Laporan Aes
Laporan Aes
Laporan Aes
AES
(ATOMIC EMISSION
ACC, tanggal Drs. Harjanto, M. Sc.
SPECTROMETRY)
NIP. 19610629199003 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
Electron mungkin kembali tidak langsung ke keadaan dasar, teteapi melalui tahap -tahap yang
menghasilkan beberapa spectrum garis. Diagram tingkat energy dapat dibuat untuk semua atom.
Diagram tingkat energy berbentuk sederhana untuk molekul mono atau diatomic seperti Na atau Mg,
tetapi lebih rumit untuk unsure -unsur transisi dan golongan utama seperti Al. Dalam semua hal,
garis -garis tersebut disebabkan transisi electron antara keadaan eksitasi terendah dan keadaan dasar.
Transisi yang t erjadi untuk logam-logam alkali adalah seperti : Li (671 nm); Na (590 nm); K (767,5
nm); Ca (423 nm). Transisi tingkat energy dapat diatur dengan mengawasi temperature nyala.
Transisi dari keadaan energy eksitasi terendah dari ion atau atom ke keadaan dasar lebih disukai.
Biasanya atom -atom netral mengemisi garis-garis tertentu, tetapi untuk unsure -unsur golongan
kedua, blok S, garis dapat juga dihasilkan dari ionisasi atom pada suhu tunggi. Seperti dibicarakan
sebelumnya, spectrum ion tidaklah
sampai dengan atom netral. Biasanya spectrum atomnya mirip deng an ion-ion yang
mempunyai nomor atom berikutnya, missal : speltrum ion Al mirip dengan unsure Mg.
Molekul menghasilkan spectrum pita sebab mempunyai eksitasi rotasi dalam, vibrasi, dan
electron. Ini menyebabkan distribusi radiasi eksitasi, sehingga spectru m pita dihasilkan,
bukan garis.
Nyala dari latar belakang seringkali harus diperhitungkan. Nyala hydrogen
menghasilkan perbandingan sinyal sampel logam terhadap latar belakang dengan paling
baik. Pengukuran intensitas spectrum garis tergantung pada jumah g aram-garam yang ada
dalam nyala; jumlah disosiasinya; ionisasi; atom -atom tereksitasi; kesempatam melakukan
transisi dari keadaan tereksitasi ke keadaan dasar dan absorpsi diri. Setelah disosiasi, variasi
intensitas emisi terhadap temperature diatur dengan energy eksitasinya. Ionisasi akan
mengurangi konsentrasi dari atom netral yang ada dalam nyala, sehingga mengurangi
intensitas dari emisi. Besarnya energy untuk disosiasi dari logam ke atom -atomya adalah
mendekati potensial ionisasi atau energy ionisasi a tom.
Factor-faktor yang berhubungan dengan variasi intensitas emisi dalam nyala,
misalnya disebabkan oleh pembentukan hidroksida dari logam -logam alkali. Oksigen
-acetylene menyediakan lingkungan yang sesuai untuk terbentuknya atom -atom bebas dari
unsure ya ng senang membentuk molekul monoksida. Biasanya zat dilarutkan dalam pelarut
hidrokarbon. Intensitas emisi akan bertambah dengan menggunakan pelarut organic atau
campuran pelarut organic-air. Teknik ekstraksi pelarut dapat dimanfaatkan untuk
tercapainya pe misahan analitik kemudian fase organiknya dapat langsung disedot kearah
nyala untuk menaikkan intensitas emisi. Pelaksanaan ekstraksi dan fotometri nyala secara
serentak memberikan hasil yang baik.
1.2.2 Metode Emisi Nyala
Salah satu langkah dalam prosedur e misi nyala atau fotometri nyala melibatk an
penyemprotan sampel ke nyala. Radiasi dari sumber akan diuraikan untuk mendapatkan
daerah spectrum yang diinginkan. Intensitas dari radiasi spectrum tersebut diukur. Dengan
system penyemprotan diharapkan distribus i yang seragam dari sampel masuk ke nyala
sehingga masalah-masalah yang berhubungan dengan busur api dan bunga api dapat
dihindarkan.
Fotometer nyala tersusun dari pengatur tekanan, pengukur aliran untuk gas bakar,
atomizer, pembakar, system optic dari det ector fotosensitif dan pencatat.
Gambar 1. Peralatan Fotometer Nyala
1. Pengatur tekanan dan pengukur aliran digunakan untuk mengatur tekanan dan
aliran gas yang diinginkan. Diperlukan tekanan bahan bakar sebesar 10 pon dan
25 p on untuk oksigen. Diafragma ganda dan jarum penunjuk digunakan untuk
mengawasi aliran gas, pengukur putaran (rotameter diatur dengan kecepatan aliran
gas 2 -10 ft/jam).
2. Atomizer digunakan untuk memasukkan cairan sampel ke nyala dengan kecepatan tetap.
Atomizer diklasifikasikan menja di 2, yaitu yang menyemprotkan sampel ke tempat
pengkodensasi untuk menghilangkan partikel -partikel yang besardan tpe yang lainnya
adalah yang menyemprotkan sampel langsung ke nyala. Yang pertama memerlukan ±4
-25 ml sampel per menit dimana 5% yang sampel ke nyala. Pada metode yang kedua
digunakan bubuk kental dalam isopropanol.
3. Pelarut gliserin dapat digunakan. Pembakar haruslah menghasilkan nyala yang baik.
Pembakar meker baik digunakan untuk suhu rendah. Suatu kisi logam pada bag ian mulut
pembakar berguna menghindarkan sambaran api ke dalam. Suatu kombinasi pembakar
dan penghisap, mempertemukan sampel secara langsung dengan nyala.
4. System optik. Berfungsi untuk mengumpulkan dan membuat cahaya monokromatis serta
memfokuskan detector fotosensitif. Cahaya difokuskan pada detektor dengan mengatur
cermin cekung dari nyala. Filter absorpsi ataupun filter interfrensi
memisahkan radiasi tertentu, tetapi pemisahan yang lebih baik dapat diperoleh dengan
monokromator. Celah yang baik diperluka n untuk mempersempit cahaya.
5. Detektor fotosensitif seperti sel lapisan barrier kurang baik, sebab responnya tidak
dapat dilipat gandakan. Fotometer filter nyala baik sebagai detector tetapi
suhunya harus selalu diawasi. Fotometer nyala di mana lebar pita d ari energy
radiasi yang sampai ke detector kecil, menggunakan fototube dan amplifier.
1.2.3 Intensitas Fotometri Nyala
Temperatur nyala merupakan salah satu variabel terpenting dalam fotometri nyala. Hal ini
ditetapkan berdasarkan sifat dasar bahan bakar, oksi dan serta laju alirnya. Demikian pula
desain pembakaran dan laju pemasukan larutan sampel. Pada tabel 1bnmemaparkan
temperature nyala kira -kira untuk beberapa campuran yang telah digunakan. Diantaranya yang
paling umu adalah gas alam atau propane dengan ud ara. Untuk menetapkan unsure yang
mudah tereksitasi seperti natrium dan kalium : Hidrogen – oksigen untuk nyala yang lebih
panas pada unsure-unsur tertentu, sedangkan asetilena – oksigen untuk temperature yang lebih
tinggi lagi. Nyala C 2N2 – O2 telah memiliki cacat pada daerah spectral tertentu, karena spectra
pita ynag dipancarkan oleh atom -atom yang tereksitasi terbentuk dari pembakaran itu. Nyala
C2N2 – O2 telah digunakan dalam kasus istimewa maupun tidak ekstensif karena biaya dan
toksiteis sianogen dan perlunya pembaaran yang sangat istimewa.
ada dalam nyala adalah menurunkan emisi; ( < 0,1 M ) H 2SO4, H3PO4, HNO3
memperlihatkan efek tersebut. Penggunaanreleasing agent atau ligan pelindung khelat
meghilangkan interferensi ini. Sifat larutan seperti tekanan uap, tegangan permukaan
mempengaruhi ukuran tetesan dan penggunaan LiCl mengurangi efek te rsebut. Surfakatan
nonionic juga berguna untuk menambah tegangan permukaan.
1.2.5 Penerapan Fotometri Nyala
Selama bertahun-tahun keunggulan dari fotometri nyala adalah analisis logam alkali terutama
Na dan K dan kurang untuk analisis logam alkali tanah seperti kalsium. Fotometri nyala juga
berguna untuk analisis biomedis, kimia klinis, agronomi, analisis air, studi dengan bidang lainnya
dimana terdapat unsure -unsur yang sukar ditetapkan dengan metode lainnya.
BAB II
METODOLOGI
Mengklik Ok
Mengklik add methode dan memilih elemen Na (elemen yang akan dianalisa).
Mengklik edit methode dan mengisi form berikut
ini : Type / mode
- Sampling mode : manual
- Instrument mode : emission
- Flame type and gas flow :
- Air flow : 13,5 ml / menit
- Acetylene flow : 2,00 ml / menit
Measurement
- Meansurement mode : integration
- Meansurement time :3s
- Read delay time :3s
- Calibration mode : concentration
Concentration
- Replicate standard :3
- Replicate sample :2
Optical
- Lamp position :-
- Lamp current :-
- Wave length : 589,2 nm
- Slit : 0,5 nm
- Background concentration : BC off
Lalu mengklik Ok
Mengklik label dan mengisi nama sampel
Mengklik analysis
Mengklik optimize, akan muncul beberapa kotak yaitu :
Kotak unsur pilihan Na yang diuji, mengklik o k
Selanjutnya kolom dialog box (wr…) pada monitor, mengklik ok
Selanjutnya muncul kolom analyst checklist, mengklik ok
Menyalakan flamme dengan menekan tombol hitam pada alat AAS spektra
AA-220 dan menahannya hingga nyala api sempurna
Mengklik emission setup. Selanjutnya memesukkan selang pada botol sampel
lalu menunggu pembacaan dan menggeser -geser burner head hingga
diperoleh signal emission tertinggi
Mengembalikan selang pada botol aquadest kemudian mengklik instrument zero
Menunggu signal emission men urun, kemudian mengklik ok
Kemudian muncul kolom uji Na, kemudian klik cancel.
Mengklik instrument
Mengklik wavelength scan kemudian memilih emission scan dan mengisi data
sebagai berikut:
Scan rate : 250 nm/mm
Scan Range : start : 900 nm
stop : 185 nm
Mengklik Ok
Muncul kolom dialog box (wr…) pada monitor, mengklik ok lalu akan ada
kotak dialog analisyt check list, mengklik Ok
Muncul kotak warning, meletakkan selang pada botol sampel dan mengklik read
Menunggu sampai analisa selesai yang ditandai dengan hilangnya tulisan
slewing pada layar
Setelah tulisan slewing hilang, mematikan flame dengan menekan tombol
merah pada alat
Pada spectrum yang telah diperoleh mencetak dengan cara sebagai berikut:
Panjang gelombang 185 -900 nm
Mengklik kanan pada spectrum, memilih scale memasukkan scale sebagai
berikut:
- Panjang gelombang : 700-900 nm
X Absis : -0.030 - 0,040
- Panjang gelombang : 500-700 nm
X Absis : 0,00 - 0,80
- Panjang gelombang : 400-500 nm
X Absis : -0.030 – (-0,010)
- Panjang gelombang : 300-400 nm
X Absis : -0.030 - 0,040
- Panjang gelombang : 200-300 nm
X Absis : -0.030 – (-0,010)
Mengkilik kanan, pada masing -masing scale diatas dan memilih print
Memilih peak (puncak) pada spectrum dan mencatat panjang gelombangnya
Mengklik file kemudian memili h exit
Mengklik start, kemudian memilih shut down dan mematikan alat AAS
Menutup kembali kran tabung gas dan melepas kabel pada computer dan
spectrometer dari stop kontak.
Mengklik Ok
Mengklik add methode dan memilih elemem Cu (elemen yang akan dianalisa).
Mengklik edit methode dan mengisi form berikut ini :
Type / mode
- Sampling mode : manual
- Instrument mode : emission
- Flame type and gas flow :
- Air flow : 13,5 ml / menit
- Acetylene flow : 2,00 ml / menit
Measurement :
integration
:3
s
:3
s
: concentration
:
-
:
-
: 324,8 nm
: 0,5 nm
: BC off
- Meansurement mode
- Meansurement time
- Read delay time -
Calibration mode
Optical
- Lamp position
- Lamp current
- Wave length -
Slit
- Background concentration
Standard
- Standard 1 : …ppm
- Standard 2 : …ppm
- Standard 3 : … ppm
- Standard 4 : … ppm
- Standard 5 : …ppm
Lalu mengklik Ok
Mengklik label dan mengisi nama sam pel berikut ini :
Pada baris satu :Sample X 1
Pada baris dua :Sampel X 2
Pada baris tiga :Sampel X 3
Mengklik analysis
Mengklik optimize, akan muncul beberapa kotak yaitu :
Kotak unsur pilihan Cu yang diuji, mengklik ok
3.2 Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul Spektrometri Emisi Atom, bertujuan untuk
mengoperasikan alat AAS sebagai AES untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif. AES
adalah suatu metode analisa berdasarkan emisi cahaya oleh atom dalam keadaan exited
state. Dengan berupa atom dalam keadaan exited state yang tidak stabil, atom akan
cenderung kembali ke ground state dengan memancarkan cahaya. Untuk mendapatkan atom
lebih banyak dalam kondisi exited state, maka suhu pembakaran ditinggikan.
Sampel dalam bentuk larutan diubah fasenya dalam bentuk atom elektronik. Untuk
mendapatkan eksitasi setinggi-tingginya, maka perlu adanya energy yang cukup besar sehingga
populasi atom yang tereksitasi juga meningkat. Atom -atom yang terpancar melalui nyala tertangkap
oleh monikromator, kemudian energy yang ditangkap digandakan oleh photo tube multiplier,
sehingga dapat dibaca oleh detector. Untuk mengetahui unsure dalam sampel (analisa kualitatif)
maka diperlukan data panjang gelombang, yang akan ditangkap
monikromator dan diteruskan pada detector dan setiap unsure memiliki panjang
gelombang tertentu.
Untuk analisa kuantitatif, teknik yang digunakan adalah metode kurva kalibrasi. Dalam metode
ini digunakan larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan mengukur emisi masing-masing
larutan standar. Selanjutnya membuat kurva kalibrasi, yaitu grafik hubu ngan antara konsentrasi (C)
dengan emisi (E). Kurva ini dibuat berdasarkan rumus emisi, yaitu :
Emisi sebagai sumbu ordinat dan konsentrasi sebagai absisnya, sehingga jika dibuat emisi
melawan konsentrasi akan diperoleh garis lurus. Nilai k ditentukan ol eh slope dari kurva
kalibrasi. Setelah itu, penentuan konsentrasi sampel dapat dilakukan dengan memplotkan
emisi sampel pada persamaan garis.
Dari pembacaan yang dtampilkan alat, diperoleh konsentrasi masing -masing sampel
adalah sebagai berikut :
Sampel 001 : 10.782 ppm
Sampel 002 : 8.772 ppm
Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis y = 0.021x + 0.011, dan dengan
memplotkan emisi sampel pada persamaan ini doperoleh konsentrasi sampel sebagai
berikut : Sampel 001 : 13.015 ppm
Sampel 002 : 9.786 ppm
Sedangkan kemungkinan unsur -unsur yang terkandung dalam sampel adalah sebagai berikut :
Potassium (K) Iron (Fe)
Natrium (Na) Niobium (Nb)
Strontium (Sr) Lead (Pb)
Terbium (Tb) Copper (Cu)
Calcium (Ca) Cobalt (Co)
Gadolinium (Gd) Uranium (U)
Manganese (Mn) Ruthenium (Ru)
BAB IV
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh dua kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsentrasi dari masing -masing sampel adalah sebagai berikut :
Sampel 001 : 10.782 ppm
Sampel 002 : 8.772 ppm
2. Kemungkinan unsure ya ng terkandung dalam sampel adalah sebagai berikut :
Potassium (K) Iron (Fe)
Natrium (Na) Niobium (Nb)
Strontium (Sr) Lead (Pb)
Terbium (Tr) Copper (Cu)
Calcium (Ca) Cobalt (Co)
Gadolinium (Gd) Uranium (U)
Manganese (Mn) Ruthenium (Ru)
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhitungan
a) Perhitungan SD dan RSD
Dengan menggunakan kalkulator scient ific Casio fx-991 ES diperoleh nilai SD.
Sedang nilai RSD menggunakan rumus :
Sampel 002
2. Kurva Kalibrasi