Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) merupakan bagian dari
rangkaian gunung api aktif di Pulau Jawa yang berada di bagian selatan ibukota
Surabaya, Jawa Timur. Kompleks gunung api ini juga merupakan salah satu dari
sekitar 50 gunung api aktif di Pulau Jawa berumur Kuarter, di mana gunung api
ini berhubungan dengan sistem subduksi (Setijadji, 2010).
Keberadaan vulkanisme dan struktur geologi di KGAW dan sekitarnya
tercermin dari hasil pengamatan melalui citra model elevasi digital (DEM) yang
menunjukkan bahwa lebih dari sebagian daerah penelitian terdiri dari beberapa
pusat erupsi gunung api. Kemunculan pusat erupsi Gunung Arjuno, Gunung
Bakal, Gunung Kembar-II, Gunung Kembar-I, dan Gunung Welirang yang
berorientasi utara baratlaut-selatan baratdaya merupakan suatu fenomena yang
menarik dan mengindikasikan adanya kontrol struktur geologi di dalam proses
pembentukan KGAW. Mendeliniasi struktur geologi serta distribusi dari satuan
vulkanostratigrafi sangat membantu dalam menentukan kemenerusan dari
keberadaan manifestasi panas bumi di permukaan.
KGAW merupakan salah satu lokasi panas bumi di Indonesia
bertemperatur tinggi yang berhubungan dengan sistem vulkanik strato (Hochstein
dan Sudaman, 2008). Keberadaan gunung api ini berasosiasi dengan prospek
sistem panas bumi (Wahyuningsih, 2005). Setijadji (2010), keberadaan gunung
api di Pulau Jawa sebagian besar berasosiasi dengan sistem panas bumi (Gambar
1.1). KGAW merupakan salah satu kompleks gunung api yang berasosiasi dengan
sistem panas bumi Arjuno-Welirang.
Sistem panas bumi di KGAW merupakan sistem panas bumi bermedan
terjal, dengan manifestasi panas bumi yang ditemukan seperti fumarol di Kawah
Plupuh, mata air panas tipe bikarbonat seperti mata air panas Padusan, Coban,
Cangar, alterasi hidrotermal tipe argilik hingga argilik lanjut di puncak Welirang
dan argilik di kaki Gunung Pundak, Hadi dkk. (2010). Sistem panas bumi seperti
ini memiliki tingkat eksplorasi yang sulit karena mata air panas klorida sulit

1
ditemukan pada bagian permukaan dan umum dijumpai berupa fumarol. Daerah
dengan manifestasi terbatas serta tidak dijumpainya mata air panas klorida di
permukaan adalah salah satu kendala untuk mengetahui kondisi suhu reservoir
dan hidrologi air panas pada sistem panas bumi yang merupakan suatu acuan
daerah panas bumi tersebut berpotensi untuk dikembangkan (Nicholson, 1993;
Corbett dan Leach, 1997).
Berdasarkan uraian di atas kondisi geologi seperti vulkanisme dan struktur
geologi yang berhubungan dengan sistem panas bumi di KGAW merupakan fokus
utama penelitian untuk mengetahui evolusi magmatisme, zona permeabel, sumber
panas, distribusi manifestasi, dan potensi panas bumi yang ada.

Gambar 1.1. Peta distribusi gunung api di Pulau Jawa yang sebagian besar keberadaannya
berasosiasi dengan sistem panas bumi, modifikasi dari Setijadji (2010)

I.2. Rumusan Masalah


Kondisi geologi khususnya vulkanisme, struktur geologi, dan manifestasi
panas bumi merupakan suatu permasalahan dalam penelitian ini. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini akan memecahkan
beberapa permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana kondisi geologi di KGAW dan sekitarnya berdasarkan interpretasi
citra model elevasi digital dan data geologi permukaan?
2. Bagaimana hubungan manifestasi permukaan terhadap sistem panas bumi di
KGAW?
3. Bagaimana peranan vulkanisme, struktur geologi terhadap keberadaan
manifestasi panas bumi di KGAW?

2
I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini yaitu melakukan observasi kondisi geologi,
melakukan pengamatan terhadap manifestasi panas bumi, dan integrasi data
geologi terhadap keberadaan sistem panas bumi di daerah penelitian.
Berdasarkan dari rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Mengetahui kondisi geologi, meliputi geomorfologi, stratigrafi, struktur
geologi, dan vulkanisme.
2. Mengetahui jenis manifestasi permukaan serta menganalisis dan
menginterpretasi sistem panas bumi di KGAW.
3. Menganalisis dan menjelaskan peranan vulkanisme dan struktur geologi
terhadap keberadaan manifestasi panas bumi berdasarkan analisis citra model
elevasi digital dan data geologi permukaan.

I.4. Keaslian dan Keutamaan Penelitian


Survei geologi di dalam eksplorasi panas bumi merupakan pekerjaan yang
umum dilakukan untuk menentukan daerah potensi. Namun, penelitian yang
menggunakan pendekatan geologi berupa studi vulkanisme dan pengukuran
struktur geologi belum pernah dilakukan pada daerah penelitian. Oleh karena itu,
hal ini merupakan keaslian dan keutamaan dari penelitian yang diajukan.

I.5. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi dan
keberadaan manifestasi panas bumi, sehingga dapat membangun model
konseptual geologi sistem panas bumi yang diharapkan dapat memberi manfaat
untuk pengembangan sumber daya panas bumi serta dapat memberikan
sumbangsih keilmuan karya studi yang terkait. Penelitian ini juga menghasilkan
informasi mengenai sumber daya geologi dan potensi geologi lainnya.

I.6. Lokasi dan Akses Daerah Penelitian


Secara administratif lokasi penelitian (Gambar 1.2) daerah panas bumi
KGAW dan sekitarnya termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Mojokerto,

3
Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.
Dalam peta Geologi Indonesia daerah penelitian termasuk ke dalam peta geologi
lembar Malang, terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1992.
Lokasi penelitian berjarak ± 60 km di sebelah selatan Kota Surabaya, ibukota
provinsi Jawa Timur yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat
maupun roda dua sedangkan secara geografis berada pada posisi 7○37’45’’–
7°49’59’’S dan 112°30’22’’–112°39’39’’ BT (9154133–9146666 dan 667244–
672755 UTM).

Gambar 1.2. Peta lokasi penelitian KGAW dan sekitarnya

I.7. Luaran dan Sasaran


Luaran dari penelitian ini adalah laporan hasil penelitian dari data geologi
mengenai vulkanisme dan struktur geologi daerah panas bumi KGAW. Laporan
ini termasuk di dalamnya peta geomorfologi, peta geologi, peta manifestasi panas
bumi dan alterasi hidrotermal serta model konseptual geologi sistem panas bumi.
Sasaran dari penelitian ini di antaranya bagi ilmuwan maupun keteknikan
geologi panas bumi, institusi akademik, instansi pemerintahan dan swasta yang
terkait dan diharapkan memberikan kontribusi informasi mengenai vulkanisme
dan struktur geologi terhadap keberadaan manifestasi panas bumi di KGAW.

4
I.8. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan penelitian ini di antaranya:
1. Hibah penelitian Departmen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada.
2. Analisis Petrografi dan XRD bekerjasama dengan Laboratorium Pusat
Geologi Departmen Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia.
3. Analisis Geokimia XRF bekerjasama dengan Laboratorium Economic Mineral
Kyushu University, Jepang.

I.9. Penelitian Terdahulu


Van Bemmelen (1949) telah melakukan penelitian secara regional daerah
Jawa Timur, bahwa di antara Zona Pegunungan Serayu Utara-Kendeng dan
Pegunungan Selatan membujur suatu zona depresi yang sebagian membentuk
kerucut gunung api muda (Kuarter), salah satunya KGAW yang merupakan
bagian dari Zona Solo. KGAW berada di atas Zona Kendeng yang merupakan
suatu antiklinorium dengan batuan dasar berupa batuan sedimen yang termasuk ke
dalam rangkaian kompleks Anjasmoro-Arjuno-Welirang-Kelud-Kawi-Butak, di
mana Gunung Anjasmoro merupakan bagian yang paling tua dari kompleks
pegunungan pada zona Solo yang berumur Plistosen Tengah.
Santosa dan Suwarti (1992) membuat peta geologi regional skala
1:100.000 lembar Malang, bahwa Gunung Arjuno-Welirang dan sekitarnya
tersusun oleh batuan vulkanik, dengan urutan dari tua-muda sebagai berikut:
Batuan Gunung Api Anjasmoro Tua, Batuan Gunung Api Anjasmoro, Batuan
Gunung Api Kuarter Tengah, Batuan Gunung Api Arjuno Welirang, dan Batuan
Gunung Api Kuarter Atas. Secara litologi memiliki karakteristik berupa breksi
gunung api, tuf, lava berkomposisi basalt-andesit, dan aglomerat yang dijumpai di
Gunung Anjasmoro, Gunung Pundak, Gunung Butak, Gunung Arjuno, Gunung
Welirang, Gunung Kembar I, dan Gunung Kembar II.
Hadi dkk. (2010) telah melakukan survei geologi dan geokimia gunung api
Arjuno Welirang yang diklasifikasikan sebagai kompleks gunung api dengan tipe
komposit dan tersusun oleh batuan andesit-basaltik. Vulkanisme di Kompleks
Arjuno Welirang meliputi produk Pra, Syn, dan Post Arjuno Welirang yang

5
disusun oleh lava, breksi vulkanik, dan piroklastik. Produk batuan tersebut
dihasilkan oleh vulkanik Anjasmoro, Arjuno-Welirang Tua, Arjuno, Bakal,
Kembar-II, Kembar-I, Welirang, dan Penanggungan. Hasil penentuan umur (K-
Ar) menunjukkan batuan produk lava basalt Gunung Welirang terbentuk pada
umur 200 ka. Sistem panas bumi dicirikan dengan munculnya manifestasi berupa
air panas dengan temperatur sekitar 50○C, pH netral, solfatara dan fumarol dengan
temperatur hingga 137○C, serta alterasi batuan di Kawah Plupuh berupa alterasi
argilik lanjut dan di Gunung Pundak dengan tipe alterasi argilik. Komposisi gas
pada fumarol Gunung Welirang berbau menyengat, suara desis kuat dengan
komposisi gas CO2, H2S, SO2, O2, Ar, dan N2 (%mol). H2S dan SO2 mengindikasi
lingkungan vulkanik. Fluida panas pada sistem panas bumi Arjuno-Welirang
bertipe bikarbonat yang berada pada zona immature water dan komposisi fluida
panas cenderung mengarah pada unsur Cl-B yang mengindikasikan adanya
interaksi fluida panas terhadap batuan sedimen sebelum mencapai permukaan.
Temperatur reservoir diambil melalui perhitungan geotermometer gas CO2 sebesar

260°C yang termasuk entalpi tinggi. Dalam laporan hasil survei ini juga dijelaskan
bahwa erupsi terakhir di KGAW terjadi pada tahun 1950 yang merupakan erupsi
hidrotermal di puncak Gunung Welirang.
Hermawan dkk. (2010) menjelaskan dalam hasil penelitian daerah panas
bumi Gunung Lawu, provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur yang berada pada
geologi vulkanink Kuarter komposisi batuan andesit-basaltik. Penelitian ini
menggunakan metode yang sama terhadap daerah panas bumi Arjuno Welirang
yaitu menggunakan metode survei geologi dan geokimia. Sistem panas bumi di
ditandai dengan adanya fumarol pada temperatur 93 ○C-93.1○C, mata air panas
kawah Candradimuka dengan temperatur 94○C, mata air panas lainnya tersebar di
bagian barat kaki Gunung Lawu memiliki temperatur <40○C, batuan alterasi
hidrotermal dengan tipe argilik dan filik. Perkiraan temperatur reservoir dari
geotermometer gas yaitu 250○C yang termasuk ke dalam entalpi tinggi.

Anda mungkin juga menyukai