Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan komposisi dan mutu stabilisasi
tanah dengan semen sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mencegah
kegagalan dalam pelaksanaan di lapangan dalam pekerjaan konstruksi.
Tanah
a. Semua jenis tanah cocok distabilisasi dengan semen terutama tanah yang
berbutir yaitu :
tanah laterit atau lateritis
tanah kepasiran
sirtu
b. Perencanaan campuran harus disesuaikan dengan variabilitas material di lokasi
pelaksanaan.
Semen
a. Semen yang digunakan untuk stabilisasi umumnya adalah semen portland tipe
I.
b. Harus dilakukan pengujian waktu ikat awal dari semen sesuai dengan peraturan
yang berlaku untuk pengujian
5. Cement-Treated Soil Pastes and Mortars. Tipe ini digunakan untuk kondisi
tanah dengan kadar air yang sangat tinggi dengan cara menginjeksi campuran
tanah – semen ke dalam tanah sebagai perkuatan. Pada umumnya ditambahkan
beberapa bahan kimia pembantu
3. Semen Portland
5. Semen Mansonry
Masalah yang dihadapi dalam penggunaan semen tipe ini adalah pada saat
digunakan pada tanah yang mengandung kadar air serta bahan organik, sulfat dan
garam-garaman dalam kadar yang tinggi. Kendala lain dari penggunaan semen
tipe ini adalah penyerapan air untuk hidrasi semen dan reaksi awal Ettringgite
relatif kecil yaitu 28% dari berat semen serta dapat terjadi keretakan.
Kandungan semen yang tinggi, juga tidak akan berdampak baik. Karena
berpengaruh terhadap Kekakuan campuran (cracking).
Stabilisasi tanah dengan semen lebih cocok untuk jenis tanah tertentu yaitu tanah
kepasiran atau batu kerikil.
semen diartikan sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat
bahan – bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. (Bonardo
Pangaribuan, Holcim)
Bahan dasar semen pada umumnya ada 3 macam yaitu klinker/terak (70% hingga
95%, merupakan hasil olahan pembakaran batu kapur, pasir silika, pasir besi dan
lempung), gypsum (sekitar 5%, sebagai zat pelambat pengerasan) dan material
ketiga seperti batu kapur, pozzolan, abu terbang, dan lain-lain.
Klasifikasi stabilisasi tanah dengan semen ini kedalam 5 tipe (Kezdi, 1979 : 108)
yaitu :
Sumber : https://prezi.com/5ejlhxf2-ypr/stabilisasi-tanah-menggunakan-semen/
Metode Penelitian
Metode penulisan yang digunakan yaitu dengan melakukan riset experimental kemudian
ditunjang dengan berbagai literatur yang erat hubungannya dengan pokok masalah.
Pengujian dilakukan dilaboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil
Universitas Hasnuddin. Beberapa pengujian yang akan dilakukan :
1. Pengujian sifat fisik (kadar air, berat jenis, batas konsistensi dan analisis
granuler).
2. Pengujian sifat mekanik tanah (Kekuatan Tekan Bebas, permeabiliy , Proktor
standar, Swelling dan CBR rendaman).
Kombinasi Campuran
Dalam penelitian ini sampel uji terdiri dari masing-masing material asli dan campuran
yang dibuat berdasarkan variasi penambahan semen dan Renolith sebagai bahan
renolithnya yang jumlah penambahannya berdasarkan prosentase perbandingan berat
semen dengan tanah lempung dan perbandingan berat renolith dengan semen, Lama
waktu pemeraman ditentukan yaitu 0 dan 4 hari yang kemudian sampel berdasarkan
variasi penambahan renolith dan lama waktu pemeraman dibuat 2 sampel yang sama.
Dari kombinasi campuran pada ketiga jenis, tanah yang ada akan kami diperoleh
pengaruh renolith dan semen terhadap perbaikan tanah dasar .
Pengujian Sampel
Tentukan indeks propertis tanah. Sifat-sifat indeks ini diperlukan untuk mengklasifikasikan
tanah dalam menentukan jenis bahan stabilisasi dengan serbuk pengikat yang sesuai
dan menentukan perkiraan awal jumlah kadar bahan serbuk pengikat yang perlu
ditambahkan ke dalam tanah yang akan distabilisasi. Pengujian indeks ini adalah sebagai
berikut: Batas cair ( LL), sesuai dengan SNI 03-1967-1990; Batas plastis dan indeks
plastisitas sesuai dengan SNI 03-1966-1990; Berat jenis tanah sesuai dengan SNI 03-
1964-2008/ASTM D854-88(72)Kadar air sesuai dengan ASTM D 2216-(71) Analisa
saringan sesuai dengan SNI 03-1968-1990 Analisis hidrometer, sesuai dengan SNI 03-
3423-1994
Pengujian Sampel
Tentukan indeks propertis tanah. Sifat-sifat indeks ini diperlukan untuk mengklasifikasikan
tanah dalam menentukan jenis bahan stabilisasi dengan serbuk pengikat yang sesuai
dan menentukan perkiraan awal jumlah kadar bahan serbuk pengikat yang perlu
ditambahkan ke dalam tanah yang akan distabilisasi. Pengujian indeks ini adalah sebagai
berikut: Batas cair ( LL), sesuai dengan SNI 03-1967-1990; Batas plastis dan indeks
plastisitas sesuai dengan SNI 03-1966-1990; Berat jenis tanah sesuai dengan SNI 03-
1964-2008/ASTM D854-88(72)Kadar air sesuai dengan ASTM D 2216-(71) Analisa
saringan sesuai dengan SNI 03-1968-1990 Analisis hidrometer, sesuai dengan SNI 03-
3423-1994
a)Penyiapan benda uji;
1) Siapkan contoh tanah yang kering udara dengan cara digemburkan. Apabila contoh
tanah dalam kondisi basah, pengeringan dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan
(air-dry)
2) Ambil contoh tanah yang lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan disimpan dalam kantong
pada temperatur ruangan. Jika tanah tersebut mengandung agregat tertahan No 4 (4,75
mm) maka ambil material tanah yang lolos saringan 19 mm tetapi mengandung bahan
yang tertahan saringan No.4 (4,75 mm) maksimum 35%. Berat contoh tanah disesuaikan
dengan kebutuhan untuk masing-masing standar pengujian yang akan diterapkan;
3) Ambil contoh tanah secukupnya untuk pengujian kadar air awal (SNI 03-1965-1990).
b) Lakukan uji pemadatan ringan atau pemadatan berat, jika diperlukan, untuk
mendapatkan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum Lakukan uji kekuatan
tanah dengan uji kuat tekan bebas.
Lakukan uji kekuatan tanah dengan uji kuat tekan bebas sesuai dengan SNI 03-3638-
1994 atau uji CBR sesuai dengan SNI-1744-1989. Pengujian untuk tanah berbutir halus
dianjurkan menggunakan uji kuat tekan bebas, sedangkan uji CBR digunakan untuk
tanah berbutir kasar.
Analisis butiran dari grafik diatas, hasil uji analisa diatas kemudian presentasi tanah lolos
tersebut diplotkan kedalam klasifikasi tanah sistem USCS sehingga diketahui jenis tanah
yang diuji termasuk dalam klasifikasi tanah lempung inorganic, dengan tingkat Plastisitas
Tinggi (CH). Batas butir kasar dan tanah butir halus adalh ayakan no.200 (0,075 mm).
Jadi pada kurva tersebut tanah berbutir halus = 80,52% dan tanah butir kasar = 19,48%.
Analisis hasil uji pemadatan, Dari uji kepadatan Tanah asli variasi campuran semen dan
renolith (5% dan 10%) nampak pengaruh kadar air (W C) terhadap pemadatan. Kepadatan
tanah meningkat dengan bertambahnya Berat isi kering yang dipengaruhi oleh
penambahan semen dan renolith serta berkurangnya kadar air. meskipun air berfungsi
sebagai “pelumas”, tapi penambahan air yang berlebihan dapat mengakibatkan
kepadatan menurun karena air mengambil alih tempat-tempat yang semula ditempati
oleh butiran. Olehnya kadar air dimana kepadatan tanah maksimun dinamakan kadar air
optimun (ωc-opt).
Analisis terhadap tanah dasar (subgrade), Bahwa tanah dasar pada tanah galian
umumnya memiliki muka air tanah yang tinggi, sehingga harus dilengkapi dengan
drainase bawah tanah yang baik. kondisi yang terbaik yaitu dapat memelihara kadar air
dalam keadaan seimbang.
Pengujian CBR
A. CBR Tanpa rendaman ( Unsoaked )
Hasil dari pengujian CBR tanpa rendaman dengan variasi pencampuran semen dan
renolith dapat dilihat dalam tabel dan grafik gabungan dibawah ini:
Tabel 6 .Hasil pengujian CBR Tanpa rendaman
Nilai Rata-
Variasi Campuran rata CBR
unsoaked
Tanah+Semen 0%+Renolith 0% 18,355%
Tanah+Semen 5%+Renolith 5% 35,500%
Tanah+Semen 10%+Renolith
39,475%
10%
Analisis Hasil uji CBR tanpa rendaman. Tanah lempung semula memiliki
kekuatan bahan yang jelek ditandai dengan nilai indeks plastisitas tinggi, memiliki daya
rekat yang baik dan butirannya termasuk butiran halus dengan gradasi buruk.
Pencampuran dengan semen dan renolith renolit yang mampu bereaksi dengan tanah
sehingga membentuk gumpalan-gumpalan menjadikan butiran tanah lempung menjadi
besar, tekstur yang kasar dan sifatnya nonkohesif dapat mempengaruhi gradasi
butrannya dengan demikian dapat meningkatkan nilai CBRnya.
