Anda di halaman 1dari 20

Pemanfaatan Citra Pengindraan Jauh pada

Berbagai Bidang

Penginderaan jauh atau yang sering disebut sebagai inderaja ini mungkin masih asing bagi
sebagian dari kita. Namun, bagi anda yang pernah mempelajari geografi, tentunya istilah ini
tidak lagi asing bagi anda.

Secara umum, inderaja merupakan pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau
fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut
atau pengukuran dan akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari
jarak jauh, misalnya dari pesawat, pesawat ruang angkasa, satelit dan kapal.

Contoh dari pemanfaatan citra pengindraan jauh adalah satelit pengamatan bumi, satelit
cuaca, memonitor janin dengan ultrasonic dan wahana luar angkasa yang memantau planet
dari orbit. Sebenarnya, kata inderaja ini sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu remote
sensing dan bahasa Russia, yaitu distangtionaya.

Pada masa modern, istilah penginderaan jauh ini mengacu pada teknik yang melibatkan alat
atau instrument di pesawat atau pesawat ruang angkasadan dibedakan dengan penginderaan
jauh lainnya seperti penginderaan medis atau fotogrameti.

Meskipun semua hal tersebut berhubungan dengan astronomi, karena astronomi sendiri
merupakan penerapan dari penginderaan jauh yang faktanya merupakan penginderaan jauh
secara intensif.

Inderaja ini sendiri mempunyai beberapa keunggulan karena disebabkan oleh berbagai faktor,
di antaranya adalah citra mampu menggambarkan objek lebih jelas dan lengkap serta meliputi
daerah yang luas, dari citra tersebut juga bisa ditimbulkan gambar tiga dimensional apabila
pengamatan dilakukan dengan menggunakan stereoskop.

Selain itu, citra juga bisa dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit untuk
dijelajahi secara teresterial dan merupakan satu satunya cara untuk pemetaan pada daerah
yang mengalami bencana atau musibah. Oleh karena itu lah, pemanfaatan citra pengindraan
jauh berkembang dengan pesat.
Istilah penginderaan jauh pada umumnya lebih mengarah kepada yang berhubungan dengan
teresterial dan pengamatan cuaca. Untuk lebih jelas mengenai pemanfaatan citra pengindraan
jauh, simaklah uraian yang akan disajikan berikut ini.

 Manfaat indera jauh dalam bidang kelautan

Inderaja yang dimanfaatkan dalam bidang kelautan disebut sebagai Seasat atau MOS.
Adapun pemanfaatan citra pengindraan jauh di bidang kelautan, yaitu sebagai berikut :

– Untuk mengamati sifat fisis air laut

– Untuk mengamati pasang surut air laut dan gelombang laut

– Sebagai pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi dan lainnya

 Manfaat indera jauh dalam bidang hidrologi

Inderaja yang dimanfaatkan dalam bidang hidrologi adalah Landsat dan SPOT. Adapun
pemanfaatan citra pengindraan jauh, yaitu :

– Pemanfaatan daerah aliran sungai atau DAS dan konservasi sungai

– Pemetaan sungai dan studi mengenai sedimentasi sungai

– Pemanfaatan luas daerah dan intensitasi banjir

 Manfaat inderaja dalam bidang geologi

Adapun pemanfaatan citra pengindraan jauh dalam bidang geologi yang bertujuan untuk :

– Menentukan struktur geologi dan berbagai macamnya

– Pemantauan daerah bencana dan pemantauan debu vulkanik

– Pemantauan distribusi sumber daya alam

– Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut

– Pemanfaatan di bidang pertahanan dan militer

– Pemantauan permukaan, di samping memotret dengan pesawat terbang dan aplikasi


sistem informasi geografi atau SIG
 Manfaat inderaja dalam bidang meteorology dan klimatologi

Pada umumnya, pemanfaatan citra pengindraan jauh dalam bidang cuaca dan iklim
mempunyai manfaat sebagai berikut :

– Membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan rendah dan daerah
bertekanan tinggi, daerah hujan dan badai siklon

– Mengetahui sistem atau pola angin permukaan

– Permodelan meteorology dan data klimatologi

– Untuk pengamatan iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat kewarnaan dan
kandungan air di udara

 Manfaat inderaja dalam bidang oseanografi

Secara umum, pemanfaatan citra pengindraan jauh dalam bidang kelautan mempunyai
beberapa manfaat, di antaranya adalah :

– Pengamatan terhadap sifat fisis air seperti suhu, warna, kadar garam dan arus laut

– Pengamatan pasang surut dengan gelombang laut (tinggi, frekuensi, arah)

– Mencari distribusi suhu permukaan

– Studi perubahan pasir pantai akibat adanya erosi dan sedimentasi

Inilah sekilas mengenai pemanfaatan citra pengindraan jauh. Semoga dapat bermanfaat

This entry was posted in Pembelajaran on May 31, 2013 by zipmedia.

Sumber : http://ujiansma.com/pemanfaatan-citra-pengindraan-jauh-pada-berbagai-
bidang
Pemanfaatan dan aplikasi foto udara dalam ruang lingkup geologi

Foto udara merupakan salah satu jenis citra penginderaan jauh dengan wahana
berupa pesawat terbang rendah sampai terbang tinggi dengan ketinggian terbang 1000
meter sampai 18.000 meter dari permukaan bumi. Sehingga data – data yang terekam
dalam citra foto udara memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi daripada citra satelit
tetapi dengan luas wilayah yang terekam jauh lebih kecil dari citra foto satelit. Foto udara
memiliki skala yang jauh lebih besar dari citra satelit (spaceborne), sehingga jumlah
informasi geometri maupun ketelitiannya juga jauh lebih tinggi. Citra satelit seperti Landsat
atau SPOT lebih berguna untuk daerah yang sangat luas tapi tidak memerlukan informasi
geometri yang rinci. Pengambilan foto udara sangat tergantung pada cuaca, dan hanya bisa
beroperasi selama ada sinar matahari yang cukup. Namun secara umum tingkat akurasi
geometri foto udara masih lebih tinggi, sehingga untuk peta berskala besar masih digunakan
foto udara.

Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-
prinsip interpretasi.

Interpretasi foto udara secara umum dapat digunakan sebagai bahan pembuat peta
topografi serta pemetaan sumber daya alam baik hayati maupun non hayati. Pemanfaatan
dan aplikasi foto udara dalam ruang lingkup geologi dapat diterangkan sebagai berikut :

4.1 Eksplorasi Minyak Bumi

Bumi memiliki permukaan dan variabel yang sangat kompleks. Relief topografi bumi dan
komposisi materialnya menggambarkan bebatuan pada mantel bumi dan material lain pada
permukaan dan juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan.
Masing-masing tipe bebatuan, patahan di muka bumi atau pengaruh-pengaruh gerakan
kerak bumi serta erosi dan pergeseran-pergeseran muka bumi menunjukkan perjalanan
proses hingga membangun muka bumi seperti saat ini. Eksplorasi sumber minyak dimulai
dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi yang menggambarkan lokasi deposit.
Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan pemetaan umum (reconnaissance), dan
apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah pemetaan detil. Kedua pemetaan ini
membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja pemetaan ini sering lebih mudah
jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses pemetaan, kerja eksplorasi lebih
intensif pada metode-metode geofisika, terutama seismik, yang dapat memetakan
konstruksi bawah permukaan bumi secara tiga dimensi untuk menemukan lokasi deposit
secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran.

Pada saat pemetaan umum inilah citra foto udara hasil penginderaan jauh dapat
dianalisis lebih lanjut agar dapat memperoleh interpretasi struktur geologi berupa lipatan
atau patahan yang kemungkinan dapat menjadi jebakan minyak bumi pada daerah onshore.
Beberapa ladang minyak dapat secara langsung mengindikasikan keberadaan hidrokarbon
dari kenampakan di permukaan misalnya apabila terjadi penyusupan minyak dan gas yang
ada di dalam mencapai permukaan, identifikasi dalam kasus ini dikenal sebagai direct
detection. Minyak dan gas yang menyusup keluar terkadang mampu berinteraksi dengan
batuan di permukaan, soil, dan vegetasi sehingga mengakibatkan suatu anomali yang dapat
menjadi petunjuk keberadaan jebakan hidrokarbon. Misalnya, pada ladang minyak Cement
dan Velma di selatan Oklahoma dikelilingi oleh lapisan batupasir yang berwarna merah,
namun tepat pada daerah operasi pemboran warna batupasir yang sama cenderung gelap
dan keabuan karena besi oksida dalam batupasir teroksidasi oleh karbon yang keluar,
mineral gypsum tergantikan oleh kalsit, selain itu setiap mineral dengan unsur karbon
memiliki harga isotop atom C yang tidak wajar.

Citra foto udara juga dapat dianalisis untuk mengidentifikasi setiap spektrum warna
yang ditimbulkan dari alterasi mineralogi yang terjadi pada lapisan batuan di sekitar ladang
minyak. Selain identifiksi warna, kondisi anaerobik yang dipegaruhi oleh gas metana dan
etana dapat mempengaruhi pertumbuhan beberapa tanaman sehingga diperoleh
keberadaan tanaman tertentu pada lokasi di atas jebakan hidrokarbon, misalnya pohon oak
dan hickory yang menggantikan pohon maple karena kondisi soil anaerobik di sekitar
Pegunungan Appalachia.

4.2 Eksplorasi Mineral

Metode penginderan jauh dengan foto udara terbukti sangat bermanfaat dalam
membantu usaha eksplorasi mineral. Beberapa hal yang dapat diperoleh dari hasil
interpretasi foto udara yang berhubungan dalam eksplorasi mineral antara lain: pemetaan
pola kelurusan regional yang berhubungan dengan keberadaan lokasi-lokasi pertambangan,
pemetaan pola rekahan lokal yang mungkin mengontrol keberadaan jebakan mineral,
deteksi hidrotermal dari batuan teralterasi yang berasosiasi dengan jebakan mineral, serta
basis data pemetaan geologi.

 Perpotongan rekahan-rekahan lokal


Daerah dengan banyak rekahan yang saling berpotongan ternyata memiliki prospek
eksplorasi mineral yang baik. Hal ini dikarenakan mineral - mineral yang terlarut akan
terakumulasi pada rekahan tersebut. Rekahan lokal ini dapat dipetakan melalui pengamatan
citra Landsat yang dipebesar, khususnya apabila citra diperoleh pada saat posisi matahari
dekat dengan horizon (oblique photo) dan citra telah diproses dengan filter digital untuk
mempertajam kenampakan rekahan.

 Interpretasi pola - pola kelurusan.

Lokasi-lokasi pertambangan berdiri di atas suatu zona mineralisasi yang biasanya berpola
linear. Pola-pola kelurusan ini memiliki kisaran panjang dari ratusan hingga ribuan kilometer,
dan telah ditemukan banyak deposit mineral melalui eksplorasi yang dilakukan di sepanjang
pola - pola kelurusan ini. Sehingga, terdapat kecenderungan bahwa lokasi-lokasi
pertambangan tidak tersebar secara acak melainkan berdiri di atas zona yang berbentuk
linear. Selanjutnya, dengan bantuan foto udara, geologist mampu memberikan evaluasi
tentang hubungan antara jebakan mineral dengan pola-pola kelurusan.

 Pemetaan Hidrotermal Batuan Teralterasi

Mineral-mineral biasanya akan terakumulasi pada tubuh batuan induk oleh media fluida
bertemperatur tinggi yang disebut hydrothermal solutions. Fluida ini akan bereaksi kimiawi
dengan batuan induk hingga membentuk batuan teralterasi dengan susunan kimia
tambahan berupa mineral yang dibawa fluida tadi. Lokasi akumulasi mineral ini tidak tampak
dari permukaan, melainkan melalui proses pengangkatan dan erosi yang terus-menerus
membentuk suatu singkapan yang kemudian dapat diamati sebagai jebakan mineral. Namun
perlu diketahui bahwa tidak semua batuan teralterasi berasosiasi dengan jebakan mineral,
begitu pula sebaliknya, tidak semua jebakan mineral ditandai dengan keberadaan batuan
teralterasi. Namun, adanya zona alterasi terkadang dapat menjadi indikator kemungkinan
keberadaan jebakan mineral. Pada suatu daerah dengan tubuh batuan yang tersingkap
penginderan jauh multispektral sangat membantu dalam mengenali keberadaan batuan
teralterasi, disebabkan oleh pantulan spektrum yang diterima memiliki perbedaan antara
batuan yang tidak teralterasi dengan batuan yang mengalami alterasi. Sehingga akan
tampak jelas perbedaan hasil pantulan spektrum tersebut ketika diubah dalam citra,
khususnya apabila dapat diperjelas dengan penggunaan warna tambahan. Dalam kasus ini
dapat dicontohkan berupa perolehan mineral tembaga dari batuan beku porfiritik seperti
granit porfiri. Pembentukan Granit porfir dapat menembus batuan induk yang lebih tua
hingga kedalaman beberapa kilometer dari permukaan tanah. Granit porfiri dan tubuh
batuan induk yang terpotong akan mengalami perekahan intensif selama pedinginan. Panas
magma yang berada jauh di kedalaman menimbulkan arus konveksi hidrotermal yang dapat
bergerak melalui celah-celah rekahan batuan dan menghasilkan alterasi mineral tembaga
pada batuan porfiri dan batuan induk di sekitarnya. Pengaruh deformasi struktural, erosi,
dan deposisi akan menyingkap granit porfir sebagai batuan hasil alterasi. Beberapa lokasi
penambangan mineral tembaga dari batuan beku porfiritik yang telah dideteksi dengan
penginderaan jauh (dengan Landsat TM dan Airborne TMS) yaitu penambangan Silver Bell,
Helvetia, dan Safford yang berlokasi di selatan Arizona, Amerika Serikat.

 Basis Data Untuk Pemetaan Geologi

Selain untuk mengetahui lokasi jebakan mineral melalui pengamatan kelurusan, rekahan,
dan alterasi batuan, foto udara dapat memberikan data dalam pembuatan dan
penyempurnaan peta geologi yang merupakan perangkat dasar dari eksplorasi geologi.
Pada peta geologi dengan skala kecil tidak mampu memetakan detail suatu lokasi.
Misalnya, diperkirakan dua pertiga wilayah selatan Afrika kekurangan peta geologi berskala
1 : 500.000 ataupun dengan skala yang lebih besar. Ketika citra Landsat pertama kali
digunakan pada wilayah ini, ternyata ditemukan suatu patahan yang kemudian dinamakan
Tantalite Valley fault zone. Patahan tampaknya berupa right-lateral strike-slip fault dan
dipetakan sepanjang 450 Km. Dijumpai banyak intrusi batuan beku basa (mafic) yang
tersingkap pada zona patahan dan singkapan ini dapat dikenali dengan mudah dengan citra
Landsat. Pada lokasi lain di Nabesna, Alaska Tengah, dengan memanfaatkan kombinasi
analisis lineament dan proses digital dari data Landsat MSS dalam evaluasi keberadaan
potensi jebakan mineral, diindikasikan bahwa 56 persen jebakan mineral berada sepanjang
1,6 Km dari lineamen Landsat. Warna buatan yang dihasilkan menunjukkan sekitar 72
persen merupakan lokasi mineral dan sisanya merupakan area batuan alterasi dan area
eksplorasi yang potensial.

4.3 Pemetaan Daerah Bencana Alam

Film pankromatik sering digunakan bersamaan dengan kamera pemetaan untuk


menaksir kerusakan, karena :

 Memiliki cakupan ruang gerak yang lebar dan sesuai untuk berbagai kondisi pencahayaan,

 Memiliki kemampuan untuk menembus tingkat perlakuan atmosferik yang berbeda saat
dilakukan penyaringan (filtering) dengan tepat,
 Memiliki resolusi yang bagus (beberapa film dapat diperbesar lebih dari 15 kali tanpa
kehilangan gambar yang detail), dan

 Memiliki kemampuan memproses dan mencetak pada waktu yang tepat.

Skala pemotretan udara yang berbeda digunakan untuk variasi jenis penaksiran tempat-
tempat yang mengalami kerusakan. Foto skala kecil (misalnya 1 : 50.000 atau lebih kecil
lagi) biasa digunakan untuk mempelajari zone-zone kerusakan yang terbatas dalam suatu
kenampakan wilayah yang besar (Gambar 12). sedangkan pemotretan udara skala sedang
(misalnya 1 : 20.000 sampai 1 : 50.000) memberikan kenampakan yang cukup detail
terhadap wilayah yang dilanda bencana.

4.4 Pemetaan geologi daerah pantai dan pesisir

Wilayah dan garis pantai Indonesia sangat panjang dan luas, hanya sedikit sekali data
yang diketahui mengenai jumlah kandungan sumber daya alam yang dimiliki (mineral dan
bahan galian, sumber daya air, lahan) maupun kondisi lingkungannya secara pasti.
Pemetaan pada daerah pantai sulit dilakukan karena sukarnya diperoleh singkapan batuan,
asesibilitas sukar (rawa pantai) dan mahal karena sebagian besar harus dilakukan melalui
survei bawah permukaan (geofisika dan pemboran). Sebaliknya daerah pantai dan pesisir
merupakan wilayah ekonomi yang potensial sebagai lahan pemukiman, prasarana
perhubungan, jasa industri dan sebagainya.

Secara umum wilayah pantai dan pesisir dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok
dalam kaitannya dengan proses pembentukannya, Pengelompokan secara garis besar
dapat dilakukan sebagai berikut.

 Proses endogenik : pantai gunungapi, pantai terangkat (uplifted dan tilted).

 Proses eksogenik: aktivitas laut (oseanografi), proses sedimentasi dari darat dan laut dan
gabungan keduanya.

 Proses biogenik : pembentukan terumbu karang dan hutan bakau

Oleh karena itu, untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu, biaya, dan tenaga
pada saat memetakan sumberdaya alam wilayah pesisir pantai, maka dapat dilakukan
interpretasi citra foto udara guna mendapatkan informasi dasar mengenai wilayah yang akan
di petakan secara mendetail tersebut.
4.5 Bidang Kehutanan

Bidang kehutanan berkenaan dengan pengelolaan hutan untuk diambil hasil kayunya
termasuk perencanaan pengambilan hasil kayu, pemantauan penebangan dan penghutanan
kembali, pengelolaan dan perlindungan margasatwa, inventarisasi dan pemantauan sumber
daya hutan, rekreasi, dan pengawasan kebakaran. Kondisi fisik hutan sangat rentan
terhadap bahaya kebakaran maka penggunaan citra foto udara akan sangat membantu
dalam penyediaan data dan informasi dalam rangka monitoring perubahan yang terjadi
secara kontinu dengan aspek geografis yang cukup memadai sehingga implementasi di
lapangan dapat dilakukan dengan sangat mudah dan cepat.

4.6 Penggunaan Lahan

Inventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan


lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya
dukungnya. Penggunaan lahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun
hasil yang diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung
lahan tersebut. Integrasi foto udara teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu
bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar
penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian,
perencanaan, dan pengembangan wilayah. Contohnya penggunaan lahan untuk usaha
pertanian atau budidaya permukiman.

4.7 Bidang Pembuatan Peta

Peta citra merupakan citra foto udara yang telah bereferensi geografis sehingga dapat
dianggap sebagai peta. Informasi spasial yang disajikan dalam peta citra merupakan data
raster yang bersumber dari hasil perekaman citra satelit sumber alam secara kontinu. Peta
citra memberikan semua informasi yang terekam pada bumi tanpa adanya generalisasi.
Peranan peta citra (space map) dimasa mendatang akan menjadi penting sebagai upaya
untuk mempercepat ketersediaan dan penentuan kebutuhan peta dasar yang memang
belum dapat meliput seluruh wilayah nasional pada skala global dengan informasi terbaru
(up to date). Peta citra mempunyai keunggulan informasi terhadap peta biasa. Hal ini
disebabkan karena citra merupakan gambaran nyata di permukaan bumi, sedangkan peta
biasa dibuat berdasarkan generalisasi dan seleksi bentang alam ataupun buatan manusia.
Contohnya peta dasar dan peta tanah.
Sumber : http://quiinyta90.blogspot.co.id/2011/03/pemanfaatan-dan-aplikasi-foto-
udara.html
Penentuan Lahan Kritis Daerah Aliran
Sungai (DAS)

September 2012

M T W T F S S

Oct »

1 2

3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16

17 18 19 20 21 22 23

24 25 26 27 28 29 30

Recent Posts

 KELAS INSPIRASI YOGYAKARTA 2015 SD DAYAKAN 2 GUNUNG KIDUL


 Happy Birthday Ririn Pakaya ke 25
 Berbagi Inspirasi Untuk Anak SD Mutihan Yogyakarta
 Together Will Be Better
 KELAS INSPIRASI YOGYAKARTA SD. MUTIHAN BANTUL

Archives

 May 2015
 May 2014
 October 2013
 December 2012
 November 2012
 October 2012
 September 2012

Categories

 Diriku dan Hidupku


 Konservasi
 Materi Kuliah (Campuran)
 Serba-Serbi
 Teknik Sipil
 Travel and Journey
Follow Blog via Email

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 2,624 other followers

Blog Stats

 65,375 hits

Advertisements

Seorang gadis terbuat 45 juta dari rumah di Jakarta!Seorang gadis terbuat


45 juta dari rumah di Jakarta!

Report this ad
Penentuan Lahan Kritis Daerah Aliran Sungai (DAS)

Contoh Lahan Kritis DAS


Limboto Gorontalo

Dalam rangka menentukan batas-batas kesesusaian sumber daya air yang merupakan salah
satu aspek utama dalam Pengelolaan DAS telah disusun konsep tata ruang Kawasan. Konsep
ini berdasarkan pada keputusan Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/II/1980 tentang kriteria
dan tata cara penetapan hutan lindung dan dipertegas oleh Keputusan Presiden R.I. No. 32
Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Konsep tersebut tertuang dalam Rencana
Jangka Panjang Pengelolaan Daerah Pengaliran Sungai yang disebut Pola Rehabilitasi Lahan
dan Konservasi Tanah (RLKT). Arahan penggunan lahan ditetapkan berdasarkan kriteria dan
tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi yang adalah berkaitan dengan
karakteristik DAS yaitu kemiringan lereng, jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi,
curah hujan harian rata-rata. Masing-masing faktor ditampilkan dalam tiap-tiap unit lahan
untuk mendapatkan angka skor yang secara makro dipergunakan untuk menetapkan arahan
penggunaan lahan sebagai kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya atau
kawasan pemukiman. Disamping itu secara mikro masih harus memperhatikan faktor biofisik
dan sosial ekonomi setempat. Nilai skor (bobot) masing-masing faktor ditetapkan sebagai
berikut ini.
Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah suatu kawasan/ wilayah yang keadaan dan sifat fisiknya mempunyai
fungsi lindung untuk kelestarian sumberdaya alam, tanah, air, flora dan fauna seperti hutan
lindung, hutan suaka, hutan wisata, sumber mata air, alur sungai, dan kawasan fungsi lindung
lainnya. Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi lindung jika jumlah skor ≥
175 dan memenuhi salah satu atau beberapa syarat berikut:

a) Mempunyai kemiringan lereng > 45 %

b) Tanah dengan klasifikasi sangat rawan erosi dan mempunyai dengan lereng > 15
%

c) Merupakan jalur pengaman aliran sungai, minimal 100 m di kiri kanan alur sungai

d) Merupakan pelindung mata air, yaitu 200 m dari pusat mata air

e) Mempunyai ketinggian ≥ 2.000 meter DPL

f) Ditetapkan pemerintah sebagai kawasan lindung dengan pertimbangan khusus.


Kawasan Penyangga

Kawasan penyangga adalah suatu kawasan / wilayah yang dapat berfungsi lindung dan
berfungsi budidaya, seperti hutan produksi terbatas, perkebunan, kebun campur, dll. Suatu
lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabila skor 125-175 serta memenuhi
beberapa kriteria umum sebagai berikut :

a) Keadaan fisik areal / satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya


pertanian secara ekonomis

b) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga

c) tidak merugikan dari segi ekologi / lingkungan hidup

Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan

Kawasan budidaya tanaman tahunan adalah kawasan yang diusahakan dengan tanaman
tahunan seperti tanaman perkebunan. Suatu satuan lahan yang memiliki skor ≤ 124, cocok
atau seharusnya dikembangkan dengan usaha tani tanaman tahunan. Tingkat kemiringan
lapangan untuk kawasan fungsi ini adalah 15 % – 45 %.

Kawasan Budidaya Tanaman Semusim

Yang dimaksud dengan kawasan budidaya tanaman semusim adalah kawasan yang
mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim / tahunan, terutama
usaha tanaman semusim adalah areal dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan
budidaya tanaman tahunan, akan tetapi pada areal tersebut cocok atau seharusnya
dikembangkan dengan usaha tani tanaman semusim. Di samping itu tingkat kemiringan lahan
yang dianjurkan adalah 0 % – 15 %.

Kawasan Pemukiman

Kawasan pemukiman adalah kawasan yang dipergunakan untuk perumahan, termasuk sarana
dan prasarana perekonomian. Termasuk dalam kawasan pemukiman adalah areal yang
memenuhi kriteria kawasan budidaya dan cocok untuk areal pemukiman, serta mempunyai
kelerengan 0% – 8%.

Evaluasi Kekritisan DAS

Metode penilaian lahan kritis mengacu pada definisi lahan kritis yaitu sebagai lahan yang
telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas
yang ditentukan atau diharapkan baik. Penilaian lahan kritis berdasarkan standar Pedoman
Penyusunan RTL-RLKT Departemen Kehutanan 2009. Sasaran penilaian adalah lahan-lahan
dengan fungsi lahan yang ada kaitannya dengan kegiatan reboisasi dan penghijauan, yaitu
fungsi kawasan lindung bagi hutan lindung dan fungsi lindung di luar kawasan hutan, serta
fungsi kawasan budidaya untuk usaha pertanian.

Selanjutnya untuk masing-masing fungsi lahan, ditentukan kriteria / faktor pendukungnya


yaitu penutupan lahan, lereng, erosi, produktivitas, bebatuan, dan manajemen yang terbagi
lagi kedalam beberapa kelas. Untuk penilaiannya, pada masing-masing kelas diberi bobot,
besaran serta skoring. Jumlah total skor dikalikan bobot masing-masing merupakan kelas
kekritisan lahan masing-masing kawasan, yang dimuat pada tabel 4.

Fungsi KawasanLindung

Kriteria yang digunakan adalah penutupan lahan, kelerengan lapangan, erosi dan manajemen
dan persentase penutupan oleh tajuk pohon. Tingkat erosi diukur berdasarkan kerusakan /
hilangnya lapisan tanah, baik untuk tanah dalam maupun tanah dangkal. Sedangkan yang
dimaksud dengan manajemen adalah ada atau tidak adanya usaha pengamanan hutan yang
meliputi pembuatan tata batas kawasan, pos pengamanan, terdapatnya jagawana dan
pelaksanaan penyuluhan kepada pengamanan, terdapatnya jagawana dan pelaksananaan
penyuluhan kepada masyarakat. Secara rinci kriteria ini disajikan pada tabel 5.
Fungsi Kawasan Budidaya untuk Usaha Pertanian.

Kriteria yang digunakan adalah produktivitas lahan, kelerengan lapangan, kenampakan erosi,
penutupan oleh batu-batuan dan manajemen. Produktivitas dihitung berdasarkan ratio
terhadap produksi komoditi umum optimal pada pengelolaan tradisional, sedangkan
manajemen dinilai berdasarkan usaha penerapan teknologi konservasi tanah pada setiap unit
lahan. Rinciannya disajikan pada tabel 6.

Penetapan Kekritisan Lahan di Kawasan Lindung di Luar KawasanHutan

Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan adalah kawasan yang sudah ditetapkan sebagai
kawasan lindung tetapi kawasan tersebut tidak lagi sebagai hutan, pada umumnya daerah
tersebut sudah diusahakan sebagai daerah produksi. Namun secara prinsip daerah ini masih
tetap berfungsi sebagai daerah perlindungan/pelestarian sumberdaya tanah, hutan, dan air.
Oleh sebab itu parameter penilaian penilaian kekritisan lahan di daerah ini harus dikaitkan
dengan fungsi sumber daya tanah, vegetasi yang permanen, air, kemiringan lereng, tingkat
erosi dan tingkat pengelolaan. Rinciannya disajikan pada Tabel 7.
Survey Lapangan DAS Limboto Gorontalo

Sumber : https://kakaramdhanolii.wordpress.com/2012/09/27/penentuan-lahan-kritis-
daerah-aliran-sungai-das-2/

https://www.researchgate.net/publication/292616271_PENYUSUNAN_PETA_RENTA
N_BENCANA_ALAM_LONGSOR_DENGAN_TEKNOLOGI_PENGINDERAAN_JA
UH_MELALUI_INTERPRETASI_CITRA_SATELIT_DI_PROPINSI_DIY

Anda mungkin juga menyukai