Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi , ketekunan atau sugesti(herodes,2010) dalam (setioadi dan koshariadi,2011.) terapi relaksasi otot progresif yaitu terapi dengan cara peregangan otot kemudian di lakukan re;aksasi otot (gemilang,2013). Relaksasi progresif adalah cara efektif untuk relaksasi dan mengurangi kecemasan (sostrani, alam , dan hadi broto , 2004) B. Tujuan terapi relaksasi otot progresif Menurut harodes (2010) alim (2009) dan poter (2005) dalam setyo wadi dan koshariadi (2011) bahwa tujuan dari ini adalah i. Menerunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung , tekanan darah tinggi , frekuensi jantung, metabolik ii. Mengurangi distripmia jantung, kebutuhan oksigen iii. Meningkatkan helombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidam memfokur perhatian seperti relaks. iv. Meningkatkan rasa kebugaran , kosentrasi . v. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres vi. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan , irirtabilitas , spasme otot, fobia ringan , gagap ringan vii. Membangun emosi positif dari emosi negatif C. Standar operasional prosedur Langkah-langkah
1. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Jelaskan Kembali tujuan, manfaat, prosedur dan pengisian lembaran persetujuan terapi kepada klien 3. Pasien duduk bersandara di kursi yang sudah di sediakan 4. Lakukan latihan nafas dalam dengan menarik nafas melalui hidung 5. Gerakan pertama, menggengam tangan kiri dan kanan sambil membuat suatu kepalan. (setiap gerakan dihitung 10 hitungan oleh peneliti). Pada akhir setiap gerakan klien dipandu untuk ekspirasi maksimal. 6. Gerakan kedua, menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengah bawah menegang, jari- jari menghadap ke langit-langit. 7. Gerakan ketiga, diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biceps akan menjadi tegang. 8. Gerakan keemapat, mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya keakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh telinga. 9. Gerakan kelima, mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput. 10. Gerakan keenam, menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata. 11. Gerakan ketujuh, mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang. 12. Gerakan kedelapan, bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut. 13. Gerakan kesembilan, menekankan kepala pada permukaanbantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas. 14. Gerakan kesepuluh, gerakan ini dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran, kemudian penggung dilengkungkan, lalu busungkan dadanya. Sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka. 15. Gerakan ke sebelas, gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran, kemudian punggung dilengkungka, lalu busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. 16. Gerakan kedua belas, pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Dilakukan sebanyak 2 kali. 17. Gerakan ketiga belas, gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti gerakan awal untuk perut ini. 18. Gerakan keempat belas, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut, sedemikian sehingga ketegangan pindah ke otot-otot betis. (Setyoadi dan Kusharyadi, 2011).
Fase Prainteraksi 1. Mengidentifikasi kebutuhan / indikasi klien 2. Mencuci tangan Fase Orientasi 3. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri 4. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan 5. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan Fase kerja 6. Menggenggam tangan kanan sambil membuat satu kepalan semakin kuat, kemudian kepalan di lepaskan dan rasakan rileks selama 10 detik.setelas selesai tangan kanan kemudian tangan kiri 7. Menekuk kedua lengan kebelakang pada pergelangan tangan dan jari-jari menghadap ke langit-langit. 8. Menggengam kedua tangan sehingga menjadi kepadalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak. 9. Mengangkat kedua bahu se tinggih tinggihnya 10. Mengerutkan dahi dan alis sampai otot otot terasa dan kulit keriput 11. Menutup keras keras mata 12 Mengatupkan rahang, di ikuti dengan menggigit gigi-gigi 13 Memoncongkan bibir sekuat kuatnya 14 Meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi 15 Membawa kepala kemungka , kemudian diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya 16 Mengangkat tubuh dari sandaran kursi kemudian punggung di lengkungan , lalu busungkan dada, peratahankan selama 10 detik, kemudian rileks dan letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot-otot menjadi rileks 17 Menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak banyaknya. Pada saat ketegangan dilepas , klien dapat bernafas normal dengan lega 18. Menarik kuat kuat perut ke dalam , kemudian menahannya sampai perut menjadi kencang dan keras . setelah 10 detik di lepaskan bebas, kemudian di ulang kembali . 19 Meluruskan kedua belah telapak kaki 20 Mengunci lutut 21 Setelah menyelesaikan semua gerak, rileks dengan menghitung dari hitungan 5 sampai 1 perlahan , nafas dalam dan merkata buka mata , dan berkata rileks atau OK Fase terminasi 22 Mengevaluasi respon pasien 23 Mengucapkan salam 24 Mencuci tangan 25 Mendokumentasikan prsedur dalam catatan klien Total