Anda di halaman 1dari 5

JURNAL M EDIA SAINS 2 (1): 32 - 36

P-ISSN : 2549-7413
E-ISSN : 2620-3847

Asupan Glikosida Flavonoid Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.)


Terhadap Aktivitas Superoksida Dismutase Dan Kadar
Malondialdehid Tikus Wistar Yang Diberi Aktivitas Fisik Maksimal
1* Magda Jeane, 1 Ida Ayu Raka Astiti Asih, 1 Ni Wayan Bogoriani
1 Jurusan Kimia, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bali-Indonesia
*Email : magdajbera@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asupan glikosida flavonoid
terong belanda (Solanum betaceum Cav.) terhadap aktivitas Superoksida Dismutase (SOD)
darah tikus Wistar yang diberi aktivitas fisik maksimal. Sampel penelitian adalah 24 ekor tikus
yang dibagi kedalam 4 kelompok perlakuan yaitu: kontrol negatif, kontrol positif, pemberian
ekstrak etanol, dan pemberian fraksi n-butanol. Aktivitas SOD diukur menggunakan kit
Biovision. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan
perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap aktivitas SOD. Pemberian glikosida flavonoid
fraksi n-butanol meningkatkan aktivitas SOD tikus Wistar yang diberikan aktivitas fisik
maksimal sebanyak 22,79% lebih tinggi dibandingkan pemberian asupan ekstrak etanol terong
belanda.
Keyword : Solanum betaceum Cav., Superoksida Dismutase, Aktivitas fisik, stres oksidatif

ABSTRACT
This study was conducted to determine the effect of flavonoid glycoside of Tamarillo
(Solanum betaceum Cav.) on the activity of Wistar rat’s blood Superoxide Dismutase (SOD)
enzyme provided maximum physical activity. Twenty four rats divided into 4 groups; negative
control, positive control, ethanol extract, and n-butanol fraction. Superoxide Dismutase Enzyme
activity was measured using Biovision kit. Results showed that the treatments gave significant
difference (p<0.05) to SOD. Flavonoid glycoside from n -butanol fraction increased SOD
activity of Wistar rat 22,79% higher than ethanol extract.
Keyword : Solanum betaceum Cav., Superoxide Dismutase, Physical activity, oxidative stress

PENDAHULUAN metabolisme aerobik, fagosit, peradangan,


Perubahan pola hidup manusia yang serta aktivitas fisik (Yoshikawa and Naito,
mengarah pada hal-hal yang bersifat instan 2002).
kini semakin dirasakan khususnya pada Radikal bebas yang berlebihan dalam
masyarakat modern. Salah satunya adalah tubuh dapat menimbulkan stres oksidatif
perubahan pola makan seperti konsumsi karena jumlah radikal bebas dalam tubuh
makanan cepat saji yang menimbulkan melebihi antioksidan yang mengakibatkan
berbagai penyakit degeneratif yang salah satu kerusakan sel, jaringan, dan organ seperti hati,
diantaranya disebabkan radikal bebas. ginjal, jantung pada manusia maupun hewan
Radikal bebas adalah atom atau molekul (Kevin et al.,2006).
yang bersifat reaktif karena memiliki elektron Senyawa yang dapat menangkal radikal
tak berpasangan pada orbital terluarnya bebas yang ada di dalam tubuh adalah
(Danusantoso, 2003). Radikal bebas dapat antioksidan. Tubuh mensintesis antioksidan
bersumber dari dalam tubuh (internal) dan alami berupa enzim superoksida dismutase,
luar tubuh (eksternal). Contoh radikal bebas copper zinc-superoxide dismutase (Cu,Zn-
eksternal yang bersumber dari lingkungan SOD), manganese-superoxide dismutase (Mn-
adalah rokok, radiasi, polutan lingkungan, SOD), katalase dan glutation peroksidase
ozon, obat-obatan dan pestisida sedangkan (GPx) (Valko et al., 2007). Enzim
radikal bebas di dalam tubuh, dihasilkan dari Superoksida dismutase (SOD) berfungsi

32 J. Med.Sains – Maret 2018


Jeane, M ., I. A. R. A. Asih dan N. W. Bogoriani / M edia Sains 2 (1) (2018)

sebagai katalis reaksi dismutase radikal Cara Penelitian


superoksida (O2 ·-) menjadi O2 dan H2 O2 yang Ekstraksi Glikosida Flavonoid dari Terong
lebih stabil. Belanda
Untuk mengatasi stress oksidatif dalam Buah terong belanda yang digunakan
tubuh diperlukan antioksidan dari luar. Salah dalam penelitian ini adalah yang sudah
satu sumbernya adalah tanaman yang matang dan berwarna merah. Buah terong
mengandung antioksidan. Tanaman terong belanda diperoleh dari desa Kintamani Bangli.
belanda (Solanum betaceum, Cav.) memiliki Sebanyak 5 kg buah terong belanda dicuci
potensi sebagai sumber antioksidan. Sinaga bersih dan dihaluskan dengan blender. Terong
(2009), menyatakan dalam skrining fitokimia belanda dimaserasi dengan etanol 70% selama
bahwa buah terong belanda mengandung 3x24 jam. Filtrat dievaporasi sehingga didapat
flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, alkaloid ekstrak kental etanol.
dan tanin. Senyawa flavonoid umumnya Ekstrak kental etanol lalu ditimbang
terdapat pada tumbuhan dalam bentuk sebanyak 20 gram kemudian diendapkan
glikosida atau flavonoid yang mengikat gula. dalam dietil eter berlebih. Endapan glikosida
Glikosida flavonoid memiliki potensi flavonoid kemudian dimurnikan dengan
sebagai penghambat radikal bebas baik secara penambahan karbon aktif untuk memperoleh
langsung maupun tidak langsung. Secara ekstrak glikosida flavonoid.
langsung, gugus hidroksil yang terikat pada
cincin aromatik dapat mendonorkan atom Partisi Ekstrak Glikosida Flavonoid dari
hidrogen kepada radikal bebas serta Terong Belanda
mengkhelat logam untuk menghambat proses Ekstrak glikosida flavonoid
peroksidasi lemak (Pietta, 2000). Secara tidak dilarutkan dalam campuran etanol : air (7:3)
langsung, flavonoid dapat meningkatkan kemudian dipartisi dengan pelarut n-heksan,
ekspresi gen antioksidan endogen (Sumardika kloroform, dan n-butanol. Fraksi hasil partisi
dan Jawi, 2012). dievaporasi sehingga didapatkan ekstrak pekat
Penelitian senyawa antioksidan sangat n-heksan, ekstrak pekat etil asetat, dan ekstrak
menarik untuk dikembangkan. Oleh karena pekat n-butanol.
itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh asupan glikosida flavonoid terong Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode
belanda terhadap aktivitas superoksida DPPH
dismutase darah tikus Wistar yang diberi Ekstrak etanol, ekstrak glikosida
aktivitas fisik maksimal. flavonoid dan glikosida flavonoid fraksi n-
butanol diuji aktivitas antioksidannya secara
METODE in vitro dengan metode DPPH.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam Hewan Percobaan dan Pengambilan
penelitian ini adalah tikus jantan galur Wistar, Sampel
pakan tikus standar, buah terong belanda, Hewan percobaan yang digunakan
etanol 70%, butanol, obat bius ketamin, adalah tikus jantan galur Wistar dengan berat
DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil), logam badan rata-rata ± 200 g. Tikus dikelompokkan
Magnesium, NaOH 10%, Superoxide menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol
Dismutase Kit (Biovision, K335-100), HCl negatif, kontrol positif (stres oksidatif),
pekat, dan akuades. pemberian ekstrak etanol dan pemberian
fraksi n-butanol. Setiap kelompoknya terdiri
Peralatan atas 6 ekor tikus.
Alat yang digunakan adalah corong Ekstrak etanol dan ekstrak n-butanol
pisah, tabung darah, peralatan gelas, pipet diujikan pada tikus menggunakan sonde
mikro, centrifuge, pipet volume, spuit, alat sebanyak 50mg/KgBB (1 mL/hari).
sonde, peralatan bedah, tabung reaksi, Perlakuan dilakukan selama 5 hari kemudian
penguap vakum putar (rotary vacuum pada hari ke 6 darah tikus diambil untuk
evaporator), timbangan, waterbath, cuvet dan dianalisis aktivitas SOD dan kadar MDA.
spektrofotometer UV-Vis.

33 J. Med.Sains – Maret 2018


Jeane, M ., I. A. R. A. Asih dan N. W. Bogoriani / M edia Sains 2 (1) (2018)

Analisis Aktivitas SOD Darah Tikus ANOVA. Uji komparasi lanjutan dengan post
Penentuan aktivitas SOD darah tikus hoc test; dengan anggapan varians adalah
dengan metode kolorimetri menggunakan homogen maka uji post hoc yang dipilih
Superoxide Dismutase Kit (Biovision, K335- adalah LSD.
100). Metode ini digunakan untuk mengukur
aktivitas penangkapan radikal anion HASIL DAN PEMBAHASAN
superoksida oleh enzim SOD dalam darah. Ekstraksi dan Partisi Glikosida Flavonoid
Darah tikus disentrifugasi dengan kecepatan Ekstraksi 5 kg terong belanda dengan
1000 rpm selama 10 menit pada suhu 4o C. etanol 70% menghasilkan 1,2 kg ekstrak
Lapisan plasma yang terbentuk dipindahkan etanol. Ekstrak glikosida flavonoid yang
ke dalam tabung baru dan disimpan pada diperoleh sebanyak 15,90 gram. Hasil partisi
suhu -80o C sampai siap untuk dianalisis. 20 gram ekstrak glikosida flavonoid
menghasilkan 0,51 gram ekstrak pekat n-
Tabel 1. Jumlah Penambahan Larutan heksan, 0,42 gram ekstrak pekat kloroform
Sampel, Blanko 1, 2 dan 3. dan 1,19 gram ekstrak pekat n-butanol.

Sampel Blanko Blanko Blanko Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode


1 2 3 DPPH
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak
Sampel 20 µl - 20 µl -
plasma etanol, ekstrak glikosida flavonoid dan ekstrak
darah glikosida flavonoid fraksi n-butanol dengan
ddH2O - 20 µl - 20 µl metode DPPH menunjukkan nilai IC50
berturut-turut sebesar 201,66 ppm, 269,95
Larutan 200 µl 200 µl 200 µl 200 µl ppm dan 70,10 ppm.
pereaksi
WST
Uji Aktivitas Superoksida Dismutase
Larutan 20 µl 20 µl - -
pereaksi (SOD)
enzim SOD adalah enzim yang mengkatalisis
Larutan - - 20 µl 20 µl reaksi dismutasi radikal superoksida menjadi
pengencer hidrogen peroksida dan oksigen. Aktivitas
buffer enzim SOD darah tikus dinyatakan dalam %
inhibisi.
Semua larutan pada Tabel 1 dihomogenkan Analisis data aktivitas SOD secara
dan diinkubasi pada suhu 37o C selama 20 statistik menunjukkan distribusi data normal
menit. Selanjutnya dilakukan pengukuran dan homogen dengan nilai p>0,05.
absorbansi pada panjang gelombang 450 nm Berdasarkan data tersebut maka dilanjutkan
menggunakan microplate reader. dengan uji one-way ANOVA. Uji one-way
ANOVA menghasilkan nilai p=0,000 yang
Rumus penghitungan aktivitas SOD (%) : artinya ada perbedaan rata-rata aktivitas enzim
SOD yang bermakna antar kelompok.
( 𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 1−𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 3) −(𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙−𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 2) Selanjutnya dilakukan uji lanjutan
𝑥 100%
(𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 1−𝐴 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 3) (posthoc) Fisher’s Least Significant
Difference Test (LSD) untuk menguji ada
tidaknya perbedaan pada perlakuan secara
Analisis Data berpasang-pasangan. Perbedaan yang
Analisis statistik menggunakan bermakna ditunjukkan dengan notasi
program SPSS 23.0. Homogenitas data diuji (superscript) yang berbeda. Semua pasang
dengan leven’s test dengan taraf signifikansi kelompok menunjukkan adanya perbedaan
5%. Normalitas data diuji dengan shapiro yang bermakna pada taraf signifikansi 5%
Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Jika ditunjukkan pada Tabel 2.
distribusi data normal dengan nilai p>0,05 dan
homogen dengan nilai p>0,05, maka
dilanjutkan dengan uji parametrik one-way

34 J. Med.Sains – Maret 2018


Jeane, M ., I. A. R. A. Asih dan N. W. Bogoriani / M edia Sains 2 (1) (2018)

Tabel 2. Hasil Analisis Statistik Aktivitas kondisi stres oksidatif dengan persentase
SOD dengan LSD sebesar 224,88%.
Glikosida flavonoid berperan dalam
Kelompok Perlakuan n Rerata aktivitas peningkatan aktivitas enzim SOD dengan
enzim SOD(%) mekanisme kerja secara langsung dan tidak
±SD langsung. Secara langsung, adanya gugus
Kontrol negatif (Po) 6 78,72 ± 0,97b,c,d hidroksil memungkinkan flavonoid untuk
Kontrol positif (P1) 6 18,09 ± 1,34a,c,d menangkap radikal bebas dengan cara
Pemberian ekstrak 6 53,58 ± 3.21a,b,d menyumbangkan atom hidrogen kepada
etanol (P2) radikal bebas serta mengkhelat logam yang
Pemberian fraksi n- 6 58,01 ± 1,75a,b,c berperan dalam pembentukan ROS. Secara
butanol (P3) tidak langsung, flavonoid mampu
meningkatkan ekspresi gen antioksidan
Keterangan : n = jumlah hewan uji, SD = endogen melalui beberapa mekanisme seperti
Standar Deviasi melalui aktivasi nuclear factor erythroid 2
a= Terdapat perbedaan yang signifikan related factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi
dengan kelompok kontrol negatif (Po) peningkatan dalam sintesis enzim SOD
dengan nilai p<0,05. (Sumardika dan Jawi, 2012).
b= Terdapat perbedaan yang signifikan Flavonoid juga mampu menghambat
dengan kelompok kontrol positif (P1) enzim yang berperan dalam pembentukan
dengan nilai p<0,05. ROS seperti mikrosomal monoksidase
c= Terdapat perbedaan yang signifikan glutathione S-transferase, mitokondria
dengan kelompok pemberian ekstrak succinoksidase, NADH oksidase dan lain-lain
etanol (P2) dengan nilai p<0,05. (Kumar dan Pandey, 2013) sehingga jumlah
d= Terdapat perbedaan yang signifikan ROS berkurang dan aktivitas enzim SOD
dengan kelompok pemberian fraksi n- meningkat.
butanol (P3) dengan nilai p<0,05.
SIMPULAN
Aktivitas SOD tertinggi ditunjukkan Berdasarkan penelitian yang telah
oleh negatif (Po) dengan nilai 78,72% dan dilakukan dapat disimpulkan bahwa
yang terendah ditunjukkan oleh kontrol positif pemberian asupan glikosida flavonoid terong
(P1) dengan nilai 18,09%. Data tersebut belanda (Solanum betaceum Cav.) dari fraksi
menunjukkan bahwa aktivitas fisik berlebih n-butanol terong belanda mampu
dapat menyebabkan penurunan aktivitas meningkatkan aktivitas SOD tikus Wistar
enzim SOD akibat kondisi stres oksidatif. yang diberikan aktivitas fisik maksimal
Penggunaan oksigen meningkat sampai 10 sebesar 22,79% lebih tinggi dibandingkan
kali lebih banyak ketika melakukan aktivitas pemberian asupan ekstrak etanol terong
fisik berat dibandingkan saat istirahat belanda.
sehingga meningkatkan produksi ROS
(Kumar dan Pandey, 2013). UCAPAN TERIMA KASIH
Kelompok pemberian ekstrak etanol Pada kesempatan ini penulis
(P2) menunjukkan perbedaan yang signifikan menyampaikan terima kepada ibu Dra.
(p<0,05) dengan kelompok kontrol positif I.A.R.Astiti Asih, M.Si, ibu Dr. Dra. Ni
(P1). Pemberian ekstrak etanol mampu Wayan Bogoriani, M.Si dan yang lainnya
meningkatkan aktivitas enzim SOD pada yang telah memberikan dukungan dan
kondisi stres oksidatif dengan persentase masukan dalam jalannya penelitian dan
sebesar 197,06%. Kelompok pemberian fraksi penulisan jurnal ini
n-butanol (P3) menunjukkan perbedaan yang
signifikan dengan kelompok kontrol positif REFERENSI
(P1). Pemberian fraksi n-butanol (P3) mampu Chevion S, Moran D.S., Heled Y. (2003).
meningkatkan aktivitas enzim SOD pada Plasma antioxidant status and cell
injury after severe physical
exercise. Proceedings of the National

35 J. Med.Sains – Maret 2018


Jeane, M ., I. A. R. A. Asih dan N. W. Bogoriani / M edia Sains 2 (1) (2018)

Academy of Sciences of the United Antioxidants in Normal Physiological


States of America. 100(9):5119-5123 Functions and Human Disease,
Danusantoso. (2003). Peran Radikal Bebas International Journal Biochemistry
Terhadap Beberapa Penyakit Paru. Cell Biology, 39:44-84
Jurnal Kedokteran Trisakti 22(1):31–6 Yoshikawa,T., Naito,Y. (2002). What is
Jamil, D.O., Ersam , T.(2010). Pelacakan Oxidative Stress. JMAJ 45:271-276
Aktivitas Antikanker terhadap Tiga
Senyawa Santon Terprenilasi dari
Spesies Garcinia, Prosiding Kimia
FMIPA ITS
Kevin,K., Zhang, H.J. (2006). An Integrated
View of Oxidative Stress in Aging:
Basic Mechanisms, Functional
Effects, and Pathological
Considerations 292: 18-36
Kumar, S. and A. K. Pandey. (2013).
Chemistry and Biological Activities
of Flavonoids: An Overview, The
Scientific World Journal 16
Mudasir, A. Azis, A. Q. Punagi. (2011).
Analisis Kadar MDA Plasma
Penderita Polip Hidung Berdasarkan
Dominasi Sel Inflamasi Pada
Pemeriksaan Histopatologi. Bagian
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Makassar
Pietta, P.G. (2006). Flavonoids as
antioxidants. J Nat Prod 63: 1035-
1042
Sinaga, Sinaga, I.L.H. (2009). Skrining
Fitokimia dan Uji Aktivitas
Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Buah
Terong Belanda (Solanum betaceum
Cav.). Fakultas Farmasi Universitas
Sumatra Utara. Medan
Singh, R.P, Murthy,K.N.C., Jayaprakasha,
G.K. (2002). Studies on The
Antioxidant Activity of Pomegranate
Peel and Seed Extracts Using in Vitro
Models, J.Agric. Food Chem 50: 81-
86
Sumardika, I.W., dan Jawi, I.M. (2012).
Ekstrak Air Daun Ubi Jalar Ungu
Memperbaiki Profil Lipid dan
Meningkatkan Kadar SOD Darah
Tikus yang Diberi Makanan Tinggi
Kolestrol, Jurnal Ilmiah Kedokteran
Medicina 43(2) : 67-71
Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin,
M.T.D., Mazur,M., Telser, J. (2007).
Review: Free Radicals and

36 J. Med.Sains – Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai