BUPATI BANJARNEGARA,
2
( Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 50,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3176 );
8. Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor 850/7801
Tahun 2001 tentang Pendelegasian Wewenang
Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil;
9. Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor 79 Tahun
2002 tentang Pegawai Tidak Tetap ( Lembaran
Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2002
Nomor 12 Seri E ).
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
a. Negara adalah Negara Republik Indonesia;
b. Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia;
c. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara;
d. Daerah adalah Daerah Kabupaten Banjarnegara;
e. Bupati adalah Bupati Banjarnegara;
3
f. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang
diizinkan dalam jangka waktu tertentu;
g. Peraturan Disiplin Pegawai Tidak Tetap dan Guru
Tidak Tetap adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan
sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh
Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap;
h. Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang diangkat
untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan
dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Daerah;
i. Guru Tidak Tetap adalah guru yang diangkat untuk
jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas proses belajar dan
mengajar.
BAB II
K E D UD U KAN
Pasal 2
Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap berkedudukan bukan sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
BAB III
CUTI PEGAWAI TIDAK TETAP DAN GURU TIDAK TETAP
Pasal 3
Cuti Pegawai Tidak Tetap terdiri dari :
a. Cuti tahunan;
b. Cuti sakit;
c. Cuti bersalin;
d. Cuti alasan penting.
Pasal 4
Cuti Guru Tidak Tetap terdiri dari :
4
a. Libur Catur Wulan/Semesteran;
b. Cuti sakit;
c. Cuti bersalin;
d. Cuti alasan penting.
Bagian Pertama
Cuti Tahunan
Pasal 5
(1) Pegawai Tidak Tetap yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun secara terus menerus diberikan hak cuti tahunan selama 12 (dua
belas) hari kerja.
(2) Guru Tidak Tetap tidak berhak atas cuti tahunan, tetapi berhak atas
libur catur wulan/semesteran.
(3) Cuti tahunan tersebut dapat dipecah hingga jangka waktu sekurang-
kurangnya 3 (tiga) hari kerja.
(4) Untuk mendapatkan cuti tahunan Pegawai Tidak Tetap, yang
bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada kepala
unit kerja/instansinya.
(5) Cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh kepala unit kerja/
instansinya dengan tembusan Bupati Up. Instansi yang membidangi
kepegawaian.
(6) Cuti tahunan yang tidak diambil pada tahun yang bersangkutan dengan
sendirinya hak cutinya gugur.
Bagian Kedua
Cuti Sakit
Pasal 6
(1) Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap yang sakit berhak atas cuti
sakit.
5
(2) Pegawai Tidak tetap dan Guru Tidak Tetap yang sakit selama 1 (satu)
hari atau 2 (dua) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan
memberitahukan kepada atasannya.
(3) Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap yang sakit lebih dari 2
(dua) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit,
dengan ketentuan mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Bupati Up. Instansi yang menangani kepegawaian.
(4) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Pasal
ini, antara lain menyertakan alasan diberikan cuti, lamanya cuti dan
keterangan lain yang dipandang perlu.
(5) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Pasal ini diberikan
untuk waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(6) Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap yang tidak sembuh dari
penyakitnya dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(5) Pasal ini harus diuji kesehatannya oleh tim dokter yang ditunjuk
oleh Bupati.
(7) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (6) Pasal ini Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap
yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya maka dapat
diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Tidak Tetap dan Guru
Tidak Tetap.
Pasal 7
(1) Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap Wanita yang mengalami
gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1 (satu)
bulan .
(2) Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pasal ini yang bersangkutan mengajukan permohonan cuti secara
tertulis kepada Bupati melalui Kepala Unit kerja/Instansinya.
6
Pasal 8
Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap yang mengalami kecelakaan
dalam dan atau karena menjalankan tugas kewajibannya sehingga perlu
mendapat perawatan berhak atas cuti sakit sampai ia sembuh dari sakitnya.
Pasal 9
Selama menjalankan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
sampai dengan Pasal 8 Keputusan ini, yang bersangkutan berhak
menerima penghasilan penuh .
Bagian Ketiga
Cuti Bersalin
Pasal 10
(1) Untuk persalinan pertama dan kedua Pegawai Tidak Tetap dan Guru
Tidak Tetap berhak atas cuti bersalin.
(2) Cuti bersalin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini selama 2
(dua) bulan dan diatur sesuai petunjuk dokter yang merawat.
(3) Untuk mendapatkan cuti bersalin, yang bersangkutan mengajukan
permohonan syarat tertulis kepada Bupati melalui Kepala Unit Kerja/
Instansinya.
Bagian Keempat
Cuti Alasan Penting
Pasal 11
(1) Yang dimaksud dengan cuti alasan penting adalah cuti karena :
a. Ibu/bapak, Isteri/Suami, Anak, Adik/Kakak Kandung, Mertua, atau
menantu sakit keras atau meninggal dunia;
b. Melangsungkan perkawinan pertama.
7
(2) Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap berhak atas cuti alasan
penting paling lama 12 ( dua belas hari) kerja.
(3) Untuk mendapatkan cuti alasan penting yang bersangkutan
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Unit kerja/
Instansi yang bersangkutan.
(4) Cuti karena alasan penting diberikan oleh kepala unit kerja/Instansi
yang bersangkutan dan tetap menerima penghasilan penuh sebagai
Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap.
BAB IV
PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI TIDAK TETAP
DAN GURU TIDAK TETAP
Bagian Pertama
Kewajiban dan Larangan
Pasal 12
Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap wajib :
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara
dan Pemerintah;
b. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah
dan Pegawai Tidak tetap;
c. Menyimpan rahasia Negara, dan atau rahasia jabatan dengan
sebaik-baiknya;
d. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah
baik menyangkut tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum;
e. Mentaati ketentuan sesuai yang dituangkan dalam perjanjian
kontrak kerja;
f. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya, penuh
pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab serta bekerja dengan jujur,
cermat dan tertib;
8
g. Mentaati ketentuan jam kerja;
h. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat
menurut bidang tugasnya masing-masing;
i. Mentaati perintah dari atasan yang berwenang.
Pasal 13
Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap dilarang :
a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat
Negara, Pemerintah, Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Tidak Tetap atau
Guru Tidak Tetap;
b. Menyalahgunakan wewenang, barang-barang, uang dan surat-surat
milik Negara;
c. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
d. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia negara yang diketahui
karena kedudukan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau
pihak lain;
e. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian yang sifatnya dapat
mempengaruhi atau berkaitan dengan tugas kedinasannya.
Bagian Kedua
Pelanggaran Disiplin
Pasal 14
Pegawai Tidak Tetap atau Guru Tidak Tetap yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan 13 Keputusan ini, adalah
pelanggaran disiplin.
Pasal 15
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
pidana, Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap yang melakukan
pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin oleh pejabat yang
berwenang menghukum.
9
Bagian Ketiga
Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin
Pasal 16
(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :
a. Hukuman disiplin ringan;
b. Hukuman disiplin sedang;
c. Hukuman disiplin berat.
(2) Jenis hukuman disiplin ringan berupa :
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
(3) Jenis hukuman disiplin sedang berupa pernyataan tidak puas secara
tertulis.
(4) Jenis hukuman disiplin berat berupa :
a. Pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Tidak Tetap atau
Guru Tidak Tetap;
b. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Tidak Tetap
atau Guru Tidak Tetap;
Pasal 17
Pejabat yang berwenang untuk menjatuhkan tingkat hukuman disiplin
adalah :
a. Hukuman disiplin ringan dan sedang adalah Kepala Unit Kerja atau
Instansi yang bersangkutan.
b. Hukuman disiplin berat adalah Bupati selaku pejabat pembina
kepegawaian Daerah.
Pasal 18
Penjatuhan hukuman disiplin bagi Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak
Tetap yang diusulkan kepada Bupati harus disertai :
10
a. Laporan Berita Acara Pemeriksaan yang dibuat oleh Bawasda dan atau
Atasan Langsung dari Unit Kerja atau Instansinya;
b. Daftar hadir yang bersangkutan ( untuk pelanggaran tidak masuk
kerja );
c. Data pendukung lainnya.
Pasal 19
Tata cara pemeriksaan, penjatuhan dan penyampaian keputusan hukuman
disiplin :
a. Kepala Unit Kerja atau Instansi wajib memeriksa lebih dahulu
Pegawai Tidak Tetap atau Guru Tidak Tetap yang patut diduga
melakukan pelanggaran disiplin, dengan memanggil secara resmi
maksimal 2 (dua) kali, apabila tidak hadir tidak menghalangi
penjatuhan hukuman disiplin.
b. Pemeriksaan dilakukan :
1) Secara lisan apabila atas pertimbangan pejabat yang berwenang,
yang bersangkutan dapat dijatuhi hukuman ringan;
2) Secara tertulis apabila atas pertimbangan pejabat yang berwenang,
yang bersangkutan dapat dijatuhi hukuman disiplin ringan, sedang
dan berat;
c. Pemeriksaan Pegawai Tidak Tetap dan Guru Tidak Tetap yang patut
diduga melakukan pelanggaran disiplin dilakukan secara tertutup.
Pasal 20
Berlakunya keputusan hukuman disiplin ringan, sedang dan berat, sejak
tanggal disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada Pegawai Tidak
tetap dan Guru Tidak Tetap yang dijatuhi hukuman disiplin.
Pasal 21
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
11
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Banjarnegara.
Ditetapkan di Banjarnegara
Pada tanggal 14 Agustus 2002
BUPATI BANJARNEGARA,
Cap ttd,
D J A S R I
Diundangkan di Banjarnegara
Pada tanggal 15 Agustus 2002
SEKRETARIS DAERAH
Cap ttd,
SUTEDJO SLAMET UTOMO
12