Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN FLORES TIMUR

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS LAMBUNGA KECAMATAN KELUBAGOLIT

KERANGKA ACUAN KERJA


ANTE NATAL CARE
DI PUSKESMAS LAMBUNGA
A.Pendahuluan
Secara nasional, akses masyarakat kita terhadap pelayanan kesehatan ibu cenderung
semakin membaik.Dimana tren angka kematian ibu[AKI] di Indonesia saat ini telah
berhasil diturunkan dari 390/100.000 kelahiran hidup [Data SDKI tahun 1990 ] menjadi
359/100.000 kelahiran hidup [data SDKI tahun 2012 ].Namun demikian, jika
dibandingkan dengan target Milenium Development Goal [MDG ] 5 pada tahun 2015
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga Indonesia masih memerlukan upaya
dan kerja keras untuk mencapainya.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar menjadi penyabab
langsung dan penyebab tidak langsung.penyebab langsung kematian ibu adalah factor
yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti,
perdarahan,preeklamsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus.penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah factor factor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti
EMPAT TERLALU [terlalu muda,terlalu tua ,terlalu sering melahirkan,terlalu dekat
jarak kelahiran] menurut data SDKI tahun 2002 sebanyak 22.5%, maupun yang
mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan , persalinan dan nifasseperti
TIGA TERLAMBAT [trlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan
kegawatdaruratan].faktor lain yang berpengaruh adalah ibu hamil yang menderita
peyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS,tuberculosis, sifilis, penyakit tidak menular
seperti hypertensi, diabetes mellitus, jantung, gangguan jiwa maupun yang mengalami
kekurangan gizi.
Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi. Menurut data SDKI
Tahun 2012,angka unmet-need 8,5%.Kondisi ini merupakan salah satu factor penyebab
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman,yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu.
Malaria pada kehamilan seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu,
janin dan bayinya.Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 ,bahwa proporsi ibu hamil
malaria dengan pemeriksaan RDT sebesar 1,9%,dimana 1,3% disebabkan olrh parasite
Plasmodium falcifarum,0,4%Plasmodium vivax, dan 0,2% Mix [campuran plasmodium
falcifarum dan plasmodium vivax].Dimana hal ini dapat berpotensi menyumbang
kematian ibu di Indonesia.Untuk mengatasi hal tersebut,kegiatan yang telah dilakukan
meliputi pemberian kelambu berinsektisida, skrining malaria dengan menggunakan
RDT/ mikroskopis dan pengobatan sedini mungkin bagi ibu hamil yang positif malaria
dengan menggunakan kina/ACT.Berdasarkan data Direktorat P2pL tahun 2013,dari 26
propinsi endemis malaria sedang dan tinggi [kecuali propinsi DKI Jakarta, Banten,Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali] Bahwa ibu hamil yyang diberi kelambu
berisektisida sebesar 81%[391.640 ibu hamil],ibu hamil yang dilakukan
skrining[RDT/mikroskopis] sebanyak 337.796 ibu hamil [74,64% dari sasaran ibu hamil
yang berada di daerah endemis malaria sedang dan tinggi],ibu hamil yang positip
malaria sebanyak 940 ibu hamil dan yang diobati sebanyak 744 ibu hamil.Hal ini
menunjukkan masih ada missed opportunity ibu hamil di daerah endemis malaria
sedang dan tinggi yang belum mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dengan
malaria secara optimal.
Masalah lain adalah HIV pada ibu hamil,selain mengancam keselamatan ibu juga dapat
menular kepada bayinya [mother- to- child transmission].Menurut data kementrian
kesehatan tahun 2013 dari 100.296 ibu hamil yang menjalani tes HIV, sebanyak 3.135
[3,1%] ibu hamil dinyatakan p0sitif HIV.
Sifilis merupakan salah satu infeksi menular seksual yang juga perlu mendapat
perhatian. Ibu hamil yang menderita sifilis berpotensi udan K$ntuk melahirkan bayi
dengan sifilis kongenital. Data kementrian Kesehatan, dari bulan januari-juni 2013,
sebanyak 10.353 ibu hamil yang dites sifilis, sebanyak 264 [2,5%] ibu hamil dinyatakan
positif sifilis.
Penyakit menular lain yang masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
adalah Tuberculosis [TB] Pada ibu hamil TB dapat memperburuk kesehatan dan status
gizi ibu, serta mempengaruhi tumbuh kembang janin dan resiko tertular pada bayinya.
Penyakit kronis seperti hypertensi, diabetes mellitus, jantung, asma berat,dan gangguan
jiwa sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin dan bayi baru lahir.penanganan
penyakit kronis pada ibu hamil masih belum seperti yang diharapkan dan datanya juga
belum terekam dengan baik.
Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang perlu mendapat perhatian khusus. Kurang asuoan zat besi pada perempuan
khususnya ibu hamil dapat menyebabkan anemia yang akan menambah risiko
perdarahan dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, Disamping kekurangan
asupan zat besi, anemi juga dapat disebabkan karena kecacingan dan malaria. Masalah
gizi yang lain adalah kurang energy kronik [kek] dan konsumsi garam yodium yang
masih rendah.Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 bahwa prevalensi risiko ibu hamil
kek sebesar 24,2%.
Selain penanganan masalah dan komplikasi yang menyertainya, perlu diupayakan
peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan melalui kegiatan brain booster meliputi
stimulasi otak janin dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil.
Masalah kekerasan terhadap perempuan [KtP] masalah global yang terkait dengan
kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu hamil yang mendapat kekerasan secara fisik dan
psikis baik suami maupun orang-orang terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan
dan perkembangan janin.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan
antenatal adalah cakupan K1-kontak pertama dan K4-kontak 4 kali dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai standar. Berdasarkan data Riskesdas
bahwa cakupan ibu hamil yang memperolehpelayanan antenatal telah meningkat dari
92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013. Cakupan persalinan yang
ditolong tenaga kesehatan juga meningkat dari 79,0% pada tahun 2010 menjadi 86,9%
pada tahun 2013. Walaupun demikian masih terdapat disparitas antar propinsi dan
antar kabupaten / kota yang variasinya cukup besar.Selain adanya kesenjangan,juga
ditemukan ibu hamil yang tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan
pada saat kontak dengan tenaga kesehatan [missed opportunity] .
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka pelayanan antenatal di fasilitas
kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan / kelompok perlu
dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, mencakup upaya promotif, preventif,
sekaligus kuratif dan rehabilitative, yang meliputi pelayanan KIA, Gizi, Pengendalian
penyakit menular [imunisasi, HIV/AIDS, TB, malaria, penyakit menular
seksual],penanganan penyakit tidak menular serta beberapa orogram local dan spesifik
lainnya sesuai dengan kebutuhan program.
B.Latar Belakang

C.Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin
dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.

2. Tujuan khusus:
1.Menyediakan pelayanan antenatal terpadu,komprehensif, dan
berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling KB dan pemberian ASI
2. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan
berkualitas.
3.Mendeteksi secara dini kelainan / penyakit / gangguan yang diderita
ibu hamil.
4.Melakukan intervensi terhadap kelainan / penyakit / gangguan pada
ibu hamil sedini mungkin.
5.Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
dengan system rujukan yang ada.

D.Kegiatan Pokok dan Rincian


Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan komprehensif dan berkualitas
yang dilakukan melalui:
a.Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi agar
kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas.
b.Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit / komplikasi kehamilan.
c.Penyiapan persalinan yang bersih dan aman.
d.Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit / komplikasi.
e.Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan.
f.Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarganya dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu
hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit / komplikasi.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1.Timbang Berat Badan dan ukur Tinggi Badan
Penimbangan Berat Badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan Berat Badan yang kurang dari
9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukan adanya
gangguan pertumbuhan janin.
Pengukuran Tinggi Badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya factor
risiko pada ibu hamil. Tinggi Badan kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk terjadinya
Chepalo Pelvic Disproportion [CPD ].
2.Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi [tekanan darah >140/90 mmhg ] pada kehamilan dan
preeklamsia [ hipertensi disertai oedema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria ]
3.Nilai status gizi [ ukur LiLa ]
Pengukuran lila hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trisemester 1 untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis {KEK ],.Kurang Energi
Kronis disini maksudnya ibu hamilyang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama [ beberapa bulan atau tahun ] dimana ukuran lila kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK akan dapat melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah [ BBLR ].
4.Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan unyuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.jika tinggi fundus
tidak sesuai dengan umur kehamilan,kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.standar
pengukuran dengan menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.
5.Tentukan Presentasi janin dan denyut jantung janin [ DJJ ]
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjitnya setiap
kali kunjungan antenatal.pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada
trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul
berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir temester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.
DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukan
adanya gawat janin.
6.Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Berikan Imunisasi Tetanus Toksoid [TT] bila
diperlukan
Untuk mencegah Tetanus Neonatorum, ibu hamil harus mendapatkan imunisasi
TT.pada saat kontak pertama,ibu hamil diskrining status imunisasi T-nya.Pemberian imunisasi
TT pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi T ibu saat ini.Ibu hamil minimal
memiliki status imunisasi T2agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi Tetanus.Ibu
hamil dengan status imunisasi T5 [TT Long Life ] tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.
Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval maksimal, hanya terdapat interval
minimal.Interval minimal pemberian imunisasi TT dan lama perlindungannya dapat dilihat
pada tabel berikut:

Imunisasi TT Selang waktu minimal Lama perlindungan


Pemberian imunisasi
TT1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT2 I bulan setelah TT1 3 Tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 Tahun
TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun
TT5 12 bulan setelah TT4 >25 Tahun

7.Beri Tablet tambah darah [ tablet besi ]


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah [
tablet zat besi dan asam foelat ] minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak
kontak pertama.
8.Periksa laboratorium [ Rutin dan Khusus ]
Pemeriksaan laboratorium Rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan
pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan spesifik
daerah endemis / epidemic [malaria,HIV, dan lain-lain].Sementara pemeriksaan laboratorium
khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang
melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan saat antenatal meliputi:
a.Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak tidak hanya untuk mengetahui jenis
golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewakti-
waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.Pemeriksaan dilakukan apabila ibu
hamil belum diketahui golongan darahnya.
b.Pemeriksaan kadar hemoglobin darah [HB]
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trismester
pertama dan sekali pada trismester ketiga.Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu
hamil tersebut menderita anemia tau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.Pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua dilakukan atas indikasi.
c.Pemeriksaan protein dalam urine
Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil dilakukan pada trismester kedua dan ketiga
atas indikasi.Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu
hamil.Proteinuria merupakan salah satu indicator terjadinya pre-eklamsia pada ibu hamil.
d.Pemeriksaan gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes mellitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah
selama kehamilannya minimal sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga.
e.Pemeriksaan darah malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis malaria [endemis sedang dan tinggi] dilakukan
pemeriksaan malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama.Ibu hamil di daerah non
endemis malaria [endemis rendah] dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada indikasi.
f.Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan didaerah dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang diduga
menderita sifilis.Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
g.Pemeriksaan hiv
Didaerah epidemic hiv meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan wajib menawarkan tes hiv kepada semua ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan
laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.
Teknik penawaran ini disebut Provider Initiated Testing [PITC] atau Tes HIV atas inisiatif
Pemberi Pelayanan kesehatan dan konseling [TIPK] .
h.Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan Pada ibu hamil yang dicurigai menderita tuberculosis sebagai
pencegahan agar infeksi tuberculosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.
Selain Pemeriksaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
lainnya di fasilitas rujukan.
E.Cara Melaksanakan kegiatan
a.Persiapan alat
Meja troli dengan alas
-penlight
-Timbangan dewasa
-pengukur tinggi badan
-tensimeter
-stetopcope
-pita lila
-metlin
-Funduscope
-termometer
-jangka panggul
-refleks patella
-jam tangan
-gelas berisi air klorin
-nierbeken
-kapas DTT dalam kom steril
-perlak dan alasnya
-Handscoen steril
-larutan klorin 0,5% dalam baskom
-

Prosedur pelaksanaan
a. Jelaskan pada ibu maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
b. Susunlah alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam bekerja
c. Cuci tangan
d. Atur posisi pasien senyaman mungkin (berbaring pada tempat tidur yang rata)
e. Lakukan penilaian secara sistematis keadaan umum pasien, dengan melakukan
inspeksi terhadap keadaan umum, status nutrisi, warna kulit, tekstur kulit dan
pigmentasi.
f. Lakukan pemeriksaan pada kepala dan wajah, dengan melakukan inspeksi dan palpasi
pada kepala dan kulit kepala untuk melihat kesimetrisan, warna rambut, adakah
pembengkakan, kelembapan, lesi, edema dan bau.
g. Lakukan inspeksi pada wajah apakah ada cloasma, pembengkakan palpebra
h. Lakukan pemeriksaan pada mata : melihat pergerakan bola mata, posisi dan
kesejajaran mata, kelainan pada bola mata, sklera dan conjungtiva (apakah tampak
ikterus pada sklera dan apakah tampak anemi pada konjungtiva), inspeksi adakah
sekret pada sklera dan konjungtiva.
i. Lakukan inspeksi pada hidung dari arah depan dengan memeriksa septum hidung
berada ditegah atau tidak, adakah benda asing, sekret hidung, perdarahan, polip.
j. Lakukan pemeriksaan pada mulut dan kerongkongan, dengan melakukan inspeksi
untuk melihat :
1) Rongga mulut : diperiksa adakah stomatitis, kemampuan menggigit, mengunyah dan
menelan.
2) Bibir : warna, simetris, lesi, kelembapan, pengelupasan dan bengkak
3) Gusi : warna dan edema
4) Gigi geligi : karang gigi, caries, sisa gigi
5) Lidah : kotor, warna, kesimetrisan, kelembapan, luka, bercak dan pembengkakan
6) Kerongkongan : peradangan, tonsil, lendir/sekret.
k. Lakukan inspeksi pada telinga dengan melihat canalis bersih atau tidak, radang,
cairan yang keluar, adakah benda asing.
l. Lakukan pemeriksaan pada leher :
1) Lakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan, pergerakan, adakah massa, kekakuan
leher
2) Lakukan pemeriksaan pada kelenjar tyroid yaitu dengan melakukan inspeksi untuk
melihat besarnya kelenjar tyroid dan juga bentuknya, lakukan palpasi dengan cara satu
tangan dari samping atau dua tangan dari arah belakang. Lalu jari-jari meraba
permukaan kelenjar dan pasien diminta untuk menelan, bila yang teraba saat diminta
ikut tertelan hal itu menandakan benar adanya bahwa yang teraba adalah kelenjar
tiroid yang membesar.
3) Lakukan palpasi pada vena jugularis untuk melihat tekanannya juga untuk melihat
apakah vena jugularis tersebut mengembang secara nyata
4) Lakukan inspeksi dan palpasi pada leher adakah pembesaran kelenjar limfe. Bila ada
tentukan ukuran, bentuk, mobilitas dan konsistensi.

m. Lakukan pemeriksaan pada dada dengan cara :


1) Lakukan inspeksi apakah pola pernafasan normal. Adakah tanda-tanda
ketidaknyamanan bernafas.
2) Lakukan auskultasi pada dinding thoraks dengan menggunakan stetoskop yaitu
pasien diminta untuk bernafas cukup dalam dengan mulut terbuka lalu letakkan
stetoskop secara sistematis dari atas ke bawah dengan membandingkan antara kiri dan
kanan.
3) Lihat bentuk payudara, kesimetrisan, adanya benjolan atau tidak, bentuk puting
susu, areola mamae.
n. Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah ketiak (lihat adakah benjolan atau
pembesaran kelenjar getah bening.
1. Lakukan pemeriksaan pada abdomen dengan cara :
Pemeriksaan leopold I, untuk menentukan bagian janin yang berada dalam fundus
uteri.
Petunjuk cara pemeriksaan :

 Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kearah kepala pasien.


Kedua tangan diletakkan pada bagian atas uterus dengan mengikuti bentuk
uterus. Lakukan palpasi secara lembut untuk menentukan bentuk, ukuran
konsistensi dan gerakan janin.
Tentukan bagian janin mana yang terletak di fundus.

Gambar
Hasil: jika kepala janin yang nerada di fundus, maka palpasi akan teraba bagian
bulat, keras dan dapat digerakkan (balotemen). Jika bokong yang terletak di
fundus,maka pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih besar
dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa penuh.
Pada letak lintang palpasi didaerah fundus akan terasa kosong.

3. Pemeriksaan Leopold II, untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi
uterus.
Petunjuk pemeriksaan :

 pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien, menghadap kepala pasien. Kedua


telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan yang lembut
tetapi cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi. Secara perlahan geser jari-jari
dari satu sisi ke sisi lain untuk menentukan pada sisi mana terletak pada sisi mana
terletak punggung, lengan dan kaki.
Gambar :

Hasil : bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras pada
beberapa bagian lunak dengan bentuk teratur,sedangkan bila teraba adanya
bagian – bagian kecil yang tidak teratur mempunyai banyak tonjolan serta dapat
bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki, lengan atau lutut.
Bila punggung janin tidak teraba di kedua sisi mungkin punggung janin berada
pada sisi yang sama dengan punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula
berada pada posisi dengan punggung teraba disalah satu sisi.

4. Pemeriksaan Leopold III, untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian
bawah. Petunjuk cara memeriksa:
 dengan lutut ibu dalam posisi fleksi, raba dengan hati-hati bagian bawah abdomen
pasien tepat diatas simfisis pubis. Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada
disana. Bandingkan dengan hasil pemeriksaan Leopold.

Gambar

Hasil : bila bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu, maka bagian
terbawah dari janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala yang berada
diabagian terbawah, coba untuk menggerakkan kepala. Bila kepala tidak dapat
digerakkan lagi, maka kepala sudah “engaged” bila tidak dapat diraba adanya
kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.

5. Pemeriksaan Leopold IV, untuk menentukan presentasi dan “engangement”.


Petunjuk dan cara memeriksa :

 Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi.
Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba untuk
menekan kearah pintu atas panggul

gambar
Hasil: pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai bagian janin
terbawah yang berada didalam panggul dan menilai seberapa jauh bagian tersebut
masuk melalui pintu atas panggul.

b.
1) Lakukan inspeksi untuk mengamati bentuk abdomen membusung atau datar,
umbilikus menonjol/tidak, adakah bayangan bendungan vena dikulit abdomen, apakah
ada benjolan/massa, strie, warna, ketebalan lemak.
2) Lakukan auskultasi dengan cara meletakkan stetoskop pada daerah epigastrium dan
4 kuadran abdomen, lalu dengarkan periltastik usus (normal 5-35)
3) Lakukan palpasi, sebelumnya menanyakan kepada pasien adakah bagian perut yang
sakit, bila ada maka bagian tersebut dipalpasi terakhir. Melakukan palpasi abdomen
dimulai dari palpasi umum di seluruh dinding abdomen untuk mencari tanda nyeri
umum (peritonitis, pankreatitis). Lalu cari dengan perabaan ada/tidak massa, benjolan
(tumor). Melakukan pemeriksaan turgor kulit, lalu melakukan palpasi berikut ini :
a) Lakukan palpasi hepar dengan menggunakan jari tangan kanan dimulai dari kuadran
kanan bawah berangsur-angsur naik mengikuti irama nafas dan gembungan perut serta
berusaha merasakan sentuhan tepi hepar pada tepi jari telunjuk. Bila normal maka
hepar tidak teraba.
b) Lakukan palpasi lien dengan cara bimanual dimana jari-jari tangan kiri mengangkat
dengan cara mengait dinding perut kiri atas dari arah belakang, sedangkan tangan
kanan berupaya merapa lien (bila normal maka tidak akan teraba).
c) Lakukan perkusi abdomen dengan cara mengetuk, jari tengah tangan kiri
ditempelkan di dinding abdomen, massa padat atau cair akan menimbulkan suara
pekak.
d) Lakukan perkusi ginjal didinding abdomen belakang pada sudut costo vertebral
dengan dialasi telapak tangan kiri, maka kita lakukan perkusi dengan sisi ulnar kepalan
tangan kanan.
2. Lakukan pemeriksaan ekstremitas dengan cara :
1) Lakukan inspeksi pada ekstremitas adakah edema, bila ada maka lakukan
pemeriksaan dengan penekanan pada daerah yang dianggap ada edema, bila ada
cekungan maka hal tersebut menandakan adanya edema.
2) Lakukan inspeksi adakah varises
3) Melakukan perkusi
a) Reflek bisep
Pegang lengan pasien yang disemifleksikan sambil menempatkan ibu jari diatas tendon
otot biseps ibu jari kemudian diketok, hal ini dapat mengakibatkan gerakan fleksi
lengan bawah, apabila ada kontraksi menandakan bahwa refleksi otot baik.
b) Reflek trisep
Pegang lengan bawah pasien dalam posisi semi fleksi. Setelah itu diketok pada tendon
insersim trisep. Yang berada sedikit diatas olekranon. Apabila lengan bawah
mengadakan gerakan ekstensi dan ada kontraksi menendakan bahwa reflek otot baik.
c) Ekstremitas bawah
Tungkai difleksikan dan digantung, misalnya pada tempat tidur. Kemudian diketuk pada
tendon musculus kuadriceps femoris, dibawah atau diatas patella, biasanya dibawah
patella, apabila ada kontraksi berarti reflek otot baik.
3. Periksa punggung pasien, inspeksi adakah kelainan pada spina, bagaimana bentuk
bujursangkar michelis
4. Lakukan pemeriksaan genetalia dan kelenjar limfe inguinal dimana:
1) Melakukan palpasi pada kelenjar limfe, apakah teraba membesar atau nyeri
2) Melakukan inspeksi pada vulva secara keseluruhan adakah prolapsus uteri, benjolan
pada kelenjar bartolini, pengeluaran pervaginam (sekret), amati warna, bau, nyeri.
5. Lakukan pemeriksaan pada anus bersamaan dengan pemeriksaan genetalia dengan
melakukan inspeksi untuk mengetahui adakah hemoroid, fistula dan kebersihan.
6. Rapikan pasien
7. Bereskan alat
8. Lepas sarung tangan
9. Cuci tangan
10. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
11. Lakukan dokumentasi tindakan dan hasil pemeriksaan
a. Jelaskan pada ibu maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
b. Susunlah alat secara ergonomis untuk memudahkan dalam bekerja
c. Cuci tangan
d. Atur posisi pasien senyaman mungkin (berbaring pada tempat tidur yang rata)
e. Lakukan penilaian secara sistematis keadaan umum pasien, dengan melakukan
inspeksi terhadap keadaan umum, status nutrisi, warna kulit, tekstur kulit dan
pigmentasi.
f. Lakukan pemeriksaan pada kepala dan wajah, dengan melakukan inspeksi dan palpasi
pada kepala dan kulit kepala untuk melihat kesimetrisan, warna rambut, adakah
pembengkakan, kelembapan, lesi, edema dan bau.
g. Lakukan inspeksi pada wajah apakah ada cloasma, pembengkakan palpebra
h. Lakukan pemeriksaan pada mata : melihat pergerakan bola mata, posisi dan
kesejajaran mata, kelainan pada bola mata, sklera dan conjungtiva (apakah tampak
ikterus pada sklera dan apakah tampak anemi pada konjungtiva), inspeksi adakah
sekret pada sklera dan konjungtiva.
i. Lakukan inspeksi pada hidung dari arah depan dengan memeriksa septum hidung
berada ditegah atau tidak, adakah benda asing, sekret hidung, perdarahan, polip.
j. Lakukan pemeriksaan pada mulut dan kerongkongan, dengan melakukan inspeksi
untuk melihat :
1) Rongga mulut : diperiksa adakah stomatitis, kemampuan menggigit, mengunyah dan
menelan.
2) Bibir : warna, simetris, lesi, kelembapan, pengelupasan dan bengkak
3) Gusi : warna dan edema
4) Gigi geligi : karang gigi, caries, sisa gigi
5) Lidah : kotor, warna, kesimetrisan, kelembapan, luka, bercak dan pembengkakan
6) Kerongkongan : peradangan, tonsil, lendir/sekret.
k. Lakukan inspeksi pada telinga dengan melihat canalis bersih atau tidak, radang,
cairan yang keluar, adakah benda asing.
l. Lakukan pemeriksaan pada leher :
1) Lakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan, pergerakan, adakah massa, kekakuan
leher
2) Lakukan pemeriksaan pada kelenjar tyroid yaitu dengan melakukan inspeksi untuk
melihat besarnya kelenjar tyroid dan juga bentuknya, lakukan palpasi dengan cara satu
tangan dari samping atau dua tangan dari arah belakang. Lalu jari-jari meraba
permukaan kelenjar dan pasien diminta untuk menelan, bila yang teraba saat diminta
ikut tertelan hal itu menandakan benar adanya bahwa yang teraba adalah kelenjar
tiroid yang membesar.
3) Lakukan palpasi pada vena jugularis untuk melihat tekanannya juga untuk melihat
apakah vena jugularis tersebut mengembang secara nyata
4) Lakukan inspeksi dan palpasi pada leher adakah pembesaran kelenjar limfe. Bila ada
tentukan ukuran, bentuk, mobilitas dan konsistensi.

m. Lakukan pemeriksaan pada dada dengan cara :


1) Lakukan inspeksi apakah pola pernafasan normal. Adakah tanda-tanda
ketidaknyamanan bernafas.
2) Lakukan auskultasi pada dinding thoraks dengan menggunakan stetoskop yaitu
pasien diminta untuk bernafas cukup dalam dengan mulut terbuka lalu letakkan
stetoskop secara sistematis dari atas ke bawah dengan membandingkan antara kiri dan
kanan.
3) Lihat bentuk payudara, kesimetrisan, adanya benjolan atau tidak, bentuk puting
susu, areola mamae.
n. Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah ketiak (lihat adakah benjolan atau
pembesaran kelenjar getah bening.
1. Lakukan pemeriksaan pada abdomen dengan cara :
1) Lakukan inspeksi untuk mengamati bentuk abdomen membusung atau datar,
umbilikus menonjol/tidak, adakah bayangan bendungan vena dikulit abdomen, apakah
ada benjolan/massa, strie, warna, ketebalan lemak.
2) Lakukan auskultasi dengan cara meletakkan stetoskop pada daerah epigastrium dan
4 kuadran abdomen, lalu dengarkan periltastik usus (normal 5-35)
3) Lakukan palpasi, sebelumnya menanyakan kepada pasien adakah bagian perut yang
sakit, bila ada maka bagian tersebut dipalpasi terakhir. Melakukan palpasi abdomen
dimulai dari palpasi umum di seluruh dinding abdomen untuk mencari tanda nyeri
umum (peritonitis, pankreatitis). Lalu cari dengan perabaan ada/tidak massa, benjolan
(tumor). Melakukan pemeriksaan turgor kulit, lalu melakukan palpasi berikut ini :
a) Lakukan palpasi hepar dengan menggunakan jari tangan kanan dimulai dari kuadran
kanan bawah berangsur-angsur naik mengikuti irama nafas dan gembungan perut serta
berusaha merasakan sentuhan tepi hepar pada tepi jari telunjuk. Bila normal maka
hepar tidak teraba.
b) Lakukan palpasi lien dengan cara bimanual dimana jari-jari tangan kiri mengangkat
dengan cara mengait dinding perut kiri atas dari arah belakang, sedangkan tangan
kanan berupaya merapa lien (bila normal maka tidak akan teraba).
c) Lakukan perkusi abdomen dengan cara mengetuk, jari tengah tangan kiri
ditempelkan di dinding abdomen, massa padat atau cair akan menimbulkan suara
pekak.
d) Lakukan perkusi ginjal didinding abdomen belakang pada sudut costo vertebral
dengan dialasi telapak tangan kiri, maka kita lakukan perkusi dengan sisi ulnar kepalan
tangan kanan.
2. Lakukan pemeriksaan ekstremitas dengan cara :
1) Lakukan inspeksi pada ekstremitas adakah edema, bila ada maka lakukan
pemeriksaan dengan penekanan pada daerah yang dianggap ada edema, bila ada
cekungan maka hal tersebut menandakan adanya edema.
2) Lakukan inspeksi adakah varises
3) Melakukan perkusi
a) Reflek bisep
Pegang lengan pasien yang disemifleksikan sambil menempatkan ibu jari diatas tendon
otot biseps ibu jari kemudian diketok, hal ini dapat mengakibatkan gerakan fleksi
lengan bawah, apabila ada kontraksi menandakan bahwa refleksi otot baik.
b) Reflek trisep
Pegang lengan bawah pasien dalam posisi semi fleksi. Setelah itu diketok pada tendon
insersim trisep. Yang berada sedikit diatas olekranon. Apabila lengan bawah
mengadakan gerakan ekstensi dan ada kontraksi menendakan bahwa reflek otot baik.
c) Ekstremitas bawah
Tungkai difleksikan dan digantung, misalnya pada tempat tidur. Kemudian diketuk pada
tendon musculus kuadriceps femoris, dibawah atau diatas patella, biasanya dibawah
patella, apabila ada kontraksi berarti reflek otot baik.
3. Periksa punggung pasien, inspeksi adakah kelainan pada spina, bagaimana bentuk
bujursangkar michelis
4. Lakukan pemeriksaan genetalia dan kelenjar limfe inguinal dimana:
1) Melakukan palpasi pada kelenjar limfe, apakah teraba membesar atau nyeri
2) Melakukan inspeksi pada vulva secara keseluruhan adakah prolapsus uteri, benjolan
pada kelenjar bartolini, pengeluaran pervaginam (sekret), amati warna, bau, nyeri.
5. Lakukan pemeriksaan pada anus bersamaan dengan pemeriksaan genetalia dengan
melakukan inspeksi untuk mengetahui adakah hemoroid, fistula dan kebersihan.
6. Rapikan pasien
7. Bereskan alat
8. Lepas sarung tangan
9. Cuci tangan
10. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
11. Lakukan dokumentasi tindakan dan hasil pemeriksaan

F . S a s a r a n

Semua ibu hamil di 12 desa yang menjadi wilayah kerja puskesmas Lambunga

G.Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

ANC dilaksanakan pada setiap kegiatan posyandu

No Tanggal Nama Bidan Keterangan


Posyandu Pelaksana
1 2 Titehena I Bid.Asnah Date
2 3 Hongi I Bid.Maria
Ratumakin
3 4 Hongi

H.Evaluasi pelaksa

naan Kegiatan dan pelaporan

I.Pencatatan,pelaporan dan Evaluasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai