Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Asuhan sayang ibu merupakan asuhan dengan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk membayangkan
asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri,”Seperti inikah asuhan yang
ingin saya dapatkan?”atau “Apakah asuhan seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya
yang sedang hamil?” (DepKes RI, 2004).
Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan
bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta
mengetahui dengan baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan
mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik (Enkin,et al, 2000). Antara lain juga
disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakanseperti
ekstraksi vacum, cunam dan seksio cesarea. Persalinan juga akan berlangsung lebih cepat.
(Enkin, et al, 2000).
Dukungan dalam persalinan seperti pujian, penentraman hati, tidakkan untuk
meningkatkan kenyamanan ibu, kontak fisik, penjelesan tentang yang terjadi selama persalinan
dan kelahiran serta sikap ramah yang konstan. Tugas-tugas tersebut dapat dipenuhi oleh bidan.
Namun, pada praktiknya bidan juga harus melakukan prosedur medis yang dapat mengalihkan
perhatian mereka dari ibu. (Nike Badhi Subeki, SKp, 2003)
Dalam hal ini, seorang wanita yang bersalin harus ditemani oleh orang yang ia percayai
dan membuatnya merasa nyaman. Orang tersebut dapat berupa pasangannya, sahabatnya atau
anggota keluarganya.
Di negara maju, wanita yang bersalin sering merasa terisolasi di dalam ruangan bersalin
di RS besar yang dikelilingi oleh peralatan teknis serta tanpa dukungan dari pasangan atau
anggota keluarganya. (Nike Badhi Subeki, SKp, 2003).
Di negara berkembang, beberapa RS besar terlalu dipadati oleh persalinan resiko
rendah sehingga dukungan personal dan privasi tidak dapat diberikan. Di Indonesia, tidak semua
RS mengizinkan suami atau anggota keluarga lainnya menemani ibu di ruang bersalin. Hampir
seluruh persalinan berlangsung tanpa didamping oleh suami atau anggota keluarga lainnya.
II. PENGANTAR
Topik : Peran pendamping dalam proses persalinan
Sasaran : Masyarakat
Hari/Tanggal : Rabu, 03 Oktober 2018
Jam : 09:00 WIB
Waktu : s/d selesai
Tempat : RUANG VK RSUD DR SOEKARDJO TASIKMALAYA

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan masyarakat terutama suami dan keluarga
tau akan pentingnya peran pendamping dalam proses persalinan

IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, diharapkan masyarakat terutama suami dan keluarga
tau akan pentingnya peran pendamping dalam proses persalinan
1. Mengerti arti dari Pengertian Pendamping
2. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Pendamping Persalinan
3. Mengetahui Tugas Peran Pendamping
4. Mengetahui Faktor Penghambat Peran Pendamping
5. Mengetahui Psikologi Ibu pada saat persalinan
6. Mengetahui Peran Pendamping Persalinan Terhadap Psikologi Ibu Bersalin
7. Pendamping lainnya dalam persalinan

V. MATERI
Terlampir

VI. MEDIA
1. Materi SAP
2. Komputer (power point)
3. Leafllet
VII. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab

VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 2 menit Pembukaan:
1. Memberi salam Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan Memperhatikan
yang akan disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan:
Menjelaskan materi penyuluhan secara
berurutan dan teratur. Menyimak dan
Materi : Memperhatikan
1. Mengerti arti dari Pengertian
Pendamping
2. Mengetahui Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Peran Pendamping
Persalinan
3. Mengetahui Tugas Peran
Pendamping
4. Mengetahui Faktor Penghambat
Peran Pendamping
5. Mengetahui Psikologi Ibu pada saat
persalinan
6. Mengetahui Peran Pendamping
Persalinan Terhadap Psikologi Ibu
Bersalin
7. Pendamping lainnya dalam
persalinan
3. 6 menit Evaluasi :
- Meminta siswa dan siswi menjelaskan
atau menyebutkan kembali : Merespon,
1. Mengerti arti dari Pengertian Bertanya dan
Pendamping Menjawab Pertanyaan
2. Mengetahui Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Peran Pendamping
Persalinan
3. Mengetahui Tugas Peran
Pendamping
4. Mengetahui Faktor Penghambat
Peran Pendamping
5. Mengetahui Psikologi Ibu pada saat
persalinan
6. Mengetahui Peran Pendamping
Persalinan Terhadap Psikologi Ibu
Bersalin
7. Pendamping lainnya dalam
persalinan
-Memberikan kesempatan kepada
responden untuk bertanya
-Memberikan kesempatan kepada
responden untuk menjawab pertanyaan
yang dilontarkan
-Memberikan pujian atas keberhasilan
responden dalam menjelaskan pertanyaan
dan menjawab pertanyaan.
4. 5 menit Penutup:
-Menyimpulkan materi yang Menjawab Salam
telah disampaikan
-Menyampaikan terimakasih
atas perhatian dan waktu yang
telah diberikan kepada peserta
-Mengucapkan salam

IX. PENGESAHAN
Tasikmalaya, 02 Oktober 2018
Sasaran Pemberi Penyuluhan

Masyarakat Mahasiswa DIV Kebidanan Tk III

Mengetahui, Mengetahui
Clinichal Instruktur Dosen Akademik

Sri Indriyani, SST


X. EVALUASI
Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan : Lisan, Essay, dan Pilihan Ganda
Jumlah Soal : 2 soal

XI. LAMPIRAN MATERI

A. Definisi Pendamping
Pendamping adalah perbuatan mendampingi, menemani dan menyertai dalam suka dan
duka. Keluarga adalah dua individu atau lebih yang tergabung menjadi satu hubungan darah,
hubungan perkawinan, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi serta
mempertahankan kebudayaan.
1. Dukungan pendampingan persalinan
Kelancaran proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya : power,
passage, psikis (salah satunya dipengaruhi oleh pendamping persalinan), posisi, tempat
persalinan, dan penolong. Seorang ibu yang memasuki masa persalinan akan muncul perasaan
takut, khawatir, ataupun cemas. Ketakutan yang sering dirasakan oleh ibu yang melahirkan,
disebabkan oleh ketakutan dengan kondisi janinnya dan ketakutan akan rasa sakit. Rasa takut
tersebut akan menimbulkan stress dan memacu keluarnya hormon adrenalin yang akan
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang membawa
oksigen ke Rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi rahim yang dapat menghambat proses
persalinan. Kondisi ini akan meningkatkan angka komplikasi persalinan seperti perdarahan dan
infeksi yang akan menyebabkan peningkatan angka kematian ibu.
Dukungan pada persalinan dapat di bagi menjadi dua yaitu:
1) Dukungan Fisik Adalah dukungan langsung berupa pertolongan langsung yang diberikan
oleh keluarga atau suami kepada ibu bersalin.
2) Dukungan Emosional Adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun
ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa di cintai dan
diperhatikan oleh suami, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada keberhasilan
persalinan. Persalinan merupakan saat yang menegangkan dan menggugah emosi bagi
ibu dan keluarga.
Persalinan menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu, kerena itu pastikan
bahwa setiap ibu mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran. Asuhan ibu
yang dimaksud berupa dukungan emosional dari suami dan angota keluarga lain untuk berada di
samping ibu selama proses persalinan dan kelahiran. Suami dianjurkan untuk melakukan peran
aktif dalam mendukung ibu dan mengidentifikasikan langkah-lngkah yang mungkin untuk
kenyamanan ibu.
Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara untuk menemaninya.
Dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada ibu yaitu dalam hal emosi,
emosi ibu yang tenang akan menyebabkan sel-sel sarafnya mengeluarkan hormon oksitosin yang
reaksinya akan menyebabkan kontraksi pada rahim pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan
bayi.
2. Manfaat pendampingan
Bagi suami yang siap mental mendampingi istrinya selama proses persalinan dapat
memberikan manfaat seperti:
1. memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri. Suami adalah orang terdekat yang
dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan.
Ditengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan pegangan, dukungan dan
semangat untuk mengurangi kecemasan dan ketakutannya. Selalu ada bila dibutuhkan
dengan berada di samping istri, suami siap membantu apa saja yang dibutuhkan istri.
2. Kedekatan emosi suami istri bertambah Suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan
mati sang istri saat melahirkan anak sehingga membuatnya semakin sayang kepada
istrinya.
3. Menumbuhkan naluri kebapakan
4. Suami akan lebih menghargai istri
5. Melihat pengorbanan istri saat persalinan suami akan dapat lebih menghargai istrinya dan
menjaga prilakunya, karena dia akan mengingat bagaimana besarnya pengorbanan
istrinya.
6. Membantu keberhasilan IMD. IMD merupakan Inisiasi Menyusu Dini yang akan
digalakkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. IMD akan
tercapai dengan adanya dukungan dari suami terhadap istrinya.
7. Pemenuhan nutisi. Nutrisi ibu saat melahirkan akan terpenuhi karena tugas pendamping
adalah memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan tubuh ibu yaitu dengan cara pemberian
makan dan minum saat kontraksi rahim ibu mulai melemah.
8. Membantu mengurangi rasa nyeri saat persalinan. Dengan adanya pendamping maka
akan memberikan rasa nyaman dan aman bagi ibu yang sedang mengalami persalinan
karena adanya dukungan dari orang yang paling di sayang sehingga mampu mengurangi
rasa sakit dan nyeri yang dialami.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Pendamping Persalinan


Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pendamping persalinan antara lain: sosial,
ekonomi, budaya, lingkungan, pengetahuan, umur, dan pendidikan.

C. Tugas Peran Pendamping


Peran pendamping selama proses persalinan yaitu:
a. Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau sesuai dengan keinginan ibu
disela-sela kontraksi dan mendukung posisi ini agar dapat mengedan secara efektif saat
relaksasi.
b. Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafas saat kontraksi dan
beristirahat saat relaksasi.
c. Memberikan asuhan tubuh, dengan menghapus keringat ibu, memegang tangan,
memberikan pijatan, mengelus perut ibu dengan lembut.
d. Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan.
e. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
f. Membantu ibu ke kamar mandi.
g. Memberi cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu.
h. Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa.
i. Memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta memberikan pujian atas
kemampuan ibu saat mengedan.

Suami sebagai pendamping persalinan dapat melakukan hal sebagai berikut:


a. Memberi dorongan semangat yang akan dibutuhkan jika persalinan lebih lama dari yang
diperkirakan. Suami sebaiknya beritahu terlebih dahulu bahwa jika istri berteriak padanya
hanya karena sang istri tidak mungkin berteriak pada dokter.
b. Memijat bagian tubuh, agar anda tidak terlalu tegang atau untuk mengalihkan perhatian
istri dari kontraksi. Pukulan perlahan pada perut yang disebut effleurage, dengan
menggunakan ujung jari merupakan pijatan yang disarankan.
c. Memastikan istri merasa nyaman dengan menyediakan bantal, air, permen atau potongan
es untuk istri atau memanggil perawat atau dokter jika istri membutuhkan bantuan.
d. Memegang istri saat mengedan agar istri memiliki pegangan saat mendorong dan
memimpin istri agar mengedan dengan cara yang paling efektif.

D. Faktor Penghambat Peran Pendamping


Bila suami tidak bersedia mendampingi saat proses persalinan, ibu sebaiknya jangan
berkecil hati, mungkin suami tidak tega melihat istrinya kesakitan, jadi jangan paksa suami
karena hal ini berakibat fatal.
Kehadiran suami tanpa tekanan dari luar, pada proses persalinan akan sangat penting
dalam membantu istri terutama jika suami tahu banyak tentang proses melahirkan. Para suami
sering mengeluh betapa tertekannya mereka karena sama sekali tidak tahu apa yang harus
dikerjakan untuk menolong istrinya.
Situasi atau kondisi dimana suami tidak bisa mendampingi selama proses persalinan seperti:
a. Suami tidak siap mental. Umumnya, suami tidak tega, lekas panik, saat melihat istrinya
kesakitan atau tidak tahan bila harus melihat darah yang keluar saat persalinan. Tipe suami
seperti ini bukanlah orang yang tepat menjadi pendamping diruang bersalin.
b. Tidak diizinkan pihak RS. Beberapa RS tidak mengizinkan kehadiran pendamping selain
petugas medis bagi ibu yang menjalani proses persalinan, baik normal maupun cesar.
Beberapa alasan yang diajukan adalah kehadiran pendamping dapat mengganggu
konsentrasi petugas medis yang telah membantu proses persalinan, tempat yang tidak luas
dan kesterilan ruang operasi menjadi berkurang dengan hadirnya orang luar.
Apabila suami sedang dinas ketempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan untuk
pulang untuk menemani istri bersalin tentu istri harus memahami kondisi ini. Walaupun tidak
ada suami masih ada anggota keluarga lain seperti ibu yang dapat menemani. Momen persalinan
pun dapat di filmkan dalam kamera video, sehingga saat kembali dari dinas suami dapat melihat
kelahiran buah hatinya.

E. Psikologi Ibu pada saat persalinan


Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan
emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam
hidupnya. kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan
ketakutan, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi dan perasaan – perasaan yang tertekan
yang muncul dalam kesadaran. Para ahli membagi bentuk kecemasan dalam dua tingkat, yaitu :
a. tingkat psikologis: kecemasan yang berwujud sebagai gejala‐gejala kejiwaan, seperti tegang,
bingung, khawatir, sukar konsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.
b. tingkat fisiologis: kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala‐gejala
fisik, terutama pada sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar‐debar,
gemetar, perut mual, dan sebagainya.

Bila persalinan dimulai, interaksi antara passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron
untuk terjadinya kelahiran pervaginam spontan.
Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu. Meskipun persalinan adalah suatu hal
yang fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian
perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir,
dan pengeluaran bayi serta plasenta yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi.
Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin, antara lain :
a. Cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan,
b. Keadaan fisik ibu,
c. Riwayat pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC),
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan,
e. Dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman) serta latar belakang
psikososial lain dari wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, sosial ekonomi.
Secara epidemiologis, kecemasan dapat terjadi pada semua persalinan baik pada persalinan
primigravida maupun multigravida. Felman et al dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12
% ibu‐ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat
melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan saat‐saat tidak menyenangkan dalam
hidupnya. Rasa takut dan sakit menimbulkan stress yang mengakibatkan pengeluaran adrenalin.
Hal ini mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang
membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi rahim yang akan
menyebabkan memanjangnya waktu persalinan. Hal ini kurang menguntungkan bagi ibu maupun
janin yang berada dalam rahim ibu.
Kejadian persalinan lama, disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien. Menurut
Old et al adanya disfungsional kontraksi uterus sebagai respon terhadap kecemasan sehingga
menghambat aktifitas uterus. Respon tersebut adalah bagian dari komponen psikologis, sehingga
dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
proses persalinan. Takut biasanya dialami pada hal – hal yang belum diketahui ibu sehingga ibu
tidak siap untuk melahirkan atau persalinan tidak sesuai dengan jadwal, ibu akan mengalami
kelelahan, tegang selama kontraksi dan nyeri yang luar biasa sehingga ibu menjadi cemas.

Kecemasan juga bisa terjadi karena pengalaman buruk kerabat atau teman tentang persalinan
dan kenyataan bahwa kehamilan yang beresiko juga menyebabkan ibu tidak siap menghadapi
persalinan. Tenaga medis dan situasi tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa
nyaman ibu untuk melahirkan. Terkadang hambatan psikologis lebih besar pengaruhnya
dibandingkan fisik. Sering juga terjadi baik gangguan fisik maupun psikologis berpadu menjadi
lingkaran setan yang sulit diputuskan, mekanisme ini disebut incoordinate uterine action.
Menurut Pilliteri rasa takut, lelah dan kultur akan mempengaruhi respon psikologis berupa cemas
yang terjadi pada wanita menjelang persalinan

F. Peran Pendamping Persalinan Terhadap Psikologi Ibu Bersalin


Banyak penelitian yang mendukung kehadiran orang kedua saat persalinan berlangsung.
Penelitian oleh Hodnett, Simpkin, Hofmeyr, Nikodem & Wolmann, Hemminki, Virta &
Koponen, menunjukkan bahwa ibu merasakan kehadiran orang kedua sebagai pendamping
dalam persalinan akan memberikan kenyamanan pada saat persalinan. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa kehadiran seorang pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan
efek positif terhadap hasil persalinan, dapat menurunkan rasa sakit, persalinan berlangsung lebih
singkat dan menurunkan persalinan dengan operasi termasuk bedah Caesar.
Penelitian lain tentang pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses persalinan,
yaitu oleh Dr. Roberto Sosa yang dikutip dari Musbikin dalam bukunya yang berjudul “Panduan
Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan” menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang sahabat
atau keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalinan berlangsung, memiliki resiko
lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis dari pada mereka yang
tanpa pendampingan. Ibu-Ibu dengan pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung
lebih cepat dan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa kehadiran suami
atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress dan
kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan
membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu
secara fisik.
Secara psikologis, Istri membutuhkan dampingan suami selama proses persalinan. Proses
persalinan merupakan masa yang paling berat bagi ibu, dimana ibu membutuhkan dukungan dari
berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani proses persalinan sampai melahirkan
dengan aman dan nyaman. Perhatian yang didapat seorang ibu pada masa persalinan akan terus
dikenang oleh ibu terutama bagi mereka yang pertama kali melahirkan dan dapat menjadi modal
lancarnya persalinan serta membuat ibu menjadi merasa aman dan tidak takut menghadapi
persalinan.
Dukungan yang terus menerus dari seorang pendamping persalinan kepada ibu selama
proses persalinan dan melahirkan dapat mempermudah proses persalinan dan melahirkan,
memberikan rasa nyaman, semangat, membesarkan hati ibu dan meningkatkan rasa percaya diri
ibu, serta mengurangi kebutuhan tindakan medis. Dukungan suami dalam proses persalinan
merupakan sumber kekuatan bagi ibu yang tidak dapat diberikan oleh tenaga kesehatan.
Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri baik secara moral maupun
material serta dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi, penilaian dan finansial. Dukungan
minimal berupa sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat nyaman serta memberi penguatan
pada saat proses persalinan berlangsung hasilnya akan mengurangi durasi kelahiran.
Selama persalinan terutama bagi ibu yang melahirkan sendiri tanpa pendamping, ibu
cenderung merasa takut dan cemas. Sedangkan ibu bersalin yang didampingi selama persalinan
memberikan banyak keuntungan, antara lain menurunkan sectio caesarea (50%), waktu
persalinan lebih pendek (25%), menurunkan pemberian epidural (60%), menurunkan
penggunaan oksitosin (40%), menurunkan pemberian analgesik (30%) dan menurunkan
kelahiran dengan forcep (40%).
Dilaporkan juga bahwa dengan kehadiran suami selama proses persalinan secara
bermakna lama persalinan menjadi lebih pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kehadiran suami atau anggota keluarga lain yang mendampingi ibu saat bersalin banyak memberi
dampak positif bagi ibu khususnya dalam mengurangi kecemasan dan ibu akan menjadi lebih
nyaman sehingga mendukung kelancaran proses persalinan. Yang terpenting untuk diingat,
keberadaan suami di sisi istri yang tengah berjuang menghadirkan si buah hati ke dunia sangatlah
penting dalam menciptakan rasa aman dan nyaman. Suami harus tetap berada di sisi istriya agar
setiap saat ia membutuhkan, sang suami senantiasa ada dan siap membantunya. Akan tetapi
memberikan ruang yang cukup untuk sang suami ketika ia ingin menikmati dunianya sendiri.
Mendampingi seorang istri yang hendak melahirkan harus dengan kesabaran total. Kalaupun
seorang istri terkesan ketus dan menjengkelkan, sang suami menerima dengan besar hati. Karena
perlu memaklumi bahwa istri sedang mengalami ketegangan luar biasa.
Berikut adalah hal-hal yag bisa dilakukan seorang Suami jika menghadapi kondisi
tertentu saat mendampingi Istrinya melahirkan, antara lain:
a. Bantulah pasangan mendapatkan posisi yang paling tepat. Kalau sudah, berikan
dukungan dengan sepenuh hati.
b. Sampaikan/bicaralah padanya hanya mengenai hal-hal yang bisa membesarkan hatinya.
Jangan lupa, jaga kontak mata dan kontak batin, hingga ia memperoleh keyakinan Anda
selalu bersamanya. Mengucapkan hanya kata-kata positif yang membangun semangat.
Meghindari kata-kata pedas, kritik tajam atau apa pun yang bernada melecehkan. Yang
dibutuhkannya saat itu hanyalah pendamping yang mampu menenangkan dirinya. Tidak
lupa selalu berdoa untuk keselamatannya dan si buah hati.
c. Jika Ibu terlihat mengerang-erang menahan sakit, seorang suami harus mencoba
mengelus-elus atau pijat perlahan punggung Istrinya. Sentuhan lembut semacam ini akan
mengurangi ketegangannya.
d. Jika Ibu berkeluh kesah tentang rasa sakit yang tak tertanggungkan, besarkan hatinya
untuk tetap tabah. Pahami benar bahwa saat itu ia memang sedang sakit.
e. Bicaralah pada suster atau dokter bila ada sesuatu yang tidak dimengerti tentang kondisi
istri. Jika Anda mengkhawatirkannya, yakinkan diri bahwa tenaga paramedis disitu
adalah orang-orang profesional yang akan membantu menangani istri dan bayi Anda.
f. Peliharalah rasa humor, jika istri berteriak atau mengucapkan sumpah serapah seakan
marah besar tak perlu tersinggung, apalagi berniat membalasnya. Pahami hal semacam
itu muncul karena ia tengah berada dalam situasi yang sangat berat dan membuatnya
tertekan. Justru cobalah hibur dengan humor-humor segar.
g. Jika si kecil sudah berhasil dilahirkan, sampaikan pada istri bahwa berkat perjuangannya,
Anda berdua kini memiliki seorang bayi yang sangat cantik atau tampan. Ini akan sangat
membesarkan hatinya. Tentu saja jangan sampai kehadiran Anda di sisinya menghambat
tugas kalangan medis yang menangani persalinan tersebut.
h. Saat memberitahukan jenis kelaminnya, jangan hanya mengucapkan, "Dia cewek" atau
"Dia cowok," tapi sampaikan dengan kata-kata manis yang terdengar mesra. Semisal,
"Anak kita laki-laki, lo." atau "Anak kita cantik seperti ibunya." Tentu saja ekspresikan.
i. Jika petugas medis mengizinkan, gendonglah bayi Anda. Nikmati momen berharga
tersebut sebagai pengalaman yang amat fantastis untuk senantiasa bersyukur atas
kebesaran-Nya. Kebahagiaan hati anda atas karunia besar tersebut.
j. Bila suasana haru begitu menyergap, tak perlu merasa malu dengan menahan-nahan diri.
Biarkan air mata kebahagiaan mengalir. Itulah salah satu momen terindah sepanjang
hidup sebagai seorang ayah.

G. Pendamping lainnya dalam persalinan


Menurut Mary Nolan (2004) beberapa ibu memilih pasangan dan ibunya sendiri
untuk menjadi pendamping persalinannya. Ada sebuah penelitian yang sangat baik yang
menunjukkan bahwa pendukung wanita efektif dalam meningkatkan hasil persalinan dan
membantu calon ibu merasa percaya diri dalm melaksakan tanggungjawab pengasuhan terhadap
bayinya.
Meskipun demikian, jika seorang calon ibu memilih pendamping wanita, umumnya
mereka adalah anggota keluarganya atau sahabatnya. Sebuah pilihan yang jelas bagi calon ibu
adalah ibunya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002.Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.


Depkes RI, 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Depkes RI.
Mander, Rosemary, 2004. Nyeri Persalinan. Jakarta. EGC.
Nolan, Mary, 2004. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta. Arcan.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2002. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Sani, Rachman, 2002. Menuju Kelahiran yang Alami. Jakarta. 2002
Sholihah, Lutfiatus, 2004. Persiapan dan Strategi Menghadapi Persalinan Sehat dan Alamiah.
Jakarta. Diva Press.
Varney, helen, dkk, 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta.EGC
Westheimer, K Ruth, 2002. Mengkreasi Kehamilan dan Menjaga Kasih Sayang Bersama Dr.
Ruth. Jakarta. Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai