Anda di halaman 1dari 6

Permatasari: Pengaruh Konseling Farmasis Terhadap Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Rawat Jalan Di RSUP Dr.

M. Djamil Padang

Pengaruh Konseling Farmasis Terhadap Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Rawat Jalan Di RSUP
Dr. M. Djamil Padang

Jelly Permatasari1, Dedy Almasdy2, Raveinal3


1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi
2Universitas Andalas
3Departemen Penyakit Dalam RSUP Dr M Djamil Padang

email: jelly.permatasari@gmail.com

ABSTRAK
HIV/AIDS adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh oleh virus HIV. Masih kurangnya
pemahaman terkait pengobatan dan tata kelola penyakit HIV/AIDS, kehidupan sosial yang tidak
mendukung serta melekatnya citra negatif akan mempengaruhi kesehatan mental maupun fisik pasien
yang pada akhirnya menurunkan kualitas hidup. Tercatat sekitar 200 kasus HIV/AIDS di Poliklinik
Voluntary Counseling and Testing (VCT) RSUP Dr M.Djamil Padang pada tahun 2014 dan 995 kasus
HIV/AIDS ditemukan di Sumatera Barat. Konseling farmasis memberikan ruang untuk meningkatkan
pemahaman terkait pengobatan HIV/AIDS dan dukungan moril. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konseling farmasis terhadap kualitas hidup pasien HIV/AIDS. Metode penelitian
dilakukan secara quasi eksperimental, prospektif dengan konsep One group pretest-posttest design,
kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner WHOQOL-HIV Bref. Total responden sebanyak 124
diperoleh melalui purposive sampling dari pasien HIV/AIDS rawat jalan di Poliklinik VCT RSUP Dr
M.Djamil Padang Maret sampai Mei 2016. Analisa data menggunakan Paired Sample T test. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan rerata skor kualitas hidup pasien HIV/AIDS setelah
konseling farmasis menjadi 98,48±13,360 sebelumnya 95,67±15,398 dan hasil uji statistik
menunjukkan konseling farmasis signifikan (p=0,00) meningkatkan kualitas hidup pasien HIV/AIDS.

Kata Kunci : AIDS, HIV, Konseling, Kualitas hidup

Influence of Pharmacist Counseling On Quality of life of Outpatients With HIV/AIDS In RSUP Dr.
M. Djamil Padang
ABSTRACK

HIV / AIDS is a disease that attacks the immune system due to the HIV virus. Still lack of understanding
related to treatment and disease management of HIV/AIDS , social life that does not support and
attachment of negative image will affect the mental and physical health of patients who ultimately
reduce quality of life. There was 200 cases of HIV/AIDS in Policlinic of Voluntary Counseling and
Testing (VCT) RSUP Dr M.Djamil Padang at year 2014 and 995 cases in Sumatera Barat Province.
Pharmacist counseling provides space for enhancing understanding and moral support. This study aims
to determine the effect of pharmacist counseling on the quality of life of HIV / AIDS patients. A quasi
experimental, prospective and One group pretest-posttest design study, the quality of life was measured
using the WHOQOL-HIV Bref questionnaire. The total of 124 respondents was obtained through
purposive sampling from HIV / AIDS outpatient patient of RSUP Dr, M.Djamil Padang March to May
2016. Data analysis using Paired Sample T test. The results showed increase rate scor quality of life
after pharmacist counseling become 98,48±13,360 before 95,67±15,398. Pharmacist counseling is
significant (p = 0,00) influences the quality of life of HIV/AIDS patients.

Keywords: AIDS, HIV, Counseling, Quality of life


9
Jurnal Farmasi Galenika Volume 5 No. 1
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Permatasari: Pengaruh Konseling Farmasis Terhadap Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Rawat Jalan Di RSUP Dr.
M. Djamil Padang

PENDAHULUAN pasien (ASHP, 1997; Siregar & Kumolosasi,


HIV/AIDS telah menjadi pandemi yang 2006; Depkes RI, 2006).
mengkhawatirkan dan salah satu tantangan
kesehatan masyarakat yang paling signifikan di Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
dunia (WHO, 2015). Berbagai upaya preventif konseling farmasis dapat meningkatkan
telah dilakukan namun jumlah kasus HIV/AIDS pengetahuan pasien terkait pengobatan.
terus meningkat. Dampak penyakit ini tidak Pengetahuan akan mempengaruhi kepatuhan
hanya berpengaruh terhadap kesehatan tetapi pasien dan pada akhirnya akan mempengaruhi
juga berpengaruh terhadap keadaan kualitas hidup pasien itu sendiri (Andhuvan et
sosioekonomi.. (Price & Wilson, 2006; Depkes al, 2015; Awwad et al, 2015; Biradar et al,
RI 2006). 2015; Danguilan et al, 2013; Blom et al, 2011).

Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit kronik Pada penelitian pasien CHF di RSUP Dr M
dengan perjalanan penyakit seumur hidup. Djamil Padang tahun 2014 menunjukkan
Permasalahan yang kompleks pada pasien bahwa konseling farmasis dapat meningkatkan
HIV/AIDS dapat mempengaruhi kualitas hidup pengetahuan dan kepatuhan minum obat.
seperti perkembangan virus HIV, menurunnya Begitupun Penelitian yang dilakukan pada
sistem imun serta munculnya berbagai infeksi pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi
opurtunistik. Selain itu masih rendahnya di RSUD Wangaya Bali tahun 2013 dan pada
pemahaman pengobatan dan tata kelola pasien hipertensi di Klinik Mitra Husada Kendal
penyakit serta dukungan sosial yang belum Yogyakarta tahun 2015 menunjukkan hasil
memadai juga ambil peran terhadap kualitas bahwa konseling farmasis dapat meningkatkan
hidup pasien HIV/AIDS. kepatuhan minum obat pada pasien tersebut
(Dewi et al, 2015; Neswita et al, 2014; Suryani
Konseling farmasis bertujuan untuk et al, 2013).
meningkatkan pemahaman, keterampilan
pasien dalam mengatur terapi pengobatannya, Berdasarkan penelitian diatas bahwa konseling
memotivasi pasien untuk mengikuti rejimen farmasis mampu meningkatkan pengetahuan
terapi, memonitoring keberhasilan terapi dan dan kepatuhan pasien dan asumsi bahwa
memberikan dukungan moril yang pada kedua hal tersebut dapat berdampak pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup kualitas hidup pasien oleh sebab itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh

10
Jurnal Farmasi Galenika Volume 5 No. 1
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Permatasari: Pengaruh Konseling Farmasis Terhadap Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Rawat Jalan Di RSUP Dr.
M. Djamil Padang

konseling farmasis terhadap kualitas hidup HASIL DAN PEMBAHASAN


pasien HIV/AIDS rawat jalan di RSUP Dr M Terdapat peningkatan rerata skor kualitas hidup
Djamil Padang. pasien HIV/AIDS rawat jalan RSUP Dr M Djamil
Padang setelah konseling farmasis diberikan.
METODE PENELITIAN
Hasil uji statistik Paired-Samples T Tes
Penelitian ini adalah quasi eksperimental
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
dilakukan secara prospektif, dengan konsep
signifikan rerata skor kualitas hidup pasien
one group pretest-posttest design, tanpa
HIV/AIDS sebelum konseling farmasis dan
kelompok kontrol (Neswita et al, 2015; Darma,
setelah konseling farmasis. Berikut adalah
2011). Konseling farmasis diberikan sesaat
gambaran kualitas hidup pasien sebelum dan
setelah pretest, jeda waktu antara pretest dan
setelah konseling farmasis.
posttest adalah satu bulan. Pengambilan
sampel dengan purposive sampling. Sampel Kualitas hidup adalah istilah yang dipakai untuk
adalah pasien HIV/AIDS rawat jalan yang menunjukkan kondisi sejahtera-sentosa (well-
berobat di poliklinik Voluntary counseling and being) dan meliputi antara lain kebahagiaan
testing (VCT) RSUP DR M Djamil Padang pada dan kepuasan terhadap hidup seseorang
bulan Maret sampai Mei tahun 2016. Kualitas secara keseluruhan. WHO tahun 2002
hidup diukur menggunakan instrument menerjemahkan quality of life sebagai
kuesioner WHOQOL-HIV Bref (WHO, 2002). “persepsi individual mengenai posisi dirinya di
Ada enam parameter kualitas hidup yang dalam budaya dan sistem nilai dalam mana
diukur yaitu fisik, mental, kemandirian, seseorang hidup, yang membentuk tujuan,
hubungan sosial, lingkungan, dan spiritual. standar, harapan serta kepedulian dalam
Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan hidup’’. Aspek-aspek terkait kondisi kesehatan
reabilitas sebelumnya. Dalam penelitian ini fisik, akses ke ARV, kenyamanan psikologis,
sebanyak 124 responden yang memenuhi sistem dukungan sosial, strategi untuk
kriteria dan mengikuti penelitian hingga akhir. bertahan, spiritualitas, komorbiditas, serta
Data kualitas hidup pretest dan data kualitas stigma sangat mempengaruhi persepsi tersebut
hidup posttest dianalisa menggunakan Paired (Depkes, 2006).
Sample T test (Elfia et al, 2015; Darma, 2011).
Pengaruh konseling farmasis terhadap kualitas Untuk melihat pengaruh konseling farmasis
hidup pasien HIV/AIDS dikatakan signifikan terhadap kualitas hidup pasien HIV/AIDS di Poli
apabila nilai p <0,05. VCT RSUP Dr. M. Djamil Padang adalah
dengan mengukur perbedaan kualitas hidup

11
Jurnal Farmasi Galenika Volume 5 No. 1
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Permatasari: Pengaruh Konseling Farmasis Terhadap Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Rawat Jalan Di RSUP Dr.
M. Djamil Padang

responden sebelum dan setelah konseling 95,67±15,398. Berdasarkan pengamatan dan


farmasis. wawancara permasalahan kualitas hidup
responden sebagian besar terlihat pada domain
Tabel 1. Gambaran umum kualitas hidup psikologis dan hubungan sosial, ini diperoleh
responden sebelum konseling farmasis
dari jawaban pertanyaan kuesioner WHOQOL
(pretest) dan setelah konseling farmasis
(posttest). HIV-Bref pada kategori tersebut. Seperti
Pretest Posttest perasaan bersalah, kekhawatiran menularkan
Data Kualitas Kualitas HIV ke orang lain , rendahnya harga diri, rasa
Hidup Hidup
takut membuka status HIV ke orang lain, dan
Jumlah 124 124
responden merasa tidak berguna. Hal ini akan membuat
95,67 ± 98.48 ±
Skor rerata ± SD pasien kehilangan semangat dan dorongan
15,398 13.360
Skor minimum 62 66 untuk melawan penyakit yang membuat
Skor maksimum 132 127 mereka menghentikan terapi. Farmasis
Kategori kualitas
hidup sangat 0% 0% memiliki kewajiban untuk merubah cara
buruk pandang pasien melalui konseling farmasis
Kategori kualitas 2 orang
0 (0%) sehingga dapat meningkatkan kualiats hidup
hidup buruk (1,6%)
Kategori kualitas pasien. Hal ini merupakan tanggung jawab
61 orang 47 orang
hidup biasa-
(49,2%) (37.9%) farmasis dalam praktek pharmaceutical care
biasa saja
Kategori kualitas 55 orang 73 orang (Saragi, 2012; Surahman et al, 2011).
hidup baik (44,4%) (58.9%)
Kategori kualitas
6 orang 4 orang
hidup sangat HIV/AIDS yang bersifat kronik dan tidak dapat
(4,8%) (3.2%)
baik
disembuhkan, diasosiasikan dengan beberapa
kondisi dan komplikasi yang serius. Komplikasi
Dari hasil uji statistik paired t-test yaitu uji beda yang muncul dapat berupa komplikasi fisik
mean dua kelompok berpasangan dengan data maupun psikiologis. Komplikasi fisik yang dapat
berdistribusi normal didapatkan hasil signifikan ditimbulkan adalah disfungsi sistem imunitas
(p<0,05) dengan nilai p-value 0,00. Hal ini seluler. Komplikasi psikologis yang muncul
menunjukkan adanya pengaruh positif diantaranya dapat berupa kecemasan,
konseling farmasis sebagai interfensi dalam kecemasan yang terjadi dapat disebabkan
penelitian ini terhadap kualitas hidup pasien. karena penyakitnya sendiri yang bersifat long
life diseases ataupun oleh karena komplikasi
Sebelum konseling farmasis rerata skor lain yang ditimbulkannya (Depkes, 2006; WHO,
kualitas hidup responden diperoleh
12
Jurnal Farmasi Galenika Volume 5 No. 1
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Permatasari: Pengaruh Konseling Farmasis Terhadap Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Rawat Jalan Di RSUP Dr.
M. Djamil Padang

2007). Kecemasan ini apabila tidak ditangani DAFTAR PUSTAKA


secara baik maka akan menimbulkan masalah
American Society of Health-System
tersendiri yang akan semakin menyulitkan Pharmacists (ASHP). (1997). ASHP
dalam pengelolaan penyakit dan akan Guidelines on Pharmacist-
menurunkan kualitas hidup pasien HIV/AIDS Conducted Patient Education and
Counseling. Washington, DC :
(Liping et al, 2015).
ASHP
Andhuvan, G., Venkhatachalam, V.V., &
Rerata skor kualitas hidup responden setelah Sankar, V. (2014). Impact of
Pharmacist Education on
konseling farmasis diperoleh 98,48±13,360,
Medication Adherance in Heart
menunjukkan adanya peningkatan rerata skor Failure Patients. International
dari sebelumnya. Dan dengan uji statistik Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences, 6 (11),
menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini
975-1491.
berarti bahwa konseling farmasis berpengaruh Awwad, O., Akour, A., Muhaissen, S., Morisky,
terhadap kualitas hidup pasien HIV/AIDS. D. (2015). The Influence Of
Perbedaan kualitas hidup responden setelah Patients' Knowledge On Adherence
To Their Chronic Medications: A
konseling farmasis disebabkan oleh Cross-Sectional Study In Jordan.
peningkatan pemahaman responden mengenai International Journal of Clinical
penyakit dan terapinya, yang selanjutnya Pharmacy, 37 (3), 504-514.
Biradar, S.S., Rajashekhar, K., Sriniva, R., &
merubah sikap dan perilaku menuju kepatuhan,
Raju, S.A. (2012). Assesment of
serta perbaikan psikologis dalam menghadapi Pharmacist Mediated Patient
segala hal sebagai dampak dari penyakit Councelling On Hypertension
Incompliance With Quality of Life In
HIV/AIDS yang dideritanya melalui informasi
South India City. International
dan edukasi dari konseling farmasis. Research Journal of Pharmacy, 3
(1), 206-211.
Blom, L., & Krass I. (2011). Introduction: The
Role Of Pharmacy In Patient
KESIMPULAN Education And Counseling. PEC
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada Journal, 83(3), 285-7.
pengaruh positif konseling farmasis terhadap Danguilan, R.A. (2013). An Education and
Counceling Program For Chronic
kualitas hidup pasien HIV/AIDS di poliklinik
Kidney Disease: Strategies to
VCT RSUP Dr M Djamil Padang. Improve Patient Knowledge. Kidney
International Supplements, 3, 215-
218.

13
Jurnal Farmasi Galenika Volume 5 No. 1
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469
Permatasari: Pengaruh Konseling Farmasis Terhadap Kualitas Hidup Pasien HIV/AIDS Rawat Jalan Di RSUP Dr.
M. Djamil Padang

Darma, K.K. ( 2011). Metodoogi Penelitian Kepatuhan Pasien Congestive


Keperawatan. Jakarta : Trans Info Heart Failure. Jurnal Sains Farmasi
Media & Klinis, 2(2),195-302.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Situasi Price, A. S., & Wilson M. L. (2006). Patofisiologi
HIV/AIDS Di Indonesia Tahun 1987- Konsep Klinis Proses-roses
2006. Jakarta: Pusat Data dan Penyakit. Jakarta: EGC.
Informasi Departemen Kesehatan Siregar, C.J.P, & Kumolosasi, E. (2006).
RI. Farmasi klinik teori dan penerapan.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Jakarta: EGC.
Pelayanan Kefarmasian Untuk Surahman, E.M., & Husein, I.R. (2011). Konsep
Orang Dengan HIV/AIDS. Jakarta: Dasar Pelayanan Kefarmasian
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Berbasiskan Pharmaceutical Care.
dan Klinik Departemen Kesehatan Jakarta : Widya Padjajaran.
RI. Suryani,N.M., Wirasuta, I.M.A.G., & Sutanti,
Dewi, M., Sari, I.P., & Probosuseno, P. (2017). N.M.P (2013). Pengaruh Konseling
Pengaruh Konseling Farmasis Obat Dalam Home Care Terhadap
Terhadap Kepatuhan dan Kontrol Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus
Hipertensi Pasien Prolanis di Klinik Tipe 2 Dengan Komplikasi
Mitra Husada Kendal. Indonesian Hipertensi. Jurnal Farmasi Udayan,
Journal of Clinical Pharmacy, 2(3).
4(4),242-249. Word Health Organization. (2002). WHOQOL-
Liping, M., Peng, X., Haijiang, L., Lahong, J., & HIV Instrument. Geneva: WHO
Fan, L. (2015). Quality of Life of World Health Organization. (2015). 10 facts on
People Living with HIV/AIDS: A HIV/AIDS. Geneva: WHO
Cross-Sectional Study in Zhejiang World Health Organization. (2015). Global
Province, China. Plos One, 10 (8), summary of the HIV/AIDS epidemic.
135-149. Geneva: WHO
Neswita, E.,Almasdy, D., & Harisman,H.
(2016). Pengaruh Konseling Obat
Terhadap Pengetahuan dan

14
Jurnal Farmasi Galenika Volume 5 No. 1
p-ISSN 2406-9299
e-ISSN 2579-4469

Anda mungkin juga menyukai