Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN POST PARTUM

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN NY. H DENGAN POST PARTUM NORMAL

A.PENGERTIAN

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu.Postpartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi
komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam
(Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat-obatan (prawiroharjo, 2000).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (Mohtar,
1998).

B. ETIOLOGI

Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan


faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah,
2011)
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi
progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah
yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser
dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis
dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin
drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
C. TANDA DAN GEJALA

a. Perubahan fisik
1. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan sehingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang
keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa nyeri/mules-mules yang disebut after pain post
partum terjadi pada hari ke – 2-3 hari.

2. Kontraksi uterus
Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk mengurangi volume
cairan intra uteri. Setelah 1 – 2 jam post partum, kontraksi menurun stabil berurutan, kontraksi
uterus menjepit pembuluh darah pada uteri sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat
berhenti.
3. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke -3. After pain meningkat
karena adanya sisa plasenta pada cavum uteri, dan gumpalan darah (stoll cell) dalam cavum uteri
.
4. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum spunglosum, bagian
atas setelah 2 – 3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum sponglosum yang tinggal menjadi
nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu
endometrium tumbuh kembali.
Epitelisasi tempat plasenta + 3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut, tetapi endometrium
baru, tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.
5. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa terjadi pematangan sel telur, ovulasi
tidak dibuahi terjadi mentruasi, ibu menyusui mentruasinya terlambat karena pengaruh hormon
prolaktin.
6. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas, sifat lochia alkalis
sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak. Jumlah lebih banyak dari pengeluaran
darah dan lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.
7. Lochia dibagi dalam beberapa jenis :
a. Lochia rubra
Pada hari 1 – 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor amni, rambut
lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
b. Lochia sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3 – 7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak serum selaput
lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
c. Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 – 10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair dan tidak berdarah
lagi.
d. Lochia alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir, mengandung leukosit, sel epitel,
mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
8. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan pinggirnya tidak
rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat
persalinan sangat diregang lambat laun mencapai ukuran normal dan tonus otot kembali seperti
biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae mulai nampak kembali.
9. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena diregang begitu
lama. Setelah 2 – 3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae melipat, dastosis
recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang terlalu besar atau bayi kembar.
10. Perubahan Sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan eksresi cairan extra
vasculer.
Curah jantung/cardiac output kembali normal setelah partus
11. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan hiperemi karena
desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan obstruksi
dari uretra sehingga terjadi retensio urin. Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan
refleks miksi menurun.
12. Perubahan sistem Gastro Intestina;
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2 – 3 hari post partum. Penyebabnya karena
penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum karena episiotomi, laserasi, haemorroid
dan takut jahitan lepas
13. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari ketiga produksi ASI
sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang, membengkak, lebut, hangat dipermukaan
kulit (vasokongesti vaskuler)
14. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan kehamilan. Buah dada
belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola
mammae.
Colustrum yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 – 1,035 reaksi alkalis dan mengandung
protein dan garam, juga euglobin yang mengandung antibodi.
bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi
15. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan normal kembali dalam 24
jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina ataupun keringat,
dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
16. Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini akibat dari
bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring lepasnya placenta. Bertambahnya
volume darah menaikkan tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung dan akan
normal pada akhir minggu pertama.
17. Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan ataupun post
partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus diperhatikan secara serius.
18. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24 hari, setelah 1
minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin meningkat untuk proses laktasi
D. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara
nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta
lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-
kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

E. PATHFLOW
F. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut
“false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah
(bloody shoe).

Komplikasi Post Partum


a. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24
jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). Perdarahan Post
partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan
post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
- Episiotomi yang lebar
- Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
- Rupture uteri
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis
pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat berlangsungnya
proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat persalinan berlangsung
sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya
adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat
proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1) Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,
vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih
sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
c. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti
sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai
kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin
dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang
berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang
tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan
dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

F. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:


- Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
- Keadaan umum: TTV, selera makan dll
- Payudara: air susu, putting
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekres yang keluar atau lochea
- Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum ( adanya komplikasi perdarahan )
b. 6 – 8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke 1 – 2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang
senam nifas.
d. Hari ke – 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke – 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

2. Pemeriksaan penunjang. ( Siswosudarmo, 2008 )


- Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya.
- Keadaan umum: TTV, selera makan, dll.
- Payudara: air susu, putting.
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.
- Sekres yang keluar atau lochea.
- Keadaan alat kandungan.
Pemeriksaan penunjang post partum. ( Manjoer arif dkk, 2001 )
- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
I. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan, meliputi :
a. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini, adakah afterpains, nyeri luka jahitan perineum, adakah
perdarahan.
b. Riwayat kehamilan meliputi umur kehamilan serta riwayat penyakit yang menyertai.
c. Riwayat persalinan meliputi lama persalinan, GPA, proses persalinan, adakah komplikasi,
laserasi atau episiotomi.
d. Riwayat obstetric terdahulu, adakah komplikasi saat nifas, apakah ibu menyusui bayinya
secara eksklusif, adakah masalah waktu laktasi.
e. Riwayat KB, rencana ibu untuk KB selanjutnya.
e. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga, adakah penyakit menular maupun menurun.
f. Adakah kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari misalnya pola
makan, BAK, BAB, personal hygiene, istirahat maupun mobilisasi.
g. Obat / suplemen yang dikonsumsi saat ini misalnya tablet besi.
h. Perasaan ibu saat ini berkaitan dengan kelahiran bayi, penerimaan terhadap peran baru sebagai
orang tua termasuk suasana hati yang dirasakan ibu sekarang, kecemasan, kekhawatiran.
i. Adakah kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi sehari – hari.
j. Bagaimana rencana menyusui nanti ( ASI eksklusif atau tidak) , rencana merawat bayi dirumah
( dilakukan ibu sendiri atau dibantu orangtua / mertua )
k. Bagaimana dukungan suami atau keluarga terhadap ibu.
l. Pengetahuan ibu tentang nifas.
m. Adakah adat istiadat yang merugikan kesehatan pada masa nifas.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien dan kesadarannya.
2)
Ø Tanda – tanda vital, meliputi : tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan.
Ø Antopometri, meliputi : tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat badan setelah hamil, dan
total kenaikan berat badan.
3) Wajah.
· Pucat atau tidak.
· Chloasma gravidarum.
4) Mata, meliputi kondisi sclera dan konjungtiva.
5) Mulut dan gigi, meliputi adakah bau mulut, sariawan, caries, dan karang gigi.
6) Leher, meliputi adakah kelenjar gondok dan peningkatan tekanan JVP.
7) Payudara.
· Bagaimanakah proses laktasinya.
· Adakah pembesaran kelenjar / abses.
· Bagaimana keadaan putting susu ( menonjol / mendatar, adakah nyeri dan lecet putting )
· Kebersihan payudara.
· ASI / colostrum apakah sudah keluar.
· Adakah pembengkakan.
· Adakah radang atau benjolan abnormal.
8) Abdomen.
· Palpasi : ukur tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, posisi diastesis rekti.
· Auskultasi : bising usus.
· Kaji keluhan mules – mules ( hisroyen / his pengiring )
· Kaji bentuk abdomen.
· Kaji striae.
· Kaji linea rubra.
· Adakah bekas operasi.
9) Kandung kemih.
· Adakah distensi urine.
· Kandung kemih kosong / penuh.
10) Genetalia dan perineum.
· Pengeluaran lochea ( jenis, warna, jumlah, bau )
· Adakah oedema atau memar pada dinding vagina.
· Adakah peradangan.
· Adakah nyeri.
· Kaji jahitan dan keadaan luka episiotomy.
· Adakah nanah.
· Tanda – tanda infeksi pada luka jahitan.
· Kebersihan perineum.
· Adakah hemorrhoid pada anus.
11) Ekstremitas bawah.
· Pergerakan.
· Adakah gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan nyeri.
· Adakah oedema dan varises.
· Adakah human’s sign.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d pembatasan masukan cairan salama proses persalinan.
2. Menyusui in efektif b.d tingkat pengetahuan, karakteristik fisik payudara ibu.
3. Gangguan eliminasi BAK b.d distensi kandung kemih, perubahan-perubahan jumlah
/ frekuensi berkemih.
4.Gangguan pola tidur b.d respon hormonal dan psikologis, nyeri atau ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
5.Kurang pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi
K. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
No Tujuan
keperawatan Intervensi Rasionalisasi

1 Nyeri b/d Tupen : a. kaji sifat, lokasi a. membantu mengidentifikasi


adanya luka Nyeri hilang dalam dan derajat faktor – faktor yang
episiotomi waktu 2×24 jam ketidaknyamanan memperberat
Tupen : b. ketidaknyamanan
Kebutuhan rasa berikan informasi
nyaman terpenuhi yang tepat tentang
perawatan rutin
selama post natal
2 Resiko infeksi Tupen : a. pantau tanda – a. peningkatan suhu sampai
b/d masuknya Meminimalisasikan tanda vital dengan 38.3oC dalam 24 jam pertama
mikroorganisme resiko infeksi rutin dan sesuai sangat menandakan infeksi
seminimal indikasi catat b. Diagnosis dini dari infeksi
mungkin tanda – tanda lokal dapat mencegah
Tupen : menggigil, penyebaran kejaringan
Resiko infeksi anoreksa atau c. mencegah infeksi dari
tidak terjadi malaise penyebaran kejaringan sekitar
b. infeksi sisi atau aliran darah
perbalkan
episiotomi setiap 8
jam
c.kolaborasi
dengan tim dokter
dalam pemberian
antibiotik
3 Cemas b/d Tupen : a. kaji a. membantu dalam
perawatan luka Cemas berkurang pengetahuan dan mengidentifikasi kebutuhan
yang tidak dalam waktu 24 pengalaman klien saat ini dan mengembangkan
efektif jam tentang perawatan rencana keperawatan
Tupen : luka b. membantu menjamin suplai
Cemas hilang dan b. berikan perawatan luka yang adekuat
klien mampu informasi perbal dan mencegah komikasi luka
mengatasi rasa dan tertulis episiotomi
cemas dengan mengenai fisiologi c. teknik ang tepat biasanya
bekal pengetahuan dan keuntungan membantu penyembuhan luka
yang cukup tentang merawat luka episiotomi dengan cepat
merawat luka episiotomi dan d. informasi yang didapat
menjaga dapat klien dapat mengurangi
kebersihan tingkat kecemasan
c. Demostrasikan
dan tinjau teknik –
teknik perawatan
luka
d. berikan
informasi tentang
pentingnya
perawatan luka
episiotomi

L. PENGGUNAAN REFERENSI

Retno Setyo, Handayani. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta :
Gosyen Publishing
Sujiyatini, Nurjanah, Kurniati Ana. 2010. ASUHAN IBU NIFAS ASKEB III. Yogyakarta :
Cyrillus Publisher
Handayani Sri. 2011. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta.
http://www.slideshare.net/septianraha/asuhan-keperawatan-pada-ny-d-dengan-post-partum-
normal-di-wilayah-kerja-puskesmas-delanggu-klaten diakses pada tanggal 22 Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai