Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Wacana Politik - ISSN 2502 - 9185 Vol. 2, No.

1, Maret 2017: 1- 9

GERAKAN ISLAM POLITIK DAN PROYEK HISTORIS PENEGAKAN


ISLAMISME DI INDONESIA

Rendy Adiwilaga
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bale Bandung,
Kabupaten Bandung, Indonesia
E-mail: rendyadiwilaga@gmail.com

ABSTRAK
Pasca kebangkitan reformasi, perjuangan Islamisme bertransformasi menjadi sebuah gerakan sosial
sebagai sebuah representasi masyarakat modern. Tulisan ini hendak memaparkan temuan historis serta
mengkaji, bagaimana gerakan Islamisme di Indonesia berdinamika mulai dari awal kebangkitannya
hingga upaya nya menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Tanpa melibatkan arus radikal lebih
jauh, tulisan ini hanya mencoba menggali gerakan Islamisme mulai dari Sarikat Islam, Darul Islam,
Masyumi, hingga FPI sebagai representasi gerakan Islamisme kontemporer dengan menggunakan
pendekatan fenomenologis.

Kata kunci: Islam Politik, Islamisme, Gerakan Islam

POLITICAL ISLAM MOVEMENT AND HISTORICAL PROJECT OF ISLAMISM


ENFORCEMENT IN INDONESIA

ABSTRACT
After Post-resurrection reform, the struggling of Islamism was transformed into a social movement as
a representation of modern society. This paper is about to expose the historical findings and examine
how the movement of Islamism in Indonesia showing some dynamics act start from the beginning its
rise to its efforts to adjust to the times. Without involving radical currents further, this article is only
trying to dig the Islamism Movement start from Sarikat Islam, Darul Islam, Masjumi, until FPI as a
representation of contemporary Islamism movement using the phenomenological approach.

Key words: Islam of Politics, Islamism, Islam Movement.

PENDAHULUAN kuantitasnya pada awal abad ke 20.


Islamisme, yang menggambarkan konsep
Islam dan perjalanan panjang sejarah Islam tidak hanya sebagai konsep Ilahiah
Indonesia, pada hakikatnya merupakan dua melainkan juga konsep yang utuh dalam sendi
sisi pedang yang sulit terpisahkan. Kelahiran politik dan kenegaraan, sejatinya mulai muncul
Indonesia sendiri tidak luput dari peran serta pada awal abad ke 17. Kemajuan Barat yang
tokoh-tokoh serta organisasi-organisasi Islam disusul dengan kemunduran dunia Islam, selain
besar di Indonesia, mulai dari para pedagang memberikan pukulan keras, pada akhirnya juga
Arab, Gujarat, dan Cina, kerajaan besar Islam menjadi bahan evaluasi bagi para pemikir Islam,
mulai dari Aceh hingga Ternate, tokoh Padri untuk melakukan perubahan dan perbaikan
di Sumatera Barat, hingga organisasi besar di berbagai sendi. Abad ke-18 menjadi titik
Islam awal abad ke 20 seperti Muhammadiyah, tolak pergerakan Islam untuk melakukan
Sarikat Islam, Persis, hingga Nahdhatul Ulama perubahan. Berdasarkan catatan Fealy dan
(NU). Semua memiliki peran khusus dalam Bubalo, gerakan pemikiran Islam dipelopori
mengisi proses perjuangan bangsa menuju oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-
kemerdekaan. Pun halnya dengan internalisasi 1787) di Arabia Tengah, disusul trio Jamaludin
Islam itu sendiri. Terbukanya masyarakat Al-Afghani (1839-1897), Muhammad Abduh
pelabuhan serta pedesaan terhadap ajaran Islam (1849-1905), dan Rasyid Ridha (1865-1935)
pada akhirnya memudahkan Islam itu sendiri pada abad 19 dan 20. (Fealy & Bubalo, 2007:
menjadi kekuatan baru dengan keunggulan 30). Gerakan pemikiran tersebut pada akhirnya
2 Gerakan Islam Politik dan Proyek Historis Penegakan Islamisme di Indonesia

menginspirasi banyak cendekiawan dan mu- massa untuk berkumpul dan menyuarakan
baligh nusantara di awal abad ke 20. aspirasinya, yang dikaji secara periodik mulai
Menurut Bachtiar (2013), Kebangkitan pertengahan 2016 hingga aksi terakhir pada 2
Islam, khususnya Islam Politik sebagai kekuat- Desember 2016.
an baru juga ditunjukkan dari maneuver Selain itu, terdapat konsepsi menarik dari
Sarikat Islam pimpinan Tjokroaminoto sebagai Sztompka (1993:338) tentang gerakan sosial
pemantik awal bangkit dan lepasnya Islam itu sendiri. Menurutnya, semua gerakan sosial
dari stereotip umum sebagai hal yang hanya berasal dari kondisi historis khusus. Gerakan
mengurusi “perkara ibadah dan moral sahaja”. sosial lahir dalam kecenderungan historis.
Popularitas gerakan Islam secara politik bahkan Secara umum dapat dikatakan bahwa sebelum
tidak luntur sampai disana. Kelahiran Masyumi adanya struktur, sudah tersedia tumpukan
dan kemenangannya (bersama NU) sebagai 4 sumber daya dan fasilitas untuk gerakan.
partai pemenang pemilu tahun 1955, kejayaan Gagasan yang sudah ada sebelumnya biasanya
Hizbullah DI/TII tahun 1949-1962 dengan ribu- digunakan untuk membentuk keyakinan,
an tentaranya dalam penegakan Negara Islam ideologi, penentuan tujuan, pengenalan kawan
Indonesia (NII), hingga dewasa ini kebangkitan dan lawan, dan visi masa depannya. Paparan
Front Pembela Islam (FPI)1 sebagai pioneer tersebut pada prosesnya kemudian akan penulis
gerakan keislaman kontemporer, tidak bisa triangulasikan pada bagian pembahasan.
menampik perihal kenyataan bahwa isu Gerak- Terdapat banyak penelitian yang meng-
an Islam maupun Islam Politik, hingga detik kaji tentang dinamika gerakan sosial politik
ini masih laris dikonsumsi masyarakat baik terlebih gerakan keIslaman di Indonesia. Namun
dari segi kulit saja maupun secara substansial sejauh yang penulis ketahui, ada bebe-rapa
sebagai akibat dari anggapan tentang kegagalan tulisan penting yang cukup membantu penulis
sekulerisme dalam mengelola negara dan membangun kerangka teoritik. Seperti halnya
masyarakat. tulisan Roy Murtadho dalam jurnal Indoprogress
Tulisan ini kemudian hendak mengkaji berjudul “Agama Dunia: Kritik terhadap Tafsir
bagaimana perjalanan transformasi kekuatan Agama Anti Massa-Rakyat” yang dengan
Islam di Indonesia yang sebelumnya ber- rinci mengklasifikasi bentuk perjuangan Islam
wujud gerakan kemasyarakatan yang agitatif dari sudut pandang teologis juga perspektif
dan propagandis pada masa pra dan pasca gerakan. Penegasan terminologi Islam Politik
kemerdekaan, kemudian menjadi gerakan kaji- juga penulis peroleh dari pengamatan artikel
an keagamaan yang pasif, hingga kemudian tersebut. Selanjutnya ialah penelitian Solahudin
kembali menjadi sebuah gerakan kemasyarakatan yang kemudian dibukukan berjudul “NII sampai
yang aktif memperjuangkan Islamisme sebagai JI: Salafy Jihadisme di Indonesia”, cukup
refleksi modernitas masyarakat dewasa ini. membantu pada konstruksi data, khususnya
Permasalahan tersebut juga diharapkan akan terkait runutan sejarah perjuangan negarawan
menjawab anggapan dari Sztompka (1993: Islamis dalam penanaman ideologi Islam pada
239) serta Eyerman & Jamison (1991: 53) landasan bernegara, serta tinjauan ringkas
bahwa gerakan sosial (maupun politik) adalah tentang Negara Islam Indonesia (NII). Dan
bagian sentral dari modernitas, dan gerakan terakhir ialah tulisan dari penulis sendiri yang
sosial menentukan ciri-ciri politik modern dan berjudul “Puritanisme dan Fundamentalisme
masyarakat modern. Objek kajian dalam tulisan dalam Islam Transnasional serta Implikasinya
ini difokuskan pada gerakan Islam kontemporer terhadap Ketahanan Nasional”, yang banyak
seperti FPI serta himpunan organisasi lainnya memberikan referensi terkait pemetaan kekuatan
yang tergabung dalam GNPF-MUI, sebuah radikal Islam di Indonesia.
gerakan kolektif yang mampu mendorong ribuan
1
Penulis mengkategorikan Front Pembela Islam (FPI) sebagai bagian
METODE
dari gerakan politik Islam dengan dasar pertimbangan, Pada tabligh
akbar FPI tahun 2002, disepakati oleh seluruh elit bahwa FPI memi-
liki sikap untuk menuntut Syariat Islam dimasukkan pada pasal 29
Metode penelitian yang dipakai dalam
UUD 1945 dengan menambahkan “kewajiban menjalankan Syariat menyusun tulisan ini layaknya seperti metode
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. (Wahid, 2000, 44). Dengan adanya
keikutsertaan ideologis FPI dalam bongkar pasang tata kenegaraan, yang selalu dipakai dalam penelitian kuali-
terlebih lagi pengarus utamaan Islam sebagai sendi negara dan ada tatif, studi kualitatif dilakukan dengan meng-
nyata secara legal formal, penulis mengkategorikan FPI sebagai salah
satu representasi gerakan Islam Politik di Indonesia. umpulkan berbagai sumber baik sumber primer
Rendy Adiwilaga 3

yaitu literatur utama dari yang dijadikan sumber, iklim keislaman di Indonesia. Salah satu tokoh
maupun sumber sekunder yaitu sumber–sumber negarawan yang paling vokal menyuarakan
penyokong seperti review terhadap sumber Negara Islam ialah Mohammad Natsir. Natsir
utama. pernah berpendapat
Dalam penelitian kali ini penulis meng- “..memang Rasulullah tidak perlu
gunakan studi dokumentasi ataupun studi menyuruh mendirikan negara. Akan tetapi
sejarah dalam menelaah fakta-fakta yang dengan atau tanpa Islam, negara bisa berdiri,
kemudian berkesinambungan dengan fakta- dan memang sudah berdiri sebelum dan sesudah
fakta kontemporer. Terlebih sebelumnya pene- Islam.. di zaman unta dan pohon korma sudah
litian yang dikaji ini belum terlalu banyak dibahas ada negara; zaman kapal terbang juga ada
sehingga perlu adanya penghimpunan data negara, dengan maupun tidak dengan Islam.
yang cukup agar validitas fakta sejarah dapat Namun Islam datang membawa beberapa
tercapai. Pada akhirnya studi doku-mentasi ini aturan tertentu untuk mengatur negara, supaya
menghantarkan penulis kepada suatu pemikiran negara itu menjadi kuat dan subur, dan boleh
yang rasional dan argumentatif dalam memilah menjadi wasilah yang sebaik-baiknya untuk
fakta dan konsep yang menampakkan dirinya. mencapai tujuan hidup manusia yang berhimpun
dalam negara itu, untuk keselamatan diri dan
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat, untuk kesentosaan perseorangan
dan umum” (Natsir, 2014: 27).
Awal Pergerakan Reformis Islamisme di Landasan argumen tersebut lah yang
Indonesia menjadi jawaban Natsir sebagai representasi
Ide tentang nusantara berselimutkan panji kaum Islamis, kala menjawab kritikan Soekarno
Islam dapat ditelisik pertama kali pada masa dalam buku “Islam Sontoloyo” nya, yang
kejayaan Sarikat Islam. Sarikat Islam –yang bersikukuh mengkritik khilafah dengan dasar
kemudian membentuk Partai dan berganti argumen keruntuhan kekaisaran Ottoman, Turki.
nama menjadi PSI- sejak awal menegaskan Pertarungan perdebatan tersebut bahkan
untuk “menuntut akan berlakunya syari’at berlanjut dalam perdebatan perumusan asas
Islam, di dalam arti kata yang seluas-luas dan negara. Melalui siding BPUPKI, Juni 1945,
sesempurna-sempurnanya, menurut contoh beberapa tokoh Islam modernis yang berasal dari
dan teladan yang nyata di dalam Sunnah Muhammadiyah dan wakil fraksi Islam lainnya
Rasullullah” (Kartosoewirjo, 1999: 424). seperti Ki Bagus Hadikusuma, Agus Salim,
PSI sendiri tidak hanya hendak menegakkan dan Abdul Kahar Muzakir, berhasil mendesak
khilafah Islamiyah di bumi Nusantara, tapi juga terciptanya Piagam Jakarta yang menegaskan
hendak menyebarkan pan-Islamisme2. Namun asas negara berdasarkan “Ketuhanan, dengan
kemudian euphoria tersebut meredup akibat kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
kurangnya perhatian dari negeri-negeri Islam pemeluk-pemeluknya”. Dasar pertimbangan
lainnya (Noer, 1996: 153) ditambah PSI sendiri Ki Bagus Hadikusuma ialah berdasarkan apa
banyak dihantam oleh konflik internal yang yang ia paparkan dalam sidang BPUPKI ialah
terlalu banyak memusingkan arah kebijakan sebagai berikut:
partai ke depan dengan bumbu sikut-sikutan “dalam negara kita, niscaya tuan-tuan meng-
yang tak berkesudahan pasca meninggalnya inginkan berdirinya satu pemerintahan yang
Tjokroaminoto pada tahun 1934. adil dan bijaksana berdasarkan budi pekerti
Konsep negara Islam sebagai refleksi yang luhur, bersendi permusyawaratan dan
cita-cita gerakan Islamisme tak usai sampai keputusan rapat serta luas dan lapang dada,
disitu. Karena penerus-penerus ide tersebut tidak memaksa tentang agama. Jika tuan-
terus bermunculan seiring perkembangan tuan benar benar menginginkan keadilan,
2
Pan Islamisme adalah gagasan untuk menyatukan umat Islam sedunia kerakyatan, dan toleransi, maka dirikanlah
dalam satu sistem kekhalifahan (Solahudin, 2011: 58). Pan Islamisme
pada hakikatnya memiliki kesamaan common enemy dengan dengan pemerintah ini atas dasar Islam, karena Islam
kaum sosialis komunis. Tan Malaka dalam komintern (forum Komunis mengajarkan masalah tersebut” (Syaifullah,
Internasional) sebagai delegasi PKI bahkan menggelontorkan ide peng-
gabungan atau kerjasama antara komunisme dengan pan-islamisme 1997: 107)
untuk melawan imperialis-kapitalis. Sayang ide tersebut tidak digubris
oleh jajaran elit komintern dalam kongres komintern yang ke 4 di Mos-
kow, dengan pertimbangan lemahnya urgensitas kerjasama tersebut (li- Usia Piagam Jakarta berlangsung sing-
hat pidato Tan Malaka dalam Kongres Komintern di Seri Buku Tempo: kat, karena sehari setelah kemerdekaan,
Tan Malaka, Bapak Republik yang dilupakan. Hlm. 76
4 Gerakan Islam Politik dan Proyek Historis Penegakan Islamisme di Indonesia

kelompok Kristen dan Katholik mengancam mengerti hukum Islam tapi tak menjalankannya.
akan mendirikan negara sendiri di Indonesia Hukuman mereka ialah bertobat, dan jika tetap
bagian timur. Setelah beberapa pertimbangan, menolak, akan ditetapkan sebagai musuh Islam
ditambah bujukan dari Kasman Singodimedjo yang boleh diperangi. Dan terakhir, orang
terhadap Ki Bagus Hadikusuma bahwa situasi yang membantu musuh. Hukumannya ialah
tengah genting dan masyarakat perlu bersatu, ditetapkan sebagai musuh negara dan dihukum
perdebatan usai (Solahudin, 2011: 57) dan mati. UU diatas juga mengatur tentang berbagai
Pancasila sebagai representase legalitas sekuler perbuatan kriminal dan hukumannya seperti
resmi ditetapkan. membunuh, berzina, minum minuman keras,
Perjuangan terbangunnya negara Islam mencuri3, membegal, termasuk murtad dan
yang khaffah bahkan terus berlanjut. Penulis meninggalkan shalat.
membagi perjuangan Islamisme di Indonesia Dan untuk melaksanakan UUHPNII,
ke dalam dua arus. Arus pertama ialah arus Darul Islam telah membagi wilayah Indonesia
moderat seperti apa yang diperjuangkan oleh menjadi tiga wilayah, yaitu: Daerah I (D.I),
Natsir. Dengan memanfaatkan partainya yakni daerah II (D.II) dan daerah III (D.III). Daerah
Masyumi, ditambah dengan jabatannya sebagai I adalah daerah yang mana berlaku “kekuasaan
perdana menteri, Natsir banyak menyuarakan dan hukum-hukum agama Islam.”. di daerah ini,
ide-ide Negara Islam dalam berbagai media legal UU Pidana NII dilaksanakan secara menyeluruh.
seperti perdebatan terbuka dalam kampanye Daerah ini juga bisa dikatakan sebagai basis Jihad
menjelang pemilu 1955, hingga sidang Majelis gerakan NII. Untuk mendukung jihad, rakyat
Konstituante. Sayang, perjuangan Natsir usai wajib mengikuti wajib militer (wamil). Kaum
setelah dirinya (beserta tokoh Masyumi lain lelaki berusia 16-24 tahun wajib mengikuti
seperti Mohammad Roem) terseret kasus makar wamil dan ketika selelsai mereka dikembalikan
melalui pemberontakan PRRI/Permesta. ke desa asalnya untuk menjadi pelopor DI.
Proses yang kedua ialah arus radikal. Warga juga harus menyerahkan 2.5% dari
Aktor dari arus gerakan ini tidak lain dan tidak pendapatannya kepada NII. Sementara D.II
bukan ialah Kartosoewirjo dengan DI/TII adalah daerah yang setengahnya dikuasai NII,
sebagai kendaraannya. Jenuhnya Kartosoewirjo setengahnya lagi dikuasai musuh. Para kader
terhadap rekan indekosnya di masa lampau, disini harus melakukan pemberontakan dalam
Soekarno, akibat kebijakannya yang terlalu rangka mengubah D.II menjadi D.I. sementara
kooperatif dengan “kaum kafirin” Belanda, D.III adalah daerah yang dikuasai musuh. Para
mengakibatkan Kartosoewirjo bersikukuh mem- pimpinan NII di sana memiliki tugas menarik
proklamirkan Negara Islam Indonesia (NII) di simpati semua penduduk setempat, dan harus
Cilugagar, Tasikmalaya, pada 7 Agustus 1949 berupaya agar daerah ini menjadi D.II.
(Horikoshi, 1975: 59). Berbeda dengan Natsir DI/TII sendiri pada akhirnya berhasil
dan kolega yang memperjuangkan Negara ditumpas melalui operasi pagar betis yang
Islam tanpa konsep yang matang dan mendetail. dikomandoi Ibrahim Adjie. DI/TII berhasil
Kartosoewirjo bahkan lebih dulu merumuskan ditumpas karena ketiadaan simpati masyarakat
regulasi mendetail tentang hukum Islam serta akibat tindak tanduk perampokan, pemaksaan,
tata perundang-undangannya. dan pembunuhan yang dilakukan serdadu-
Holk Dengel (dalam Solahudin, 2011: 66- serdadu TII. Ketiadaan pemasukan logistik dan
67), menjelaskan secara rinci aturan Darul Islam. dana disertai ketiadaan dukungan dari pihak
Secara ringkas dala Undang-undang hukum yang lebih kuat pengaruhnya, mengakibatkan
Pidana Negara Islam Indonesia (UUHPNII). Kartosoewirjo berhasil diciduk pada tahun 1962.
Di pasal awal, dijelaskan tentang empat musuh Ketidakkonsistenan TII beserta para elitnya
yang ditetapkan rakyat dan pemerintah NII, dalam menjalankan jihad lah kemudian yang
pertama, orang bughot, yaitu orang-orang membuat mereka semua menggali kuburannya
yang tidak tunduk kepada hukum pemerintah sendiri. Ditumpasnya DI/TII dan ditangkapnya
NII, kedua, orang munafik, adalah orang-orang 3
Dalam kasus pencurian, siapa yang mencuri ¼ dinnar dari tempat
yang sudah diberi penjelasan soal NII namun ia penyimpanan yang baik untuk pertama kalinya dipotong tangannya
sebelah kanan dari pergelangan. Kalau mencuri lagi untuk kedua ka-
punya dua sikap pro NII juga pro RI. Hukuman linya dipotong kaki sebelah kiri, kalau mencuri untuk ketiga kalinya
untuk kaum munafik adalah hukuman mati. dipotong tangan kirinya, kalau mencuri keempat kalinya dipotong
kaki kanannya. Dan bila mencuri lagi dibuang ke tempat yang paling
Ketiga, orang-orang fasik, yakni orang yang dekat 1 qashar (16 pos) perjalanan. (Solahudin, 2011: 66)
Rendy Adiwilaga 5

Natsir (walau kemudian dibebaskan kembali bangnya Soeharto dari kursi presiden. HTI
saat Soekarno jatuh) menandakan tamatnya pun semakin terang-terangan meneriakkan
perjuangan para tokoh dalam memperjuangkan Islam kaffah sebagai sistem formal. Diluar itu,
Negara Indonesia berasaskan panji Islam secara pendirian organisasi masyarakat khususnya
terbuka. yang berhaluan Islam juga deras mengalir, salah
satunya ialah Front Pembela Islam (FPI) yang
Transformasi Islamisme menuju Sebuah berdiri 4 bulan setelah tumbangnya Soeharto.
Gerakan Baru HTI dan FPI merupakan dua lembaga yang
Gerakan Islam merupakan gerakan sangat aktif menghendaki penetapan Syariat
keagamaan yang muncul dari pergeseran Islam sepenuhnya dalam tatanan hukum dan
orientasi keberagamaan dan ketidak puasan sistem pemerintahan Indonesia. Pada tabligh
terhadap organisasi-organisasi ekstra kampus akbar FPI tahun 2002, bahkan disepakati oleh
yang menyuguhkan kegiatan sekuler dan juga seluruh elit agar FPI memiliki sikap untuk
terhadap dua organisasi besar yaitu Nahdlatul menuntut Syariat Islam dimasukkan pada
Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang dianggap pasal 29 UUD 1945 dengan menambahkan
tidak concern mengubah masyarakat menjadi “kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
Islami (Edy, 1993: 12). Bisa jadi hal tersebutlah pemeluk-pemeluknya”. Sejalan dengan FPI, HTI
yang menguatkan Dewan Dakwah Islam juga semakin aktif menyebarkan selebaran-
Indonesia bentukan Mohammad Natsir merebut selebaran tentang pentingnya Kilafah Islam,
banyak hati mahasiswa dan bertransformasi busuknya kapitalisme, dan Mudharat nya
menjadi lembaga alternatif dalam membentuk Pancasila. Beda hal dengan PKS yang men-
masyarakat yang Islami. jalankan strategi moderat, dengan ikut
Setelah sekian lama dibungkam oleh berkompetisi pada pemilihan umum langsung
rezim Orde Baru, gerakan Islamisme mulai dan mendukung serta mengakui pemerintahan
menampakkan taringnya kembali pasca ber- Nasionalis. Secara parsial, kesemuanya meme-
gulirnya era reformasi. Konsolidasi Natsir gang peranan penting dalam membangun
pasca pembungkamannya oleh rezim Soeharto pondasi gerakan Islam baru di era reformasi.
ditambah dengan kekecewaan Natsir terhadap Meminjam istilah dari Abdurrahman
pasifnya ormas mainstream seperti NU dan Wahid, Kelompok Islam tersebut mengklaim
Muhammadiyah dalam menjalankan Islamisme, sebagai pewaris tunggal kebenaran dan karena-
mendorong Natsir untuk membangkitkan nya muslim yang berbeda dianggap kurang
Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), Islami atau bahkan kafir. Seperti pendahulunya,
yang pada prosesnya kemudian menginisiasi yakni DDII, kelompok ini gencar melakukan
organisasi kemahasiswaan muslim terpandang infiltrasi ke dalam lembaga pendidikan, ins-
bernama KAMMI, berhasil membangun Partai tansi pemerintah, masjid, maupun ormas-
bernama Partai Keadilan (cikal bakal PKS di ormas Islam, tak terkecuali Muhammadiyah
kemudian hari). Selain DDII dan KAMMI dan Nahdhatul Ulama (NU). Hingga akhirnya,
yang berhasil membangun massa di bidang Muhammadiyah menerbitkan SK PP Muham-
akademik dan masjid-mesjid kampus, terdapat madiyah Nomor 149/Kep/I.0/B/2006 yang berisi
satu organisasi lainnya yang diam-diam mampu tentang penolakan terhadap infiltrasi tersebut,
menancapkan pengaruhnya di jalur yang sama pun halnya dengan NU melalui forum Bahtsul
dengan DDII bentukan M. Natsir. Organisasi Masa’il nya (Wahid, 2000: 44). Pembahasan
tersebut ialah Hizbut Tahrir Indonesia mengenai klaim pembenaran ini akan dibahas
(HTI), organisasi Islam Transnasional yang pada bagian selanjutnya.
menekankan Kekhalifahan Islam sebagai harga Upaya tersebut bisa saja menekan gerak-
mati. HTI juga merupakan representasi Pan- an di luar NU dan Muhammadiyah untuk
islamisme kontemporer mengingat visi misinya berinfiltrasi dalam ranah internal. Namun
lantang berbicara kebangkitan Islam mulai dari kemudian, hegemoni NU dan Muhammadiyah
Afrika Barat hingga ujung timur Asia. saja nyata-nyatanya belum cukup menghimpun
Pasca tumbangnya rezim Orde Baru, umat untuk satu konsesus dan bersepakat dalam
geliat gerakan keislaman semakin mengemuka, satu suara apalagi gerakan. Adanya polarisasi
KAMMI –sebagai representasi Tarbiyyah pembiaran dan sifat tidak memaksa dalam
kontemporer- bahkan ikut menginisiasi tum- proses kaderisasi kedua organisasi tersebut,
6 Gerakan Islam Politik dan Proyek Historis Penegakan Islamisme di Indonesia

pada prosesnya kemudian melahirkan kekuatan- time” (Mannheim, 1991: 52). Mannheim
kekuatan baru yang lebih “jujur” dan percaya pada dasarnya hendak menekankan bahwa
diri untuk merefleksikan dirinya untuk turut realita (atau realitas) merupakan kunci untuk
serta dalam politik praktis. Tidak lah aneh jika mengidentifikasi pemikiran dan keya-kinan
kemudian, muncul kekuatan-kekuatan baru, baik seseorang serta kelompok tertentu, apa layak
melalui gerakan tarbiyyah yang membentuk atau tidak disebut sebagai utopis. Ditengah
partai resmi yang solid, maupun organisasi krisis ekonomi, sosial, bahkan poli-tik yang
kemasyarakatan dengan corak tersendiri (baik menurut komunitas Islam tertentu diakibatkan
dalam pemurnian agama maupun dalam ranah oleh sekulerisme yang akut, pada akhirnya
aktif politis). Titik balik dari seluruh gerakan menyebabkan komunitas Islam tertentu
antithesis NU dan Muhammadiyah tersebut (meminjam istilah Syamsul Arifin) mengem-
ialah peristiwa kasus dugaan penistaan agama, balikan segala sesuatu terhadap agama. Agama
dimana efek domino dari peristiwa tersebut menjadi sebuah antithesis yang mampu
ialah terbentuknya Gerakan Nasional Pengawal mengalahkan segala yang dianggap “musuh”.
Fatwa MUI (GNPF-MUI). Pada akhirnya, kondisi di kemudian hari
Gerakan sosial biasanya didefinisikan memberikan motivasi khusus pada tema-tema
sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan “Jihad”. Akan lebih sempurna jika terdapat
yang tak terlembaga (noninstitutionalised) common enemy yang berwujud.
yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk Dan dewasa ini, kita bisa menyaksikan
memajukan atau menghalangi perubahan betapa kasus penistaan agama yang diduga
di dalam sebuah masyarakat. Adapun yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki
dimaksud tak terlembaga adalah bahwa mereka Tjahaja Purnama, cukup menyita perhatian
tidak diakui sebagai sesuatu yang berlaku dan media nasional bahkan dunia. Ada nya dugaan
diterima umum secara luas dan sah di dalam kasus penistaan terhadap salah satu surat Al-
sebuah masyarakat. Tetapi, bagi pengikut dan Quran, yakni Al-Maidah ayat 51 tak ayal
pendukung gerakan sosial tersebut, keyakinan memancing beberapa ormas Islam “keluar dari
dan praktek-praktek yang mereka lakukan sarangnya”. Dan mendekati momentum pilkada
didefinisikan secara positif (Mirsel, 2004: DKI, kasus ini semakin menguat, terlebih
7). Hal ini lah yang kemudian paling tepat saat terjadinya aksi massa yang berulang
menggambarkan bagaimana Gerakan Nasional hampir selama empat gelombang. Hampir
Pengawal Fatwa MUI (GNPFMUI) terbentuk dari kesemuanya diinisiasi oleh ormas Islam
sebagai sebuah gerakan. Dengan adanya sepe- bernama Front Pembela Islam (FPI) Pimpinan
rangkat keyakinan bahwa Gubernur DKI Jakarta Rizieq Shihab. Yang kemudian membentuk
Basuki Tjahaja Purnama bersalah dalam kasus sebuah gerakan bernama GNPFMUI.
dugaan penistaan agama, ditambah dengan Aksi 411 dan 212 pada hakikatnya
keyakinan bahwa tindakannya merupakan merupakan momentum yang sangat tepat untuk
jihad membela kitab suci Al-Quran, GNPFMUI FPI (dan juga GNPFMUI) perihal upayanya
kemudian menjelma menjadi sebuah gerakan dalam mencuri panggung dalam hingar bingar
representasi Islam kontemporer diluar NU dan politik dewasa ini. Tidak berlebihan pula jika
Muhammadiyah, yang paling menonjol diantara FPI beserta mubaligh-mubaligh pendukungnya,
gerakan-gerakan lainnya yang acapkali muncul kini menjelma menjadi representasi gerakan
mengatasnamakan Islam jua. Islam kontemporer yang paling berpengaruh.
Sejatinya, tampuk harapan gerakan Islamisme
Gerakan Islamisme Kontemporer: Fenomena tertuju pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Siklikal? pasca rezim Orde Baru runtuh. Langkah
Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh politiknya yang moderat, kaderisasi yang
Karl Mannheim, “A state of mind is utopian mapan mulai dari halaqah (pengajian kecil),
when it is incongruous with the state of reality organisasi kemahasiswaan (KAMMI), hingga
within which it occurs… only those orientations soliditas elit partai, mengakibatkan PKS sebagai
transcending reality will be referred to by us agen representatif tarbiyah internasional, cukup
as utopian which, when they pass over into menyita perhatian pemilih politik di Indonesia,
conduct, tend to shatter, either partially or diikuti partai-partai politik sokongan ormas
wholly, the order of things prevailing at the besar seperti PAN, PKB, dan PPP yang lebih
Rendy Adiwilaga 7

