Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan
mikroorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan
menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat dipenuhi
cairan ataupun nanah.
Salah satu penyebab utama pneumonia adalah Pneumococcus. Angka
kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang
dengan meningkatnya umur.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi
angka kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak
balita. Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal
dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan UNICEF dan WHO menyebutkan
pneumonia sebagai penyebab kematian anak balita tertinggi, melebihi penyakit-
penyakit lain seperti campak, malaria, serta AIDS.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah
bayi di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat
badan lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan
masih kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan
adanya penyakit kronis pada bayi.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui informasi-informasi mengenai pneumonia lebih dalam.
2. Tujuan Khusus
 Mengetahui pengertian pneumonia
 Mengetahui penyebab dari pneumonia
 Mengetahui bagaimana patofisiologi dari pneumonia

1
 Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan
pneumonia.
 Mengetahui penatalaksanaan medis dari pneumonia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan
mikroorganisme(bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proses peradangan akan
menyebabkan jaringan paru yang berupa aveoli (kantung udara) dapat dipenuhi
cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat pertukaran
gas (terutama oksigen) akan terganggu.
Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses
metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses
peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti,
selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura atau emfisema), jaringan paru
bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumotoraks) dan lain-lain.
Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah
(sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.

B. ETIOLOGI
Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus,
bakteri). Dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi
lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).
Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan
golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya
(komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah
virus, terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%.
Sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus
pneumoniae dan Haemophilus influenzae type b (Hib).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet),
kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke
jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran
darah.

3
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes
RI (2004) antara lain:
a. Status gizi bayi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan
riwayat diet.
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah
ketuban pecah dini dan persalinan preterm.
c. Kondisi sosial ekonomi orang tua
Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang sehat
pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya pneumonia.
Klasifikasi kesejahteraan keluarga adalah :
1. Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang
layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang
serasi, selaras. dan seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan
masyarakat dan lingkungannya.
2. Keluarga sejahtera I yaitu keluarga yang kondisi ekonominya baru bisa
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum mampu
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
3. Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan
agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua kali
sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan
bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan
belum mampu untuk berobat di sarana kesehatan modern.
d. Lingkungan tumbuh bayi

4
Lingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya
pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran udara
di sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat.
e. Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi, bayi
yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih
baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif.

C. INSIDEN
Salah satu penyebab utama pneumonia adalah Pneumococcus.
Pneumococcus dengan serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang
dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9.
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan
mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu
disebabkan oleh pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar,
sedangkan bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua bulan, berjenis
kelamin laki-laki, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI
yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak
memadai, dan defisiensi vitamin A. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko
kematian akibat pneumonia adalah bayi di bawah umur dua bulan, tingkat
sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat pendidikan
ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, padatnya tempat tinggal,
imunisasi yang tidak memadai, dan adanya penyakit kronis pada bayi.

D. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM YANG TERGANGGU


1. Anatomi sistem pernapasan
a. Saluran Napas Bagian Atas (Upper Respiratory Airway).
Secara umum fungsi utama dari saluran nafas bagian atas adalah sebagai
berikut:
1) Air conduction kepada saluran napas bagian bawah untuk pertukaran
gas

5
2) Protection saluran nafas bagian bawah dari benda asing
3) Warming, filtration, humidification dari udara yang diinspirasi
 Hidung (Cavum Nasalis)
Hidung dibentuk oleh tulang dan kartilago. Bagian yang kecil dibentuk
oleh tulang, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikta (connective
tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan
menjadi lubang kiri dan kanan oleh septum. Rongga hidung memounyai
rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai filter/penyaring kasar
terhadap benda asing yang masuk. Pada mukosa hidung terdapat epitel
bersilia yang mengandung sel goblet dimana sel tersebut mengeluarkan
lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke saluran
pernafasan.
Fungsi hidung secara umum sebagai berikut:
1. Sebagai jalan nafas
2. Pengatur udara
3. Pengatur kelembapan udara
4. Pengatur suhu
5. Sebagai pelindung dan penyaring udara
6. Sebagai indera penciuman
7. Sebagai resonator suara
 Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.
Dinamakan sesuai dengan tulang dimana dia berada terdiri atas sinus
frontalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris.
Fungsi dari sinus adalah membantu menghangatkan dan humidifikasi,
meringankan berat tulang tengkorak, serta mengatur bunyi suara
manusia dengan ruang resonansi.
 Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (13 cm) yang
berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring
digunakan pada saat menelan (digestion) seperti juga pada saat

6
bernafas. Faring berdasarkan letaknya dibagi menjadi tiga, yaitu
dibelakang hidung (nasofaring), dibelakang mulut (orofaring), dan
dibelakang laring (laringofaring).
 Laring
Laring biasa disebut dengan voice box. Dibentuk oleh struktru
ephitelium-lined yang berhubungan dengan faring dan trakea.
Lokasinya berada dianterior tulang vertebra ke-4 dan ke-6.
Fungsi utama dari laring adalah untuk vocalization, selain itu juga
berfungsi sebagai proteksi jalan nafas bawah dari benda asing dan
memfasilitasi batuk.
Laring terdiri dari bagian-bagian seperti berikut:
1) Epiglotis: Merupakan katup kartilago yang menutup dan membuka
selama proses menelan
2) Glotis: Lubang antara pita suara dan laring
3) Tiroid kartilago: Kartilago terbesar pada trakea, bagiannya
membentuk jakun
4) Krikoid kartilago
5) Aritenoid kartilago
6) Pita suara

b. Saluran Pernafasan Bagian Bawah (Lower Airway)


 Trakea
Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang
vertebra torakal ke-7 yang mana bercabang menjadi dua bronkus
(primary bronchus). Ujung dari cabang trakea biasa disebut carina.
Trakea ini sangat fleksibel dan beroto, panjangnya 12 cm dengan C-
shaped cincin kartilago. Pada garis ini mengandung pseudostratified
ciliated columnar epithelium yang mengandung banyaksel goblet
(sekresi mucus).
 Bronkus dan Bronkiolus

7
Cabang kanan bronkus lebih pendek dan lebih lebar serta cendrung
lebih vertical dari pada cabang yang kiri. Oleh karena itu, benda asing
lebih mudah masuk kedalam cabang sebelah kanan daripada cabang
bronkus sebelah kiri
Segmen dan subsegmental bercabang lagi membentuk seperti ranting
yang masuk kesetiap paru-paru. Bronkus ini disusun oleh jaringan
kartilago. Struktur ini berbeda dengan bronkioulus, yang berakhir di
alveoli. Alveoli merupakan bangian yang tidak mengandung kartilago,
oleh karena itu aveoli memiliki kemampuan untuk menangkap udara
dan dapat kolaps.
 Alveoli
Parenkim paru merupakan area kerja dari jaringan paru, dimana pada
daerah tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolar. Alveoli
bentuknya sangat kecil. Alveoli merupakan kantong udara pada akhir
bronkus respiratorius yang memungkinkan terjadinya pertukaran
oksigen dan karbon dioksida. Seluruh unit alveolar (zona respirasi)
terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan kantong
alveoli.
Fungsi utama alveolar adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida
diantara kapiler pulmoner dan alveoli.
 Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga torak, berbentuk kerucut dengan apeks
berada diatas tulang iga pertama dan dasarnya pada diafragma. Paru-
paru kanan mempunyai tiga lobus, sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Kelima lobus ini merupakan lobus yang terlihat,
setiap paru-paru dapat dibagi lagi menjadi bebrapa sub-bagian menjadi
sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronkopulmonari segmen.
Kedua paru-paru dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum,
jantung, aorta, vena kava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari
trakea, bronkus, sdan kelenjar timus terdapat dimediastinum ini.
 Torak, Diafragma, dan Pleura

8
Rongga torak berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh
darah besar. Bagian luar rongga torak terdri dari 12 pasang tulang iga.
Pada bagian atas torak didaerah leher terdapat dua otot tambahan
inspirasi yaitu skaleneus dan sternokleidomastodeus. Otot skaleneus
menaikan tulang iga ke-1 dan ke-2 selama inspirasi untuk mempeerluas
rongga dada atas dan menstabilkan dinding dada. Otot
sternokleidmastoideus mengangkat sternum. Otot parasternal, trapezius
dan pektoralis juga merupakan otot tambahan inspirasi yang berguna
untuk meningkatkan kerja napas.
Diantara tulang iga terdapat otot interkosta. Otot interkosta eksternus
yang menggerakan tulang iga keatas dan kedepan, sehingga dapat
meningkatkan diameter anteroposterior dari dinding dada.
Pleura merupakan membrane serosa yang menyelimuti paru. Terdapat
duan mavam pleura: pleura parietal dan pleura visceral yang menutupi
setiap paru-paru. Diantara kedua pleura terdapat cairan pleura seperti
selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut
bergesekan satu sama lain selama respirasi dan mencegah pemisahan
tprak dan paru-paru. Jika pleura bermasalah sepertimengalami
peradangan, maka udara atau cairan dapat masuk kedalam rongga
pleura, dan menyebabkan paru-paru tertekan dan kolaps.

E. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan
juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Reflek batuk
mengeluarkan benda asing mikroorganisme serta mengeluarkan mucus yang
terakumulasi. Apabila mikroorganisme dapat lolos dari mekanisme pertahanan
tersebut akan terjadi gangguan mekanisme pertahanan disistem pernapasan/
mikroorganisme virulen dapat terjadi infeksi.

9
Setelah mencapai parenkim paru, respon inflamasi awal yang berlangsung
didaerah paru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeablitas kapiler ditempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator inflamasi dari sel-sel mast setelah mengaktifkan sel imun dan cedera
jaringan. Mediator-mediator tersebut antara lain histamine dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen
bekerja sama dengan histamine dan prostaglandin untuk memvasodilatasi otot
polos vaskuler paru, meningkatkan peningkatan aliran darah ke area cedera, dan
peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat
plasma kedalam ruang interstisial sehingga terjadi pembengkakan dan edema
antara kapiler dan alveolus. Penimbuanan cairan diantara kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbon dioksida
untuk berdifusi, sehinggaterjadi penurunan kecepatan difusi gas. Infeksi
menyebar kejaringan sekitarnya akibat peningkatan aliran darah dan rusaknya
alveolus terdekat serta membrane kapiler disekitar tempat infeksi seiring dengan
berlanjutnya proses inflamasi. Bakteri juga menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.
Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara
percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadia, yaitu :
(1) stadium kongesti: kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus
terdapat eksudat jernih ,Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan
makrofag. (2) Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi
padat dan tidak menggabung udara, warna mernjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar. Di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat
dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
(3) stadium hepatsasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi

10
pucat kelabu. Permukaan pleura suram karna diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi
fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi
kongesif.(4) stadium resolusi: eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag
bertambah dan leukosit menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin
diresorbsi dan menghilang. Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda
dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai bercak-bercak dengan
distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan stadium khas
ini tidak terlihat.

BAB IV
PENUTUP

11
A. KESIMPULAN
Setelah penguraian dan mebahas secara keseluruhan tentang Pneumonia
pada anak maka dapat di simpulkan bahwa pneumonia merupakan radang pada
paru yang Salah satu penyebab utamanya adalah Pneumococcus.

B. SARAN

Bagi para orang tua jagalah kesehatan anak anda. Perhatikan lingkungan
tempat tinggal anda, pola makan anak, Jauhkan dari asap rokok, asap sampah, serta
polusi kendaraan bermotor. Vaksinasi merupakan upaya terpenting untuk
menurunkan angka kematian dan angka kesakitan penyakit ini. Jangan remehkan
polusi udara berupa, asap rokok, asap knalpot, rumah lembab, serta lingkungan
rumah yang tidak sehat. Gangguan lingkungan semacam itu bisa memicu
pneumonia pada buah hati. Jadi mulai saat inilah sebaiknya anda lebih menjaga
kesehatan anak anda.

DAFTAR PUSTAKA

12
Muttaqin, A., (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

13

Anda mungkin juga menyukai