Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANAGEMENT CONTROL SYSTEM

Resume

RESULT CONTROLS, ACTION, PERSONNEL AND CULTURAL CONTROL


By Kenneth A Merchant & Wim A. Van der Stede

Kelompok
MUNIRA BURHANUDDIN SYAM 1710536022
VINCENTIA YUZA 1710536024
DIGA ALFRIANI 1710536030
NURFITA YUNI 1710536058

PROGRAM S1 AKUNTANSI INTAKE DIII


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
Object of control-MSC Framework : Result Control, Action,
Personnel and Cultural Control

Menurut Merchant & Van der Stede (2007), sistem pengendalian manajemen
dilakukan oleh perusahaan karena tiga hal utama yaitu : (1) lack of direvtion, (2)
motivational problems, dan (3) personel limitation. Oleh karena itu, Merchant & Van
der Stede berpendapat bahwa sistem pengendalian manajemen memiliki tiga fungsi
kontrol yakni results control, action control, dan people/culture control

RESULT CONTROL

Result control adalah tipe pengendalian yang melibatkan pemberian imbalan


pada karyawan untuk hasil yang bagus atau dapat juga disebut insentif atas kinerja.
Pengendalian hasil menciptakan meritocarceis yaitu karyawan yang paling berbakat
dan bekerja keras akan dihargai daripada karyawan yang sudah lama bekerja atau
memiliki hubungan sosial lebih baik namun kinerjanya rendah.

Kelaziman result control.


Result control digunakan untuk mengendalikan perilaku karyawan pada
berbagai tingkat organisasi. Agar lebih efektif result control membutuhkan
implementasi desentralisasi organisasi. Desentraliasi adalah pendelegasian hak dalam
pengambilan keputusan. Dengan desentralisasi akan dapat lebih jelas dalam menilai
kinerja tiap manajemen divisi. Kelemahan desentralisasi :
1. Risiko tidak terdeteksinya kecurangan manajer
2. Risiko biaya operasional yang tinggi
3. Risiko terhadap reputasi perusahaan
Selain desentralisasi, sistem insentif atas kinerja juga penting dalam penerapan result
control.

Result Control dan Permasalahan Pengendalian


Result control merupakan pengendalian yang bersifat preventif dalam mengatasi
berbagai masalah pengendalian yaitu :
1. Pemahaman karyawan mengenai apa yang harus mereka kerjakan dan
hasilkan
2. Motivasi karyawan (memaksa karyawan bekerja keras)
3. Keterbatasan individu (memaksa karyawan memiliki keahlian tertentu)
4. Feedback aatas pengendalian yang sedang dijalani untuk menilai strategi
organisasi dan karyawan.

Elemen Result Control


Dalam implementasi result control memerlukan 4 elemen yang bertahap :
a. Mendefinisikan dimensi kinerja
Perusahaan perlu menetukan fokus pada suatu dimensi kinerja agar dapat
menentukan hasil yang harus diukur. Selain perlu menentukan apa yang
perusahaan inginkan untuk diukur juga harus memastikan bahwa pengukuran
yang dilakukan sudah sesuai.
b. Pengukuran kinerja
Pengukuran meupakan elemen penting dalam sistem result control. Objek dari
pengukuran adalah kinerja yang khusus dari entitas organsasi/ seorang
karyawan pada periode tertentu.
c. Pengaturan target kinerja
Target kinerja dapat mempengarui tindakan dalam dua cara :
 Meningkatkan motivasi dengan menyediakan tujuan yang jelas bagi
karyawan.
 Target kinerja membuat karyawan dapat menilai dirinya sendiri.
d. Pemberian imbalan
Imbalan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
 Imbalan ekstrinsik berupa uang atau non uang seperti penghargaan
pegawai terbaik.
 Imbalan intrinsic dihasilkan secara internal melalui adanya rasa puas atas
pencapaian hasil.

Kondisi yang menentukan efektivitas Result control :


Result control akan maksimal apabila tiga kondisi berikut terpenuhi :
1. Organisasi tahu hasil yang diinginkan
2. Kemampuan mempengaruhi hasil (hasil dapat dikendalikan dengan
meningkatkan kinerja karyawan.
3. Kemampuan mengukur hasil yang dapat dikendalikan secara efektif. Kriteria
kunci dalam menilai pengukuran hasil telah efektif adalah kemampuan dari
pengukuran untuk mengubah perilaku kea rah yang tepat.
Agar efektif pengukuran hasil haruslah :
o Tepat, hasil yang diukur dapat dikendalikan
o Objektif, bebas dari prasangka
o Tepat waktu, kerja pengawai dinilai dalam jangka waktu yang tidak
terlalu panjang.
o Dapat dipahami, pegawai paham apa yang dinilai dari mereka dan
pegawai paham apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan
penilaian yang baik.

Action control/ Pengendalian tindakan

Action Control merupakan bentuk pengendalian yang paling langsung berusaha


mempengaruhi perilaku karyawan dengan cara memastikan karyawa bertindak sesuai
yang diinginkan organisasi. Pengendalian tindakan terdiri dari 4 bentuk dasar, yaitu :

1. Pembatasan perilaku, adalah bentuk negative dari pengendalian tindakan.


Organisasi melakukan pembatasan bagi karyawan untuk melakukan hal yang
tidak seharusnya. Pembatasan ini dapat berupa administrative maupun fisik.
Contoh pembatasan administrative yaitu pembatasan kewenangan pengambilan
keputusan tertentu dan pembagian tugs (segregation of duties). Pembatasan fisik
contohnya, penggunaan password dan pembatasan akses. Pembatasan
administrasi dilakukan untuk memberikan batasan pada kemampuan karyawan
dalam melakukan semua atau sebagian dari tindakan tertentu, seperti pembatasan
dalam otoritas pengambilan keputusan. Tindakan ini dilakukan untuk
meminimalkan risiko dimana karyawan yang tidak terlatih atau kurang informasi
akan membuat kesalahan utama.
2. Review tindakan. Ini dilakukan saat proses perencanaan dan penganggaran
dengan review atas rencana tindakan kemudian menyetujui/ tidak rencana tersebut,
memodifikasi rencana atau meminta mengubah rencana sebelum melakukan
perencanaan.
3. Akuntabilitas tindaka, melibatkan penanggung jawab karyawan yang bertanggung
jawab atas aksi yang mereka ambil. Implementasi akuntabilitas tindakan
memerlukan :
 Mendefinisikan tindakan yang dapat diterima/tidak
 Mengomunkasikan kepada karyawan
 Mengamati dan melacak apa yang terjadi
 Memberi penghargaan atas tindakan yang baik dan memberi hukuman atas
tindakan yang salah.
Akuntabilitas tindakan biasanya diimplementasikan dengan negative
enforcement, yaitu tindakan lebih sering dihubungkan dengan hukuman dari pada
reward.
4 Redundansi, dilakukan dengan menugaskan lebih banyak karyawan/ mesin untuk
mengerjakan tugas melebihi yang dibutuhkan, atau paling tidak menyediakan
karyawan cadangan dengan tujuan meningkatkan kemungkinan tugas dikerjakan
secara memuaskan.

Action control dan Masalah action control.


Action control berguna karena seperti jenis pengendalian lain, dapat mengatasi
satu atau lebih dari tiga permasalahan dasar pengendalian.
Masalah Pengendalian
Jenis pengendalian Kurangnya Masalah Keterbatasan
tindakan Pengarahan Motivasi individu
Pembatasan X
Perilaku
Review Tindakan X X X
Akuntabilitas X X X
tindakan
Redundansi X X

Pencegahan vs Deteksi

Action control dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuannya sebagai


pencegahan atau deteksi perilaku yang tidak diinginkan. Pembedaan ini penting karen
pengendalian yang dapat mencegah hal yang tidak diinginkan, apabila efektif, akan
menjadi bentuk pengendalian terkuat karena biaya atas perilaku yang tidak diingikan
tidak akan terjadi. Pengendalian jenis deteksi berbeda dengan jenis pencegahan
karena diaplikasikan setelah perilaku yang tidak diinginkan terjadi. Pengedalian ini
dapat efektif jika deteksi tepat waktu sehingga dapat menghentikan perilaku yang
tidak diinginkan dan koreksi atas efek dari perilaku tersebut.

Tujuan
Jenis Pengendalian Pencegahan Deteksi
tindakan
Perbatasan perilaku Kunci pada aset berharga -
Pemisahan tugas
Review Pra tindakan Persetujuan biaya -
Review anggaran
Akuntabilitas Spesifikasi kebijakan Internal audit berorientasi
tindakan dihubungkan ke reward pada kepatuhan
dan punishment Per Review
Redundansi Menugaskan beberapa -
orang pada tugas penting

Kondisi yang menentukan Efektivitas Action control.

1 Organisasi dapat menentukan tindakan yang diinginkan atau tidak.


Pengetahuan mengenai tindakan yang diinginkan dapat diperoleh dengan dua
cara dasar :
 Analisis pola tindakan/hasil pada situasi tertentu untuk mempelajari
tindakan apa yang menghasilkan hasil yang terbaik.
 Mendapat informasi dari orang lain mengenai tindakan mana yang
diinginkan, terutama untuk keputusan strategis
2 Organisasi daoat memastikan bahwa tindakan yang (tidak) diinginkan itu
(tidak) terjadi.
a. Efektivitas pembatasan perilaku dan review pratindakan tergantung pada
keandalan alat-alat atau prosedur administrative yang dipasang oleh
perusahaan untuk memastikan tindakan yang (tidak) diinginkan itu (tidak)
terjadi.
b. Efektivitas akuntabilitas tindakan memerlukan action tracking yang tepat.
Untuk mengetahui action sudah tepat ada beberapa kriteria :
 Precision, jumlah kesalahan pada indikator yang digunakan untuk
memberitahu tindakan apa yang telah terjadi.
 Objectivity, laporan atas tindakan yang telah terjadi bebas dari bias.
 Timeliness, action tracking dilakukan tepat waktu sehinggan
intervensi dapat dilakukan sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
 Understandibility , tindakan yang diperhatikan atas individu dapat
dipahami.
Personel Control (Pengendalian Personal)
Pengendalian personal berusah untuk membanguan keccendrungan karyawan
untuk mengendalikan / memotivasi dirinya sendiri. Tujuan pengendalian personel :
1. Memastikan karyawan mengetahui apa yang diinginkan organisasi
2. Memastikan tiap karyawan dapat bekerja dengan baik dan memiliki
kemampuan (pengalaman, pengetahuan) dan sumber daya (informasi, waktu)
yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
3. Meningkatkan kemungkinan tiap karyawan melaksanakan pengawasan pada
dirinya sendiri (self-monitoring)

Pengendalian personel dapat diimplementasikan melalui :


a. Seleksi dan penempatan
Preditor of success : pendidikan, pengalaman, kesuksesan di masa lampau dan
kepribadian serta kemampuan sosial seringkali juga termasuk mengecek
referensi karyawan baru.
b. Pelatihan menyadiakan informasi yang berguna mengenai tindakan atau hasil
apa yang diekspektasikan dan bagaimana tugas harus dikerjakan.
c. Desain pekerjaan yang menyediakan sumber daya yang diperlukan. Desain
pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi karyawan yang telah direkrut.
Sumber daya kepada jenis pekerjaan tertentu harus tersedia, contohnya
informasi, peralatan, persediaan, dukungan staf, bantukan pembuatan
keputusan, atau kebebasan dari interupsi.

Culture Control (Pengendalian Budaya)


Pengendalian budaya dirancang untuk mendukung adanya pemantauan bersama,
bentuk yang kuat dari tekanan kelompok terhadap individu yang melenceng dari nilai
dan norma kelompok. Pengendalian budaya akan sangat efektif bila anggota
kelompok memiliki ikatan emosinal yang kuat . Perusahaan dapat membentuk budaya
perusahaan dalam beberapa cara yaitu :
a. Kode Etik
b. Imbalan kelompok yaitu memberikan imbalan atas pencapaian kelompok/
divisi. Imbalan kelompok dapat menciptakan teamwork, pelatihan terhadap
pegawai baru oleh senior, dan adanya tekanan dari rekan kerja kepada
individu untuk bekerja keras demi kepentingan kelompok.
c. Pendekatan lain.
 Mutasi intra organisasi/ rotasi karyawan membantu menyebarkan budaya
dengan meningkatkan sosialisasi antar pegawai, memberi mereka
pemhaman atas masalah yang ditemui bagian lain dalam organisasi, dan
menghambat terciptanya tujuan dan pandangan yang tidak sesuai. Rotasi
karyawan juga dapat mencegah karyawan menjadi terlalu familiar dengan
entitas, aktivitas rekan kerja dan/atau transaksi sebagai mitigasi resiko
fraud.
 Pengaturan fisik kantor, contohnya penataan kantor, arsitektur dan
dekorasi interior serta pengaturan sosial seperti dresscode dan kosakata,
dapat membantu membentuk budaya dalam organisasi.
 Manajemen puncak menjadi panutan. Manajer menjadi panutan dalam
membentuk budaya yang diinginkan.

Efektivitas Pengendalian Personal dan Pengendalian Budaya

Pengendalian personel /budaya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan


pengendalian hasil dan tindakan. Pengendalian ini dapat digunakan di hampir semua
kondisi sampai batas tertentu, biayanya seringkali lebih rendah dibandingkan
pengendalian lain dan menimbulkan efek samping yang biasanya lebih sedikit.

Anda mungkin juga menyukai