dulu bergerilya sejak tahun 1999. Adanya yang menilai para simpatisan dan oknumnya
tindak pidana, perdata, dan perkara amoral yang menghadirkan situasi intoleran dan menyalahi
dilakukan oknum elit partai lah yang kemudian Pancasila. Beberapa peristiwa pun kemudian
mengendurkan suara PKS hingga detik ini. bermunculan, mulai dari penganiayaan warta-
Sehingga wajar, jika vacuum of power dalam wan dari agama tertentu (atas dasar KTP
perwakilan kekuatan Islam, kemudian diisi oleh yang dipaksa untuk diperlihatkan), sampai
FPI dibawah kendali Rizieq Shihab. keengganan takmir masjid tertentu di Jakarta
Kasus penistaan agama menurut hemat untuk mengurus jenazah muslim yang memilih
penulis merupakan fenomena gunung es, Ahok pada Pilkada DKI 2017. Khusus untuk
karena dibalik semua itu, terdapat kekecewaan- perkara tersebut, hal tersebut jelas mencederai
kekecewaan tersendiri mulai dari perdebatan konsensus Pancasila yang telah disepakati dan
ideologis mengenai Pancasila yang dinilai tengah berproses dalam penegakan masyarakat
kurang solutif, kekalahan calon tertentu dalam bertuhan, beradab, bersatu, bermusyawarah,
pilpres 2014, hingga luapan aspirasi pihak-pihak dan adil secara sosial.
loser yang terkorbankan akibat dikeluarkannya Pada akhirnya, ilusi dan utopia mengenai
produk politik tertentu dalam bentuk kebijakan, ketuhanan yang semu, dan hanya diadopsi
baik di tingkat nasional maupun regional. Dan dari pengamatan kulit luar dana bunya saja
dalam perspektif budaya, juga terdapat endapan (seperti apa yang dikatakan Soekarno dalam
sentimen anti ras tertentu yang akhirnya meledak “Islam Sontoloyo”) secara tak langsung
setelah dipantik suatu kasus yang berkaitan (kembali) mengulang apa yang gerakan
dengan hal sensitif, yakni agama. Islamisme sebelumnya lakukan, yakni menggali
Dan fenomena siklikal (terulang) pun kuburannya sendiri. Tanpa adanya keterbukaan
hampir bisa dibilang terjadi. Kebangkitan dalam perspektif dialektis, sampai kapanpun
gerakan Islam post-reformasi yang muncul gerakan Islamisme di Indonesia tidak akan
akibat kekecewaan terhadap kaum nasionalis- bergerak kemana-mana. Bahkan kemudian akan
sekuler, dewasa ini juga mengalami pengulangan tenggelam di titik lama. Titik dimana gerakan
serupa. Bedanya, jika pada masa post-reformasi, Islamisme pernah berjaya dalam putaran
gerakan Islamisme terpecah menjadi dua lingkaran sektoral yang itu-itu saja.
arus. Kini gerakan Islamisme menunjukkan
soliditasnya. Hal ini terlihat dari bagaimana SIMPULAN
elemen-elemen Islam dari berbagai aliran
bersatu dalam sebuah aksi. Islam transnasional Pada hakikatnya, transformasi bentuk per-
yang diwakili Hizbut Tahrir dan gerakan juangan Islamisme dari yang sebelumnya
Tarbiyah PKS, dalam peristiwa 411 atau 212 berwujud gerakan kemasyarakatan yang agitatif
duduk bersama bahkan menjalankan ibadah dan propagandis pada masa pra dan pasca
bersama. Hal ini jelas memperlihatkan progress kemerdekaan, kemudian menjadi gerakan kajian
bagi gerakan Islamisme. keagamaan yang pasif, hingga kemudian kembali
Hanya saja, ada fenomena lain yang menjadi sebuah gerakan kemasyarakatan yang
kemudian terulang pada grassroot. Generasi aktif memperjuangkan Islamisme sebagai ref-
milenial pengguna sosial media merupakan leksi modernitas masyarakat dewasa ini telah
tersangka utama dalam pengulangan fenomena menunjukkan progress maksimal bagi Islamisme
yang terakhir. Jika dulu, elit dan serdadu serta itu sendiri. Islamisme dalam bentuk gerakan juga
simpatisan NII mudah mengkafirkan pihak lain pada akhirnya merestui persatuan umat Islam dari
(yang bahkan diatur dalam Undang-undang berbagai mahzab mulai dari Islam tradisionalis
internal NII), fenomena tersebut kini telah hingga Islam Transnasionalis dalam satu ruang
terjadi kembali. Adanya kasus dugaan penistaan dan wadah yang sama walaupun prosesnya masih
agama kemudian memecah massa kepada dua harus menunggu munculnya common enemy
kutub berlawanan. Pihak pertama menurut dan menumbalkan Ahok sebagai target sasaran
hemat penulis ialah alumnus aksi 212 beserta sekaligus pemersatu.
para simpatisannya yang menilai Gubernur Namun perlu diingat, konsep Islamisme yang
DKI Ahok bersalah diikuti oknum-oknumnya terrefleksi menjadi sebuah gerakan, sampai
yang menganggap pembela Ahok adalah kafir. kapanpun akan menjadi sebuah gerakan utopis
Dan pihak kedua ialah para pembela Ahok jika sinkronisasi antara para penggerak gerakan
8 Gerakan Islam Politik dan Proyek Historis Penegakan Islamisme di Indonesia

(yang dewasa ini diinisiasi sejumlah mubaligh Hiariej, Eric. (2010). Aksi dan Identitas
dan beberapa ulama) dan umat di jajaran Kolektif Gerakan Islam Radikal di
grassroot tidak berjalan sinergis. Konsep negara Indonesia. Jurnal Sosial Politik. 14(2).
Islam yang hendak didamba pun kelak akan 131-168.
habis menjadi abu jika pondasi dialektis dan Horikoshi, Hiroko. (1975). The Darul Islam
filosofis nya tidak kuat sama sekali. Mengingat Movement in West Java (1948-62):
saat ini, Pancasila, ditinjau dari perspektif An Experience in Historical Process.
apapun bagi penulis merupakan konsep filsafati Jurnal Indonesia: Cornel Modern
komprehensif yang telah mencakup seluruh Indonesia Project, 59-86.
aspek yang dibutuhkan bangsa Indonesia
mulai dari toleransi, persatuan, musyawarah, Kartosoewirjo. S.M. (1999). Al-Chaidar,
hingga keadilan sosial yang menjadi cita-cita Pemikiran Politik Proklamator Negara
bangsa di masa depan. Selagi para elit gerakan Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo.
Islamis masih meributkan ghirah atau hal-hal Jakarta: Darul Falah.
perkara kulit luar, bahkan sampai diam apalagi M. Nuh. Nuhrison. (2009). Faktor Penyebab
mendukung tindak intoleran seperti tindakan Munculnya Paham/Gerakan Radikalisme
rasial dan lain sebagainya, mimpi untuk di Indonesia. Jurnal Multikultural &
membangun Indonesia yang berkepribadian Multireligius. 8(31). 35-47.
Islam dan taat tegak terhadap hukum Islam
sampai kapanpun akan menjadi angan-angan Mahmuddin. (2015). Formalisme Agama dalam
karena yang terjadi kemudian adalah konflik Perspektif Gerakan Sosial: Prospek
horizontal yang berkepanjangan. dan Tantangan di Masa Depan. Jurnal
Diskursus Islam. 3(1). 37-48.
DAFTAR PUSTAKA Mannheim, Karl. (1991). Ideology and
Utopia. London: Routledge.
Abdullah, Anzar. (2016). Gerakan Radikalisme
Mirsel, Robert. (2004). Teori Pergerakan
Dalam Islam: Perspektif Historis. Jurnal
Sosial. Yogyakarta: Resistbook.
ADDIN. 10(1). 1-28.
Murtadho, Roy. (2016). Agama Dunia: Kritik
Arifin, Syamsul. & Hasnan Bachtiar. (2013).
terhadap Tafsir Agama Anti Massa-
Deradikalisasi Ideologi Gerakan Islam
Rakyat. Diakses 27 Februari 2017, dari:
Transnasional Radikal. Jurnal Multi-
http://www.indoprogress.com/2016/10/
kultural & Multireligius. 12(3). 19-36.
agama-dunia-kritik-terhadap-tafsir-
Bachtiar, Anis. (2013). Orientasi Ideologis agama-anti-massa-rakyat/
Gerakan Modern Islam: Kajian Historis
Natsir, Mohammad. (2014). Islam sebagai
Awal Abad 20. Jurnal Tribakti 15(2).
Dasar Negara. Bandung: Sega Arsy.
181-194.
Noor, Deliar. (1992). Gerakan Modern Islam
Edy A, Efendi (1993). Pergeseran Orientasi
di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3Es.
Sikap Keberagamaan di Kampus-Kam-
pus Sekuler. Ulumul Qur’an. 4(3). 12-34. Nur Hakim, Rakhmat. (2014). Gerakan Islam
Politik Fundamentalis: Kasus Hizbut
Fealy, Greg dan Anthony Bubalo. (2007).
Tahrir Indonesia di Surabaya. Jurnal
Jejak Kafilah: Pengaruh Radikalisme
Review Politik. 4(2). 207-231.
Timur Tengah di Indonesia. Bandung:
Mizan. Saiffudin. (2011). Radikalisme Islam di Kalangan
Mahasiswa (Sebuah Metamorfosa Baru).
Fealy, Greg, Anthony Bubalo dan Whit Mason.
Jurnal Analsis. 11(1). 17-32
(2012). PKS dan Kembarannya: Bergiat
jadi Demokrat di Indonesia, Mesir, dan Soekarno. (2015). Islam Sontoloyo. Bandung:
Turki. Jakarta: Komunitas Bambu. Sega Arsy.
Engineer, Asghar Ali. (2009). Islam dan Syaifullah. (1997). Gerak Politik Muham-
Teologi Pembebasan. Yogyakarta: madiyah dalam Masyumi. Jakarta: Grafity
Pustaka Pelajar. Press.
Rendy Adiwilaga 9

Syaikhu, Achmad. (2012). Pergulatan Organ- Wahid, Abdurrahman. (2009). Ilusi Negara
isasi Islam dalam Membendung Gerakan Islam: Ekspansi Gerakan Islam
Ideologi Islam Transnasional. Jurnal Transnasional di Indonesia. Jakarta:
Falasifa. 3(1). 115-133. Gerakan Bhinneka Tunggal Ika-The
Tempo. (2010). Tan Malaka: Bapak Republik Wahid Institute-The Maarif Institute.
yang Dilupakan. Jakarta: Kepustakaan Wasito. (2016). Gerakan Sosial Modern
Populer Gramedia (KPG). Masyarakat Islam di Indonesia. Jurnal
Tri Prasetyo, Bayu. (2012). Gerakan Islam Tribakti. 27(2). 248-266.
Politik Ikhwanul Muslimin di Timur
Tengah Pasca Keruntuhan Turki
Utsmani. Jurnal Analisis Hubungan
Internasional UNDIP. 1(1). 271-290.

Anda mungkin juga menyukai