Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPENDUDUKAN

Nama anggota kelompok :

1. Farhan maulana

2. Syafrial A Hutasuhut

3. Syahmardan A.Do.Hadi

4. T Alviandra F

KELAS F-11

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2018
Tingkat Pendidikan di Kabupaten
Tangerang Masih Rendah
Anggota Komisi IX DPR RI Dapil Banten III, Siti Masrifah prihatin dengan tingkat
pendidikan warga Kabupaten Tangerang. Menurutnya, tingkat pendidikan
Kabupaten dengan penduduk berjumlah 3,48 juta jiwa ini masih rendah.

Masrifah mengatakan hal itu kepada awak media usai menjadi narasumber
sosialisasi Integrasi Kampung KB di Desa Mekar Wangi, Cisauk yang dihelat Badan
Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jumat (22/12/2017).

Dikatakannya, berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional


(Susenas) tahun 2016, hanya 15,99% di tahun ajaran 2015/2016 penduduk usia 0-
6 tahun yang mengikuti pendidikan prasekolah, persentase tersebut terbagi
44,28% di Taman Kanak-kanak (TK) dan 50,75% di Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).

Di usia 15 tahun ke atas, penduduk berijasah Sekolah Dasar (SD) sederajat masih
yang tertinggi, yakni sebesar 28,66%, SLTP sebesar 23,24 persen, namun
penduduk yang memiliki ijasah perguruan tinggi masih yang terkecil, yakni hanya
4,5%.

“Data ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten Tangerang


masih rendah,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten


Tangerang itu, lanjut sosok yang akrab disapa mbak Chifa ini, Pemkab Tangerang
semakin serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan penduduknya, karena
saat ini laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Tangerang pun masih yang
tertinggi di Banten, yakni 3,17% pada tahun 2016, sementara rata-rata LPP
Banten hanya 2,07%.

“Jumlah penduduk yang tinggi harus diimbangi dengan kualitas pendidikan,


kesehatan dan sarana sosial lainnya yang baik juga, kalau tidak akan menjadi
masalah serius,” tambahnya.
Ia mencontohkan, tingkat pengangguran di Kabupaten Tangerang terus
meningkat setiap tahunnya, karena jumlah angkatan kerja tidak terserap oleh
sektor lapangan kerja formal. Sementara, berkaca pada data BPS tersebut,
sebagian besar tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Tangerang rendah,
sehingga akan sulit mendapatkan pekerjaan di sektor formal yang menuntut
keterampilan dan tingkat pendidikan minimal level SLTA.

“Terlebih, kita akan menghadapi bonus demografi, dimana usia produktif lebih
banyak daripada usia tidak produktif, ini harus menjadi perhatian serius,”
tegasnya.

Terkait hal itu, Masrifah mengimbau Pemkab Tangerang untuk terus


menggencarkan program keluarga berencana (KB), untuk meningkatkan tingkat
partisipasi aktif penduduk usia 15-49 tahun yang telah menikah untuk
menggunakan alat kontrasepsi.

Keluarga kecil namun sejahtera diyakininya bisa meningkatkan tingkat pendidikan


di Kabupaten Tangerang, karena jumlah anak yang dianjurkan hanya dua untuk
tiap keluarga, memungkinkan orang tua mampu mencukupi kebutuhan
pendidikan anaknya.

“Saat ini, persentase penduduk wanita usia 15-49 tahun dengan status pernah
menikah yang menggunakan alat KB sebanyak 61,67 persen, namun jumlah ini
harus terus ditingkatkan,” jelasnya.

Dengan keberhasilan program KB, politisi perempuan Partai Kebangkitan Bangsa


(PKB) itu berharap berbagai persoalan yang akan menjadi tantangan Pemkab
Tangerang dapat teratasi, karena kependudukan semestinya menjadi subjek
dalam rencana pembangunan, sebab sebagian besar akar persoalan sosial,
ekonomi, ekologi berawal dari masalah kependudukan.

“Kita berharap kualitas hidup masyarakat Kabupaten Tangerang terus meningkat


melalui program KB,” tukasnya. (rr/firda)
TEORI

 Teori Marxist (Karl Marx dan Fried Engels)

Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan
kekurangan makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi
sesudah Maltus. Paham Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan
Maltus, karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia
sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa
dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut
Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap
bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara
kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia
semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan
pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist

 Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi


kesempatan kerja.
 Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi
karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
 Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya,
jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu
menekan jumlah kelahirannya,
SOLUSI

Ada beberapa solusi yang dapat menjadi jalan keluar bagi masalah kependudukan
yaitu tingkat pendidikan yang rendah, diantaranya :

1) Pencanangan wajib belajar 9 tahun.


2) Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas
Terbuka.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).
4) Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran.
5) Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman.
6) Mencanangkan gerakan orang tua asuh.
7) Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.

Dan ada beberapa upaya pemerintah yang diharapkan dapat mengatasi


permasalahan tersebut, yaitu :

1. Menyediakan fasilitas pendidikan yang lengkap dan merata di setiap daerah


2. memberikan tunjangan pendidikan seperti kartu indonesia pintar
3. mengandakan program KB untuk menekan pertumbuhan penduduk yang
sangat cepat
4. meningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga
pendidikan milik pemerintah
5. Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar
tenaga kerja

Dan dalam program unggulan pemerintah kabupaten tangerang juga terdapat


poin poin untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni:

Meningkatkan Akses Pendidikan


“Tantangan dalam pembangunan pendidikan adalah meningkatkan taraf pendidikan seluruh
masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan dasar yang berkualitas dan meningkatkan akses
pendidikan. Perluasan pemenuhan hak dan kebutuhan dasar perlu menjadi perhatian untuk
peningkatan kualitas hidup terutama bagi masyarakat kurang mampu diantaranya pemenuhan
akses pendidikan. Oleh karena itu pendidikan menjadi fokus utama dalam pembangunan di
Kabupaten Tangerang. Salah satu langkah untuk memenuhi kebutuhan akses pendidikan adalah
Pembangunan Ruang Kelas, terutama untuk sekolah menumpang dan sekolah yang masih
membutuhkan Ruang Kelas Baru, hal ini untuk memenuhi standar SPM khususnya pemenuhan
target indikator Rasio Murid per kelas di Kabupaten Tangerang. Untuk memenuhi kebutuhan ruang
kelas diperoleh dari berbagai sumber anggaran baik dari APBD Kabupaten Tangerang maupun
bersumber dari APBN dalam bentuk Dana Alokasi Khusus dari Kementerian Pendidikan, dari
Kementerian Agama dalam bentuk pembangunan sekolah Madrasah di Kabupaten Tangerang dan
sumber pendanaan lainnya. Berbagai yayasan pengelola sekolah pun turut ambil bagian dalam
pencapaian target tersebut. SKPD yang terkait dengan program ini antara lain Dinas Pendidikan dan
Dinas Cipta Karya”..

Pengadaan Kartu Pintar


“Pendidikan menjadi kebutuhan dasar masyarakat Kabupaten Tangerang dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Sehingga pendidikan menjadi hak bagi seluruh masyarakat tidak
terkecuali untuk masyarakat kurang mampu. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Tangerang
memiliki inisiatif untuk menerbitkan kartu pintar untuk membuka akses layanan pendidikan seluas-
luasnya bagi masyarakat yang kurang mampu. Program yang mendukung KARTU PINTAR yaitu
Program Manajemen pelayanan pendidikan yang dilaksanakan dengan melalui penyediaan
beasiswa bagi keluarga kurang mampu.
Diharapkan pada akhir masa RPJMD dapat membuka akses layanan pendidikan yang memadai bagi
seluruh siswa MBR Kabupaten Tangerang. Pihak yang terkait dalam mengawal terwujudnya
penerbitan dan penerapan kartu pintar ini antara lain Dinas Pendidikan, BAPPEDA sebagai lembaga
yang memfasilitasi koordinasi instansi terkait dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai
instansi pendukung yang turut mensukseskan program ini”.
REFERENSI:

https://www.respublika.id/2017/12/22/tingkat-pendidikan-di-kabupaten-masih-
rendah/

http://agusbudipendidikanips.blogspot.co.id/2013/11/v-
behaviorurldefaultvmlo.html

https://tangerangkab.go.id/menu-konten/show-berita/1

Anda mungkin juga menyukai