Anda di halaman 1dari 10

PERUSAHAAN MULTINASIONAL

DEFINISI PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Perusahaan bisnis multi nasional adalah perusahaan yang memiliki beberapa pabrik
yang berdiri di negara yang berbeda-beda. Penyesuaian dengan budaya di tiap
negara yang dimasuki adalah suatu keharusan untuk dapat bertahan dan sukses.
Dengan mendirikan banyak unit produksi di negara lain diharapkan dapat
menghemat biaya ongkos produksi dan distribusi produk hingga sampai ke tangan
konsumen akhir.

PENGERTIAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak


negara, perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki
kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya
memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global.

Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana
banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena
pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber
finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi masyarakat dan melobi politik.

Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan
negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas
mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi
lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik
politik regional seringkali menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak,
bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan
lingkungan yang memadai.

PMN seringkali memanfaatkan subkontraktor untuk memproduksi barang tertentu


yang mereka butuhkan.Perusahaan multinasional pertama muncul pada 1602 yaitu
Perusahaan Hindia Timur Belanda yang merupakan saingan berat dari Perusahaan
Hindia Timur Britania.

CIRI-CIRI PERUSAHAAN MULTINASIONAL

PBB dalam laporan tahunan 1973 mendefinisikan Perusahaan Multinasional sebagai


suatu perusahaan yang kegiatan pokoknya meliputi usaha-usaha
pengolahan/manufaktur atau pembrian jasa dalam sedikitnya dua negara.
Perusahaan Mutinasional merupakan sumber dari penanaman modal asing
langsung dan jumlahnya merupakan ukuran kegiatan perusahaan itu. Sebagian
besar dari penanaman modal asing di negara-negara sedang berkembang
diusahakan di bidang sumber daya alam, sisanya dibidang pengolahan,
perdagangan, prasarana, transport, perbankan, turisme, dan jasa-jasa lainya.

JENIS-JENIS STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Ø Setiap struktur membutuhkan pemrosesan informasi masing-masing

Ø Devinisi Fungsional Sedunia

o Diorganisasi bedasarkan fungsi

o Bidang fungsional anak perusahaan melaporkan langsung kepasangan


fungsional mereka diperusahaan induk.

o Perencanaan strategis dilakukan eksklusif puncak din perusahaan induk karena


data yang mengintregasikan seluruh operasi tidak dapat pada level rendah.

Ø Divisi internasional

o Semua anak perusahaan melapor pada divisi internasional MNC yang dipisah
dari divisi Domestik.

Ø Wilayah Geografis

o Tiap wilayah bertanggung jawab atas anak perusahaan yang berlokasi dalam
batasnya.

o Tidak adanya komunikasi antar wilayah.

o Hubunan pelapor antara anak dan induk.

Ø Divisi produk sedunia

o Divisi ini bertanggung jawab pada operasi mereka sendiri diseluruh dunia.

o Membantu mengenali berbagai ragam kebutuhan dari berbagai anak


perusahaan.

KEBAIKAN DAN KEBURUKAN PERUSAHAAN MULTI NASIONAL

KEBAIKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Ø Menambahkan devisa negara melalui penanaman di bidang ekpor,

Ø Mengurangi kebutuhan devisa untuk impor disektor industri,

Ø Memodernisir industri

Ø Ikut mendukung pembangunan nasional


Ø Menambah kesempatan kerja dengan membuka lapangan kerja baru

KEBURUKAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Makin banyaknya Perusahaan Multinasional yang didirikan dapat mempengauhi


kekusaan ekonomi negara. Tetapi, jika jumlahnya sedikit, maka arti kuantitatifnya
tidak banyak.

Perusahaan Multinasional tersebut memperoleh hasil berupa :

Ø Keuntungan yang akan dialihkan ke luar negeri kepada pemegang sahamnya.

Ø Penyusutan/depresiasi, dalam praktek sering digunakan untuk menyembunyikan


keuntungan-keuntungan agar tidak terkena pajak. Dapat merusak kehidupan politik
dan ekonomi negara.

CONTOH PERUSAHAAN MULTINASIONAL

DIBAWAH INI MERUPAKAN SALAH SATU CONTOH PERUSAHAAN


MULTINASIONAL .

MULTINASIONAL DUNKIN’DONUTS di INDONESIA

Dewasa ini pertumbuhan Perusahaan Multinasional (Multinational Corporations)


semakin berkembang pesat. Eksistensi Multinational Corporations (selanjutnya
disebut MNC) sendiri sudah ada sejak lama, bahkan sejak sebelum Perang Dunia I
dimulai. Sejak awal kehadirannya, hingga pertengahan tahun 1980an MNC sudah
tumbuh berkali-kali lipat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan perdagangan dunia.
MNC memiliki jenis-jenis yang beragam, mulai dari perusahaan eksplorasi tambang
migas dan mineral, perusahaan-perusahaan manufaktur, hingga ke bidang
pendidikan serta gerai-gerai pangan seperti kafe. Salah satu Perusahaan
Multinasional yang bergerak di bidang kafe ataupun gerai-gerai pangan adalah
Dunkin’ Donuts, atau yang lebih akrab disingkat dengan sebutan DD.

Dunkin’ Donuts sendiri mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1985, dengan gerai
pertamanya di Jl. Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Sebenarnya, Dunkin’ Donuts bukan
merupakan perusahaan donut multinasional pertama yang masuk ke Indonesia. Di
tahun 1968, American Donut merupakan perintis donat pertama yang digoreng
dengan mesin otomatis di Pekan Raya Jakarta. Selain membuka gerainya di pekan
raya, American Donut juga membuka gerainya di berbagai tempat di Jakarta. Selain
itu, masih ada perusahaan-perusahaan multinasional donut lainnya yang juga
berusaha mengimbangi gerak Dunkin’ Donuts, seperti Country Style Donuts asal
Kanada, Donuts Xpress asal Australia, Krispy Kreme yang juga berasal dari AS,
serta masih banyak lagi perusahaan-perusahaan donut lainnya.
Meskipun demikian, Dunkin’ Donuts-lah yang dinilai paling berhasil dalam
meluaskan jaringan pasarnya di Indonesia, bahkan di dunia.Dunkin’ Donuts telah
berhasil membuka lebih dari 8.800 gerai donatnya di lebih dari 35 negara di
berbagai benua. Di Indonesia sendiri Dunkin’ Donuts telah membuka 200 gerai lebih
di kota-kota besar di seluruh Indonesia, seperti Medan, Yogyakarta, Bandung, Bali,
Surabaya, Makassar, Jakarta, dan kota-kota lainnya di Indonesia. Dunkin’Donuts
telah berhasil menjadi model dalam hal pelayanan serta konsep gerai yang
dimilikinya. Bahkan Dunkin’Donuts terkadang dianggap sebagai bayang-bayang bagi
perusahaan donut lainnya. Di Jogjakarta, Dunkin’ Donuts telah merambah ke mall-
mall, swalayan serba ada, jalan-jalan di malioboro, hingga ke bookstore-bookstore
seperti Gramedia.

Kembali kepada isu mengenai MNC yang mengundang banyak polemik dari
berbagai kalangan, terutama mengenai kehadirannya di Negara-Negara Dunia
Ketiga. Perusahaan-perusahaan Multinasional dianggap sebagai ancaman bagi
usaha-usaha lokal di negara tempat ia berada. Namun, meskipun demikian,
pemerintah negara-negara tersebut tetap saja saling berlomba-lomba (bidding wars)
untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di negara mereka dalam
bentuk Foreign Direct Investment. Kehadiran MNC terkadang memang membawa
keuntungan dan kerugian. Hal inilah yang menjadi perdebatan antara pihak-pihak
yang pro dan kontra atas kehadiran Perusahaan Multinasional di negara mereka.

Pihak yang kontra berpendapat bahwa Perusahaan Multinasional dalam praktiknya


membawa lebih banyak kerugian daripada keuntungan bagi negara mereka. Salah
satu isu yang paling kontroversial mengenai kehadiran MNC—terutama di negara-
negara berkembang—adalah isu mengenai outsourcing. Selain itu, terkadang
kedaulatan nasioal juga tergadaikan dengan adanya upaya MNC untuk masuk ke
dalam negara tersebut. Upaya alih teknologi yang pada mulanya diisukan sebagai
keunggulan dari masuknya perusahaan multinasional di negara-negara berkembang
ternyata tidak terbukti. Di samping itu, masih banyak lagi reaksi-reaksi negatif
lainnya yang bermunculan akibat masuknya perusahaan multinasional di negara-
negara dunia ketiga.

Namun, terkadang orang menjadi lupa bahwa kehadiran Perusahaan Multinasional


sebenarnya tidak hanya membawa dampak yang negatif saja bagi negara penerima.
Selain membawa modal asing dan pemasukan berupa pajak, MNC sebenarnya juga
membawa dampak positif lainnya. Perbincangan mengenai MNC tidak akan
berkembang jika hanya mengenai dampak negatif yang dibawa oleh MNC saja.
Kehadiran MNC sebenarnya bisa menjadi stimulus bagi berkembangnya usaha-
usaha lokal sejenis yang ada bagi negara penerima. Salah satu contoh kasus yang
disajikan dalam tulisan ini adalah kehadiran Dunkin’Donuts yang memacu hadirnya
usaha-usaha donut lokal seperti J.CO, I-Crave, Java Donut, dan lain sebagainya.

Dengan menggunakan studi kasus yang ada, tulisan ini diarahkan untuk menjawab
beberapa pertanyaan berikut: “Bagaimana masuknya Dunkin’Donuts di Indonesia?”
Apa dan bagaimana pengaruh kehadirannya di Indonesia? Serta bagaimana
dampak Dunkin’Donuts terhadap pertumbuhan dan perkembangan usaha-usaha
lokal?” Dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, tulisan ini
berusaha memberikan pemikiran yang positif bahwa kesempatan untuk memperoleh
keuntungan Ekonomi-Politik Internasional melalui kegiatan Multinational
Corporations tidak hanya dimiliki oleh negara-negara ekonomi maju. Akan tetapi,
negara-negara berkembang juga dapat mengupayakan hal yang sama melalui MNC.

MASUKNYA DUNKIN’ DONUTS DI INDONESIA

Dunkin’Donuts pertama kali masuk ke Indonesia melalui Penanaman Modal Asing


Langsungnya dengan membuka perusahaan pertamanya di Jakarta. Dunkin’ Donuts
sebelumnya juga telah membuka cabang-cabangnya (franchise) di berbagai negara,
seperti negara-negara di Eropa.

Sebelumnya, dengan mengacu pada UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman


Modal Asing, mari kita lihat terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan penanaman
modal asing: “Pengertian penanaman modal asing di dalam undang-undang ini
hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan …
berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang …. dan yang digunakan untuk
menjalankan Perusahaan di Indonesia…” Sedangkan yang dimaksud dengan Modal
Asing dalam undang-undang tersebut adalah: “Alat pembayaran luar negeri yang
tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan
Pemerintah digunakan untuk pembiayaan Perusahaan di Indonesia.” Salah satu
bentuk pembiayaan yang dilakukan oleh Perusahaan Multinasional di Indonesia
adalah dalam bentuk pajak (taxation).

Dunkin’Donuts pada mulanya tumbuh dan berkembang di kota Boston, Amerika


Serikat pada tahun 1940 (dengan nama awal Open Kettle). Kemudian perusahaan
ini terus tumbuh dan berkembang hingga akhirnya pada tahun 1970, Dunkin’Donuts
telah berhasil menjadi perusahaan dengan merek internasional. Kemudian pada
tahun 1983 perusahaan Dunkin’Donuts dibeli oleh Domecq Sekutu (Allied Domecq)
yang juga membawahi Togo’s dan Baskin Robins. Di bawah Allied Domecq,
perluasan pasar Dunkin’Donuts secara internasional semakin diintensifkan. Hingga
akhirnya gerai Dunkin’Donuts tersebar tidak hanya di benua Amerika saja, tetapi
juga meluas ke benua-benua seperti Eropa dan Asia.

Di Indonesia sendiri, Dunkin’ Donuts mulai merambah pasarnya pada tahun 1985
dengan gerai pertama didirikan di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Khusus
wilayah Indonesia, master franchise Dunkin’Donuts dipegang oleh Dunkin’ Donuts
Indonesia. Saat pertama kali Dunkin’Donuts membuka gerai pertamanya di
Indonesia (pada tahun 1980-an), tidak ada reaksi keras dari masyarakat yang
menentang perusahaan tersebut untuk masuk. Masyarakat cenderung menganggap
positif atas upaya perusahaan tersebut dalam memperluas jaringan pasarnya.
Mereka justru cenderung merasa senang atas hadirnya Dunkin’Donuts di Indonesia.

PENGARUH KEHADIRAN DUNKIN’ DONUTS DI INDONESIA

Hadirnya suatu Perusahaan Multinasional baru, tentunya membawa pengaruh bagi


negara penerima perusahaan tersebut. Demikian pula kehadiran Dunkin’Donuts
sendiri yang juga membawa pengaruh bagi masyarakat.

Secara sosial, pengaruh yang dibawa oleh perusahaan Dunkin’Donuts tidak


membawa dampak yang signifikan bagi pola kehidupan masyarakat. Ada yang
berpendapat bahwa kehadiran MNC dapat mengubah pola hidup masyarakat
menjadi lebih konsumtif. Masyarakat dinilai akan saling berlomba-lomba dalam
menggunakan (mengonsumsi) produk dari Perusahaan Multinasional tersebut untuk
menunjukkan strata sosial mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, dalam
hal ini tidak terjadi demikian. Sebelum kehadiran Dunkin’Donuts sendiri (tahun
1985), sudah ada American Donuts yang masuk terlebih dahulu pada tahun 1968.
Sementara, donuts sendiri bukanlah suatu produk makanan yang baru. Ia sudah ada
dan populer di tengah-tengah masyarakat sama seperti halnya roti

Sedangkan mengenai isu outsourcing yang juga dinilai akan memberikan kontribusi
bagi peningkatan jumlah penduduk perumahan kumuh di daerah perkotaan tidak
berlaku bagi kehadiran perusahaan ini. Produksi donut yang dihasilkan dari
perusahaan ini menggunakan teknologi mesin penggoreng otomatis. Sehingga,
tenaga manusia yang digunakan lebih banyak bergerak di bidang Manajemen dan
Pelayanan. Hal ini justru membawa dampak yang positif bagi masyarakat, yaitu yang
paling pokok adalah mengurangi angka pengangguran dan memberdayakan
produktivitas sumber daya manusia. Selain itu, bagi masyarakat pribadi, hal ini
dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam bidang manajemen dan
pemasaran ditambah lagi dengan perluasan jaringan kerja (work networking).

Sedangkan secara ekonomi, kehadiran dan keberadaan Dunkin’Donuts tidak sampai


mengancam eksistensi (keberadaan) usaha-usaha donut lokal yang ada. Buktinya
saja sampai saat ini kita masih menjumpai penjual-penjual yang menjajakan donut
buatan industri rumah tangga ataupun industri kecil. Baik di pasar-pasar tradisional,
sekolah-sekolah maupun kantor, warung, serta pedagang-pedagang keliling.
Kehadiran Dunkin’Donuts dianggap sebagai salah satu varian dari jenis-jenis donut
yang ada. Selain itu, adanya segmentasi pasar tersendiri dari Dunkin’ Donut,
membuat eksistensi usaha-usaha donut lokal yang ada tetap terjaga.
Ada satu hal yang menarik dari pengaruh kehadiran Perusahaan Multinasional
Dunkin’Donuts di Indonesia. Secara empiris, hadirnya Dunkin’ Donuts telah
menstimulus timbulnya persaingan dari perusahaan lokal sejenis. Terbukti saat ini
mulai banyak bermunculan perusahaan donut lokal yang menghasilkan donut-donut
berkualitas sampai dengan yang berorientasi pada bentuk resto donut dan kopi.
Sebut saja donut I-Crave, Java Donut, Donut Kampoeng Utami (Dku. Donuts
Indonesia), Ring Master, sampai perusahaan donut J.CO (milik penata rambut
Indonesia ternama, Johnny Andrean) yang semakin digemari para penikmat donut.
Dunkin’ Donuts yang merupakan restoran donut dan kopi dengan jaringan terbesar
di dunia saat ini terbukti mampu merangsang pertumbuhan perusahaan donut lokal
yang ada.

Saat ini bahkan perusahaan donut J.CO dinilai mampu menandingi Dunkin’Donuts
dalam hal pelayanan dan kualitas produk yang ditawarkan (berdasarkan jumlah
pengunjung yang datang dan antre setiap harinya). Hal ini mungkin sejalan dengan
istilah laissez-faire (“let be” atau biarkan saja). Di mana pemerintah membiarkan
“Perusahaan” masuk dan berkembang hingga akhirnya mampu memicu persaingan
dengan pengusaha lokal. Hal ini mungkin juga sejalan dengan prinsip liberalisme
dalam tulisan Adam Smith (1776), yaitu teori The Invisible Hand. Smith yakin pada
sifat baik manusia yang mau bekerjasama dan konstruktif. Masyarakat bisa saling
bekerja dalam keselarasan dengan sesamanya, walaupun bersaing dalam melayani
pelanggan yang sama ataupun menghasilkan produk yang sama.

DAMPAK KEHADIRAN DUNKIN’ DONUTS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN USAHA LOKAL

Telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa keberadaan Perusahaan


Multinasional Dunkin’Donuts terbukti tidak sampai mengancam eksistensi
(keberadaan) perusahaan lokal yang ada. Pedagang-pedagang tradisional banyak
yang menjajakan donut-donut dari usaha industri kecil ataupun usaha rumah tangga.
Bahkan saat ini pun industri rumahan tersebut banyak yang mengadaptasi adonan
kue donat yang lebih lembut. Adanya segmentasi pasar juga menjamin
keberlangsungan perusahaan donut-donut lokal. Sehingga kehadiran Dunkin’Donuts
tidak terlalu mengancam usaha-usaha tersebut.

Di samping itu, saat ini pun sudah mulai banyak perusahaan-perusahaan donut lokal
yang mampu menghasilkan produk-produk donut berkualitas. Bahkan sebagian dari
mereka sudah mempunyai nama ataupun membuka gerai berkonsep resto donut
dan kopi seperti halnya Dunkin’Donuts. Sebut saja donut I-Crave, Java Donut, J.CO,
Donut Oishii, Mister Donut, dan lain sebagainya. Donut-donut lokal ini juga tidak
kalah digemarinya oleh para penikmat donut. Sebuah polling dalam sebuah situs
internet baru-baru ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kegemaran para penikmat
donut terhadap rasa dari jenis-jenis donut yang ada, baik lokal maupun yang dari
luar.

Poll Question: Donat mana yang paling Anda sukai?

Dunkin Donuts

11 (29.7%)

J. CO

18 (48.6%)

Krispy Kreme

0 (0%)

iCrave

1 (2.7%)

Donat pasar (yg tidak bermerek)

4 (10.8%)

Donat Kentang

2 (5.4%)

Tidak suka donat sama sekali

1 (2.7%)

Total Voters: 37

Keterangan:

Donut Lokal = J.CO, iCrave, Donut Pasar dan Donut Kentang

Donut dari Perusahaan Multinasional = Dunkin’Donuts dan Krispy Kreme

Di sini terlihat bahwa jumlah para penikmat donut lokal ternyata jumlahnya justru
lebih banyak (sekitar 70%) dibandingkan jumlah penikmat donut dari Perusahaan
Multinasional seperi Dunkin’Donuts (30% sisanya). Hal ini karena adanya
segmentasi pasar yang berbeda selain karena adanya permasalahan mengenai cita
rasa.
Salah satu dari perusahaan-perusahaan donut lokal yang mampu bersaing dengan
Perusahaan Dunkin’Donuts adalah J.CO (perusahaan milik penata rambut Johnny
Andrean). J.CO mulai berdiri sejak tahun 2005. Perusahaan ini bahkan dianggap
mampu menyaingi Dunkin’Donuts dalam hal cita rasa dan pelayanan. J.CO pun
telah membuka gerai-gerainya di mall-mall besar di kota-kota besar di Indonesia.
J.CO dianggap sebagai salah satu perusahaan donut lokal yang mampu keluar dari
bayang-bayang Perusahaan Multinasional Dunkin’Donuts.

Perusahaan donut J.CO dianggap sebagai perusahaan donut lokal yang berhasil
membuat gebrakan dalam bisnis di bidang resto donut dan kopi. J.CO dianggap
berhasil “tampil beda” dengan para pemain sebelumnya karena berhasil
menawarkan konsep gerai baru. J.CO menggunakan konsep gerai “Open Kitchen”
(sama seperti Bread Talk, keduanya juga berada dalam satu payung perusahaan
yang sama). Namun, bukan hanya konsep gerai saja yang membuat J.CO dianggap
lebih unggul daripada Dunkin’Donuts. Kualitas jasa (tingkat pelayanan) J.CO juga
dinilai lebih baik daripada tingkat pelayanan Dunkin’Donuts.

Di samping itu, kualitas produk dalam hal rasa dan bahan J.CO juga dinilai lebih baik
dan lebih berkualitas. J.CO dinilai lebih legit dan lebih lembut bagi para penikmat
donut dibandingkan dengan rasa Dunkin’ Donuts. Bahan-bahan yang digunakan
juga dinilai baik dan sehat. Misalnya, coklat putih Belgia, yoghurt dan susu bebas
lemak, biji kopi yang dikembangkan dari Brazil—dan lain sebagainya—yang
memang dinilai sebagai bahan-bahan yang berkualitas. Selain itu, teknologi mesin
penggoreng yang digunakan juga diimpor langsung dari Amerika Serikat.

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lokal juga mampu memiliki kualitas dalam
hal produk, pelayanan, maupun sistem manajemen yang tidak kalah dengan
Perusahaan-Perusahaan Multinasional. Ditambah lagi, perusahaan J.CO juga
memiliki “wadah” komunitas berupa J.CO Community dan jejaring sosial berupa
facebook. Sehingga memudahkan J.CO untuk menyalurkan info-info kepada para
pelanggannya, baik berupa launching gerai ataupun outlet baru, promosi produk,
sampai dalam hal pelayanan baru misalnya berupa Midnite Sale. Event-event
ataupun kegiatan-kegiatan yang diadakan perusahaan tersebut, biasanya juga
diinformasikan melalui sarana media tersebut. Hal ini membuat perusahaan J.CO
semakin dekat dengan para pelanggannya.

Tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri (tingkat lokal) saja. J.CO
Donuts & Coffee Indonesia juga telah membuka cabang-cabangnya di negara-
negara Asia Tenggara.seperti Malaysia, Singapura dan Filipina. Di Malaysia sendiri,
J.CO Donuts & Coffee telah membuka gerainya di Kuala Lumpur dan Petaling Jaya,
Selangor—yang dianggap sebagai pusat kegiatan ekonomi Malaysia. Saat ini
bahkan J.CO dianggap sebagai waralaba resto Donut & Coffe yang laju
pertumbuhannya paling cepat di Asia Tenggara.
Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa, perusahaan-perusahaan lokal
terbukti juga tidak kalah bersaing dengan Perusahaan-Perusahaan Multinasional
yang berasal dari luar negeri. Bisnis di bidang pangan berupa resto Donut & Coffe
merupakan salah satu contoh kemajuan yang dimiliki oleh usaha-usaha lokal. Masih
banyak lagi usaha-usaha lokal yang juga “memiliki nama” di tingkat regional bahkan
global. Misalnya saja perusahaan Mustika Ratu ataupun Sari Ayu yang merupakan
produk di bidang kecantikan. Hal ini tentunya juga menjadi pemicu bagi perusahaan-
perusahaan lokal lainnya untuk turut bersaing di era globalisasi ini. Tidak selamanya
Perusahaan Multinasional hanya dikuasai oleh negara-negara ekonomi maju.
Bahkan saat ini disebutkan bahwa para pelaku MNC dari negara-negara ekonomi
maju eksistensinya mulai terancam, karena mendapatkan saingan yang cukup ketat
dari negara-negara industri berkembang serta negara-negara berkembang lainnya
(new emergent forces).

Anda mungkin juga menyukai