Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas adalah suatu kondisi dimana inspirasi dan atau
ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi secara adekuat (Herdman & Kamitsuru,
2018). Sedangkan menurut Somantri ketidakefektifan pola nafas adalah suatu kondisi
tidak adekuatnya ventilasi yang disebabkan perubahan pola napas. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ketidakefektifan pola nafas merupakan suatu keadaan dimana
inspirasi dan ekspirasi tidak memberikan ventilasi/pertukaran udara secara adekuat
dalam tubuh yang disebabkan oleh perubahan pola napas.
B. Batasan Karakteristik (Herdman & Kamitsuru, 2018)
a. Bradipnea
b. Dispnea
c. Fase ekspirasi memanjang
d. Ortopnea
e. Penggunaan otot bantu nafas
f. Penggunaan posisi tiga titik
g. Peningkatan diameter anterior dan posterior
h. Penurunan kapasitas vital
i. Penurunan tekanan ekspirasi
j. Penurunan tekanan inspirasi
k. Penurunan ventilasi semenit
l. Pernafasan bibir
m. Pernafasan cuping hidung
n. Perubahan ekskursi dada
o. Pola nafas tidak abnormal
p. Takipnea
C. Faktor-faktor yang Berhubungan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakefektifan pola nafas:


a. Ansietas
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon otonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu)
dari perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya (Herdman &
Kamitsuru, 2018). Hal ini merupakan isyarat waspada yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk menhadapi
ancaman. Respon fisiologis yang muncul karena ansietas adalah gelisah, distres,
perasaan sesak napas, peningkatan tekanan darah, dan nadi (Somantri, 2007).
b. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Posisi tubuh yang tidak tepat dapat menyebabkan ekspansi paru tidak maksimal,
contohnya posisi terlungkup atau supinase. Ekspansi paru dapat maskimal bila
pasien dalam keadaan semi fowler atau pada 30-45o karena dada dapat berkembang
dengan baik, ventilasi maksimal dapat membuka area atelektasis, dan
meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan
(Mutaqqin,2008).
c. Keletihan
Keletihan (fatigue) adalah kondisi akut yang dimulai dari rasa letih yang
kemudian mengarah pada kelelahan mental ataupun fisik dan dapat menghalangi
seseorang untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam batas-batas normal.
Perasaan lelah ini lebih dari sekedar perasaan letih dan mengantuk, perasaan lelah
ini teradi ketika seseorang telah sampai kepada batas kondisi fisik (seperti sesak
napas, peningkatan nadi, dan peningkatan tekanan darah) atau mental yang
dimiliki. Keadaan ini dapat disebabkan karena tubuh kekurangan oksigen dan
akhirnya terjadi metabolisme anaerob yang menyebabkan banyaknya timbunan
asam laktat dalam tubuh (Mutaqqin, 2008)).
d. Hiperventilasi
Hiperventilasi, merupakan bentuk kompensasi tubuh dalam memenuhi
kebutuhan oksigen dalam paru-paru dengan pola pernapasan yang cepat dan dalam.
Dampak dari hiperventilasi adalah penurunan kadar CO2 dalam tubuh, peningkatan
nadi, dan kelelahan otot pernapasan. Hiperventilasi bisa terjadi dari beberapa
keadaan seperti pada kasus asidosis metabolik sebagai bentuk kompensasi, pada
kasus alkalosis respiratori sebagai penyebab, adanya proses penyakit (infeksi) dan
gangguan psikologis.
e. Obesitas
Obesitas merupakan kondisi ketika individu mengalami penumpukan leak
abnoral dan berlebihan terkait usia dan gender yang melampaui kelebihan berat
badan (Herdman & Kamitsuru, 2018). Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan
volume paru karena bagian dada dan abdomen bagian bawah yang berat dan
terdesak. Khususnya ketika berada pada posisi supinasi. Selain itu kondisi obesitas
dapat menyebabkan, peningkatan kerja pernapasan, penurunan volume paru, dan
akan mengalami keletihan serta retensi CO2. Selain komplikasi tersebut penderita
obesitas juga dapat beresiko tinggi mengalami apnea tidur obstruktif jaringan
karena kelebihan berat badan (Pieter dkk, 2011)
f. Nyeri
Nyeri merupakan sensasi subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan awitan yang tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas ringan hingga berat. Nyeri memiliki sensasi yang bervariasi dari
nyeri yang ringan hingga ke nyeri yang berat. Perasaan nyeri yang timbul dapat
menyebabkan sesak napas sebagai respon mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
(Potter & Perry, 2005)
g. Kelelahan otot pernafasan
Keletihan otot pernafasan dapat terjadi karena kelemahan otot, kelumpuhan otot
yang disebabkan oleh gangguan persayarafan, dan gangguan neuromuskular.
Keletihan otot pernapasan sendiri merupakan dampak dari bentuk kompensasi
tubuh dalam mencukupi kebutuhan oksigen bila terjadi hipoksia dan hipoksemia
(Somantri, 2007). Tubuh biasanya melakukan hiperventilasi untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang dibutuhkan, bila keadaan hiperventilasi dilakukan terus
menerus maka tubuh akan mengalami kelelahan otot pernapasan (mutaqqin, 2008)
Intervensi Keperawatan (Bulechek dkk, 2013)
1. Monitor pernafasan (3350)
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan dalam bernafas
b. Monitor pergerakan dada, penggunaan otot bantu pernafasan dan adanya retraksi
dinding dada
c. Monitor adanya suara nafas tambahan
d. Monitor pola nafas
e. Monitor saturasi oksigen
f. Auskultasi suara nafas
2. Terapi oksigen (3320)
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem humidifier
c. Berikan oksigen tambahan
d. Monitor aliran oksigen
3. Monitor tanda-tanda vital (6680)
a. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
b. Monitor jumlah dan irama jantung
c. Monitor bunyi jantung
d. Monitor pola pernapasan abnormal
e. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
f. Monitor sianosis perifer
g. Identifkasi penyebab dari perubahan vital sign
h. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai