PENDAHULUAN
Menurut data ketahanan pangan 2016 konsumsi pemakaian minyak goreng bekas di
Indonesia sebesar 483.575 ton/tahun. Penggunaan minyak goreng setelah tiga kali
pemakaian (rata – rata) menghasilkan minyak goreng bekas sebesar 40% dalam satu liter
828.803 jiwa (BPS Kota Samarinda.,2016), dan jumlah penduduk Indonesia 258.705.800
sehingga potensi bahan baku minyak goreng bekas di Samarinda sekitar 3.178,98
ton/tahun.
goreng bekas berkali – kali hingga berwarna gelap. Setelah berwarna gelap kebanyakan
minyak goreng langsung dibuang begitu saja sehingga dapat meningkatkan jumlah limbah
dan dapat merusak lingkungan. Untuk mengurangi peningkatan jumlah limbah, minyak
goreng bekas dapat dimanfaatkan menjadi bahan utama pembuatan biodiesel dan dapat
dimurnikan kembali menjadi minyak yang layak pakai sesuai dengan standar SNI yang
berlaku.
Minyak goreng bekas memiliki karakteristik kadar asam lemak bebas 1,0037%,
bilangan peroksida 0,0168 mg O2/100g, dan kadar air 23,50 % (Sumarlin dkk.,2008 dalam
Batara,2017). Pemurnian minyak goreng bekas biasanya dilakukan dengan proses adsorbsi.
Hasil yang didapat pada proses pemurnian minyak goreng bekas adalah minyak jernih yang
Minyak kelapa sawit digunakan dalam bindang makanan sekitar 83% (Gustone dan
Harwood, 2007 dalam Gustone,2011). Dalam bidang kuliner minyak goreng dapat
dimanfaatkan untuk membuat margarin, ice cream, keju, creamer, susu (Gustone,
2011:190).