Anda di halaman 1dari 7

BAB I

STUDI LITERATUR DAN STUDI PRESEDEN

1.1 Studi Literatur

1.1.1 Citra Kota


Citra kota adalah kesan atau persepsi yang tumbuh saat melakukan
pengamatan secara langsung yang memunculkan sebuah makna atas
kondisi lingkungan perkotaan yang akan memberikan perbedaan atau
hubungan antara pengamat dengan lingkungannya. Citra kota belum tentu
sebuah identitas kota. Citra kota dapat dibuat instan sedangkan identitas
membutuhkan waktu yang lama untuk membentuknya. Jati diri kota
berhubungan dengan sejarah yang telah melalui proses panjang. Kevin
Lynch dalam buku Image of the City pada tahun 1990 menemukan arti
pentingnya citra penduduk suatu kota terhadap kotanya, karena citra yang
jelas dapat memberikan banyak hal yang sangat penting bagi
masyarakatnya.

Menurut Lynch, ada prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam


mendesain sebuah kota, yaitu:
a. Legibility
Merupkan gambaran mental kota yang disimpan didalam benak
para pengguna jalan. Kota secara visual diidentifikasi sebagai pola
yang saling terhubung antara berbagai simbol yang dikenali.

b. Building the Image


Image kawasan terbentuk sebagai sebuah produk akibat dari
proses dua arah antara pengamat dengan objek (bagian-bagian
dari kota). Kawasan memperlihatkan adanya perbedaan dan
hubungan, sehingga pengamat dengan kemampuan adaptasinya
akan melakukan seleksi, organisasi dan pemaknaan terhadap
objek yang amati. Berikut komponen-komponen dalam image
kawasan :
 Identitas : Identifikasi suatu objek yang memperlihatkan
keperbeda-annya dari objek lainnya, sebuah pengakuan
terhadap suatu objek sebagai entitas yang terpisah dari objek
sekitar.
 Struktur : Image harus mencakup ruang dan relasi pola-pola
dari suatu objek dengan si pengamat dan dengan objek lainnya.
 Makna : Objek harus memiliki makna bagi si pengamat, baik
secara praktis maupun emosional dimana pemaknaan
menunjukkan adanya relasi antarasi pengamat dengan objek
yang diamati.

c. Structure and Identity


Kawasan mudah dikenali dengan adanya pola koheren dari
berbagai blok kawasan, antara bangunan dengan ruang.

Kevin Lynch juga menemukan dan mengumpulkan ada lima elemen


pokok pembentuk ruang kota atau biasa disebut citra kota oleh Kevin Lynch,
yaitu:
a. Paths
Merupakan suatu jalur yang digunakan oleh pengamat untuk
bergerak atau berpindah tempat. Beberapa elemen Path, antara
lain: jalan, jalur pejalan kaki, jalur kereta api, jalur transit, dll.

b. Edges
Merupakan elemen linear sebagai pembatas antara 2 fase/tahap
dan sebagai pemutus/pemecah linear dalam suatu kontinuitas.
Edges memiliki identitas dan visualisasi yang jelas yang membatasi
dua kawasan. Edges dapat pula berupa barrier (batas), yang lebih
kurang dapat dipenetrasi yang menutup dan memisahkan satu
kawasan dengan kawasan sekitar, atau bertindak sebagai elemen
penghubung yang menyatukan dua kawasan. Berbagai elemen
yang termasuk dalam kategori edges: areal pantai,sungai, batas-
batas pembangunan, dinding, dll.

c. District
Merupakan potongan kota dalam ukuran medium sampai ukuran
besar yang dipahami sebagai kawasan yang dapat memiliki
perluasan secara 2 dimensi, dimana pengamat secara mental
merasa berada didalam area (inside of) dan diidentifikasi sebagai
elemen yang terdiri dari beberapa unsur yang memiliki beberapa
kesamaan sehingga membentuk sebuah karakter. Beberapa
kesamaan karakter tersebut pula yang kemudian digunakan
sebagai bahan referensi eksterior Pada saat pengamat berada
diluar kawasan.
d. Nodes
Merupakan titik-titik atau tempat-tempat lokasi strategis dalam
kawasan dimana seorang pengamat dapat memasuki kawasan,
dan terdapat focus intensif yang memperlihatkan/menandakan dari
dan kemana sipengamat berjalan. Nodes dapat berupa area
persimpangan jalan (street junctions), tempat istirahat dari suatu
transportasi, area pertemuan, jalan, dan berbagai momen
pergantian dari satu struktur ke struktur lainnya. Nodes dapat pula
berupa pemusatan aktivitas yang mencapai esensinya setelah
menjadi pusat perpaduan beberapa fungsi atau karakter fisik.
Elemen-elemen yang termasuk dalam kategori nodes antara lain
adalah sudut jalan (streets corner) atau square tertutup.

e. Landmarks
Merupakan Sebuah titik referensi kota, pengamat tidak memasuk
kawasan dan berada di dalamnya, namun pengamat berada diluar
kawasan. Landmarks biasanya merupakan objek fisik yang mudah
dikenali, seperti misalnya bangunan, tata tanda, toko, bangunan
pencakar langit, atau gunung. Dalam setiap tujuan perancangan,
landmarks melambangkan sebuah arahan yang konstan (constant
direction). Beberapa elemen yang termasuk kedalam kategori
landmarks adalah menara, bangunan berkubah(domes), atau
pebukitan yang tinggi.

1.1.2 Perancangan Ruang Kota


Dalam buku Finding Lost Space, Roger Trancik mengidentifikasi teori
perancangan ruang kota (urban spatial design theory) berdasarkan
penilitian-penelitian tentang ruang yang ia lakukan. Roger Trancik membagi
teori perancangan ruang kota kedalam 3 teori, yaitu:
a. Figure Ground Theory
Merupakan hubungan tekstual antara bentuk yang dibangun
(Building Mass) dan ruang tebuka (Open Space). Analisis Figure
Ground adalah alat yang sangat baik untuk mengidentifikasikan
sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (urban
fabric), serta mengidentifikasikan masalah keteraturan masssa/
ruang perkotaan. Teori ini merupakan teori klasik yang dengan
cepat mampu membantu mengenali “bentuk kota (grid, linear,
melingkar), pola bangunan (sebanding atau variatif berdasarkan
tingkat homogenitas kawasan), padat atau jarang, dst”.
Elemen-elemen dalam Figure-Ground Theory:
 Solid : konfigurasi massa bangunan yang dibangun,
monument, blok hunian yang ditonjolkan, dll.
 Void : konfigurasi ruangan, mis. Ruang terbuka di dalam dan
sekeliling massa bangnan, jalan, lapangan, area parker public,
dll.

Gambar 1. Elemen Figure Ground

b. Linkage Theory
Merupakan garis semu yang menghubungkan antara elemen yang
satu dengan elemen yang lain, simpul satu dengan simpul lain atau
distrik satu dengan distrik yang lain. Garis ini dapat berupa jaringan
jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan
sebagainya (penggabungan 2 daerah secara visual serta
menghubungkan dua daerah dengan mengutamakan satu daerah)

Tiga elemen pembentuk linkage:


 Lingkage Visual : dua / lebih fragmen kota dihubungkan menjadi
satu kesatuan yang secara visual, mampu menyatukan daerah
kota dalam berbagai skala.
o garis : menghubungkan langsung dua tempat dengan
massa.
o koridor : dibentuk oleh dua deretan massa yang
membentuk ruang.
o sisi : menghubungkan dua kawasan dengan satu
massa
o sumbu : menghubungkan dua daerah namun lebih
mengutamakan satu daerah saja

 Lingkage Struktural : sebagai stabilisator dan koordinator di


dalam lingkungannya, karena setiap kolase perlu diberikan
stabilitas tertentu serta distabilkan lingkungannya dengan suatu
struktur, bentuk, wujud, atau fungsi yang memberikan susunan
tertentu didalam prioritas penataan kawasan.
o tambahan : melanjutkan pola pembangunan yang sudah
ada sebelumnya
o sambungan : memperkenalkan pola baru pada lingkungan
kawasan
o tembusan : pola-pola yang sudah ada di sekitar disatukan
sebagai pola-pola yang sekaligus menembus suatu kawasan.

 Lingkage Kolektif : memperhatikan susunan dari hubungan


bagian-bagian kota satu dengan lainnya. memperhatikan dan
mempertegaskan hubungan-hubungan dan pergerakan-
pergerakan (dinamika) sebuah tata ruang perkotaan (urban
fabric).

Gambar 2. Elemen Lingkage Theory


Gambar 3. Contoh penerapan Linkage Teory

c. Place Theory
Merupakan kaitan antara space/ ruang yang terletak pada
pemahaman atau pengertian terhadap budaya dengan
karakteristik manusia terhadap ruang fisik.Space adalah void yang
hidup dan memiliki suatu keterkaitan secara fisik. Space ini akan
menjadi place apabila diberikan makna konstektual dari muatan
budaya atau potensi muatan lokalnya.Dalam mendesain sebuah
kota/kawasan berdasarkan pendekatan teori place perancang
harus memperhatikan sejarah masyarakat dan lokasi, budaya serta
historical monument yang mungkin ada sebagai dasar dalam
perancangan sehingga dapat ditentukan arah perkembangan
kotanya

Gambar 4. Elemen Place Theory


Contoh penerapan Place Theory adalah alun-alun di Yogyakarta.
Ruang kota ini memberikan makna/nilai tersendiri terhadap kota
Yogyakarta, karena nilai historis ruang tersebut dan makna dari
alun-alun itu sendiri terhadap struktur kota Yogyakarta secara
keseluruhan

Gambar 5. Alun-alun Kota Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai