Struk Oke Fix
Struk Oke Fix
Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal
maupun global dengan gejala – gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang jelas selain kelainan vascular (WHO,
2006).
Stroke mengalami peningkatan signifikan pada masyarakat seiring dengan perubahan
pola makan, gaya hidup dan peningkatan stressor yang cukup tinggi. Peningkatan jumlah
penderita tidak saja menjadi isu yang bersifat regional akan tetapi sudah menjadi isu global
(Rahmawati, 2009).
Stroke adalah penurunan fungsi system syaraf utama secara tiba-tiba yang
berlangsung selama 24 jam dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah.Serangan iskemia
sementara atau Transient ischemic attacks (TIAs) adalah penurunan fungsi iskemia system
syaraf utama iskemia menurun selama kurang dari 24 jam dan biasanya kurang dari 30 menit.
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf
(deficite neurologis) akibat terhamabatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut
Ginsberg (2007) stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda atau gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal atau global yang terjadi secara cepat dan mendadak (dalam menit
atau pun detik) yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian. Jadi, stroke
merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada otak
yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa
menit dan jam.
KLASIFIKASI STROKE
1. Stroke hemoregik.
Merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disbabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Bisanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif. Nmun bisa jua terjadi saat
istirhat, kesadaran pasien umumnya menurun.
Rtoke hemoregik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi ecara spontan bukanole trauma
disebaban ole karena pecahnya pembuluh draharteri, vena, dan kapiler.
Perdarahan otak dibagimenjadi dua yaitu :
a. Perdarahan intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh dah terutama kerena hipertensi mengakibatkan
darah masuk kedlam jaringan otak. Membentuk masa yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan edema otak.
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda lebih sedikit ditemukan dari pada usia
tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia yang lebih muda bisa lebih buruk. Kondisi
turun temurun predisposisi untuk stroke termasuk penyakit sel sabit, sifat sel sabit, penyakit
hemoglobin SC (sickle cell), homosistinuria, hiperlipidemia dan trombositosis. Namun belum
ada perawatan yang memadai untuk hemoglobinopati, tetapi homosistinuria dapat diobati
dengan diet dan hiperlipidemia akan merespon untuk diet atau mengurangi lemak obat jika
perlu. Identifikasi dan pengobatan hiperlipidemia pada usia dini dapat memperlambat proses
aterosklerosis dan mengurangi risiko stroke atau infark miokard pada usia dewasa (Gilroy,
1992).
1. Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi
atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Pada level makroskopik, stroke iskemik paling sering disebabkan oleh emboli dari
ekstrakranial atau trombosis di intrakranial, tetapi dapat juga disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah otak. Pada level seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah ke otak
dapat mencetuskan suatu kaskade iskemik, yang akan mengakibatkan kematian sel-sel otak
dan infark otak (Rahmawati, 2009).
a. Emboli
Emboli dapat terletak di arteri karotis maupun vertebralis akan tetapi dapat juga di
jantung dan sistem vaskular sistemik (Mardjono, 1988).
1. Embolus yang dilepaskan oleh arteri karotis atau vertebralis, dapat berasal dari “plaque
atherosclerotique” yang berulserasi atau thrombus yang melekat pada intima arteri
akibat trauma tumpul pada daerah leher.
2. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada: Penyakit jantung dengan “shunt” yang
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.
3. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai emboli septik, misalnya dari
abses paru atau bronkiektasis, dapat juga akibat metaplasia neoplasma yang sudah ada
di paru.
b. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk
sistem arteri karotis dan percabanganya) dan pembuluh darah kecil. Tempat terjadinya
trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah
distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah. Energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal berasal
dari metabolisme glukosa. Bila tidak ada aliran darah lebih dari 30 detik gambaran EEG akan
mendatar, bila lebih dari 2 menit aktifitas jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka
kerusakan jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia dapat meninggal
(Wijaya, 2013).
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
PATOFISIOLOGI
A. STRUK ISKEMIK
Stroke iskemik terjadi apabila terjadi oklusi atau penyempitan aliran darah ke otak
dimana otak membutuhkan oksigen dan glukosa sebagai suber energi agar fungsinya tetap
baik. Aliran drah otak atau Cerebral Blood Flow (CBF) dijaga pada kecepatan konstan antara
50-150 mmHg (Price, 2006).
Jika CBF tersumbat secara parsial, maka daerah yang bersangkutan langsung
menderita karena kekurangan oksigen. Daerah tersebut dinamakan daerah iskemik. Infark
otak, kematian neuron, glia, dan vaskular disebabkan oleh tidak adanya oksigen dan nutrien
atau terganggunya metabolisme (Robbins, 2007).
B. STRUK HEMORAGIK
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan
subaraknoid. Insiden perdarahan intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke hemoragik,
dimana masing-masing 10% adalah perdarahan subaraknoid dan perdarahan intraserebral
(Caplan, 2009).
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry
aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal,
serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter
100 – 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut
berupa degenerasi lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma Charcot
Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan
pecahnya penetrating arteri. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek
penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah
juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2009).
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena darah dan sekitarnya
lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang
menyebabkan nekrosis (Caplan, 2009).
Perdarahan subaraknoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak
pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subaraknoid. Perdarahan subaraknoid
umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation (AVM) (Caplan, 2009).
Pemeriksaan penunjang penting untuk mendiagnosis secara tepat stroke dan subtipenya.
1. Anti koagulan
Digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat
pembentukan atau fungsi beberapa factor pembekuan darah.
Obat antikoagulan terdiri atas :
a. Heparin : meningkatkan aktivitas anti thrombin, menurunkan aktivitas thrombin
dan faktor-faktor koagulasi.
b. Low molecular weight protein (LMWH) : bekerja dengan menghambat factor Xa
meningkatkan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dan endotel. TFPI akan
berikatan dengan factor Xa dan menghambat tissue factor villa complex serta
menghambat penggabungan factor Xa dengan platelet, contoh parnaprin.
c. Warparin : menghambat koagulasi dengan jalan mencegah reduksi vitamin K
secara sistematik dari dalam hati.
d. Direst Trombin Inhibitor : secara selektif menghambat thrombin bebas dan
thrombin yang berikatan dengan bekuan darah, contoh dabigaliran epexilate.
3. Fibrirolitik
Membuka kembali pembuluh darah yang tersumbat oleh berbagai sebab dan lokasi,
misalnya emboli paru-paru, infark miokard akut, thrombosis vena, serangan serebral
embolik,
a. tPA : satu-satunya fibrinolitik yang langsung mengikat pada fibrin dan
plasminogen yang terikat dari thrombus lalu pemecahan thrombus fibrin yang
tidak larut menjadi hasil uraian fibrin
b. streptokinase : zat yang di dapat dari streptokokus B- hemolyticus yang
membentuk kompleks dengan plasminogen dan melepaskan plasmin aktif
c. urokinase : didapat dari urin manusia, membentuk kompleks dengan plasminogen
dan melepaskan plasmin aktif
d. APSAC : seperti streptokinase
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan stroke tujuannya adalah :
1. Mengurangi luka sistem saraf yang sedang berlangsung dan menurunkan kematian dan
cacat jangka panjang.
2. Mencegah komplikasi sekunder untuk imobilitas dan disfungsi sistem saraf.
3. Mencegah berulangnya stroke
Non farmakologi
Farmakologi
b.
Cardioembolic warfarin
Berdasarkan Dewan Asosiasi Stroke AS (Dipiro, 2005), umumnya hanya ada dua
agen farmakologi yang direkomendasikan, yaitu jaringan aktivator plasminogen (tPA)
intravena dengan onset 3 jam dan aspirin dengan onset 48 jam.
Kecepatan reperfusi (<3 jam onset) dengan tPA intravena memperlihatkan penurunan
kecacatan pada stroke iskemik. Dalam terapi yang harus diperhatikan adalah ketepatan
pemberian obat untuk mencapai efek yang diinginkan (Dipiro, 2005). Selain itu yang harus
diperhatikan antara lain;
1) Penanganan stroke
2) Onset symtom dalam 3 jam.
3) Hasil CT Scan.
4) Pemberian tPA 0,9mg/kg lebih dari 1 jam dengan 10% pemberian awal.
5) Kesesuaian penderita dengan kriteria antara lain: berusia 18 tahun atau
lebih, diagnosa stroke iskemik disebabkan karena berkurangnya kadar neurologik
dan onset gejala baik bila ditegakkan kurang dari 180 menit sebelum pengobatan
dimulai.
6) Pencegahan dengan terapi antitrombolitik (antikoagulan/antiplatelet) selama 24
jam.
7) Memonitor respon pasien dan perdarahan yang terjadi padanya. Apabila aspirin
diberikan secepatnya dapat menurunkan tingkat kematian dan kecatatan akan tetapi
untuk terapai pencegahan tidak pernah diberikan selama 24 jam, na hal tersebut
akan dapat menambah resiko perdarahan pada beberapa pasien.
Sedangkan penatalaksanaan stroke iskemik akut menurut PERDOSSI
(PerhimpunanDokter Spesialis Saraf Indonesia) 2011 :
1. Pengobatan terhadap hipertensi pada stroke akut
Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut agar dilakukan secara hati-hati.
Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% (sistolik maupun
diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila TDS > 220 mmHg atau TDD
>120 mmHg. Selanjutnya tekanan darah harus dipantau hingga TDS < 180 mmHg dan
TDD < 105 mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA.Obat antihipertensi yang
digunakan adalah labetalol, nitropaste, nitroprusid, nikardipin atau diltiazem secara
intravena.
2. Pemberian obat yang dapat menyebabkan hipertensi tidak direkomendasikan
diberikan pada kebanyakan pasien stroke iskemik.
3. Pengobatan terhadap hipoglikemia atau hiperglikemia
Hindari kadar gula darah melebihi 180 mg/dl, disarankan dengan infus salin dan
menghindari larutan glukosa dalam 24 jam pertama setelah serangan stroke akan
berperan dalam mengendalikan kadar gula darah. Hipoglikemia (< 50 mg/dl)
mungkin akan memperlihatkan gejala mirip stroke infark, dan dapat diatasi dengan
pemberian bolus dekstrose atau infus glukosa 10-20% sampai kadar gula darah 80-
110 mg/dl.
Indikasi dan syarat-syarat pemberian insulin:
- Stroke hemoragik dan non hemoragik dengan IDDM atau NIDDM
- Bukan stroke lakunar dengan diabetes mellitus
Kontrol gula darah selama fase akut stroke
4. Strategi untuk memperbaiki aliran darah dengan mengubah reologik darah secara
karakteristik dengan meningkatkan tekanan perfusi tidak direkomendasikan.
5. Pemberian terapi trombolisis rTPA pada stroke akut.
6. Pemberian antikoagulan
a. Antikoagulasi yang urgent dengan tujuan mencegah timbulnya stroke ulang awal,
menghentikan perburukan defisit neurologi, atau memperbaiki keluaran setelah
stroke iskemik akut tidak direkomendasikan sebagai pengobatan untuk pasien
dengan stroke iskemik akut.
b. Antikoagulasi urgent tidak direkomendasikan pada penderita dengan stroke akut
sedang sampai berat karena meningkatnya risiko komplikasi perdarahan
intracranial.
c. Inisiasi pemberian terapi antikoagulan dalam jangka waktu 24 jam bersamaan
dengan pemberian rTPA tidak direkomendasikan.
d. Secara umum, pemberian heparin, LMWH atau heparinoid setelah stroke iskemik
akut tidak bermanfaat. Namun, beberapa ahli masih merekomendasikan heparin
dosis penuh pada penderita stroke iskemik akut dengan risiko tinggi terjadi
reembolisasi, diseksi arteri atau stenosis berat arteri karotis sebelum pembedahan.
7. Pemberian antiplatelet
a. Pemberian aspirin dalam 24 sampai 48 jam setelah awitan stroke dianjurkan
untuk setiap stroke iskemik akut.
b. Aspirin tidak boleh digunakan sebagai tindakan intervensi akut pada stroke,
seperti pemberian rTPA intravena.
c. Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan.
d. Penggunaan aspirin sebagai adjunctive therapy dalam 24 jam setelah pemberian
trombolitik tidak direkomendasikan.
e. Pemberian klopidogrel saja, atau kombinasi dengan aspirin, pada stroke iskemik
akut tidak dianjurkan, kecuali pada pasien dengan indikasi spesifik, pengobatan
harus diberikan sampai 9 bulan setelah kejadian.
f. Pemberian antiplatelet intravena yang menghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa
tidak dianjurkan.
8. Pemakaian vasodilator seperti pentoksifilin tidak dianjurkan dalam terapi stroke
iskemik akut.
9. Dalam keadaan tertentu, vasopressor terkadang digunakan untuk memperbaiki aliran
darah ke otak.
10. Pemakaian obat-obatan neuroprotektor belum menunjukkan hasil yang efektif,
sehingga sampai saat ini belum dianjurkan. Namun, citicolin sampai saat ini masih
memberikan manfaat pada stroke akut. Penggunaan citicolin pada stroke iskemik
akut dengan dosis 2 x 1000 mg intravena selama 3 hari dilanjutkan dengan oral 2 x
1000 mg selama 3 minggu dilakukan dalam penelitian ICTUS (International Trial in
Acute Stroke). Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh PERDOSSI secara
multisenter, pemberian plasmin oral 3 x 500 mg pada 66 pasien di 6 rumah sakit
pendidikan di Indonesia menunjukkan efek positif pada penderita stroke akut berupa
perbaikan motorik, score MRS dan Bhartel index. Penatalaksanaan Stroke iskemik
(Dipiro, 2008).
1. Antikoagulan
Warfarin Na
Indikasi : Profilaksis emboli pada penyakit jantung rematik dan fibrilasi atrium,
profilaksis setelah pemasangan katup jantung prostetik, profilaksis da
pengobatan trombosis vena dan emboli paru, serangan iskemik serebral
yang transien
Perhatian : gangguan hati dan ginjal, baru saja mengalami pembedahan,
menyusui, hindari sari buah cranberi.
KI : kehamilan, tukak peptik, hipertensi berat, endokarditis bakterial
ES : perdarahan, hipersensitivitas, ruam kulit, nekrosis kulit, purple toes,
sakit kuning, disfungsi hati, mual, muntah, pankreatitis.
IO : Obat/prnyakit yang menurunkan efek warfarin : kolestiramin,
barbuiturat, carbamazepin, rifampisin, makanan tinggi vitamin K,
sindrom nefrotik dan kehamilan.
Obat/penyakit yang meningkatkan efek warfarin : amiadarone, obat
antifungi, cimetidine, clopidogrel, cotrimoxazole, disulfiram, ioniazid,
metronidazole
Dosis : dosis bersifat individual. Dosis awal 5-10 mg/hari selama 2 hari.
Penyesuaian dilakkan menurut hasil INR dikisaran 2-3 sudah di
anggap dosis terapeutik. Dosis pemeliharaan 2-10 mg/hari
Sediaan : Tablet 1 mg : warfarin Eisai
Tablet 2 mg : Simarc
Kategori kehamilan : X
3. Fibrinolitik
Alteplase (tPA)
Indikasi : Terapi trombolitik pada infark myocard akut, embolisme paru dan
stroke iskemik akut.
P : Stroke akut monitor perdarahan intrakarnial, tekanan darah
(antihipertensi dianjurkan jika sistolik diatas 180 mmHg atau diastolik
diatas 105 mmHg) gangguan fungsi ginjal.
KI : riwayat stroke pada pasien diabetes, hipoglikemik, hiperglikemik
ES : Resiko perdarahan otak meningkat pada stroke akut
Dosis : - Infark miocard, regimen dipercepat (dimulai dalam 6 jam). Awal,
injeksi IV 15 mg, diikuti infus 35 mg selama 60 menit (total 100 mg
selama 90 menit) pada pasien dengan BB < 65 Kg dosis diturunkan
- Infark miocard, terapi awal diberikan dalam 6-12 jam. Awal, injeksi
IV 10 mg, diikuti dengan infus IV 50 mg selama 60 menit. Kemudian
4 kali infus IV 10 mg selama 30 menit (total 100 selama 3 jam)
Sediaan : Actilyse
Kategori kehamilan : C
DIAGNOSIS STROKE
a. CT scan
Pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke infark dan stroke
hemoragik. Pemeriksaan CT scan kepala merupakan gold standar untuk menegakan diagnosis
stroke.