Panduan Komunikasi Efektif
Panduan Komunikasi Efektif
Puju dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan anugrah
yang telah diberikan kepada kami, sehingga buku panduan komunikasi efektif ini dapat
selesai di susun.
Komunikasi adalah proses dimana orang yang bekerja dalam organisasi saling
efisien dan efektif. Komunikasi yang efektif terjadi bila artian yang dimaksudkan oleh
pengirim berita dan artian yang ditangkap oleh penerima berita itu sama dan satu. Sedangkan
komunikasi yang efisien terjadi bila biayanya minimum berdasar sumber daya yang
dimanfaatkan.
tujuan, jenis, komunikasi efektif dokter dengan pasiebn, komunikasi antar layanan,
Tidak lupa kami menyampaikan terimakasih atas bantuan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan buku panduan komunikasi efektif ini, kami menyadari buku
panduan komunikasi efektif ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan
saran dan keritik yang membangun dan kami siap untuk memperbaiki demi penyempurnaan
Bekasi, 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
Tujuan ....................................................................................................... 2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan komunikasi sudah menjadi sebagian besar kegiatan kita sehari-hari, mulai antar
adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi
dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak
ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang
dipertukarkan tersebut.
Begitu pula dengan pelayanan rumah sakit, keberhasilan misi sebuah rumah sakit sangat
ditentukan oleh keluwesan berkomunikasi setiap petugas, perawat dan dokter. Pelayanan
rumah sakit selalu berhubungan dengan berbagai karakter dan perilaku pasien yang
berkepentingan dengan jasa perawatan sehingga petugas, perawat dan dokter harus
memahami dan mengerti bagaimana cara komunikasi yang bisa diterapkan di segala situasi.
Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter dengan pasien merupakan salah satu
merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya,
sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan
keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan
tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa berada dalam posisi lebih
rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau mengungkapkan diri.
Hasilnya, pasien menerima saja apa yang dikatakan dokter. Paradigma inilah yang harus kita
perbaiki. Pasien dan dokter harus berada dalam kedudukan setara sehingga pasien tidak
merasa rendah diri dan malu untuk bisa menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya
secara jujur dan jelas. Komunikasi yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam
bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu yang lama. Komunikasi efektif
terbukti memerlukan waktu yang lebih sedikit karena petugas, perawat dasn dokter terampil
mengenali kebutuhan pasien. Atas dasar kebutuhan pasien, perawat dan dokter melakukan
manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien. Untuk itu dirasakan perlunya
memberikan pedoman komunikasi efektif untuk petugas, perawat dan dokter di RS Mitra
Tujuan
1. Memberikan pengetahuan dan pedoman bagi petugas, perawat dan dokter mengenai cara
2. Agar petugas, perawat dan dokter dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan pasien
dan keluarganya.
KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi berasal dari bahasa Latin “Communis” yang artinya bersama. Secara
terminologis, komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian pikiran atau informasi
(pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media. Menurut ahli kamus
bahasa, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika
dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling
dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate
Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses
tingkah laku.
A. KLASIFIKASI KOMUNIKASI
1. Komunikasi Intrapersonal
Penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara
aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi
pengirim sekaligus penerima pesan, meberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses
2. Komunikasi Interpersonal
komunikan; antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat atau antara seorang tenaga
Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi di dalam sebuah kelompok. Komunikasi tidak
hanya terjadi antara seseorang dengan seseorang yang lainnya, komunikasi juga dilakukan
dengan sekelompok orang yang disebut dengan komunikasi kelompok. Menurut Michael
Burgoon, komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
anggota-anggota yang lain secara tepat, misalnya organisasi profesi, kelompok remaja dan
sebagainya.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi yang dilakukan secara aktif maupun pasif yang dilakukan di depan umum.
Dalam komunikasi publik, pesan yang disampaikan dapat berupa suatu informasi, ajakan,
gagasan. Komunikasi ini memerlukan ketrampilan komunikasi lisan dan tulisan agar pesan
5. Komunikasi Organisasi
Merupakan komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi atau antar organisasi baik
secara formal maupun informal. Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang
6. Komunikasi Massa
Komunikasi ini melibatkan sejumlah besar komunikan heterogen yang tersebar di suatu
wilayah geografis yang luas dan berkepentingan pada pesan komunikan yang sama
B. JENIS KOMUNIKASI
Komunikasi dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu komunikasi tertulis, komunikasi
verbal, komunikasi non-verbal, komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah.
1. Komunikasi Tertulis
Merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis baik manual maupun
melalui media seperti email, surat, media cetak. lainnya. Prinsip-prinsip komunikasi
tertulis, yaitu :
• Lengkap
• Ringkas
• Pertimbangan
• Konkrit
• Jelas
• Sopan
• Benar
Dalam Rumah Sakit, komunikasi tertulis dapat berupa catatan perkembangan pasien,
catatan medis, laporan perawat dan catatan lainnya yang memiliki fungsi sebagai
berikut :
• Alat pengingat / berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.
• Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan, SPO
2. Komunikasi Verbal
secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon. Kelebihan dari
komunikasi ini terletak pada keberlangsungannya, yakni dilakukan secara tatap muka
sehingga umpan balik dapat diperoleh secara langsung dalam bentuk respon dari pihak
komunikan. Komunikasi verbal ini harus memperhatikan arti denotative dan konotatif,
kosa kata, tempo bicara, intonasi, kejelasan dan keringkasan serta waktu dan
kesesuaian. Jenis komunikasi ini sering digunakan dalam pelayanan di Rumah Sakit
dalam hal pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi ini biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kelebihan dari komunikasi ini
1. Memahami arti denotatif dan konotatif Arti denotatif memberikan pengertian yang
pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Misalnya kata “kritis”.
Secara denotatif, kritis berarti cerdas, tetapi perawat menggunakan kata kritis untuk
pasien, tenaga medis harus berhati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah
untuk disalahartikan terutama saat menjelaskan pasien mengenai kondisi
2. Kosa kata mudah dipahami, Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan
kosa kata, khususnya yang berhubungan dengan dunia medis, berperan penting
dalam komunikasi verbal. Banyak istilah teknis yang digunakan oleh tenaga medis
di rumah sakit, misalnya istilah “auskultasi” akan lebih mudah dipahami oleh pasien
3. Intonasi, Pembicaraan seseorang dapat diartikan berdasarkan pada intonasi atau nada.
Seseorang yang berbicara dengan nada yang tinggi menunjukkan bahwa orang
tersebut sedang marah. Sebaliknya seseorang yang berbicara dengan nada riang
menunjukkan bahwa orang tersebut sedang bergembira. Petugas dan tenaga medis
4. Jelas dan ringkas, Komunikasi yang efektif harus sederhana, ringkas dan maksudnya
dapat diterima dengan jelas. Semakin sedikit kata-kata yang digunakan semakin
5. Selaan dan tempo bicara, Kecepatan atau tempo bicara yang tepat dapat menentukan
keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada
sedang menyembunyikan sesuatu. Hal ini harus diperhatikan oleh petugas dan
tenaga medis di rumah sakit, jangan sampai pasien menjadi curiga karena selaan
yang lama dan pengalihan yang cepat. Selaan dapat dilakukan untuk menekankan
pada hal tertentu, misalnya memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan
dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa
6. Ketepatan waktu dan relevansi, Komunikasi yang dilakukan pada waktu yang tepat
akan membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya, bila pasien sedang
operasi. Oleh karena itu petugas dan tenaga medis harus peka terhadap ketepatan
merupakan faktor penting untuk diperhatikan. Komunikasi akan efektif apabila topik
Komunikasi verbal akan lebih bermanfaat jika pesan yang disampaikan berkaitan
7. Humor, Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa dapat
mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stress dan dapat
terhadap pasien. Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa
memfasilitasi relaksasi pernafasan dan humor dapat digunakan untuk menutupi rasa
takut dan tidak enak atau ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan pasien.
Dalam menyebutkan kata yang sulit maka pemberi pesan harus mengeja hurufnya
Komunikasi ini adalah cara yang paling meyakinkan untuk menyamoaikan pesan kepada
orang lain. Tenaga medis perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan
oleh pasien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan karena pesan
non verbal dapat memperkuat pesan yang disampaikan secara verbal, misalnya,
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, simbol-simbol
serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi dan gaya
dalam komunikasi antar pribadi. Penampilan fisik, cara berpakaian dan cara
positif.
Intonasi bicara berpengaruh terhadap arti pesan yang disampaikan oleh seseorang
kepada pihak lain. Oleh sebab itu, pengendalian emosi merupakan faktor yang
Ekspresi wajah
Kondisi perasaan seseorang dapat diketahui melalui ekspresi wajar. Sakit, susah,
senang, takut, ngeri, jijik dan sebagainya dapat diketahui dari ekspresi wajah.
C. MODEL KOMUNIKASI
Merupakan salah satu model komunikasi. Model ini mensyaratkan adanya empat unsur
komunikasi (sumber informasi, pesan, saluran dan penerima pesan) untuk dapat terjadinya
komunikasi.
Unsur komunikasi
Sumber (pengirim pesan) adalah orang yang menyampaikan pemikiran atau informasi
yang dimilikinya kepada orang lain (penerima pesan). Pengirim pesan bertanggung
berarti, dapat berupa pesan verbal, non verbal dan tulisan atau kombinasi dari
berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si
• Sifat pesan
• Kemungkinan pelaksanaannya
• Penerima pesan
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi
berlangsung melalui hanya satu saluran, biasanya menggunakan dua, tiga atau empat
Contoh :
Dalam interaksi tatap muka, kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi
kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran
visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori) dan
seringkali kita saling menyentuh (saluran taktil). Media fisik yang sering digunakan di
rumah sakit adalah telepon, brosur, surat edaran, memo, internet dll.
Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan dari sumber informasi
berdasarkan pada batasan pengertian yang dimilikinya. Dengan demikian dapat saja
terjadi kesenjangan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang
dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan oleh adanya kemungkinan hadirinya
ganguan / hambatan. Hambatan ini bisa karena perbedaan sudut pandang, pengetahuan
atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa dan lainnya. Pada saat
telah diterima dengan baik atau tidak. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi
agar pesan diterima dengan baik dan memberikan umpan balik (feedback) kepada
pengirim pesan.
5. Umpan balik Umpan balik merupakan tanggapan komunikan terhadap pesan yang
diberikan oleh komunikator. Umpan balik dapat berupa tanggapan verbal atau non
verbal dan sangat penting sekali sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak
terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pesan. Pada saat penerima pesan
melakukan proses umpan balik, pengirim pesan (komunikator) yang baik harus
misalnya bahasa non verbal yang digunakan di balik ungkapan kata atau kalimatnya,
gerakan tubuhnya.
komunikator.
kemampuan kita untuk mengirim dan menerima pesan. Gangguan komunikasi ini
meliputi : a. Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah, bau menyengat,
udara panas dan lain-lain. b. Faktor-faktor pribadi, antara lain prasangka, lamunan, dan
lain-lain.
BAB III
Pelayanan rumah sakit tidak dapat dipisahkan dari peran komunikasi. Petugas dan tenaga
dengan baik tanpa kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pasien, teman, atasan
dan pihak-pihak lain. Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit dalam hubungan perawat dan pasien adalah pertukaran
informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Kemampuan perawat
melakukan komunikasi verbal akan menentukan kualitas asuhan yang diberikan. Dalam
komunikasi verbal. Oleh karena itu perawat harus memahami hal-hal yang harus
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses pelayanan di rumah sakit yang dilakukan
Data tersebut diperlukan sebagai dasar pelaksanaan proses keperawatan pada tahap
selanjutnya.
• Wawancara admisi Wawancara ini dilakukan pada saat pertama kali pasien
masuk rumah sakit dengan tujuan untuk mendapatkan data umum atau identitas
pasien.
• Wawancara riwayat hidup Wawancara ini dilakukan oleh perawat untuk
• Wawancara terapeutik Wawancara ini ditekankan pada fakta, ide dan isi dalam
seperti perawat, dokter, psikolog dan psikiater, biasanya diterapkan pada pasien
b. Pemeriksaan fisik
pasien. Oleh karena itu, peningkatan komunikasi seorang perawat perlu mendapatkan
berpengaruh pada waktu dan tempat terjadinya komunikasi, penggunaan bahasa, usia
Ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi pasien dalam menyampaikan,
menerima dan memahami informasi yang diterimanya. Beberapa hal yang menjadi
Perawat perlu memperhatikan bahasa yang mampu dipahami oleh pasien dalam
b. Ketajaman pancaindera
merupakan faktor penting dalam komunikasi. Pasien akan dapat menerima pesan
komunikasi dengan baik apabila pancainderanya berfungsi baik. Bagi pasien yang
ekspresi wajah dan gerak bibir perawat, dan apakah pasien mampu menggunakan
Kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif, misalnya tumor otak yang dapat
Dalam mengkaji pasien ini, perawat harus dapat menilai respon baik secara verbal
maupun non verbal yang disampaikan oleh pasien dalam menjawab pertanyaan.
d. Gangguan struktural
Gangguan struktural tubuh terutama yang berhubungan langsung dengan organ suara
melibatkan pasien dan keluarganya, tenaga kesehatan lain yang berkenaan dengan
masalah yang dialami pasien. Diagnosa keperawatan yang tepat memerlukan sikap
3. Tahap perencanaan
komunikasi dengan pasien. Hal ini untuk menentukan alternative rencana keperawatan
pasien, perawat harus terlebih dahulu mengetahui makanan yang sesuai bagi pasien.
Rencana tindakan yang dibuat oleh perawat merupakan media komunikasi antar tenaga
4. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah
yaitu saat mendekati pasien untuk memenuhi kebutuhan dan saat pasien mengalami
masalah psikologis.
- Menunjukkan raut wajah yang mencerminkan ketulusan agar tercipta suasana saling
dari pasien. Perawat lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Hal ini akan
Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus melakukan
proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan catat, baca kembali dan
seperti telepon. Pemberi pesan harus memperhatikan kosa kata yang digunakan,
intonasi, kekuatan suara (tidak besar dan tidak kecil), jelas, singkat dan padat.
Untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus
3. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan. (BACA)