Anda di halaman 1dari 31

Referat Aspirasi

Pneumonia
By.dr.Hendri

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pneumonia merupakan keadaan peradang parenkim paru-paru atau infeksi
akut yang mengenai jaringan paru-paru. Pneumonia disebabkan oleh bakteri,
virus, mycoplasma pneumonia, jamur, aspirasi, pneumonia hypostatic, dan
sindrom weffer.1
Orang yang lemah, keracunan alkohol atau obat atau dalam keadaan tidak
sadar karena pengaruh obat bius atau karena kondisi kesehatannya, memiliki
resiko untuk menderita pneumonia aspirasi. Bahkan orang normal yang
menghirup sejumlah besar bahan makanan yang dimuntahkannya, bisa menderita
pneumonia aspirasi. Infeksi ini umum menyerang saluran pernafasan bagian
bawah dengan gejala febris. Walaupun sangat jarang faringitis dapat berkembang
menjadi bronkhitis dan berlanjut menjadi pneumonia.1
Perjalanan penyakit pneumonia berlangsung secara graduil berupa sakit
kepala, malaise, batuk biasanya paroxysmal, sakit tenggorokan, kadang-kadang
sakit didada kemungkinan pleuritis. Pada awalnya sputum sedikit lama-lama
bertambah banyak. Foto toraks memberikan gambaran adanya infiltrat pada paru-
paru. Infiltrat berbentuk bintik-bintik menyebar kesannya lebih berat
dibandingkan dengan gejala klinis. Pada kasus yang berat, pneumonia menyebar
dari satu lobus ke lobus lainnya dan dapat juga bilateral. Sepertiga dari kasus
menunjukkan adanya lekositosis pada minggu pertama. Lama sakit berlangsung
dari beberapa hari sampai satu bulan lebih. Infeksi sekunder oleh bakteri lain dan
komplikasi lain dapat terjadi.1
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan
hal ini berdampak kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab
yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu
daerah dengan daerah yang lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal
dari lingkungan rumah sakit ataupun dari lingkungan luar. Karena itu perlu
diketahui dengan baik pola kuman di suatu tempat.

1
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

I. 2 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi di
Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Unsyiah. Referat merupakan kumpulan
dari berbagai referensi yang sudah teruji dan diakui oleh berbagai pihak yang
berkompeten. Penulisan ini juga secara tidak langsung melatih untuk menulis
secara ilmiah dan berkopetensi secara ilmiah dalam penulisan. Semoga penulisan
ini bermanfaat bagi berbagai pihak untuk diaplikasikan dalam pratek
medis sehari-hari yang berguna untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
yang lebih baik.

2
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

BAB II
TINJAUAN PERPUSTAKAAN

II. 1 Anatomi dan Fisiologi Pernafasan


Menurut Price SA, Wilson LM, anatomi pernafasan agar udara bisa
mencapai paru-paru adalah hidung, laring, trakhea, bronkhus dan bronkhiolus.
Fungsi masing-masing bagian ini sebagai berikut: Fungsi hidung Terdapat
bentukan-bentukan yang berfungsi untuk: Bulu-bulu hidung berguna untuk
menyaring udara yang baru masuk, debu dengan diameter > 5 mikron akan
tertangkap. Selaput lendir hidung berguna untuk menangkap debu dengan
diameter lebih besar, kemudian melekat pada dinding rongga hidung. Anyaman
vena (Flexus venosus) berguna untuk menyamakan kondisi udara yang akan
masuk paru dengan kondisi udara yang ada di dalam paru. Konka (tonjolan dari
tulang rawan hidung) untuk memperluas permukaan, agar proses penyaringan,
pelembaban berjalan dalam suatu bidang yang luas, sehingga proses diatas
menjadi lebih efisien. 2
Pharing Terdapat persimpangan antara saluran napas dan saluran
pencernaan. Bila menelan makanan glotis dan epiglotis menutup saluran napas,
untuk mencegah terjadinya aspirasi. Pada pemasangan endotrakeal tube glotis
tidak dapat menutup sempurna, sehingga mudah terjadi aspirasi. Laring Terdapat
pita suara / flika vokalis, bisa menutup dan membuka saluran napas, serta melebar
dan menyempit. Gunanya: Membantu dalam proses mengejan, membuka dan
menutup saluran napas secara intermitten pada waktu batuk. Pada waktu mau
batuk flika vokalis menutup, saat batuk membuka, sehingga benda asing keluar.
Secara reflektoris menutup saluran napas pada saat menghirup udara yang tidak
dikehendaki (untuk proses bicara).2
Trakea Dikelilingi tulang rawan berbentuk tapal kuda (otot polos dan
bergaris) sehingga bisa mengembang dan menyempit. Trakea bercabang menjadi
2 bronkus utama. Bronkus Merupakan percabangan trakea, terdiri dari bronkus
kanan dan kiri. Antara percabangan ini terdapat karina yang memiliki banyak

3
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.
Bronkus kiri dan kanan tak simetris. Yang kanan lebih pendek, lebih lebar dan
arahnya hampir vertikal. Yang kiri lebih panjang dan lebih sempit dengan sudut
lebih tajam. Bronkus ini kemudian bercabang menjadi bronkus lobaris, bronkus
segmentasi, bronkus terminalis, asinus yang terdiri dari bronkus respiratorius yang
terkadang mengandung alveoli, duktus alveolaris dan sakus alveolaris terminalis.2
Paru Terdiri dari paru kanan dan kiri yang kanan terdiri dari 3 lobus, kiri 2
lobus. Dibungkus oleh selaput yang disebut pleura viseralis sebelah dalam dan
pleura parietalis sebelah luar yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua
pleura terdapat cavum interpleura yang berisi cairan. Di dalam saluran napas
selain terdapat lendir, juga bulu-bulu getar / silia yang berguna untuk
menggerakkan lendir dan kotoran ke atas.1,2

Gambar. 1 Penampang Anatomi Pernafasan


` Fisiologi Pernapasan Menurut Guyton. Ae, respirasi meliputi 2 bidang
yakni respirasi eksterna dan respirasi interna. Respirasi eksterna adalah
pengangkutan oksigen dari atmosfer sampai ke jaringan tubuh dan pengangkutan
karbon dioksida dari jaringan sampai ke atmosfer. Sementara bagaimana oksigen
digunakan oleh jaringan dan bagaimana karbon dioksida dibebaskan oleh jaringan
disebut respirasi internal. Proses respirasi merupakan proses yang dapat dibagi
menjadi 5 tahap yaitu :

4
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

1) Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Selama
inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga
terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu otot sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus
mengangkat iga-iga. Toraks membesar ke tiga arah : anteroposterior, lateral dan
vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura,
dari sekitar -4 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi sekitar -8 mm
Hg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi. Tekanan saluran udara
menurun sampai sekitar -2 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) dari 0 mm
Hg pada waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer
menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru sampai tekanan saluran udara
pada akhir inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer. Selama pernapasan
tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan
paru-paru atau saat ekspirasi dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke
atas menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini
meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan
antara saluran udara dan atmosfer menjadi terbalik, sehingga udara mengalir
keluar dari paru-paru sampai tekanan saluran udara dan tekanan atmosfer menjadi
sama kembali pada akhir ekspirasi. 2, 3
2) Difusi
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membran alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan
pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan
fase gas. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan
parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 103 mm Hg. Penurunan
tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur
dengan udara dalam ruang sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air. Ruang

5
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

sepi anatomik ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara
per pound berat badan. Hanya udara bersih yang mencapai alveolus yang
merupakan ventilasi efektif, tekanan parsial oksigen dalam darah vena campuran
(PVO2) di kapiler paru kira-kira sebesar 40 mm Hg. Karena tekanan parsial
oksigen dalam kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (PAO2 = 103
mm Hg), maka oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah.
Perbedaan tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mm
Hg) menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida
ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, dimana konsentrasinya pada hakekatnya
nol kendatipun selisih CO2 antara darah dan alveolus amat kecil. 2, 3
3) Hubungan antara ventilasi-perfusi
Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru
membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran
darah) dalam kapiler. Dengan perkataan lain, ventilasi dan perfusi dari unit
pulmonar harus sesuai. Nilai rata-rata rasio antara ventilasi terhadap perfusi (V/Q)
adalah 0,8. Angka ini didapatkan dari rasio rata-rata laju ventilasi alveolar normal
(4 L/menit). Ketidak-seimbangan antara proses ventilasi-perfusi terjadi pada
kebanyakan penyakit pernapasan. Tiga unit pernapasan abnormal secara teoritis
menggambarkan unit ruang sepi yang mempunyai ventilasi normal, tetapi tanpa
perfusi, sehingga ventilasi terbuang percuma (V/Q = tidak terhingga). Unit
pernapasan abnormal yang kedua merupakan uniit pirau, dimana tidak ada
ventilasi tetapi perfusi normal, sehingga perfusi terbuang sia-sia (V/Q = 0). Unit
yang terakhir merupakan unit diam, dimana tidak ada ventilasi dan perfusi.2, 3
4) Transpor oksigen dalam darah
Oksigen dapat diangkut dari paru-paru ke jaringan-jaringan melalui dua jalan:
secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan hemoglobin
sebagai oksihemoglobin (HbO2). Ikatan kimia oksigen dengan hemoglobin ini
bersifat reversibel. Dalam keadaan normal jumlah O2 yang larut secara fisik
sangat kecil karena daya larut oksigen dalam plasma yang rendah. Hanya sekitar
1% dari jumlah oksigen total yang diangkut. Cara transpor seperti ini tidak
memadai untuk mempertahankan hidup. Sebagian besar oksigen diangkut oleh

6
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

hemoglobin yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Dalam keadaan tertentu
(misalnya : keracunan karbon monoksida atau hemolisis masif dimana terjadi
insufisiensi hemoglobin) maka oksigen yang cukup untuk mempertahankan hidup
dapat ditranspor dalam bentuk larutan fisik dengan memberikan oksigen dengan
tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer (ruang oksigen hiperbarik). Satu
gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml oksigen. Pada tingkat jaringan oksigen
akan berdisosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam plasma. Dari plasma
oksigen berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan
yang bersangkutan. Meskipun kebutuhan jaringan bervariasi, namun sekitar 75%
dari hemoglobin masih berikatan dengan oksigen pada waktu hemoglobin kembali
ke paru-paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi sesungguhnya hanya
sekitar 25% oksigen dalam darah arteria yang digunakan untuk keperluan
jaringan. 2,3
5) Pengendalian pernapasan
Pernapasan dikendalikan oleh suatu kelompok neuron yang terletak bilateral di
dalam substansia retikularis medula oblongata dan pons. Dibagi menjadi 3 daerah
utama yaitu :
(1) Kelompok neuron medula oblongata dorsalis, yang merupakan area inspirasi.
Letak neuronnya sangat dekat dan berhubungan rapat dengan traktus solitarius
yang merupakan ujung sensorik nervus vagus dan gloso varingeus. Sebaliknya
masing-masing saraf ini menghantarkan isyarat-isyarat sensorik dari kemo
reseptor perifer, dengan cara ini membantu ventilasi paru.2,3
(2) Kelompok neuron medula oblongata ventralis, yang merupakan area ekspirasi.
Merupakan kelompok neuron respirasi ventralis yang bila terangsang merangsang
otot-otot ekspirasi. Area ekspirasi selama pernapasan tenang dan normal bersifat
pasif. Bila dorongan ekspirasi menjadi jauh lebih besar dari normal maka isyarat-
isyarat tertumpah ke area ekspirasi dari mekanisme osilasi dasar area inspirasi,
meningkatkan tenaga kontraktil yang kuat ke proses ventilasi paru.2, 3
(3) Area di dalam pons yang membantu kecepatan pernapasan yang disebut area
pneumotaksis. Pusat pneumotaksis menghantarkan isyarat penghambat ke area
inspirasi, yang mempunyai efek membatasi isyarat inspirasi. Efek sekundernya

7
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

terjadi bila pembatasan inspirasi memperpendek masa pernapasan, maka siklus


pernapasan berikut akan terjadi lebih dini. Jadi isyarat pneumotaksis yang kuat
dapat meningkatkan kecepatan pernapasan 30-40 x per menit. Sementara yang
lemah hanya beberapa kali per menit.2,3

II. 2 Definisi
Pneumonia aspirasi adalah radang parenkim dan saluran pernafasan yang
terjadi karena masuknya benda asing, padat maupun cair, yang ukuran dan
takarannya berlebihan serta tidak steril. Radang paru-paru yang berlangsung akut
ditandai dengan perasaan tidak enak, batuk, dispnoe, dan demam yang tinggi.
Pada pneumonia macam ini terlihat pembusukan jaringan pulmoner. Pneumonia
ini juga dapat disebabkan oleh kuman-kuman yang mempunyai daya putrefaksi
(daya melarutkan jaringan mati).4
Kuman-kuman ini mempunyai asal bronchogen atau hematogen. Nekrosa
primer paru-paru biasanya disebabkan aspirasi bahan-bahan asing, misalnya obat-
obatan, bahan anastesi, makanan atau nanah. Juga dapat disebabkan oleh penetrasi
benda asing, berasal dari lambung-lambung besar. Masuknya cairan ke dalam
paru-paru tidak selalu mengakibatkan perubahan patologis jaringan paru-paru.
Kadang, secara sengaja cairan tertentu dimasukkan ke dalam saluran pernafasan.
Zat cair dan obat yang sengaja dimasukkan ke dalam batang tenggorok untuk
tujuan pemeriksaan dan pengobatan selain steril juga harus bersifat Perubahan-
perubahan terkemuka ialah pneumonia fibrinosa atau catarhalis.4
Perubahan putrefaksi ditemukan di daerah hepatisasi. Pembusukan ini
terlihat sebagai noduli kecil hingga sebesar kacang yang mempunyai pusat
gangrene. Akan tetapi perubahan ini dapat meluas hingga menjadi lobuler, atau
lober dan biasanya berbau. Hawa dapat menembus paru-paru dan menyebabkan
pneumothorax atau kadang-kadang emfisema subkutan di bagian leher dan bahu,
malah sampai ekor. Biasanya pneumoni ini menyebabkan kematian.4
Secara mikroskopik terlihat bronchitis dan bronchiolitis suppurativa pada
permulaan pneumoni. Radang meluas ke dalam parenkim disekitar bronchi dan
bronchioli dan menyebabkan terjadinya sarang-sarang multiple yang sama

8
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

sifatnya. Sarang-sarang ini berdifusi menjadi lebih besar. Pada sapi sering
ditemukan edema inter - lobiler dan emfisema.4

II. 3 Epidemiologi
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab
kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen
Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi
pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain
virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk
terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan,
defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll. 5
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia
dibawah 2 bulan pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernafasan sebanyak
60 kali/menit juga disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah
kedalam. Pada usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, frekuensi pernafasan
sebanyak 50 kali/menit dan pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun
frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali/menit.Pneumonia berat ditandai dengan
adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan
semuanya, kejang,dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas
bunyi krekels (suara nafas tambahan pada paru) saat inspirasi.
Kasus terbanyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada
bayi yang berusia kurang dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan menderita
pneumonia berat di puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu segera
dirujuk setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai.

II. 4 Etiologi

Sebagian besar penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus,

bakteri) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah,

9
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke

dalam saluran pernapasan (aspirasi). 6

Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan

golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya

(komplikasi). Mikroorganisme tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah

virus, terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Sedangkan

golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumoniae dan

Haemophilus influenzae type b (Hib). 6

Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet),


kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke
jaringan (parenkim) paru dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran
darah.4

Benda asing yang masuk ke dalam saluran pernafasan mungkin berasal


dari makanan, bahan yang dimuntahkan, obat-obatan, cairan larutan , cairan
radang atau abses didalam rongga mulut dan sekitarnya, air susu, dan sebagainya.
5, 6

Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:


1. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar
2. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
3. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

Faktor Resiko
Faktor-faktor resiko terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas
(ISPA), usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2
bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak
mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang

10
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik


menahun. Selain faktor-faktor resiko diatas, faktor-faktor di bawah ini juga
mempengaruhi resiko dari pneumonia :

1. Individu yang mengidap HIV


2. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang
3. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung
4. Karena muntah air akibat tenggelam
5. Bahan yang teraspirasi

Partikel kecil dari mulut sering masuk ke dalam saluran pernafasan, tetapi
biasanya sebelum masuk ke dalam paru-paru, akan dikeluarkan oleh mekanisme
pertahanan normal atau menyebabkan peradangan maupun infeksi. Jika partikel
tersebut tidak dapat dikeluarkan, bisa menyebabkan pneumonia.5, 6

Orang yang lemah, keracunan alkohol atau obat atau dalam keadaan tidak
sadar karena pengaruh obat bius atau karena kondisi kesehatannya, memiliki
resiko untuk menderita pneumonia jenis ini. Bahkan orang normal yang
menghirup sejumlah besar bahan makanan yang dimuntahkannya, bisa menderita
pneumonia aspirasi.6

II. 5 Patofisiologi

Perubahan secara organik sebagai akibat aspirasi tergantung pada sifat fisis
dan takaran benda asing, serta virulence mkroorganisme yang masuk paru-paru.
Apabila sebagai akibat aspirasi terjadi combatant bronchus akan terlihat usaha
untuk membebaskan sumbatan tersebut dengan batuk secara terus-menerus yang
dalam waktu singkat akan berakibat fatal sebagai akibat hipoksia dan asfiksia.
Sesampai di paru-paru, benda asing bersama kuman-kuman akan segera
mengiritasi jaringan, sehingga terbentuk radang. Apabila mampu melokalisasi
radang, gejala klinis tidak akan tampak. Sebaliknya bila bagian paru-paru yang
menderita cukup luas radang paru-paru akan bersifat akut dengan batuk yang terus

11
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

menerus disertai dengan dispneoea dan demam yang tinggi. Dalam waktu singkat
fungsi pernafasan akan mengalami kegagalan.5

Kuman yang terdapat pada proses radang, radang paru-paru kataral yang
semula terbentuk akan berubah menjadi ganggren yang lebih parah (pneumonia
ganggrenosa). Tergantung pada macam benda asing dan juga banyaknya jaringan
yang membusuk, bau yang menusuk yang keluar dari lubing hidung akan berbeda
sifat dan intensitasnya. Oleh adanya toksin yang dihasilkan kuman, gejala
toksemia juag akan teramati.5

Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme : filtrasi partikel


di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing
melalui refleks batuk, pembersihan ke arah kranial oleh mukosilier, fagositosis
kuman oleh makrofag alveolar, netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan
drainase melalui sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia : aspirasi,
gangguan imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung
bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan gangguan klirens
mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda asing atau disfungsi silier.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi
benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatus. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil
terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan
pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia
tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi hipoksemia,
hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan gagal nafas.

II. 6 Klasifikasi
Tipe pneumonia aspirasi gejala klinis dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Tipe obstruktif
Sumbatan saluran napas oleh sisa makanan. Bila sumbatan terjadi pada cabang
bronkus, maka akan timbul batuk sesak dan mungkin sianosis.

12
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

2. Tipe asmatik (asthmatic like Reaction)


Segera setelah terjadi aspirasi asam lambung, timbul batuk – batuk, sesak napas,
hipoksia, sianosis, hipotensi dan syok.

Pneumonia terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan dengan penyebab,


anatomik, dan berdasarkan asal penyakit ini didapat. Seperti berikut:
1. Berdasarkan penyebab :
a. Pneumonia Lipid
b. Pneumonia Kimiawi
c. Pneumonia karena extrinsik allergic alveolitis
d. Pneumonia karena obat
e. Pneumonia karena radiasi
f. Pneumonia dengan penyebab tak jelas

2. Berdasarkan Anatomik :
a. Pneumonia Lobaris
Merupakan pneumonia yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus
paru dan bila kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b. Pneumonia Interstisial
Merupakan pneumonia yang dapat terjadi di dalam dinding alveolar.
c. Bronchopneumonia
Merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat
tersumbat oleh eksudat mukopuren untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus.

3. Berdasarkan asal penyakit :


a. Pneumonia komunitas atau community acquired pneumonia, adalah
pneumonia yang didapat dari masyarakat.

13
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

b. Pneumonia nosokomial atau hospitality acquired pneumonia yang berarti


penyakit itu didapat saat pasien berada di rumah sakit atau tempat
pelayanan kesehatan

Bacterial Pneumonia Viral Pneumonia Atypical Pneumonia


Demam Demam Demam
Depresi Depresi Depresi
Terkadang batuk dan
Batuk dengan dahak yang
Batuk kering mengeluarkan lendir
berwarna kuning atau hijau
putih
Nyeri dada Sakit kepala nausea atau vomitus
Berkeringat banyak Nyeri otot Lemas
Kuku dan bibir kebiruan Kuku dan bibir kebiruan

dikarenakan produksi dikarenakan produksi

oksigen berkurang oksigen berkurang


Bingung Lemas
Tabel. 1. Manifestasi penyebab Pneumonia.

Klasifikasi berdasarkan kaadaan infektif dan non infektif.

A . Pneumonia Non-Infektif

1.Aspirasi Pneumonia

Aspirasi pneumonia terjadi ketika cairan atau makanan terhisap masuk ke dalam

paru, dan terjadi konsolidasi dan radang sekunder. Keadaan klinis yang

merupakan resiko bagi penderita ialah pembiusan, operasi, koma, stupor

karsinoma laring dan kelemahan hebat. Bagian paru yang terkena bermacam-

macam tergantung posisi tubuh penderita. Bila dalam keadaan tidur terlentang,

14
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

daerah yang terkena adalah segmen apikal lobus bawah. Bila dalam keadaan tidur

miring ke sisi kanan, daerah yang terkena ialah segmen posterior lobus atas.

Daerah yang sering terkena mengandung anaerobic, dan abses paru mengandung

material yang membusuk.

2. Lipid Pneumonia

Lipid Pneumonia dapat endogen akibat obstruksi saluran nafas yang

menyebabkan terjadinya timbunan magkrofag dan sel raksasa disebelah distal.

Keadaan ini sering ditemukan disebelah distal dari karsinoma bronkus atau benda

asing yang terhirup. Disamping itu lipid pneumonia dapat juga disebabkan oleh

faktor eksogen, akibat terhirupnya material yang mengandung konsentrasi lipid

yang tinggi. Material seperti ini misalnya paraffin cair atau tetes hidung berbentuk

minyak. Vakuola lipid dicerna oleh sel raksasa benda asing; dan dapat ditemukan

beberapa fibrosis interstisial.

3. Eosinofilik Pneumonia

Eosinofilik Pneumonia ditandai oleh banyak Eosinofil dalam interstisial dan

alveoli. Mungkin dapat ditemukan sumbatan mukus pada bagian proksimal

saluran nafas, seperti yang ditemukan pada asma, atau oleh Aspergillus, seperti

pada bronkopulmoner aspergilosis. Kambuhnya radang bronkial dapat

mengakibatkan destruksi dinding disertai penggantian oleh jaringan granulasi dan

sel raksasa; ini disebut Bronkosentrik Granulomatosis. Disamping itu, eosinofilik

pneumonia dapat ditemukan sewaktu mikrofilaria pindah melalui sirkulasi paru.

Ini dapat juga idiopatik, yang berkaitan dengan eosinofilia darah pada sindroma

Loffler.

15
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

B. Pneumonia Infektif

1) Bronkopneumonia

Bronkopneumonia mempunyai karakteristik bercak-bercak distribusi yang

terpusat pada bronkiolus dan bronkus yang meradang disertai penyebaran ke

alveoli sekitarnya. Ini sering terjadi pada orang usia lanjut, bayi dan penderita

yang sangat lemah, misalnya penderita kanker, gagal jantung, gagal ginjal kronis

dan trauma serebrovaskuler. Bronkopneumonia juga terjadi pada penderita

bronchitis akut, sumbatan nafas kronis atau kistik fibrosis. Kegagalan

membersihkan saluran nafas dari hasil sekresi, seperti yang biasanya terjadi pada

periode setelah operasi, juga merupakan predisposisi terjadinya

bronkopneumonia.

Organisme penyebab ialah Stafilococcus, Streptococcus, Haemophilus

Influenzae, Koliform dan jamur. Penderita sering mengalami septikemia dan

toksik, disertai demam dan berkurangnya kesadaran. Daerah yang terkena dapat

diidentifikasi secara klinis dengan terdengarnya suara krepitasi pada pemeriksaan

auskultasi.

Daerah paru yang terkena cenderung pada bagian basal dan bilateral. Pada

pemeriksaan postmortem terlihat berwarna kelabu atau kelabu atau kelabu merah.

Histologi menunjukkan radang akut yang khas disertai eksudat. Dengan antibiotik

dan fisioterapi, daerah yang sakit akan mengalami penyembuhan atau perbaikan

dengan meninggalkan jaringan parut.

2) Pneumonia Lobaris

16
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

Pneumonia Pneumokokus khas mengenai orang dewasa berumur antara 20 sampai

50 tahun; meskipun begitu pneumonia lobaris akibat Klebsiella mengenai individu

berusia lanjut, penderita Diabetes Mellitus atau alkoholik. Gejalanya berupa

batuk, demam dan produksi sputum. Sputum terlihat purulen dan mungkin

mengandung bercak darah, yang disebut sputum karat (Rusty). Demam dapat

sangat tinggi (lebih 40o C), disertai menggigil. Nyeri dada pada waktu inspirasi

yang merefleksikan terlibatnya pleura. bersamaan dengan terjadinya konsolidasi

paru, terdapat suara redup pada perkusi disertai naiknya suara pektoralis dan suara

nafas bronkial. Bronkiolus yang berisi sel radang dan alveoli di dekatnya berisi

penuh eksudat. Pigmen berwarna hitam adalah karbon, sering ditemukan.

3) Pneumonia Khusus

Pneumonia khusus dapat disubklasifikasikan ke dalam kelompok yang normal

(non-imunosupresi), atau yang imunosupresi.

a) Pada host yang imunosupresi (normal)

Pneumonia khusus pada host normal (non-imunosupresi), mungkin sebagai akibat

dari :

- Virus, misalnya Influenza, Respiratory Syncyial Virus (RSV), Adenovirus dan

Mikoplasma.

- Penyakit Legionnaires.

Pneumonia Mikoplasma dan Pneumonia Virus

Kejadian klinis bermacam-macam tergantung pada luas dan beratnya penyakit.

Pada kasus yang fatal, paru menjadi bertambah berat, kemerahan dan memadat

seperti pada sindroma distres pernafasan dewasa. Histologi menunjukkan radang

17
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

interstisial yang terdiri dari limposit, magkrofag dan sel plasma. Membran hialin

dan eksudat fibrinosa terlihat menonjol. Alveoli relatif bebas dari eksudat seluler.

Pneumonia Mikkoplasma cenderung menyebabkan pneumonia kronis dalam

derajat yang lebih rendah, disertai radang interstisial dan beberapa membran

hialin. Sifat kronis penyakit akan menyebabkan organisasi radang dan fibrosis

paru.

Virus Influenza dapat menyebabkan pneumonia akut fulminan disertai perdarahan

paru; perjalanan kliniknya sangat cepat dan fatal.

Penyakit Legionaires

Penyakit ini disebabkan oleh basil Legionella Pneumophila, dan disebarkan

melalui tetesan air dari pengatur kelembaban udara dan tangki penampungan air

yang telah terkontaminasi. Penderita sebelumnya dalam keadaan sehat, walaupun

sebagian kecil telah mempunyai penyakit kronis, seperti gagal jantung atau

karsinoma. Gejala berupa batuk, dyspnea dan nyeri pada daerah dada, bersama-

sama dengan bentuk sistemik lain, misalnya mialgia, sakit kepala, kesadaran

menurun, mual, muntah dan diare. Sekitar 10 – 20 % kasus adalah fatal. Pada

autopsy ditemukan paru bertambah berat dan memadat.

b) Pada host yang imunosupresi

Apabila kondisi imunosupresi mengenai seorang penderita, paru akan mudah

menjadi sakit oleh organisme yang non-patogen bagi individu yang tidak

mengalami imunosupresi. Keadaan ini dikenal sebagai infeksi “Oportunistik”.

Pada setiap penderita imunosupresi, timbulnya demam, nafas yang pendek dan

18
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

batuk bersama dengan infiltrat paru, merupakan kejadian yang membahayakan.

Penyebab infeksi Oportunistik yang sering ialah :

- Pneumocystis Carinii.

- Jamur lain, misalnya Candida, Aspergillus.

- Virus, misalnya Sitomegalovirus, campak.

Pneumocystis Carinii

Alveoli terisi eksudat yang berbuih berwarna jambon. Dengan pewarnaan

impregnasi perak akan dapat dilihat organisme berbentuk bulat atau bulan sabit.

Ditemukan juga kerusakan alveolar yang difus.

Jamur

Baik Candida maupun Aspergillus keduanya dapat menyebabkan nekrosis yang

luas. Mikro-abses mengandung filamen jamur yang khas.

Virus

Infeksi virus dapat memproduksi kerusakan alveolar yang difus. Khas ditemukan

inklusi intranukleus disertai infeksi oleh Sitomegalovirus (CMV). Pneumonitis

campak memproduksi pneumosit raksasa yang tersebar disertai metaplasia

skuamosa bronkus dan bronkiolus.

II. 7 Gejala Klinik 5

Gejala klinis yang muncul tergantung dari umur pasien, dan pathogen
penyebabnya, sedangkan pada anak-anak bisa tidak muncul gejala. Pada neonatus
sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-
bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah
takipneu, retraksi, sianosis, batuk,panas, dan iritabel.

19
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
( non produktif / produktif ), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi
dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas,
batuk (non produktif / produktif ), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya nafas cuping hidung.
Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernapasan menurun. Fine crackles
(ronki basah halus) yang khas pada anak besar, bisa ditemukan pada bayi. Gejala
lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,
suara panas menurun, dan terdengar fine crackles (ronki basah halus) di daerah
yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat gerakan
dada menurun waktu inspirasi anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki flesi.
Rasa nyeri, dapat menjalar ke leher, bahu, dan perut.
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas
akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk
dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna merah karat (untuk streptococcus
pneumoniae), merah muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan
bau khas (untuk pseudomonas aeruginosa). Pada sebagian penderita juga ditemui
gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Tanda dan Gejala berupa:
1. Akut: dispnoea yang sangat, pernapasan dangkal dengan frekuensi yang
meningkat.
2. Pernapasan dilakukan dengan mulut;mulut dibuka dan lidah dijulurkan, dan
dengan hidung.
3. Leher penderita diluruskan, untuk melonggarkan pernapasan.
4. Dari hidung terlihat ingus mukopurulen atau purulen, yang kebanyakan
disertai dengan bau busuk.
5. Suhu tubuh meningkat hingga 42°C atau lebih.
6. Gejala dehidrasi yang terjadi dalam waktu singkat.
7. Kemih dan tinja tidak terbentuk(biasanya).
8. Kebanyakan penderita mengalami konstipasi.

20
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

9. Selaput lender konjungtiva tampak hiperemik dan pembuluh darah episkleral


melebar.
10. Pulsus terasa sebagai pulsus piliformis dan jantung mengadakan kompensasi
dalam bentuk suara jantung yang mendebur.
11. Pada pemeriksaan auskultasi yang terdengar adalah suara campuran, dengan
suara ronchi basah yang dominan(sering auskultasi dan perkusi tidak dapat
dilakukan dengan sempurna, karena tipe pernapasan yang sangat frekuen dan
batuk yang terus menerus, hingga hasilnya juga kurang konklusif).
12. Proses akut biasanya berlangsung tidak lebih dari 48 jam dan diakhiri dengan
kematian.
13. Pada yang subakut, proses berlangsung 7-14 hari, selama hewan masih mau
makan dan minum, radang paru-paru aspirasi dapat berakhir dengan
kesembuhan secara klinis yang disertai proses radang yang terlokalisasi.
14. Proses akut mengakibatkan hewan kehilangan nafsu makan dan terhentinya
produksi air susu.
15. Pasien suka tiduran dan berdiri dengan kaki muka diabdusikan.

II. 8 Diagnosa

Penentuan diagnosis didasarkan pada anamnesis dan gejala yang


disebutkan di atas. Penyakit paru-paru aspirasi perlu dibedakan dari penyakit
paru-paru bentuk lain dan bronchitis. Juga pleuropneumonia akan menunjukkan
gejala yang mirip, dengan suara friksi yang menonjol. Pada proses yang
berlangsung akut, prognosa hampir infausta. Pada yang subakut prognosis bersifat
meragukan. Setiap saat proses dapat berubah menjadi akut.3, 6

Anamnesis 6

Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi
saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus
menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada
bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit.

21
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi,
penurunanan kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan
meningitis, sepsis atau ileus.

Pemeriksaan fisis 6

Tanda yang mungkin ada adalah suhu ≥ 39 0 C, dispnea : inspiratory effort ditandai
dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis.
Gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal
atau redup. Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama
melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah halus di
lapangan paru yang terkena.

Pemeriksaan penunjang 6


Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung
jenisbergeser ke kiri.

Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan
keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar
PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya.
Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas.

Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi
dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap
penanganan awal.

Gambaran padat radiografi paru secara klasik dibagi menjadi 3, yaitu :
alveolar (disebabkan oleh pneumococcus dan bakteri lain), interstitial
pneumonia (disebabkan oleh virus atau mycoplasma), serta
Bronchopneumonia (oleh karena S. aureus atau bakteri lain) memiliki pola
difus bilateral dengan meningkatnya batas peribroncial, adanya infiltrat
fluffy (seperti benang/rambut halus) yang kecil dan meluas ke perifer.
Staphylococcal pneumonia terkait dengan gambaran pneumatoceles dan
efusi pleura (empyema). Mycoplasma penyebab pneumonia memiliki pola

22
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

yang sama dengan pola bakteri atau virus, ditambah dengan adanya
infiltrat retikuler dan retikulonoduler yang terlokalisir pada satu lobus.
Pada anak-anak konsolidasi pneumonia berbentuk spheris menyerupai
tumor pada awalnya dan selanjutnya meluas, single dengan batas tidak
jelas.3
Penilaian Laboratorium
Pada pasien pneumonia oleh karena bakteri jumlah sel darah putih
meningkat (neutrofil) (>15000/mm3), thrombocytosis terjadi lebih dari 90
% anak dengan empyema. Hyponatremia akibat sekunder dari
meningkatnya hormon ADH. Sputum bisa menjadi bahan pemeriksaan
pada orang dewasa dan jarang diproduksi pada anak-anak dibawah 10
tahun, kualitas sputum yang baik mengandung 25 polymorphonucclear sel
per field. Kultur darah positif hanya 3-11 % pasien pneumonia.
Pemeriksaan antigen bakteri pada serum dan urin mempergunakan latex
particle aglutination atau CIE memiliki sensitivitas dan spesivisivitas yang
rendah. Teknik invasive pada pasien pada pasien dengan efusi pleura
bertujuan untuk memerika cairan pleura atau dengan Flexible
bronchoscopy (FB) dengan bronchoalveolar lavage (BAL). Ada cara lain
yakni open lung biopsy dipergunakan bila cara invasive lainnya gagal
dalam mendiagnosa akantetapi cara ini memiliki kelemahan seperti dapat
membentuk broncopleural fistula.3

II. 9 Diagnosa Banding 4

Diagnosa banding yang sering disetarakan dengan penyakit pneumonia


aspirasi ini adalah:

 Acute Respiratory Distress Syndrome


 Asthma

 Atelectasis, Lobar

23
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

 Pneumonia, Typical Bacterial

 Pneumonia, Viral

 Pulmonary Edema, Noncardiogenic

Pada pasien anak keadaan diagnosa banding lebih cendrung dengan


penyakit sebagai berikut:

1. Asthma Bronchiale

Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9-12 bulan, tapi terbanyak di

atas usia 2 tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang

menderita bronchiolitis setelah agak besar menjadi penderita asthma.

Yang dapat membantu diagnosis asthma diantaranya, ialah :

- Anamnesa keluarga : penderita asthma positif atau penyakit atopik

- Serangan asthma lebih dering berulang atau episodic

- Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi

saluran pernapasan bagian atas.

- Ekspirasi yang sangat memanjang

- Ronchi lebih terbatas

- Pulmonary inflation lebih ringan

- Laboratoris ditemukan eosinophilia

- Reaksi terhadap bronchodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine.

2. Bronchiolitis akut

- inflamasi di bronkiolus

- menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun

24
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

- karakteristik: nafas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing

- ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru

- Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar,

penekanan diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP

meningkat pada fotolateral.

3. Bronchitis Acuta

- Terjadi di bronchus

- Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan.

Ronchi : basah, kasar.

- Dapat berkembang menjadi bronchiolitis.

Pneumonia dengan penyebab bakteri maupun non bakteri dapat dilihat

dengan perbedaan diagnosis:

Klasifikasi Bacterial Viral Mycoplasma


Umur Semua Semua 5-15 tahun
Waktu Musim dingin Musim dingin Semua tahun
Permulaan Abrupt Variabel Tiba-tiba
Demam Tinggi Variabel Rendah
Nafas cepat Umum Umum Tidak umum
dan dangkal
Batuk Produktif Nonproduktif Nonproduktif
Gejala yang Mild coryza, sakit Coryza (rhinitis akut) Bullous myringitis,
menyertai abdomen pharingitis
Keadaan fisik Konsolidasi, sedikit Variabel Fine crackle, wheezing
crackle
Leukositosis Umum Variabel Tidak umum
Radiografi Konsolidasi Infiltrate difus bilateral Variabel
Ufusi pleura Umum Jarang Kecil dalam 10-20%
Tabel: Perbandingan diagnosa Pneumonia penyebab bakteri maupun non bakteri

II. 10 Penatalaksanaan

25
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

Pneumonia aspirasi bisa dengan berbagai cara tergantung dari jenisnya.


Obat antibiotik yang dapat diberikan adalah penisilin atau sefalosporin generasi ke
3, ataupun klindamisin bila penisilin tidak mempan atau pasien alergi terhadap
penisilin. Tidak ada patokan pasti lamanya terapi, yang pasti antibiotik perlu
diteruskan hingga kondisi pasien baik, atau gambaran radiologis bersih atau stabil
selama 2 minggu (pada umumnya selama 3-6 minggu). Bedah terhadap abses
tidak diperlukan kecuali bila respon terapi kurang dan terjadi kekambuhan infeksi
di tempat yang sama.7

Pneumonia dengan gejala pneumonitis kimia dapat menggunakan terapi


oksigen dan jika perlu bisa diberikan ventilator mekanis.Bisa dilakukan
pengisapan trakea untuk membersihkan saluran pernafasan dan mengeluarkan
benda yang terhirup.Untuk mencegah infeksi, kadang-kadang diberikan
antibiotik.7

Jika dengan gejala obstruksi mekanik maka dilakukan Manuver Heimlich,


untuk mengeluarkan benda asing dan tindakan ini biasanya dapat menyelamatkan
nyawa penderita. Jika benda asing tertahan di bagian yang lebih bawah dari
saluran pernafasan, bisa terjadi batuk iritatif menahun dan infeksi yang
berulang.Benda asing biasanya dikeluarkan dengan bronkoskopi (alat dimasukkan
melalui saluran pernafasan dan benda asing dikeluarkan).7

Medikasi

1. Terapi antibiotik, untuk pneumonia yang disembarking bakteri, ideally


tidak dilakukan sampai bakteri diidentifikasi, dilanjutkan sampai 10 hari
setelah tampak gejala klinis dan dilakukan pemeriksaan radiographi.
2. bronchodilatator (contoh: theophylline dan terbutaline), dimaksudkan
untuk meningkatkan frekuansi nafas.
3. kortikosteroid jangka pendek, dapat dilakukan sekali saja pada kasus
infeksi per-akut.

26
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

STANDART PENATALAKSANAAN PNEUMONIA DARI DEPKES RI 8


A. Beri antibiotic oral sesuai indikasi
Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan antibiotic yang sesuai.
Antibiotic pilihan pertama:
Kotrimoksazol(trimetoprim+sulfametoksazol) Antibiotic pilihan kedua: amoksilin
Umur atau berat badan kotrimoksazol beri 2 kali sehari selama 5 hari Amoksisilin
Beri 3 kali sehari selamam 5 hari Tablet dewasa 480 mg Tablet anak 120 mg
Sirup/ 5 ml 240 mg Sirup 125mg per 5 ml 2 – 4 bulan (4 - < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5
ml4 – 12 bulan(6 – < 10 kg) ½ 2 5 ml 5 ml12 bulan – 5 tahun(10 - < 19 kg) ¾ atau
1 3 7,5 ml 10 ml
B. Beri antibiotic intramuscular
Untuk anak yang harus segera dirujuk tetapi tidak dapat menelan obat oral,
beri dosis (IM) kloramfenikol dan atau ampisilin dan rujuk segera. Jika rujukan
tidak memungkinkan ulangi suntikan kloramfenikol setiap 12 jam selama 5 hari
dan atau ampisilin setiap 6 ham selama 5 hari. Kemudian ganti dengan antibiotic
yang sesuai, untuk melengkapi 10 hari pengobatan. Umur atau berat badan
Kloramfenikol Dosis 40 mg per kg BB Tambahkan 5,0 ml aquadest Sehingga
menjadi 1000 mg = 5,6 ml Atau 180 mg/ml Ampisilin Dosis 20 mg per Kg BB
Tambahkan 5,0 ml aquadest Dalam 1 vial 1000 mg Sehingga menjadi 1000 mg =
5,6 ml Atau 180 mg/ml1 – 4 bulan (4-< 6 kg) 1.0 ml = 180 mg 0.5 cc = 90 mg 4 –
9 bulan (6-< 8 kg) 1.5 ml = 270 mg 0.8 cc = 145 mg 9 – 12 bulan (8-<10 kg) 2 ml
= 360 mg 1 cc = 180 mg12 – 3 tahun (10-< 14 kg) 2.5 ml = 450 mg 1.3 cc = 225
mg3 – 5 tahun (14-< 19 kg) 3.5 ml = 630 mg 1.8 cc = 315 mg

C. Nasehat untuk ibu tentang cara perawatan dirumah untuk anak 2 bulan s/d > 5
tahun.
a. Pemberian makanan:
- Berilah makanan secukupnya selama anak sakit
- Tambahlan jumlah makanan setelah sembuh
- Bersihkan hidung agar tidak mengganggu peberian makanan

27
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

b. Pemberian cairan:
- Berilah minuman lebih banyak
- Tingkatkan pemberian ASI
c. Pemberian obat pereda batuk
- Berikan ramuan yang aman dan sederhana
d. Pada anak bukan pneumonia perhatikan apabila timbul tanda pneumonia,
bawalah kembali kepda petugas kesehatan, bila:
- Napas menjadi sesak
- Napas menjadi scepat
- Anak tidak mampu minum
- Sakit lebuh parah
D. Pengobatan demam
a. Demam tinggi lebih dari 38.o c
- Berilah parasetamol
- Nasehati ibu agar memberi cairan lebih banyak
- Dosis parasetamol: tablet 500 mg pemberian tiap 6 jam selama 2 hari
Umur anak Dosis
2 bulan - < 6 bulan6 bulan - < 3 tahun3 tahun - < 5 tahun 1/8 tablet¼ tablet½
tablet.

II. 11 Komplikasi 9
Komplikasi dari pneumonia adalah sebagai berikut :
1. Empisema
2. Gagal nafas
3. Perikarditis
4. Meningitis
5. Hipotensi
6. Delirium
7. Asidosis metabolik

28
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

II. 12 Prognosa 10
Prognosa yang dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,
mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1 % agar sistem bronchopolmunal
yang tidak terkena dapat diselamatkan.

29
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

BAB III
PENUTUP

III. 1 Kesimpulan
1. Pneumonia aspirasi adalah radang parenkim dan saluran pernafasan
yang terjadi karena masuknya benda asing, padat maupun cair, yang
ukuran dan takarannya berlebihan serta tidak steril.
2. Radang paru-paru yang berlangsung akut ditandai dengan perasaan
tidak enak, batuk, dispnoe, dan demam yang tinggi. Pada pneumonia
macam ini terlihat pembusukan jaringan pulmoner.
3. Pneumonia ini juga dapat disebabkan oleh kuman-kuman yang
mempunyai daya putrefaksi (daya melarutkan jaringan mati).
4. Penyakit paru-paru aspirasi perlu dibedakan dari penyakit paru-paru
bentuk lain dan bronchitis. Juga pleuropneumonia akan menunjukkan
gejala yang mirip, dengan suara friksi yang menonjol. Pada proses
yang berlangsung akut, prognosa hampir infausta. Pada yang subakut
prognosis bersifat meragukan. Setiap saat proses dapat berubah
menjadi akut.
5. Prognosa yang dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,
mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1 % agar sistem
bronchopolmunal yang tidak terkena dapat diselamatkan.

30
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Referat Aspirasi
Pneumonia
By.dr.Hendri

DAFTAR PUSTAKA

1. Marik, Paul E.. Aspiration Pneumonitis and Aspiration


Pneumonia. The New England Journal of Medicine. N Engl J Med, 2001
Vol. 344, No. 9
2. Price SA, Wilson LM, Anatomi Dan Fisiologi Pernafasan:
penerbit : EGC. Jakarta, 2006
3. Guyton. Ae, Fisiologi Kedokteran: Fisiologi Pernafasan
Edisi:III, penerbit : EGC. Jakarta 2006
4. Wheda Asmara Putra, Pneumonia Aspirasi Ganggrenosa :
http://whedacaine.wordpress.com/2009/11/06/pneumonia-aspirasi/ada tanggal
27 Juni 2010.
5. Helmia, Lulu Manase UE, Pneumonia dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Paru. Lab/SMF Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya. 2004.
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Pneumonia di Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia; 2006
7. Setiowulan, Rasmailah, Referensi kesehatan: Pneumonia :
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/19/.Diakses tanggal 26 Juli 2010
8. RSU Dr. Soetomo.Pneumonia Pedoman Diagnosis Dan
Terapi. Bagian/SMF ilmu penyakit paru. Edisi III Surabaya 2005
9. Firdous Umar Standart Penatalaksanaan Pneumonia Depkes
RI Available from : [online] http:// www.bmf.litbang.pneumonia.depkes.go.id
Diakses tanggal 26 Juli 2010
10. Wikipedia Indonesia; Pneumonia Aspirasi available at URL:
http://id.wikipedia.org/wiki/ Pneumonia Aspirasi; 2010; accessed 25 Juli
2010

31
Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA

Anda mungkin juga menyukai