Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi sumber daya alam.

Salah satu dari sekian banyak sumber daya alam tersebut dalam bidang pertanian,

itulah mengapa Indonesia disebut Negara agraris. Sebagian penduduk Indonesia

menggantungkan kehidupannya dengan mata pencaharian dalam bidang pertanian.

Sesuai data Badan Pusat Statistik, mulai tahun 2010 sampai 2014 luas lahan

pertanian di Indonesia yang merupakan areal sawah yang tersebar dari Sabang

sampai Merauke selalu menunjukkan perubahan, meski sempat meurun pada

tahun 2013.

Tabel 1. Luas Lahan Sawah di Indonesia Tahun 2010-2014

Tahun Luas Lahan Sawah di Indonesia (Ha)

2010 8.002.552

2011 8.095.962

2012 8.127.264

2013 8.112.103

2014 8.114.829

Sumber: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/895
(terakhir diakses pada tanggal 02 Agustus 2017)

1
2

Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pasal 33 ayat 3

menyebutkan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat”, demikian pula yang seharusnya diterapkan oleh pemerintah

indonesia. Dalam pelaksanaan pengelolaan pertanian dibutuhkan perencanaan

pembangunan yang matang dan berkelanjutan, agar pemanfaatan potensi pertanian

tidak tereksploitasi dengan percuma. Apabila hasil pertanian dikelola atau

dimanajemen dengan baik, maka hasil pertanian tersebut dapat dipergunakan

untuk kesejahteraan rakyat sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.

Pemerintah pusat tentu saja tidak dapat melaksanakan sendiri setiap aktivitas

pemerintahan tanpa adanya bantuan dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah

juga tidak mempunyai wewenang untuk mengelola potensi di daerahnya tanpa

adanya peraturan yang berlaku. Dengan demikian pemerintah pusat mengeluarkan

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dimana dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahannya, pemerintah dapat melimpahkan

sebaigian urusan pemerintahan kepada perangkat pemerintah atau wakil

pemerintah di daerah untuk fokus mengelola potensi dari masing-masing

daerahnya yang selanjutnya diperbarui dalam Undang-Undang No 9 Tahun 2015.

Jawa Timur sebagai salah satu provinsi yang mampu menyangga kebutuhan

pangan nasional tertinggi. Pada tahun 2012 Jawa Timur mampu memproduksi

7.153.477 ton beras, sementara kebutuhan untuk konsumsi sebesar 3.588.501 ton

– versi Jurnal Pertanian (dikutip dari berita Badan Penelitian dan Pengembangan

Provinsi Jawa Timur tanggal 3 April 2013).Sehingga dengan pencapaian tersebut


3

diharapkan Jawa Timur mampu mencapai produksi beras sebesar 10 juta ton pada

tahun 2015. Kabupaten Banyuwangi merupakan Kabupaten yang menduduki

peringkat ke-11 Kabupaten/Kota Terkaya se-Indonesia 2012 versi Warta

Ekonomi. Selain itu catatan BPS terbaru menyebutkan, Produktivitas padi di

kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011 adalah 65,22 kuintal perhektar, sehingga

total produksinya mencapai 717.193 ton, atau meningkat sekitar 11,23% dari

tahun sebelumnya.

Tabel 2 Luas Panen, Produktifitas dan Produksi tanaman padi

di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011-2015

Tahun Luas Panen Produktifitas Produksi


(Ha) (Kw/Ha) (Ton)
2011 116.728 65,22 761.317
2012 121.377 65,30 792.573
2013 115.498 65,87 760.824
2014 119.809 64,94 777.996
2015 136.688 65,83 899.880
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi tahun 2011-2015

Melihat potensi Kabupaten Banyuwangi yang terus meningkat (tabel 2) dalam

produktifitas pertanian (padi), tidak mudah bagi Kabupaten Banyuwangi untuk

mempertahankan bahkan meningkatkan produktifitas pertaniannya (padi) tanpa

adanya kerja keras dari berbagai pihak dan fasilitas yang mendukung. Selain bibit

unggul, pupuk, obat-obatan dan peralatan yang digunakan dalam proses pertanian

(mulai musim tanam sampai musim panen), infrastruktur jalan menjadi hal yang

cukup penting untuk diperhatikan. Karena letak areal pertanian (sawah) yang

cukup jauh dari pusat kota/kabupaten, inilah alasan mengapa infrastruktur


4

terutama jalan menjadi kebutuhan vital terutama pada bidang pertanian yang erat

kaitannya dalam kegiatan perekonomian. Jalan merupakan sarana penting dalam

setiap kegiatan masyarakat. Ketidaktersediaan jalan yang memadai dapat

mengganggu aktivitas kegiatan masyarakat.Dalam Undang-undang no 38 tahun

2004 tentang Jalan.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian


jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
(pasal 1 ayat 4), selain itu jalan mempunyai peran sebagai bagian
prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi,
sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, sebagai prasarana
distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat,
bangsa, dan Negara, juga merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan
menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia
(pasal 5 ayat 1,2,3)”.

Tanpa adanya infrastruktur jalan yang memadai, para petani akan sangat kesulitan

untuk melaksanakan aktivitas pertanian maupun mendistribusikan hasil

pertaniannya pada saat musim panen tiba.


5

Kawasan Peruntukan Kab.


Banyuwangi
Luas (Ha);
Jalan, Hutan;
Ladang, dll 183.396,30;
21% 32%

Luas (Ha);
Pemukima
n;
127.454,22;
22%

Luas (Ha);
Sawah;
Luas (Ha);
66.152,00;
Kebun;
11%
82.143,63;
14%

Gambar 1. Kawasan Peruntukan Wilayah Kabupaten Banyuwangi

Sumber:Statistik Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011

Kabupaten Banyuwangi mempunyai luas wilayah sekitar 5.782,50 km².

Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi masih merupakan daerah

kawasan hutan yang diperkirakan mencapai 183.396,3ha atau sekitar 31,72

persen, daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44 persen, perkebunan

dengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21 persen, dimanfaatkan sebagai daerah

permukiman dengan luas sekitar 127.454,22ha atau 22,04 persen. Sedang sisanya

telah dipergunakan untuk jalan, ladang dan lain-lainnya seperti gambar

diatas.Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 24 kecamatan, 217 Desa/Kelurahan.

Desa Benelan Lor merupakan salah satu desa di kecamatan Kabat yang

hampir seluruh masyarakatnya menggantungkan diri dari hasil pertanian.

Keberadan tersebut dapat dilihat dari luas areal persawahan yang ada di desa ini
6

sekitar 79% dari luas total 230.484 ha/m² atau sekitar 182.235 ha/m² yang

merupakan areal persawahan. Pada tahun 2013, komoditas pertanian padi di Desa

Benelan Lor mencapai 728.840 ton/ha.

Potensi komoditas pertanian padi di Desa Benelan Lor tentu tidak dapat

mencapai angka yang signifikan apabila tidak didukung dengan berbagai macam

faktor. Infrastruktur jalan menjadi salah satu faktor penting, di mana jalan

merupakan akses untuk melakukan aktivitas pertanian setiap harinya. Dengan

tidak adanya infrastruktur jalan yang mendukung, masyarakat juga akan sangat

kesulitan baik untuk aktivitas proses produksi pertanian maupun distribusi hasil

pertanian. Selain banyak areal persawahan yang letaknya tidak jauh dari jalan

yang menanjak, jalan yang menjadi akses satu-satunya menuju areal persawahan

sangat membahayakan bagi para petani dalam melaksanakan aktivitas

pertaniannya (seperti membawa pupuk menuju areal pertanian dan

mendistribusikan hasil pertanian).

Informasi yang didapatkan, infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor sudah

mulai rusak sejak 8 tahun terakhir. Dengan data kerusakan jalan 5 tahun terakhir

seperti tabel di bawah, di mana menunjukkan bahwa panjang jalan yang rusak

terus bertambah tiap tahunnya.


7

Tabel 3. Panjang jalan rusak di Desa Benelan Lor dari tahun 2010 - 2014

Tahun Panjang jalan rusak (km / unit) Total panjang jalan (km / unit)
2010 1368 2600
2011 1542 2600
2012 1690 2600
2013 1769 2600
2014 1815 2600
2015 1900 2600
Sumber: Profil Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi

Dari fakta dilapangan, implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang

Desa tergolong masih sangat lemah. Dibuktikan dengan keberadaan infrastruktur

jalan yang ada di Desa Benelan Lor yang sudah beberapa kali diusulkan dalam

kegiatan musrenbang (musyawarah rencana pembangunan), namun keberadaan

infrastruktur jalan di Desa ini belum menjadi prioritas utama untuk dilakukan

perbaikan dari pihak pemerintah Kabupaten.

Melihat keberadaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa lemahnya

implementasi perencanaan yang sering kali tidak sesuai dengan dokumen

perencanaan yang sudah dibuat sehingga dapat menghambat proses kegiatan

perekonomian. Dengan kata lain, perencanaan yang sudah dibuat tidak bisa selalu

tepat dan bisa saja meleset dari dokumen perencanaan karena belum disetujui oleh

pemerintah yang ada setingkat diatasnya. Tentu saja peran para stakeholders

(pengambil keputusan) diperlukan dalam hal-hal yang mendesak dan menjadi

sangat penting seperti ini. Dalam hal ini pengambil keputusan yang paling dekat

dengan kondisi di Desa Benelan Lor adalah para perangkat desa dan masyarakat

desa. Namun, dalam pengambilan keputusan tentu saja tidak mudah. Semua itu

tidak lepas dari keberagaman pemikiran maupun pandangan perangkat desa dan
8

masyarakat, sehingga seringkali para perangkat desa dan masyarakatkurang

bersinergi dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Rahmawati dkk, sinergi pada sebuah program dalam sebuah

pemerintahan (governance) tidak dapat terpenuhi jika terdapat aktor yang

dominan, komunikasi yang terjadi hanya satu arah dan tidak adanya

koordinasi.Oleh karena itu sinergi perangkat desa dan masyarakatmenjadi penting,

karena sedikit banyak telah memberikan pengaruh dan dampak secara tidak

langsung dalam perencanan pembangunan di bidang pertanian. Mengacu pada

masalah dilapangan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengambil judul

“Sinergitas Pemerintah Desa dengan Masyarakatdalam Perencanaan

Infrastruktur Jalan Desa (Studi pada Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat

Kabupaten Banyuwangi)”

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang mengenai kondisi riil di atas, penulis

mengambil beberapa pokok permasalahan, diantaranya:

1. Bagaimana sinergitas pemerintah Desadengan masyarakatdalam

perencanaan infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat

Kabupaten Banyuwangi?

2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambatuntuk mewujudkan

sinergitas pemerintah Desadengan masyarakatdalam perencanaan

infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat Kabupaten

Banyuwangi?
9

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang ingin diangkat oleh penulis, adapun beberapa

tujuan penulis dalam mengangkat permasalahan sinergitas pemerintah Desa

dengan masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan desa adalah sebagai

berikut :

1. Mengetahui dan menganalisis sinergitas pemerintah Desa dengan

masyarakat dalam perencanaan infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor

Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk

mewujudkan sinergitas pemerintah Desa dengan masyarakat dalam

perencanaan infrastruktur jalan di Desa Benelan Lor Kecamatan Kabat

Kabupaten Banyuwangi.

D. Kontribusi Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dari hasil penelitian ini diharapakan dapat dipergunakan sebagai

acuan atau salah satu sumber masukan bagi pihak-pihak lain yang

sekiranya akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sinergitas

pemerintah desa dengan masyarakat.

b. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

kajian serta tambahan wacana keilmuan dalam proses pengembangan

ilmu administrasi publik khususnya bidang perencanaan

pembangunan.
10

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,

pemerintah dan pihak-pihak lain baik yang berkaitan langsung

maupun tidak langsung dalam proses pelaksanaan perencanaan

pembangunaninfrastruktur jalan Desa.

b. Selain itu, diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi

peneliti selanjutnya mengenai sinergitas pemerintah Desa dengan

masyarakatyang sampai sekarang masih banyak kekurangan dalam

implementasinya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini membantu untuk memberikan gambaran secara

sistematis mengenai susunan penulisan skripsi, di mana di dalamnya terdapat

bagian sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan

terhadap perencanaan infrastruktur jalan desa yang menjadi salah satu

penunjang kegiatan perekonomian masyarakat desa, di mana dibutuhkan

sinergi baik dari pemerintah Desa dengan masyarakat. Disebutkan pula

rumusan masalah dari latar belakang, tujuan penelitian dan kegunaan

penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini mengemukakan secara garis besar mengenai teori-teori

yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini di mana teori-teori tersebut


11

menjadi dasar bagi peneliti untuk memberikan alternatif penyelesaian

permasalahan dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan penulis dalam

penelitian, di mana didalamnya terdapat jenis penelitian yang digunakan,

fokus penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,

instrument penelitian dan analisis data.

BAB IV : HASIL PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan gambaran secara umum lokasi penelitian yang

menjadi fokus penelitian yang akan digunakan serta dalam bab ini disajikan

data-data yang menjadi jawaban atas permasalahan dalam rumusan masalah.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah

dilakukan serta saran yang memungkinkan diberikan oleh penulis untuk

menjadi kontribusi dalam penyelesaian permasalahan dalam penelitian yang

dilakukan penulis.

Anda mungkin juga menyukai