pembimbing:

dr. Enny Puji Astuti, Sp.THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2019

REFLEKSI KASUS
TUMOR CANALIS ACUSTICUS EKSTERNA DEXTRA

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan

melengkapi salah satu syarat menempuh

Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL

RSUD RA KARTINI JEPARA

Oleh :

Nafiatul Aliah

30101407262

Jepara, Januari 2019

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Enny Puji Astuti, Sp.THT-KL


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada umumnya tumor THT-KL ditemukan pada rongga mulut, orofaring,


nasofaring, hidung dan sinus paranasal, hipofaring, laring dan telinga. Tumor
pada telinga dapat bersifat jinak atau ganas.

Saluran telinga eksternal dimulai pada pembukaan dari bagian berbentuk


cangkir (konka) dari telinga dan memanjang ke bawah ke gendang telinga.
Saluran telinga luar (CAE) memiliki struktur seperti kulit, CAE 1/3 luar memiliki
susunan dermis mengandung kelenjar seruminosa, kelenjar sebasea, dan folikel
rambut. Sedangkan 2/3 dalam dermisnya sangat tipis dan menyatu dengan
periosteum tulang temporal, Tumor jinak pada CAE seperti skin tag, granuloma,
veruka vulgaris.

Anatomi saluran telinga luar dan bentuk tumor yang hampir mirip satu
sama lain yang menyebabkan diagnosis klinis tumor jinak CAE menjadi sulit,
diperlukan tindakan biopsi, dan pemeriksaan patologi anatomi untuk mengetahui
jenis tumor.
Tindakan operasi merupakan pilihan utama yang dapat dilakukan sebagai
pilihan terapi, utamanya jika tumor telah membesar, bahkan menyebabkan
gangguan seperti tidak dapat mendengar, maupun nyeri karena telah menekan
organ dan saraf sekitar.
2. Tujuan

Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas dasar diagnosis dari tumor jinak

CAE, patofisiologi, dan penatalaksanaan dari tumor jinak CAE

3. Manfaat

Laporan kasus ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan

diagnosis dari tumor jinak CAE, patofisiologi, dan penatalaksanaan dari tumor

jinak CAE
BAB II

DASAR TEORI

A. ANATOMI TELINGA

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
terbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2 ½ - 3 cm.

Daun telinga dari telinga eksternal memiliki bentuk yang simetris bilateral
yang membantu dalam fokus dan lokalisasi suara . Setiap pinna adalah menempel
pada tempurung kepala oleh kulit , tulang rawan , otot otot auricular , dan ligamen

ekstrinsik. Gambar 1. Anatomi dari pinna


Gambar 2. Anatomi dari CAE

Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen. Kanal auditori eksternal hangat, gelap dan rentan untuk menjadi lembab,
sehingga sangat baik untuk bakteri dan jamur bertumbuh. Kanal mudah trauma.
Kehadiran dari rambut, terutama rambut lebih tebal umum pada geriatri.

Saluran pendengaran eksternal memiliki beberapa pertahanan khusus.


Cerumen menciptakan mantel asam yang mengandung lysozymes dan zat lainnya
yang mungkin menghambat pertumbuhan bakteri dan pertumbuhan jamur.
Serumen kaya lipid juga hidrofobik dan mencegah penetrasi air pada kulit yang
menyebabkan laserasi. Serumen kecil dapat mempengaruhi telinga kanal untuk
infeksi, tetapi cerumen yang berlebihan atau terlalu kental dapat menyebabkan
obstruksi, retensi air dan debris, dan infeksi.

B. DEFINISI
Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya
pertumbuhan massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh, tumor di
telinga dapat terjadi di daun telinga, saluran telinga luar ( meatus akustikus
externus ), telinga tengah dan telinga dalam. Tumor di daerah yang berbeda dari
telinga berperilaku berbeda juga. Jadi, perlu untuk menggambarkan tumor
berdasarkan kejadian, gejala dan pengobatannya
Tumor dibedakan menjadi tumor jinak dan ganas, tumor jinak umumnya
tidak akan menimbulkan gejala, sifat pertumbuhannya lambat, tidak mudah
berdarah, tidak nyeri, tumor akan menimbulkan gejala jika ukurannya membesar
hingga dapat menekan organ, dan saraf sekitarnya.

C. KLASIFIKASI TUMOR JINAK CANALIS AKUSTIKUS EKSTERNUS

TUMOR TELINGA
TUMOR CAE
BAGIAN LUAR

Skin Tag Veruka vulgaris Granuloma

a. Skin Tag

Skin tag adalah tumor jinak kulit yang berasal dari jaringan ikat. Banyak
didapat pada usia pertengahan dan orangtua, umumya pada wanita. Faktor
penyebab yang pasti dari kelainan ini belum diketahui. Faktor predisposisi antara
lain obesitas dan kehamilan. Kelainan ini sering pada daerah intertriginosa (aksila,
lipat paha) tetapi pada umumnya di daerah leher
Sinominmnya antara lain Acrochordon, Cutaneous papilloma (1), Soft
warts (2), Fibroma durum (3), Fibroma molle (5), Cutis pendula (6),
Fibroepityhelial polyps (7), Fibroma pendularis (8), Soft fibroma (9). Pada
gambaran klinis didapatkan bentuk lesi bulat/oval, bertangkai, biasanya melekat
pada dasar kulit, lunak tidak elastis dengan ukuran < 1,0 mm sampai > l0 mm.
berwarna kuning kecoklatan atau merah daging. Gambaran histologi ditemukan
epidermis tipis, lapisan sel basal rata dan kadang mengalami hiperpigmentasi.

Tumor ini biasanya bersifat asimptomatis, tidak menimbulkan rasa nyeri


jika tidak disertai adanya peradangan dan iritasi. Penderita dapat merasakan gatal
atau perasaan tidak nyaman bila skin tag ini terkena kalung perhiasan atau pakaian.
Ada 3 tipe dari skin tag yang dijumpai :
1. Multiple, 1-2 mm merupakan papul yang berkerut dan terutama pada daerah coli
dan axilla.
2. Lesi tunggal atau filiform yang multiple , pertumbuhan yang lunak yang terdapat
di berbagai tempat, sampai dengan 5 mm.
3. Soliter, pedunkulasi atau pertumbuhan seperti “baglike” biasanya berdiameter
sekitar 10 mm tetapi bisa lebih besar, lebih sering pada tubuh bagian bawah.
Adanya korelasi positif antara insulin dan jumlah dari skin tag dimana
insulin merupakan hormon yang dapat meningkatkan pertumbuhan jaringan dan
stimulasi pengambilan glukosa pada jaringan, dan ketika terjadi resistensi insulin,
akan mengakibatkan sel ini kurang responsif terhadap hormon sehingga pankreas
akan melakukan kompensasi dengan memulai pembentukan insulin dalam jumlah
yang banyak. Adanya suatu keadaan hiperinsulinemia ini akan mengakibatkan
peningkatan pembentukan IGF-1 dan penurunan insulin-like growth factor-
binding Protein-3 ( IGFBP-3) yang bertanggung jawab terhadap gen transkripsi
anti proliferatif. Adanya hiperinsulinemia dan peningkatan IGF-1 secara langsung
akan menginduksi epitel dan pertumbuhan fibroblas melalui aktivasi reseptor yang
selanjutnya dapat mengakibatkan hiperplasia epidermal, perubahan endokrin yang
dapat mengakibatkan proliferasi dan pertumbuhan sel inilah mungkin dapat
mendasari pembentukan skin tag.
Pengobatan yang paling mudah dan tanpa anestesi adalah dengan scissor
snip excision. Lesi kecil dapat diterapi dengan elektrodesikasi atau cryoherapy.
Untuk lesi yang > 2 cm, harus dieksisi. Kadang-kadang dapat terjadi resolusi
spontan, tetapi biasanya menetap dalam waktu lama kecuali jika mendapat
pengobatan.

Gambar dari Skin tag yang berbatasan dengan kulit normal


b. Veruka vulgaris

Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan gambaran


klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan
kasar dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Predileksi
terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari.Pada keadaan awal,
ukurannya biasanya hanya sebesar pentol jarum dengan permukaan halus dan
mengkilat. Dalam waklu beberapa minggu atau bulan kian membesar dan
permukaannya menjadi kasar, berwarna abu-abu kecoklatan atau kehitaman.
Kadang-kadang beberapa lesi bergabung satu sama lain, menimbulkan plak
verukosa.
Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub tipe
HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1,
2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63.
Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau bagian kulit yang
terdapat abrasi, maserasi atau fisura. Virus akan mengadakan inokulasi pada
epidermis melalui defek pada epitelium.
Setelah masuk, sebuah salinan atau beberapa salinan dari genom viral
berperan sebagai plasmid ekstrakromosom atau episom di dalam nukleus sel basal
epitel yang terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan
mengambil tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus ke
lapisan-lapisan epitelium berikutnya.
Pengobatan : Dapat dilakukan bermacam-macam tindakan yang bertujuan
mendestruksi lesi.
- Bedah listrik dengana naesteslio kal

- Memakai bahan kaustik sseperti :

 Lanrtan perak nitrat 25%

 TCA (Trichlor Acetic Acid) jenuh

 Fenoil likuefaktum

- Bedah scalpel (ekstirpasi)

- Bedah beku :

Prognosis : Baik tetapi penyakit sering residif walaupun telah dilakukan


pengobatan yang adekuat.

c. Granuloma
Menurut definisi, granuloma adalah lesi inflamasi nodular. Granuloma
terutama terdiri dari fagosit mononuklear. Granuloma merupakan massa yang
terdiri dari jaringan fibrosa atau pembuluh darah yang tubuh terbentuk sebagai
respon dari infeksi kronis atau proses penyembuhan. Granuloma dapat timbul
sebagai manifestasi dari OMSK (Otitis Media Supuratif Kronis). Granuloma juga
dapat terjadi karena adanya benda asing di dalam telinga yang dapat menimbulkan
reaksi inflamasi.

Penyebab pasti granuloma tidak diketahui, tetapi biasanya timbul


didahului oleh trauma. Granuloma sering terjadi pada anak-anak. Awalnya,
granuloma yang diduga disebabkan oleh infeksi bakteri, namun etiologi belum
dapat ditentukan. Etiologinya termasuk virus, hormonal, dan, baru-baru ini, faktor
angiogenik.

Terdapat dua jenis granuloma, yang berbeda adalah patogenesis antara


keduanya, yaitu:

1. Granuloma benda asing umumnya terjadi karena terdapat benda asing yang
relatif inert. Biasanya, granuloma benda asing terbentuk ketika jahitan, atau
serat lainnya yang cukup besar untuk menghalangi fagositosis oleh makrofag
tunggal dan tidak menimbulkan respon inflamasi atau imun spesifik. Sel epitel
dan terbentuk dan meliputi seluruh permukaan benda asing. Oleh karena itu,
pada granuloma tipe ini benda asing yang dimaksud dapat diidentifikasi di
tengah granuloma.
2. Granuloma imun umumnya disebabkan oleh partikel tidak larut (biasanya
mikroba), yang kemudian merangsang respon kekebalan yang dimediasi sel.
Respon imun tidak selalu menghasilkan granuloma, umumnya granuloma
terjadi jika terdapat partikel atau zat yang tidak dapat didegradasi. Dalam
tanggapan ini, makrofag memfagositosis benda asing dan memproses serta
menyajikan antigen yang tepat kepada limfosit T, menyebabkan limfosit
menjadi aktif. Sel-sel T teraktivasi kemudian menghasilkan sitokin, seperti IL-
2, yang mengaktifkan sel-sel lain T, dan IFN-γ, yang penting dalam
mengaktifkan makrofag dan mentransformasikannya ke dalam sel epiteloid
dan sel raksasa multinuklear.

Mediator dari radang akut, terutama platelet activing factor dan


metabolism asam arakidonat. Enzim protease dan hidrolitik membersikan material
dari jaringan rusak. Sitokin (IL-1, TNF alfa) akan mengaktifkan limfosit dan
beberapa sel lain. Growth factor (PDGF, EGF, FGF) menstimulasi pertumbuhan
pembuluh darah, pembelahan dan migrasi dari fibrosis. Jaringan yang rusak
dengan peradangan akan membentuk jaringan granulasi (Muir, 1988)
Jaringan granulasi sebagian besar terdiri dari kapiler dan fibroblast
dan berbentuk granul kemerahan. Setelah luka, terjadi reaksi peradangan akut dan
kemudian bekas luka dilenyapkan oleh makrofag. Migrasi dan proliferasi
fibroblast serta tunas vaskuler dari sekeliling jaringan penghubung membentuk
jaringan granulasi. Tunas kapiler tumbuh diluar pembuluh darah di tepi luka
dengan susunan baru, migrasi dan proliferasi dari sel endotel yang ada. Tunas
kapiler pada umumnya berbentuk padat, lalu mencair. Tunas yang vaskuler
membentuk jerat yang mnyatu satu sama lainatau dengan kapiler yang telah
membawa darah. Kapiler yang baru dibentuk lebih permeabel dibandingkan
dengan yang normal dan dapat mengalirkan banyak protein ke dalam jaringan.
Jaringan granulasi ini akan digantikan menjadi jaringan fibrosa.
Secara simultan mengembangkan kapiler baru. Fibroblast mengeluarkan
molekul kolagen yang dapat larut agar dikumpulkan dalam fibril. Fibroblast juga
dipercaya untuk menghasilkan mucoply sakarida unsur dari jaringan. Setelah 2
minggu produksi kolagen menurun, tetapi proses perubahan bentuk kembali
berlangsung. Secara acak mengarahkan fibril kolagen kecil untuk diatur kembali
ke dalam ikatan tebal yang memberikan kekuatan yang lebih besar kepada
jaringan. Namun pada penderita granuloma, jaringan fibrosa ini tidak dapat
diganti dengan jaringan kolagen. Karena terlalu lama tidak dapat diganti, epitel
kulit telinga semakin rapuh, banyak serumen yang padat dan menumpuk sehingga
terperangkap dan membentuk kolesteatom

Granuloma kecil dapat hilang secara tiba-tiba. Lesi yang lebih besar
diperlakukan dengan operasi, elektrokauter, pembekuan, atau laser. Bila tidak
ditangani maka lesi granuloma cenderung menetap.3 Pada granuloma yang kecil
dan superfisial dapat terjadi regresi spontan. Penanganan granuloma meliputi
bedah eksisi, kauterisasi dan kuretase, laser.
BAB III

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : SSW

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 42 tahun

Alamat : Ngablak 2/2 Cluwak Pati

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. CM : 0003682xxx

Tanggal Masuk : 23 Januari 2019

Tanggal Pemeriksaan : 23 Januari 2019

2. ANAMNESIS

Autonamanesa pasien pada tanggal 23 Januari 2019 di Poli THT dan 24 Januari 2019 di

Bangsal Dahlia 2 RSUD R.A. Kartini Jepara.

a. Keluhan Utama

Telinga kanan tidak dapat mendengar.


b. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien wanita datang ke Poliklinik THT RSUD R.A. Kartini Jepara
dengan keluhan telinga sebelah kanan tidak dapat mendengar. Lima tahun sebelumnya
pasien merasa telinganya terasa ada yang mengganjal saat membersihkan telinga, tetapi
pasien tidak memeriksakan keluhannya ke dokter karena dirasa tidak mengganggu dan
mengira akan hilang sendiri, benjolan dirasakan semakin membesar 1 tahun yang lalu,
dan mulai tidak dapat mendengar seminggu yang lalu, pasien mengaku benjolan tidak
nyeri, tidak pernah berdarah, dan tidak pernah keluar cairan atau nanah pada telinga
kanan, trauma pada liang telinga luar, dan penurunan berat badan disangkal oleh pasien,
sebelumnya pasien mengobati telinga kanan dengan obat tetes telinga tetapi tidak
membaik.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Diabetes Melitus (-)


Riwayat Alergi (-)
Riwayat operasi (-)
Riwayat trauma telinga (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan serupa.
a. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang pernah sakit seperti ini.

b. Riwayat Sosial Ekonomi

Kesan ekonomi pasien baik. Pasien membayar biasa pengobatan

menggunakan BPJS

3. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pemeriksaan pada tanggal tanggal 23 Januari 2019 di Poli THT dan 24 Januari

2019 di Bangsal Dahlia 2 RSUD R.A. Kartini Jepara.

a. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Berat badan : 57 kg

Tinggi Badan : 160 cm

13
b. Tanda vital

Tekanan darah : 110/90 mmHg

Nadi : 82x/ menit

Suhu : 36 C

Laju pernafasan : 20 x/ menit

c. Kepala dan Leher

Kepala : Normocephal

Wajah : tidak ada kelainan

Leher anterior : tidak ada pembesaran KGB

Leher posterior : tidak ada pembesaran KGB

d. Status Lokalis

i. Pemeriksaan Telinga

Telinga luar

Dextra Sinistra

Aurikula Bentuk normal Bentuk normal

Nyeri tarik (-) Nyeri tarik (-)

Udem (-) Udem (-)

Preaurikula Tragus pain (-) Tragus pain (-)

Udem (-) Udem (-)

Retroaurikula Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Udem (-) Udem (-)

Mastoid Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

14
Udem (-) Udem (-)

CAE Discharge (-), darah (-) Discharge (-), darah (-)

Serumen (+) Serumen (+)

Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)

Massa jumlah 1, terletak di

1/3 CAE , berwarna putih

keabu-abuan, permukaan

berbenjol-benjol, tidak

berdarah.

Membran Timpani

Dextra Sinistra

Perforasi Tidak dapat dinilai (-)

Cone of light Tidak dapat dinilai (+) anteroinferior

Warna Tidak dapat dinilai Putih keabu-abuan

mengkilat seperti mutiara

Bentuk Cekung Cekung

15
ii. Pemeriksaan Tenggorok

Bibir Mukosa bibir kering, berwarna merah muda

Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda.

Geligi Warna kuning gading, caries (-), gangren(-)

Ginggiva Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar

Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-), ukuran dalam

batas normal

Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), deviasi (+) ke

kiri.

Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-), massa (-)

Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-)

Tonsila palatine Kanan Kiri

Ukuran T1 T1

Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Permukaan Rata rata

Kripte Tidak melebar Tidak Melebar

Detritus (-) (-)

Peri Tonsil Abses (-) Abses (-)

Arkus palatoglosus Hiperemis (-) Hiperemis (-)

dan arkus

palatofaringeal

16
iii. Pemeriksaan Hidung

Luar: Dextra Sinistra

Inspeksi Bentuk normal Bentuk normal

Bentuk Hidung normal Hidung normal

Inflamasi/tumor Eritem (-) bengkak (-) Eritem (-) bengkak (-)

Palpasi Nyeri tekan (-), Nyeri tekan (-), krepitasi

krepitasi (-) (-)

Nyeri tekan sinus paranasal (-) (-)

Pemeriksaan hidung Dextra Sinistra

Hidung Bentuk normal Bentuk normal

Sekret (-) (-)

Mukosa konka media Tidak terlihat Tidak terlihat

Mukosa konka inferior Livid (-), edem (-) Livid (-), edem (-)

Meatus media Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Meatus inferior Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Septum Deviasi (-) Deviasi (-)

Massa Polip (-), tumor (-), Polip (-), tumor (-),

granuloma (-) granuloma (-)

Phalatal phenomen Negatif Negatif

Sekret (-) (-)

17
iv. Pemeriksaan Leher

Dextra Sinistra

Inspeksi Benjolan (-), hiperemis (-) Benjolan (-), hiperemis (-)

Palpasi Tidak terdapat benjolan, tidak Tidak terdapat benjolan, tidak

ada nyeri tekan ada nyeri tekan

KGB Tidak ada pembesaran KGB Tidak ada pembesaran KGB

Masa Negatif Negatif

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Laboratorium Klinik Hematologi (23-01-2019)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 15,2 gr% 14-18

Leukosit 8,270 mm 3 4000-10000

Trombosit 379.000 mm 3 150.000-400.000

Hematokrit 44,1 % 40-48

Natrium 137 mmol/L 135-155

Klorida 112,1 mmol/L 95 -105

Kalsium 8,8 mmol/L 8,1 – 10,4

CT 3’ 45” Menit 2-6

BT 1’ 45” Menit 1-3

GDS 101 mg/dl <200

Trigliserid 76 mg/dl 150-199

HBsAg - -

18
5. RESUME

Seorang pasien datang ke Poliklinik THT RSUD R.A. Kartini Jepara dengan
keluhan telinga sebelah kanan tidak dapat mendengar. Lima tahun sebelumnya pasien
merasa telinganya terasa ada yang mengganjal saat membersihkan telinga, tetapi pasien
tidak memeriksakan keluhannya ke dokter karena dirasa tidak mengganggu dan mengira
akan hilang sendiri, benjolan dirasakan semakin membesar 1 tahun yang lalu, dan mulai
tidak dapat mendengar seminggu yang lalu, pasien mengaku benjolan tidak nyeri, tidak
pernah berdarah, dan tidak pernah keluar cairan atau nanah pada telinga kanan,
sebelumnya pasien mengobati telinga kanan dengan obat tetes telinga tetapi tidak
membaik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, TTV normal.

Pemeriksaan kepala pada wajah didapatkan dalam batas normal.

Pemeriksaan lokalis didapatkan :

 Telinga :

Dextra Sinistra

Aurikula Bentuk normal Bentuk normal

Nyeri tarik (-) Nyeri tarik (-)

Udem (-) Udem (-)

Preaurikula Tragus pain (-) Tragus pain (-)

Udem (-) Udem (-)

Retroaurikula Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Udem (-) Udem (-)

Mastoid Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

19
Udem (-) Udem (-)

CAE Discharge (-), darah (-) Discharge (-), darah (-)

Serumen (+) Serumen (+)

Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)

Massa jumlah 1, terletak di

1/3 CAE , berwarna putih

keabu-abuan, permukaan

berbenjol-benjol

 Tenggorok : dbn.
 Hidung : dbn.
 Leher : pembesaran kelenjar limfe tidak ada.

Pemeriksaan penunjang

 Dilakukan pemeriksaan darah lengkap: dbn.

Diagnosis
 Tumor canalis acusticus eksterna dextra

Diagnosis Banding

 Granuloma
 Skin tag
 Veruka vulgaris

20
6. Penatalaksanaan

1) Medikamentosa:

 Infus Tutofusin 20 tpm

 Klinmas 3x150mg

 Patral 3xI

 Otopain ED 4xIII

2) Operatif :

Pro Ekstirpasi tumor CAE dextra.

7. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

21
8. FOLLOW UP

Tanggal Keadaan Klinis Program Terapi

23/01/2019 S : tidak dapat mendengar pada  Rawat Inap

telinga kanan  Rencana Extirpasi tumor CAE


O : massa di CAE dextra, jumlah
dextra kamis 24/01/2019
1 permukaan berbenjol-benjol,
 Pemeriksaan Darah rutin, GDS,
warna kehitaman, tidak
elektrolit , kolesterol, HBsAg
berdarah, tidak ada nanah,
 Puasa 6 jam pre operasi
membran timpani tidak dapat
 Infus RL 20 tpm
dinilai
 Konsul anestesi
A : tumor CAE Dextra

24/1/2019 S : cemas Pro extirpasi tumor CAE dextra

O : massa di CAE dextra, jumlah


(06.00)
1 permukaan berbenjol-benjol,

warna kehitaman, tidak

berdarah, tidak ada nanah,

membran timpani tidak dapat

dinilai

A : tumor CAE dextra

24/01/2019 S: Telah dilakukan operasi TE Program :

(11.30) dengan GA  Pengawasan KU, TTV, tanda

22
O: Tumor CAE dextra (-) perdarahan

Perdarahan (-)  Diet biasa TKTP

A: Post TE hari ke-0  Rencana Aff tampon 25/01/2019

 Infus tutofusin 20 tpm

 Klinmas 3x150 mg

 Patral 3xI

25/1/2019 S: tidak ada keluhan Terapi dilanjutkan

O: Tumor CAE dextra (-)  Aff tampon telinga

Perdarahan (-)  Otopain ED 4xIII

A: Post TE hari ke-1

23
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien wanita datang ke Poliklinik THT RSUD R.A. Kartini Jepara

dengan keluhan telinga sebelah kanan tidak dapat mendengar.Benjolan dirasakan

semakin membesar 1 tahun yang lalu, dan mulai tidak dapat mendengar seminggu yang

lalu, pasien mengaku benjolan tidak nyeri, tidak pernah berdarah, dan tidak pernah

keluar cairan atau nanah pada telinga kanan, luka pa liang telinga luar dan penurunan

berat badan disangkal oleh pasien sebelumnya pasien mengobati telinga kanan dengan

obat tetes telinga tetapi tidak membaik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, TTV dbn. Pemeriksaan

kepala pada wajah didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan telinga, didapatkan

massa di CAE dextra, jumlah 1 permukaan berbenjol-benjol, tidak nyeri, berwarna putih

keabu-abuan, tidak berdarah, dan tidak ada nanah, membran timpani tidak dapat dinilai

karena tertutup massa.

Massa tersebut dicurigai sebagai skin tag karena pada anamnesis pasien

menyangkal adanya trauma pada CAE sebelumnya, massa memiliki warna yang mirip

dengan kulit, tidak terasa nyeri, tidak mudah berdarah, memiliki bentuk filiform.

Penanganan yang dilakukan adalah ekstirpasi tumor CAE dan kemudian

dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk memastikan jenis tumor yang diderita

pasien.

24
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams GL, Boies LR, Higher PA. 1997. BOIES Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. DeSouza, Menesez CO, Desouza RA, Ogale SB, Morris MM, Desai AP. 1989. Profile of
Congenital Cholesteatomas of Petrous Apex. J POstgard Med (serial online)

3. Muir, Bernice L. 1988. Pathophysiology: an introduction of mechanism of disease second


edition. Newy York (USA). A Willey-Medical Publication.

4. Nuty W, Endang Mangunkusumo. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Hidung dan Telinga.
Editor: Eliaty AS, Nurbaiti, edisi ke 5.

5. Soepardi MA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2008. Buku Ajar THT KL, Edisi Ke 6.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI

6. Viswanatha, DO, MBBS.PhD. 2015. Granulomatous Disease of Middle Ear. India: Journal
of Medscape.

25

Anda mungkin juga menyukai