Anda di halaman 1dari 6

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Penyusun

TRADISI PAPUA
Papua adalah pulau paling timur di Indonesia yang sudah terkenal
karena keindahan alamnya yang luar biasa. Tidak hanya alam, Papua
juga kaya dengan tradisi dan budaya lokal yang unik.

Salah satu budaya lokal Papua yang sudah cukup terkenal adalah budaya
tari-tarian yang memang sering ditampilkan di luar Papua. Namun, tidak
banyak yang tahu bahwa selain tari-tarian, masih banyak sekali tradisi
dan budaya unik yang tersimpan di Papua, seperti budaya dan tradisi
berikut yang pasti belum pernah kamu ketahui.

1.Barapen

Tradisi ini adalah salah satu tradisi tertua di Papua yang biasa dilakukan
sebagai simbol rasa syukur dan persaudaraan, tetapi di beberapa daerah
tertentu, tradisi ini juga dilakukan dalam upacara kematian.
Tradisi ini umumnya dikenal dengan sebutan barapen. Pada dasarnya
barapen adalah tradisi masyarakat Papua yang memasak beberapa jenis
makanan seperti ubi, singkong, daging hewan dan sayur-sayuran diatas
batu-batu yang sudah dipanaskan. Tapi, cara memasaknya tidak bisa
sembarangan.

Barapen akan dimulai dengan menyiapkan lubang untuk tempat


menyusun kayu bakar dan batu, beserta bahan makanan yang akan
dimasak. Setelah itu, batu-batu yang sudah dikumpulkan akan disusun
berdasarkan ukuran di atas susunan daun-daun pisang. Batu yang besar
akan diletakkan di bagian paling bawah.

Di atasnya akan disusun kayu bakar, lalu kayu bakar tersebut akan
ditutup dengan batu-batu yang ukurannya lebih kecil. Selanjutnya adalah
proses pembakaran untuk memanaskan batu. Setelah itu barulah bahan
makanan disusun sedemikian rupa di atas batu dan disantap bersama
setelah matang.

Tradisi Potong Jari

Tradisi unik ini hanya bisa kamu temukan di suku Dani yang tinggal di
wilayah Lembah Baliem, Papua. Tradisi ini dilakukan oleh suku Dani
sebagai tanda duka yang sangat dalam karena kehilangan salah satu
anggota keluarga mereka yang meninggal dunia. Selain itu, tradisi ini
juga harus dilakukan mencegah kembali malapetaka yang menyebabkan
kematian dalam keluarga tersebut.

Tradisi ini dilakukan setelah prosesi pemakaman dengan langsung


memotong salah satu jari anggota keluarga yang berduka dengan pisau,
kapak atau parang.

Cara lain yang juga biasa dilakukan adalah dengan menggigit ruas jari
hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali supaya aliran darah
terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dipotong.
Ararem

Tradisi Ararem adalah salah satu tradisi perkawinan suku Biak di Papua
yang dilakukan pada saat keluarga besar mempelai pria hendak
mengantar mas kawin kepada keluarga mempelai wanita. Tradisi ini
dilakukan dengan berjalan kaki sambil membawa seserahan berupa
piring-piring adat, guci dan lain lain.

Uniknya, kebanyakan tradisi ararem ini dilakukan dengan berarak-arakan


sambil mengibarkan bendera merah putih. Sampai sekarang, belum ada
keterangan pasti mengapa tradisi ini selalu identik dengan pengibaran
bendera negara. Yang pasti, inilah yang membuat tradisi ini begitu unik
dan pasti hanya bisa kamu temui di Papua.

Mansorandak (Tradisi Injak Piring)

Mansorandak adalah sebuah tradisi turun temurun suku Biak di Teluk


Doreri, Manokwari, Papua Barat untuk menyambut anggota keluarga yang
baru kembali dari tanah rantau dalam kurun waktu yang cukup lama.
Lewat tradisi ini, masyarakat Doreri mengungkapkan rasa syukur dan
gembira mereka atas kepulangan anggota keluarga mereka dan untuk
membersihkannya dari roh-roh jahat yang mungkin didapatnya di tanah
rantau.
Tradisi mansorandak ini dimulai dengan prosesi mandi kembang berbagai
rupa di atas piring adat. Selanjutnya, sang perantau akan masuk ke
sebuah ruangan khusus di dalam rumah bersama dengan keluarga
besarnya dan harus mengitari sembilan piring adat sebanyak sembilan
kali putaran.

Angka sembilan melambangkan sembilan marga suku Doreri di


Manokwari. Prosesi ini diakhiri dengan penginjakan replika buaya sebagai
lambang tantangan, penderitaan dan cobaan hidup yang akan menyertai
jalan hidup sang perantau. Prosesi mansorandak ini berakhir dengan
kegiatan makan bersama.

Uniknya, pada prosesi ini seluruh makanan utama seperti daging, ikan,
hingga sirih dan pinang akan digantung di bagian atas rumah dan baru
boleh disantap setelah mendapat aba-aba dari para sesepuh adat Doreri.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Mansorandak di Manokwari sekarang
hanya dilakukan dengan menyiramkan air pada sang perantau sebelum
masuk kerumah tanpa pengitaran piring adat dan makan bersama.

Pada acara penting seperti penyambutan tamu negara yang datang ke


Manokwari, tradisi injak piring ini tetap dilakukan secara simbolis dengan
meminta para tamu untuk menginjak piring adat sebagai tanda syukur
masyarakat Manokwari atas kunjungan para tamu.

MAKALAH
OTKHK
DI

OLEH:

KELOMPOK : III

AUDI

M. RAJAB

HASRIATI

LUTFI

NUR. ALISA IDRIS

SMKN 1 TINAMBUNG

TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai