Anda di halaman 1dari 3

Nur Adawiyah Setiawati (16410099)

Bimbingan dan konseling D


Bimbingan dan Konseling

Setiap orang baik anak anak, remaja, maupun dewasa tentu memiliki berbagai macam potensi,
permasalahan yang perlu untuk di pecahkan. Begitu juga individu yang sedang duduk di bangku sekolah,
dalam kesehariannya tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu yang berinteraksi, berproses di
lingkungan sekolah pastilah memiliki permasalahan dengan kadar yang berbeda beda serta memiliki potensi
yang perlu untuk dikembangkan dengan baik . Namun apa jadinya jika siswa- siswi tidak mampu
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya dan kurang optimal dalam mengembangkan
kemampuannya. Di sinilah peran pelayanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan oleh para siswa-
siswi agar mampu menyelesaikan permasalahan baik yang berhubungan dengan permasalahan di sekolah
maupun diluar sekolah dan mengoptimalkan kemampuannya. Bimbingan dan konseling menurut Prayitno
(2004) merupakan sebuah bantuan yang diperuntukkan bagi peserta didik baik secara perseorangan maupun
kelompok guna memandirikan, mengoptimalkan berbagai potensi, cara bersosialisasi, ataupun cara belajar
yang dilakukan melalui pemberian jenis layanan dan kegiatan pendukung tertententu berdasarkan norma
norma yang ada. Menurut Crow & Crow (M. Surya, 1988: 45) bimbingan dan konseling diartikan sebagai
bantuan yang diberikan seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan
pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya, mengembangkan
kegiatankegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri. Sehingga
disini dapat diketahui bahwa Bimbingan dan Konseling merupakan bentuk upaya dari pihak sekolah untuk
memfasilitasi individu agar mampu mengoptimalkan perkembangan perilaku, potensi, dan peningkatan
kemampuan individu sebagai manusia yang mandiri dan bermanfaat bagi lingkungannya. Bimbingan dan
konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan,
membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk
mengembangkan diri, merubah dan memperbaiki perilaku.
Uman Suherman dikutip oleh Sudrajat (2008) mengemukakan sepuluh fungsi bimbingan dan
konseling, yaitu:
1. Fungsi Pemahaman, di mana membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya sendiri
dan lingkungan sehingga mampu menyesuaikan diri serta mengembangkan potensinya secara
optimal
2. Fungsi Preventif, di mana konselor memberikan bimbingan kepada konseli guna mencegah
munculnya permasalahan baru. Contoh : Pemberitahuan informasi mengenai bahaya merokok,
minum minuman keras, dsb.
3. Fungsi Pengembangan, di mana konselor memberikan fasilitas yang dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki individu. Contoh: Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home
room, dan karyawisata.
4. Fungsi Penyembuhan ( Kuratif) , di mana hal ini berkaitan dengan upaya untuk membantu siswa
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi (problem solving). Contoh: konseling, dan
remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran, di mana konselor membantu konseli dalam usaha mengembangkan potensi
yang ada dalam diri individu yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian, dan kepribadiannya.
Contoh : membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan bakat dan minat.
6. Fungsi Adaptasi, di mana berupa membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah
dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Contoh: pembimbing/konselor dapat
membantu para guru dalam memperlakukan konseli, memilih metode dan proses pembelajaran
sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi Penyesuaian, di mana konselor membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri
dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan, di mana konselor membantu, memberikan intervensi kepada konseli agar dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak) sesuai norma
yang berlaku.
9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan, di mana bimbingan dan konseling dapat memfasilitasi konseli dalam upaya
mempertahankan prilaku yang kondusif dan terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan
penurunan produktivitas diri.
Bimbingan dan konseling juga memiliki beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai
pondasi atau landasan dalam memberikan pelayanan, diantaranya adalah:
1. Diperuntukkan bagi semua konseling, di mana berarti bahwa bimbingan dan konseling diberikan
kepada semua konseli yang bermasalah maupun tidak bermasalah dan untuk laki laki maupun
perempuan segala umur.
2. Setiap individu satu dengan yang lainnya memiliki sifat yang berbeda (unik) sehingga konseling
lebih focus pada memaksimalkan keunikan dalam individu yang mana meskipun dalam konseling
kelompok, focus bantuannya tetap pada individu sebagai konseli.
3. Menekankan pada membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. Merupakan usaha bersama di mana setiap pihak harus saling bekerjasama agar mencapai
bimbingan dan konseling yang berhasil.
5. bimbingan dan konseling diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan.
6. berlangsung dalam Berbagai kondisi kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya
berlangsung di Sekolah/ Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri ,
lembaga-lembaga pemerintah/swasta , dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan
bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
Selain itu terdapat beberapa asas bimbingan dan konseling, diantaranya adalah:
1. Kerahasiaan, jadi setiapa kesaksian dari konseli dalam bimbingan dan konseling tidak akan
diberitahukan kepada orang lain.
2. Asas kesukarelaan, di mana pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya dilakukan oleh
konseli berdasarkan keinginannya sendiri tanpa ada paksaan.
3. Asas keterbukaan, di mana dalam bimbingan dan konseling hendaknya konseli terbuka dalam
menceritakan permasalahannya dan menerima berbagai informasi yang berguna bagi
pengembangan dirinya.
4. Asas kegiatan, di mana dalam bimbingan dan konseling, seorang konseli ikut berpartisipasi
aktif dalam menyelenggarakan serangkaian kegiatan bimbingan.
5. Asas kemandirian, di mana konseli mampu bersikap mandiri dengan mampu memahami dan
menerima diri sendiri dan lingkungan, mampu membuat keputusan, serta mengarahkan dirinya
sendiri agar menjadi lebih baik.
6. Asas Kekinian yaitu dalam bimbingan dan konseling melayani permasalahan konseli yang
sedang dialami pada saat ini, sedangkan masa depan atau kondisi masa lampau digunakan
sebagai pengamatan mengenai dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa
yang diperbuat sekarang.
7. Asas Kedinamisan, di mana hendaknya isi pelayanan kepada konseli bergerak maju, tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan, di mana hendaknya berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis, dan terpadu sehingga mampu mencapai keberhasilan dalam konseling.
9. Asas Keharmonisan, di mana isi dan pelaksanaannya hendaknya berdasarkan nilai dan norma
yang ada.
10. Asas Keahlian, di mana pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan oleh kaidah dan pihak
yang professional. Contoh: Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan
kode etik bimbingan dan konseling
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu ketika tidak mampu menangani kasus yang di hadapi dalam
proses bimbingan dan konseling secara tuntas maka hendaknya dialihkan kepada pihak yang
lebih ahli. Contoh : Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-
guru lain, atau ahli lain.
Dari sini dapat diketahui bahwa pada dasarnya bimbingan dan konseling merupakan bentuk
pelayanan yang diberikan untuk semua individu yang memiliki masalah maupun tidak memiliki
masalah baik dilingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Dan dalam penerapannya
terdapat 10 fungsi seperti pemahaman, preventif, pengembangan, penyembuhan, penyaluran,
adaptasi, penyesuaian, perbaikan, fasilitasi. Di samping itu tentu dalam penerapannya juga terdapat
prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai landasan atau pedoman agar sesuai dengan kaidah yang
ada.

Anda mungkin juga menyukai