Anda di halaman 1dari 23

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA 481/2014

TENTANG TATA CARA PENETAPAN SURVEYOR UNTUK VERIFIKASI ANALISA


KUALITAS DAN KUANTITAS PENJUALAN BATUBARA

DIREKTORAT PEMBINAAN PENGUSAHAAN BATUBARA


DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
LATAR BELAKANG
1. Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 bahwa :
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
2. Batubara milik Negara dikerjakan oleh Kontraktor/PKP2B dengan DHPB ke
Pemerintah sebesar 13,5% dari nilai jual batubara sedangkan untuk IUP OP Royalti
sebesar 3%, 5% dan 7% tergantung kualitas batubara
3. Pasal 12 Ayat (5) PerMen 17/2010 bahwa : Dalam hal pemegang IUP Operasi
Produksi batubara dan IUPK Operasi Produksi batubara menggunakan jasa surveyor
dalam rangka verifikasi kegiatan penjualan batubara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib menggunakan surveyor yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal atas nama
Menteri.
4. Perdirjen Minerba 481/2014 tentang Tata Cara Penetapan Surveyor Untuk Verifikasi
Analisa Kualitas dan Kuantitas Penjualan Batubara, sudah dibahas bersama
stakeholder diantaranya: produsen, buyer, end user, asosiasi surveyor, bea cukai,
kementerian perdagangan, APBI, sebanyak 4 kali.
SKEMA INSTRUMEN KEBIJAKAN HARGA BATUBARA
Catatan :
Untuk PKP2B diatur dalam Kontrak PKP2B Pasal 12 / 13
UU NO. 4/2009
Pasal 6 Ayat 1 K
PerMen 10/2014
PP NO. 23/2010 (1 Feb 2010)
Pasal 85
Kepdirjen 479/2014
PerMen No. 17/2010 (23 Sept 2010)
Pasal 11 Ayat 4 Pasal 21 Ayat 4 Pasal 13 Ayat 4 Pasal 21 Ayat 4 Pasal 12 Ayat 5

PerDirjen No. 515/2011 KepMen No. PerDirjen PerDirJen No. PerDirJen KepDirJen 481/
ttg Formula Harga 0617/2011 1348/2011 644/2013 480/2014 2014
Batubara ttg Harga ttg Harga sebagai ttg Batubara Jenis ttg Surveyor
(24 Maret 2011) Batubara Batubara untuk perubahan & Keperluan Batubara
ke PLN Pembangkit 999.K/2011 Tertentu
KepDirJen (3 Maret 2011) Listrik Mulut ttg Biaya
ttg Harga Batubara Tambang Penyesuaian
Bulanan (9 Des 2011) (21 Maret 2013) Kepdirjen 479/2014

HPB Marker & HPB


HBA
lainnya Coking Coal

Hard Coking Semi Soft Coking Pulverised Coal Injection


PERMASALAHAN KEGIATAN SURVEYOR dan SUPERINTENDING

Surveyor
1. Di lapangan ada potensi terjadinya penyimpangan oleh surveyor dalam penentuan
berat batubara dan kualitas batubara yang dijual.
2. Adanya Potensi bahwa Surveyor belum memahami tentang batubara merupakan
barang milik Negara.
3. Standar sertifikat, dalam PP 9 Tahun 2012 nilai kalori disebut dalam air dry basis
(adb), sedangkan Permen 17 Tahun 2010 dan turunannya Perdirjen 515 Tahun
2011 untuk menghitung harga batubara nilai kalori digunakan dalam gross as
received (gar).
4. Adanya potensi surveyor – surveyor asing yang bekerja di lapangan atas
permintaan pihak pembeli.

Pelaporan
1. Kewajiban Laporan untuk kontrol produksi dan penjualan batubara.
2. Data pembanding untuk kontrol produksi dan penjualan batubara.
PERAN SURVEYOR DALAM MEKANISME PERHITUNGAN DHPB/ROYALTI

Tariff dipengaruhi oleh


kualitas (kalori) dan kontrak
Kuantitas batubara Kualitas batubara perizinan (PKP2B / IUP)

Royalti = X Harga X Tarif


Tonase
/DHPB Jual

PKP2B = 13,5%
Hasil Perhitungan / Dipengaruhi oleh harga
Draught Survey Pasar / HPB berdasarkan IUP kalori (ADB)
kualitas < 5.100 = 3%
5.100 – 6.100 = 5%
Kualitas dan Kuantitas Batubara > 6.100 = 7%
ditentukan oleh hasil analisa dan
perhitungan Surveyor
MEKANISME FLOW BATUBARA

DRAUGHT SURVEY DRAUGHT SURVEY


(Kuantitas) (Kuantitas)

Analisa Kualitas Analisa Kualitas

Untuk menghitung batubara dalam bentuk curah (bulk material), saat


ini yang diakui secara internasional adalah perhitungan kuantitas
batubara dengan mengunakan draught survey.

Titik jual, pintu akhir keluarnya batubara, dilakukan draught survey, di mana
royalty / DHPB (Pendapatan Negara) diperhitungkan
POKOK BAHASAN DALAM PERDIRJEN 481/2014
Kegiatan penjualan batubara harus diverifikasi oleh surveyor yang
1. teregistrasi termasuk perusahannya di Ditjen Minerba. Merupakan Surveyor
dalam negeri, yaitu surveyor utama dan sewaktu – waktu dapat didampingi
oleh surveyor saksi atau surveyor witness yang ditunjuk oleh Dirjen
Minerba.(pasal 2 ayat 1 dan 3; pasal 9)

Transfer kuota batubara dalam rangka pengalihan kewajiban pemenuhan


2. Persentase Minimal Penjualan Batubara untuk kepentingan dalam negeri wajib
diverifikasi oleh surveyor. (pasal 2 ayat 2)

Format sertifikat keluaran hasil analisa kualitas dan perhitungan kuantitas


3. diseragamkan. Mencantumkan kualitas batubara ADB dan GAR dalam
sertifikat analisis, format pelaporan surveyor untuk data pembanding laporan
produksi, format LHV transfer kuota, dsb (pasal 4 ayat 4)

Sertifikat produk surveyor mencantumkan : nomor surat yang telah


dibakukan, terdapat nomor register minerba dan tandatangan dari setiap
4. petugas surveyor (Surveyor Utama) dan pejabat badan usaha surveyor
(Surveyor Utama). (pasal 4 ayat 4 dan lampiran I A-D)
POKOK BAHASAN DALAM PERDIRJEN 481/2014
5. Biaya verifikasi yang dilakukan oleh surveyor dibebankan kepada
badan usaha pertambangan batubara dan dapat diperhitungkan dalam
biaya penyesuaian penjualan batubara.(pasal 5 ayat 2 dan pasal 6)

Tugas Surveyor (pasal 4 dan 5) meliputi :


 Analisa kualitas batubara (CoA);
6.  Analisa kuantitas batubara (CoW);
 Verifikasi kuantitas batubara (B/L hasil draft) Vessel/barge/truck
(DMO);
 Verifikasi harga batubara (Opt);
 Verifikasi biaya penyesuaian batubara (Opt);
 Verifikasi jarak angkut batubara (Opt);
 Verifikasi dokumen pengapalan / pengangkutan lainnya (DMO).

Persyaratan untuk mengajukan permohonan menjadi pelaksana


7. verifikasi batubara untuk badan usaha maupun petugas surveyor,
disertai format contoh permohonan.
POKOK BAHASAN DALAM PERDIRJEN 481/2014
Persyaratan badan usaha surveyor dan petugas surveyor yang dapat ditetapkan
8. sebagai pelaksana verifikasi analisa penjualan batubara. (pasal 8)

Badan usaha survey pelaksana verifikasi penjualan batubara wajib melaporkan


9. kegiatan verifikasi yang dilakukannya secara tertulis disertai dengan dokumen
pengapalan disampaikan kepada Ditjen Minerba dan ditembuskan kepada
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara dan Bupati, Gubernur, serta
Dinas Pertambangan sesuai dengan kewenangannya. (pasal 11)

Dokumen yang wajib dimiliki dalam setiap pengapalan batubara, seperti


10. bill of lading, Surat Pemberitahuan Ekspor Barang untuk ekspor, Surat Izin
Berlayar dari Syahbandar, Certificate of Origin dari badan usaha pertambangan
batubara dan Laporan Surveyor untuk ekspor. (pasal 12)
POKOK BAHASAN DALAM PERDIRJEN 481/2014

11. Sanksi bagi badan usaha survey, petugas survey, maupun badan usaha
pertambangan batubara yang melakukan pelanggaran.(pasal 14)
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pelaksana verifikasi analisa penjualan batubara;
atau
c. pencabutan penunjukan pelaksana verifikasi analisa penjualan batubara;
atau
d. masuk daftar hitam / blacklist sebagi surveyor.
KESIMPULAN
1. Diharapkan Surveyor yang bertugas di garis depan dalam menghitung tonase
dan kualitas batubara dapat memiliki integritas yang tinggi dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas sesuai keahliannya untuk mengamankan
pendapatan Negara. Apabila terbukti melanggar, maka akan dikenakan sanksi.
2. Perdirjen ini sebagai tindak lanjut amanat dari Permen ESDM No. 17 / 2010.
3. Diharapkan agar setiap surveyor memiliki standar dan “mindset” yang sama
dalam bertugas.
4. Format sertifikat standar dan mengakomodir spesikasi yang dibutuhkan
dalam perhitungan penerimaan negara.
5. Surveyor bertanggungjawab penuh atas sertifikat yang dikeluarkan.
6. Surveyor dalam negeri diutamakan untuk melakukan verifikasi terkait
penjualan batubara.
7. Adanya kewajiban pelaporan dari surveyor, sehingga dapat mengontrol
produksi batubara nasional.
www.esdm.go.id
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai