Anda di halaman 1dari 28

SYSTEMA LYMPHATICUM/SISTEM LIMFATIK

Vasa lymphatica
Vasa lymphatica membentuk saluran-saluran jaringan kompleks yang saling berhubungan dan luas,
yang berawal sebagai "pori-pori"

vas lymphocapillare yang buntu di dalam jaringan tubuh dan bertemu untuk membentuk sejumlah
pembuluh yang lebih besar,yang akhirnya berhubungan dengan venae besar di pangkal leher.
Vasa lymphatica terutama mengumpulkan cairan keluar dari jaringan vaskuler capillare/vascular
capillary bed selama proses pertukaran nutrisi dan mengirimkannya kembali ke venae sistem
vaskuler (Gambar 1.20). Yang juga termasuk berada di cairan interstitiale, yang bermuara ke dalam
vas lymphocapillare, adalah bahan-bahan patogenik, sel-sel systema lymphaticum, produkproduk
sel (seperti hormon), dan debris sel. Pada intestinum tenue, lemak-lemak tertentu diabsorbsi dan
diproses oleh epithelium intestinum, dikemas menjadi protein yang berlapis tetesan lemak
(chylomicrons/kilomikron), yang dilepaskan dari sel-sel epithelium dan memasuki kompartemen
interstitiale. Bersama dengan komponen-komponen yang lain dari cairan interstitiale,
chylomicrons/kilomikron bermuara ke dalam vas lymphocapillare (disebut sebagai lacteals di dalam
intestinum tenue) dan akhirnya dikirimkan ke sistem vena di leher. Sistem vasa lymphatica juga
merupakan jalur utama transportasi absorbs lemak oleh intestinum.

Sebagian besar cairan pada vasa lymphatica jernih dan tidak bewarna dan dikenal sebagai
lymphaticus. Yang dibawa oleh vasa lymphatica dari intestinum tenue adalah opaque dan seperti
susu karena adanya chylomicrons/kilomikron dan disebut chyle. Vasa lymphatica terdapat di sebagian
besar area tubuh kecuali encephalon, sumsum tulang, dan jaringan avaskuler seperti
epithelium dan tulang rawan.
Pergerakan lymphaticus melalui vasa lymphatica dibentuk terutama secara tidak langsung oleh aksi
struktur-struktur yang berdekatan, khususnya oleh kontraksi otot-otot rangka dan pulsasi
arteria. Aliran satu arah dipertahankan oleh adanya katup-katup pembuluh darah.
Nodi lymphatici
Nodi lymphatici berukuran kecil (panjang 0.1-2.5 cm), struktur berkapsul yang memutuskan aliran
lymphaticus dan mengandung elemen-elemen sistem pertahanan tubuh, seperti sekelompok
lymphocytus dan makrofag. Nodi lymphatici bertindak sebagai kompleks filter yang menjebak dan
memfagositosis materi partikel di dalam lymphaticus yang merembes melewatinya. Selain itu,
nodi lymphatici mendeteksi dan melawan antigen asing yang berada dalam lymphaticus.

Karena nodi lymphatici merupakan filter yang efisien dan aliran yang melaluinya lambat, sel-sel yang
bermetastasis dari (bermigrasi menjauh dari) tumor primer dan memasuki vasa lymphatica sering
mengendap dan tumbuh sebagai tumor sekunder di dalam nodi lymphatici. Nodi lymphatici yang
merupakan muara daerah-daerah yang terinfeksi atau mengandung bentuk lain dari penyakit dapat
membesar atau mengalami perubahan fisik tertentu, seperti menjadi "keras" atau "lunak".
Perubahan-perubahan ini dapat digunakan oleh para klinisi untuk mendeteksi perubahan-perubahan
patologis atau untuk melacak penyebaran penyakit. Sejumlah daerah pada tubuh berkaitan dengan
nodi lymphatici yang berkelompok atau berlimpah (Gambar 1.21). Tidak mengherankan, banyak nodi
pada daerah ini mengaliri permukaan tubuh, systema digestorium, atau systema respiratorium. Ketiga
daerah ini merupakan lokasi beresiko tinggi sebagai tempat masuknya patogen asing.

Nodi lymphatici melimpah dan dapat dipalpasi di regio axillaris, inguinalis dan femoralis, dan
cervicales. Lokasi nodi lymphatici yang profundus tidak dapat dipalpasi, termasuk yang berhubungan
dengan trachea dan bronchi di dalam thorax, dan dengan aorta dan percabangannya yang berada di
dalam abdomen
Trunci dan ductus lymphatici
Semua vasa lymphatica bergabung untuk membentuk trunci atau ductus yang lebih besar, yang
bermuara ke dalam sistem venae yang berlokasi pada leher di mana vena jugularis interna bergabung
dengan vena subclavia untuk membentuk vena brachiocephalica (Gambar 1.22).

Vasa lymphatica dari semua daerah tubuh yang Iain dibawa oleh vasa Iymphatica yang bermuara ke
dalam venae pada sisi kiri regiones cervicales.

Aplikasi klinis
Nodi lymphatici
Nodi lymphatici merupakan filter yang efisien dan mempunyai jaringan ikat reticulare yang bagian
dalamnya, seperti sarang lebah berisi lymphocytus. Lymphocytus ini bertindak melawan
bakteri, virus, dan sel-sel tubuh lainnya untuk menghancurkannya. Nodi lymphatici cenderung untuk
mengalir ke area yang spesifik, dan bila terjadi infeksi di dalam area pengalirannya, nodi lymphatici
akan menjadi aktif. Pergantian sel yang cepat dan produksi mediator-mediator inflamasi lokai dapat
menyebabkan nodus membesar dan menjadi lunak. Demikian pula, pada pasien dengan keganasan,
vasa lymphatica dapat mengalirkan sel-sel metastasis ke nodi lymphatici. Nodi lymphatici ini dapat
membesar dan meradang dan perlu dihilangkan jika memberikan gejala klinis. Nodi lymphatici dapat
membesar secara difus pada penyakit sistemik tertentu (misalnya, infeksi virus), atau
kelompokkelompok lokal dapat membesar dengan keganasan nodus lymphaticus primer, seperti
lymphoma.
Gambar: Pembuluh-pembuluh limfe superficial, Vasa lympatica superficialis dan kelenjar limfe, Nodi
lymphoidei, kepala dan leher.
Nodi lymphoidei submentales, submandibulares, parotidei, mastoidei, dan occipitalis adalah kelenjar
getah bening regional yang menerima cairan limfe wajah,kulit kepala dan occiput. Dari sini, limfe
dialirankan ke dalam Nodi lymphoidei cervicales laterals superficiales dan Nodi lymphoidei
cervocales laterals profundi superires dan inferiors.
Nodi lympoidei cervicales laterals profundi yang penting adalah anterio M. sternocleidomastoideus
dan Angulus mandibulae di batas bawah Galndula parotidea.
Nodi lyphoidei parotidea terbagi menjadi Nodi lymphoidei parotidei superficiales dan Nodi
lumphoidei parotidei profundi. Nodi lumphoidei parotidei profundi mencakup Nodi lymphoidei
preauriculares, infraauriculares dan intragandulares. Selain itu, nasolabialis, mandibularis,, malaris
dan Nodi lymphoidei linguales.
Gambar: Kelenjar limfe sebelah dalam. Nodi lymhoidei profundi, sisi kanan; di lihat dari lateral.
Kelenjar limfe di aspek anterior (Nodi lymphoidei cervicales anteriores) dan lateral (Nodi lymphoidei
cervicales laterals) leher terbagi menjadi komprtemen kelenjar limfe superfacialis dan profundus.
Nodi lymphoidei infrahyoidei dengan Nodi lymphoidei prelaryngei, Nodi lymphoidei thyroidei, Nodi
lymphoidei pretracheales, Nodi lymphoidei paratracheales dan Nodi lymphoideiretropharyngeales
membentuk kelenjar limfe leher anterior profundus (Nodi lymphoidei cervicales anteriores profundi)

Kelenjar limfe leher lateral profundus (Nodi lymphoidei cervicales laterals profundi) dibagi menjadi
kelompok atas (Nodi lymphoidei profundi superiors) yang terdiri dari Nodus ymphoideus anterior,
serta kelompok bawah (Nodi lymphoidei profundi inferiors) dengan Nodi lymphoidei
juguloomohyoideus, Nodi lymphoideus lateralis dan Nodi lymphoidei anteriores. Selain itu, terdapat
Nodi lymphoidei supraclaviculares dan Nodi lymphoidei accessorii (berikatan dengan N. accessories
{XI}) dengan Nodi lymphoidei retropharyngeales.
Anatomi sistem limfatik
Secara garis besar sistem limfatik tubuh dapat dibagi atas sistem konduksi, jaringan limfoid dan organ
limfoid (gambar 1). Sistem konduksi mentransportasi limfe dan terdiri atas pembuluh-pembuluh
tubuler yaitu kapiler limfe, pembuluh limfe dan duktus torasikus. Hampir semua jaringan tubuh
memiliki pembuluh atau saluran limfe yang mengalirkan cairan dari ruang interstisial. Definisi
jaringan limfatik (atau yang sering disebut jaringan limfoid) adalah jaringan penyambung retikuler
yang diinfiltrasi oleh limfosit. Jaringan limfoid ini terdistribusi luas di seluruh tubuh baik sebagai
organ limfoid ataupun sebagai kumpulan limfosit difus dan padat. Organ limfoid sendiri merupakan
massa atau sekumpulan jaringan limfoid yang dikelilingi oleh kapsul jaringan penyambung atau
dilapisi oleh epithelium
Gambar 1. Sistem limfe tubuh dan kelompok kelenjar limfe utama8

Pembuluh limfe
Semakin ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan berlokasi dekat dengan vena.
Seperti vena, pembuluh limfe memiliki katup yang mencegah terjadinya aliran balik. Protein
yang dipindahkan dari ruang interstisial tidak dapat direabsorbsi dengan cara lain. Protein dapat
memasuki kapiler limfe tanpa hambatan karena struktur khusus pada kapiler limfe tersebut, di
mana pada ujung kapiler hanya tersusun atas selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling
bertumpang sedemikian rupa seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut bebas membuka
ke dalam membentuk katup kecil yang membuka ke dalam kapiler (gambar 2). Otot polos
dinding pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan guna membantu pengaliran limfe
menuju ke duktus torasikus
Jaringan limfoid
Jaringan limfoid terdiri atas nodus dan nodulus limfoid yang mempunyai ukuran
dan lokasi bervariasi. Ukuran nodus biasanya lebih besar, panjangnya berkisar 10 -
20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya antara sepersekian milimeter sampai
beberapa milimeter dan tidak mempunyai kapsul.2,9 Dalam tubuh manusia terdapat ratusan nodus
limfoid ini (kelenjar limfe atau kelenjar getah bening) yang tersebar dengan ukuran antara sebesar
kepala peniti hingga biji kacang. Meskipun ukuran kelenjar- kelenjar ini dapat membesar atau
mengecil sepanjang umur manusia, tiap kelenjar yang rusak atau hancur tidak akan beregenerasi.
Jaringan limfoid berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk menyerang infeksi
dan menyaring cairan limfe

Berdasarkan lokasi sebagian besar nodus limfoid ini berkelompok di daerah-daerah tertentu misalnya
mulut, leher, lengan bawah, ketiak dan sela paha. Jaringan limfoid mukosa yang terorganisasi terdiri
atas plak Peyer (Peyer’s patch) di usus kecil, tonsil faring dan folikel limfoid yang terisolasi
Organ limfoid
Menurut tahapan perkembangan dan maturasi limfosit yang terlibat di dalamnya, organ
limfoid terbagi atas:
1) Organ limfoid primer atau sentral, yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau
sejenisnya seperti sumsum tulang. Membantu menghasilkan limfosit virgin dari immature
progenitor cells yang diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan sel B
sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen,
2) Organ limfoid sekunder atau perifer, yang mempunyai fungsi untuk menciptakan
lingkungan yang memfokuskan limfosit untuk mengenali antigen, menangkap dan mengumpulkan
antigen dengan efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang disensitisasi

oleh antigen spesifik serta merupakan tempat utama produksi antibodi. Organ limfoid
sekunder yang utama adalah sistem imun kulit atau skin associated lymphoid tissue (SALT),
mucosal associated lymphoid tissue (MALT), gut associated lymphoid tissue (GALT),
kelenjar limfe, dan lien.

Seluruh organ limfoid memiliki pembuluh limfe eferen tetapi hanya nodus limfatikus yang
memiliki pembuluh limfe aferen. Nodul limfoid dikelilingi oleh kapsul fibrosa di mana
terdapat proyeksi jaringan penyambung dari kapsul ke dalam nodus limfoid
menembus korteks dan bercabang hingga ke medula yang disebut trabekula yang
memisahkan korteks nodus limfoid menjadi kompartemen-kompartemen yang inkomplit yang
disebut folikel limfoid. Nodulus limfoid tersusun atas massa padat dari limfosit dan
makrofag yang dipisah oleh ruang-ruang yang disebut sinus limfoid. Di bagian tengah
terdapat massa ireguler medula.4,9 Pembuluh eferen meninggalkan nodus dari regio yang
disebut hilum

hilu
m

Gambar Potongan melintang nodus limfoid

SISTEM LIMFATIK KEPALA DAN LEHER

Kelenjar limfe leher


Terdapat perbedaan perkiraan jumlah nodus limfoid pada kepala dan leher menurut para ahli. Bailey
dan Love melaporkan sejumlah 300 nodus terdapat di leher. Cummings dkk melaporkan sepertiga
dari lebih 500 kelenjar limfe di tubuh terletak di atas klavikula. Menurut Roezin sekitar 75 buah
kelenjar limfe terdapat di setiap sisi leher dan kebanyakan pada rangkaian jugularis interna dan
spinalis assessorius (gambar 6). Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis adalah kelenjar
limfe di rangkaian jugularis interna yang terbentang dari klavikula sampai dasar tengkorak. Rangkaian
jugularis interna ini dibagi dalam kelompok superior, media, dan inferior. Kelompok kelenjar limfe
yang

Kapiler limfe kemudian menyatu membentuk vasa limfatika yang lebih besar dengan susunan
menyerupai vena. Pada vasa limfatika lain adalah submental, sub mandibula, servikalis superfisialis,
retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius, skalenus anterior, dan supraklavikula
Penataan kelompok kelenjar limfe daerah kepala dan leher
Agar lebih mudah membicarakan lokasi dari temuan klinis daerah leher, maka leher dibagi dalam
bentuk segitiga-segitiga yang dipisahkan oleh otot sternokleidomastoid menjadi segitiga anterior dan
posterior (gambar 7). Segitiga posterior dibatasi oleh otot trapezius, klavikula, serta
sternokleidomastoid. Segitiga anterior dibatasi oleh m. sternohioid, digastrikus, dan
sternokleidomastoid

Segitiga-segitiga tersebut kemudian terbagi lagi menjadi segitiga-segitiga yang lebih


kecil; dalam segitiga posterior terdapat segitiga supraklavikular dan segitiga oksipital.
Segitiga anterior terbagi atas submandibula, karotid, dan segitiga muskular .

Pembagian kelompok kelenjar limfe leher bervariasi dan salah satu sistem klasifikasi yang sering
dipergunakan adalah menurut Sloan Kettering Memorial Center Cancer
Classification sebagai berikut: (gambar 8)
I. Kelenjar di segitiga submental dan
submandibula
II. Kelenjar-kelenjar yang terletak di 1/3 atas, termasuk kelenjar limfe jugular superior,
kelenjar digastrik dan kelenjar limfe servikal postero superior.
III. Kelenjar limfe jugularis antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid
dengan m. sternokleidomastoid dan batas posterior m. sternokleidomastoid.
IV. Kelompok kelenjar daerah jugularis inferior dan supraklavikula
Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal

Gambar 8. Daerah kelenjar limfe leher menurut Sloan Kattering Memorial Center Cancer
Classification

Klasifikasi lainnya adalah menurut Robbins dkk dari Committee for Head and Neck
Surgery and Oncology of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
(AAO-HNS) tahun 1991 yang kemudian dimodifikasi dan diperbaharui pada tahun 2002
(gambar 9). Klasifikasi tersebut merupakan modifikasi dari Memorial Sloan Kettering Cancer
Center yang mengacu pada lokasi topografi tertentu daerah leher sesuai pola konsisten kelenjar
limfe yang ada. Pembagian ini mengakibatkan acuan kelenjar limfe adalah sesuai levelnya dan
bukan kelenjar limfe tertentu. Contohnya kelompok kelenjar limfe juguler inferior terletak di area
IV sementara kelenjar jugulodigastrik berada di level

II. Menurut klasifikasi ini, daerah leher dibagi atas 6 level yaitu level I hingga VI dan tiap-
tiapnya menaungi kelompok kelenjar limfe spesifik. Level I akan dibagi menjadi level I A
dan IB, level II menjadi IIA dan II B, dan level V menjadi level VA dan VB, lebih jelasnya
sebagai sebagai berikut:

- Level IA merupakan tempat kelenjar limfe submental dan submandibula.


- Level II A dan II B berlokasi di anteromedial saraf spinal assessorius sementara
level II B berlokasi di bagian posteromedialnya.
- Level III dan level IV terletak sepanjang rantai jugular tengah dan bawah
- Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior. Level V A dan V B
dipisah oleh garis horisontal yang terletak di inferior kartilago krikoid.
Level VI merupakan kompartemen sentral yang berisi kelenjar paratrakea, retrosternal, prekrikoid,
dan pretiroid.

Gambar 9. Pembagian level


area
Pembagian leher area menurut Committee for Head and Neck Surgery and Oncology of the American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS), 2002

Sumber:
1. an de Graaff. Lymphatic system. In: Van de Graaff. Human Anatomy. 6thed. New York:
McGraw-Hill Companies; 2001:582-5

2. Essential of Anatomy and Physiology. 5thed. Philadelphia: FA Davis Company; 2007:


319-26.
Limfadenopati
I. Definisi
 Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari
1 cm.
 Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau karakter
kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliak, atau poplitea
dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih besar dari
5 mm merupakan keadaan abnormal.

II. Etiologi
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut dapat diingat
dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan), infections (infeksi), autoimmune disorders
(kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-lain dan kondisi tak-lazim), dan
iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik).

Obat-obat yang dapat menyebabkan limfadenopati, antara lain, adalah: alopurinol, atenolol, kaptopril,
karbamazepin, emas, hidralazin, penisilin, fenitoin, primidon, pirimetamin, kuinidin, trimetoprim-
sulfametoksazol, sulindak.
III. Epidemiologi
♂>♀

Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan limfadenopati
mempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko keganasan sebagai
penyebab limfadenopati sebesar 0,4%.

Di Indonesia LNH, Hodgkins dan leukemia urutan keenam tersering. LNH lebih sering pada pria.

IV. Klasifikasi
Berdasarkan luas limfadenopati:
• Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.
• Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.
Secara histopatologi :
• Limfoma Hodgkin  sel Reed-Sternberg
• Limfoma non-Hodgkin
Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer, sekitar 3/4 penderita
datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan limfadenopati generalisata.
V. Faktor resiko
Rasbukan merupakan faktor yang umum yang berhubungan dengan limadenopati.

Umur penderita dan lamanya limfadenopatiSebagian besar penyebab limfadenopati pada anak
adalah infeksi atau penyebab yang bersifat jinak.

Pajanan: Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat berhubungan dengan metastasis
karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat
menimbulkan limfadenopati. Riwayat kontak seksual penting dalam menentukan penyebab
limfadenopati inguinal dan servikal yang ditransmisikan secara seksual.

Riwayat penyakit

Riwayat pemakaian obat

Riwayat pekerjaan, perjalanan

VI. Patogenesis dan Patofisologi


• Limfadenopati dapat menunjukkan adanya peningkatan ukuran dan jumlah dari folikel
limfoid akibat proliferasi limfosit yang masif.
• Respon ini dapat terjadi akibat adanya rasangan antigen yang baru. Pembesaran nodus limfe
juga bisa disebabkan adanya infiltrasi dari sel yang normalnya tidak ada seperti sel metastatis
atau sel leukimik.
• Pada kasus mengarah pada proses keganasan, nodus limfe mengalami pembesaran akibat
proses sekunder dari stimuli yang tidak diketahui sehingga sel mengalami transfomasi
menjadi sel limfoma yang berproliferasi tidak terkendali (automomous proliferation).
VII. Manifestasi Klinik
Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise dan demam, sering menyertai limfadenopati servikal dan
limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis.

Demam, keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma
B symptom.

Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan kemungkinan adanya penyakit
autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau dermatomiositis

Karakter dan ukuran kelenjar getah bening Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri
meningkatkan kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa.
Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai karakteristik terfiksasi dan terlokalisasi dengan
konsistensi kenyal.

Limfadenopati karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan
berbatas tegas.

Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh infl amasi karena infeksi.

VIII. Algoritma Penegakkan diagnosis

IX. Pemeriksaan penunjang


USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal
dan ada tidaknya kalsifikasi.

Biopsi Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada
keganasan.
Kultur kemungkinan diperlukan untuk memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan
organisme penyebab infeksi.

X. Tata Laksana
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain
observasi.

Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi
KGB.

Terapi limfadenopati akibat limpoma Hodgkin

• Pengobatan tergantung stadium :

• Radioterapi saja dapat digunakan untuk pasien dengan penyakit stadium IA atau II A
patologis atau klinis dengan histologi yang baik.
• HL stadium lanjut (IB, IIB, III, IV) harus diobati dengan kemoterapi kombinasi menggunakan
salah satu regimen standar (misalnya enam silus Adriamycin, Bleomycin, Vinblastine, dan
Dacarbazine. ABVD).

• Untuk penyakit mediastinal yang besar, yang sangat sering pada perempuan muda dengan HL
sklerosans nodular, kemoterapi yang diikuti terapi sinar X dapat diberikan dan DXT lokal
mungkin perlu di tempat-tempat lain.

Terapi limfadenopatia akibat limpoma Non-Hodgkin

• Agresif

• NHL agresif lokalisata (stadium I dan II), terapi sinar X dalam dengan kemoterapi
kombinasi ajuvan dengan antibody monoclonal anti CD 20 jika diperlukan.

• NHL agresif stadium lanjut diobati dnegan CCT yang dikuti dengan DXT.

• Pasien dengan limfoma limfoblastik paling baik diobati dengan kemoterapi. Terapi
intratekal diberikan untuk pasien yang berisiko tinggi menderita SSP.

• Indolen Pasien asimtomatik dapat dipantau secara ketat tanpa terapi selama berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun.

• Terapi NHL tergantung derajat keganasan

XI. Pencegahan dan Edukasi


Limfadenopati tidak dapat dicegah sepenuhnya. Namun risiko terjadi limfadenopati dapat diturunkan
bila seseorang menjalani pola hidup yang sehat, yaitu:

a. Tidak merokok
b. Mengonsumsi banyak serat (melalui buah dan sayur)
c. Berolahraga teratur
d. Hindari kegemukan
e. Tidur minimal 7 jam di malam hari

XII. Diagnosis Banding


XIII. Komplikasi
Pada limfoma maligna
• Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri (pansitopenia, perdarahan, infeksi,
kelainan pada jantung, kelainan pada paru-paru, sindrom vena cava superior, kompresi pada
spinal cord, kelainan neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada traktus gastrointestinal,
nyeri, dan leukositosis jika penyakit sudah memasuki tahap leukemia).
• Komplikasi akibat penggunaan kemoterapi (pansitopenia, mual dan muntah, infeksi,
kelelahan, neuropati, dehidrasi setelah diare atau muntah, toksisitas jantung akibat
penggunaan doksorubisin, kanker sekunder, dan sindrom lisis tumor).

XIV. Prognosis
Prognosis pada limfadenopati tergantung pada etiologinya. Pasien yang mengalami komplikasi
tertentu, seperti superior vena cava syndrome, memiliki risiko kecuali di tatalaksana dengan baik.
Prognosis pasien tergantung tatalaksana keganasan dan komplikasinya.

Risiko rendah = 0-1 Risiko Sedang-Tinggi =3

Risiko Sedang = 2 Risiko Tinggi = 4,5

XV. SKDI
• Limfadenitis 4A
• Limfadenopati  3A
• Limfoma 1
Keterampilan:
• Palpasi Kelenjar Limfe 4A
• Pemeriksaan dan pemeriksaan hitung jenis leukosit 4A
• Permintaan pemeriksaan hematologi berdasarkan indikasi  4A
• Pemeriksaan patologi hasil biopsi  1
• Biopsi  2

Sumber:
A. Abdullah, Abba, et.al. 2011. Clinical Approach to Lymphadenopathy. Journal JK-
practitioner 2011; 16(1-2): 1-8. King Saud University.
Bazemore, A. W. & D. R. Smucker. 2002. Lymphadenopathy and Malignancy. Am Fam
Physician. 66(11):2103-2111.
Lin T, Guan Z. Limfoma Malignum. Dalam: Wan Desen, editor. Buku Ajar Onkologi
Klinis. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2008. h. 547 - 563.
Bazemore, A. W. & D. R. Smucker. 2002. Lymphadenopathy and Malignancy. Am Fam

Physician. 66(11):2103-2111.
Analisis Masalah
1a. Bagaimana hubungan usia,jenis kelamin dan pekerjaan pada kasus?
Jawab:
Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan limfadenopati
mempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko keganasan sebagai
penyebab limfadenopati sebesar 0,4%.

Menurut data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012 limfoma lebih banyak menyerang pria dibandingkan
dengan wanita.

1f. Mengapa benjolan tidak nyeri?


Jawab:
Benjolan di leher yang tidak nyeri merupakan malignant lymphadenopathy (BELOM FIX RE ,
masih cari mekanismenyaw)

3a. Apa makna klinis dari diberi obat dan dilakukan pemeriksaan darah dan rontgen dada dan
benjolan tidak mengecil dan malah tambah membesar?
Jawab:
Mungkin pada saat di berikan pengobatan, obat yang di beri tidak sesuai dengan diagnosis pasien
sehingga obat tersebut mendukung proses pembesaran dari benjolan di leher kanan dan kiri Tn. A.

5a. Apa hubungan riwayat keluarga dan penyakit Tn. A?


Jawab:
Hubungan riwayat keluarga Tn. A tidak ada. Namun makna klinis dari ibu Tn. A menderita
karsinoma payudara yaitu memiliki peranan faktor genetic, dimana jika ada anggota keluarga yang
terkena kanker maka resiko untuk terkena keganasan meningkat.

7c. Apa saja indikasi biopsy dan apakah pasien diperlukan biopsy? Jika perlu jenis apa?
Jawab:
Indikasi biopsy apablia pasien mengalami:
Gangguan darah, malignansi, kista, polip, proses infeksius, penyakit progresif (sirosis, nefrosis, lupus
nefritis) , defek ovulatif, penolakan transplatansi ginjal
Pada pasien ini perlu di lakukan biopsjenis biopsy eksisi karena terdapat tanda dan gejala yang
mengarah keganasan, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling besar dan paling dicurigai
dijadikan nilai pertimbangan diagnostik. KGB supraklavikular mempunyai nilai diagnostik paling
tinggi karena memiliki keterkaitan erat dengan keganasan.

Anda mungkin juga menyukai