Analsisi Hasil pengujian CBR Rendaman. Dari tabel di atas diperoleh nilai CBR
rendaman tanah asli hanya 2,801% tidak memenuhi spesifikasi kekuatan tanah dasar
jalan raya yang dipersyaratkan (persyaratan nilai CBR >6%). Dengan stabilisasi semen
dan penambahan renolith 5% diperoleh nilai CBR 20,700 % sudah sesuai spesifikasi
kekuatan tanah dasar tapi bila mana diperuntukkan untuk lapis pondasi bawah harus
disarankan memakai variasi 10 % karena diperoleh nilai CBR rendaman 49,410% yang
memenuhi spesifikasi kekuatan untuk lapis fondasi bawah (persyaratan nilai CBR
rendaman >35%).
Perbandingan Nilai CBR tanpa rendaman dengan rendaman. .seperti pada Gambar 8
sebagai berikut:
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tanah asli lempung memiliki nilai tingkat
pengembangan sebesar 7,018 %. Dengan Nilai CBR = 2,59%. Pembesaran volume
tanah lempung akibat bertambahnya kadar air. Jadi potensi pembesaran volume ini
tergantung pada komposisi mineral, peningkatan kadar air, indeks plastis, kadar lempung
dan tekanan tanah penutup.
Mengerjakan proses stabilisasi Tanah lempung dengan teknik konstruksi yang sesuai.
Untuk menghasilkan kualitas yang baik dari pekerjaan konstruksi, selama proses
konstruksi tersebut harus diawasi dengan baik dan juga pekerjaan konstruksi tersebut
harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Pada proses pengerjaan
stabilisasi dengan semen dan renolith dilapangan ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan, yaitu kebutuhan kadar semen, renolith dan kadar air termasuk juga proses
pencampurannya,pemadatan dilapangan dan proses perawatan (curing). Pekerjaan
stabilisasi harus dikerjakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, untuk
mencegah agar proses hidrasi semen tidak terjadi sebelum pemadatan akhir tercapai.
SUMBER : http://anakgeoteknik.blogspot.com/2011/02/stabilisasi-tanah-dengan-
semen.html
Sifat-sifat Kapur
Sifat – sifat dari kapur antara lain :
• Mempunyai sifat plastis yang baik
• Sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok
• Dapat mengeras dengan cepat dan mudah
• Mudah di kerjakan
• Mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata
• Mengurangi sifat mengembang dari tanah
• Meningkatkan daya dukung dari tanah
1) tangki air;
2) alat pemadat;
3) alat bantu.
Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) alat pencampur untuk pencampuran tanah dan kapur serta air di
lapangan dapat digunakan salah satu dari alat-alat berikut ini:
4. pengaduk rotor:
1. truk jangkit;
3. alat manual.
1. penggaruk;
2. sekop;
Persiapan di Lapangan
Persiapan di lapangan, sebagai berikut :
1) tanah dasar yang akan distabilisasi harus dibersihkan dari kotoran dan
bahan organis serta bahan yang tidak dikehendaki serta dijaga
kelembabannya;
1. kegemburan tanah;
2. faktor efisiensi;
5. cara perawatan.
Pemadatan
Ketentuan pemadatan, sebagai berikut :
1) tebal padat setiap lapisan 15 – 20 cm, jumlah lintasan untuk tebal
lapisan padat disesuaikan dengan ruas percobaan;
2) panjang maksimum pemadatan disesuaikan dengan kapasitas produksi
dan kemampuan peralatan pemadatan;
3) pemadatan harus mencapai 95% kepadatan laboratorium;
4) bila akan memadatkan bagian berikutnya, bagian tepi yang akan
disambung dan sudah dipadatkan harus dipotong tegak lurus dan roda
pemadat tidak menggilas bagian yang sudah dipadatkan terlebih dahulu
sewaktu menggilas bagian yang baru;
5) selama melaksanakan pekerjaan stabilisasi tanah dengan kapur
sebaiknya dilakukan dalam cuaca hangat.
Perawatan dan Perlindungan
Ketentuan perawatan dan perlindungan, sebagai berikut :
1) lapisan stabilisasi tanah dengan kapur harus dirawat untuk mencegah
kehilangan kadar air yang diperlukan untuk berhidrasi dengan cara
memberi penutup selama 4 hari;
2) selama masa perawatan, permukaan stabilisasi tanah dengan kapur
tidak boleh dilewati lalu lintas atau alat-alat berat.
Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan
pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu stabilisasi
tanah dengan kapur yang meliputi :
1) pemeriksaan kerataan;
2) pemeriksaan penggemburan;
3) pemeriksaan pencampuran;
4) pemeriksaan kepadatan;
5) pemeriksaan ketebalan;
6) perawatan.
Pemeriksaan Kerataan
Pemeriksaan kerataan, sebagai berikut :
1) kerataan tanah harus diperiksa setiap jarak 25 meter dengan
menggunakan mistar pengukur kerataan panjang 3 m;
2) ketidakrataan di bawah mistar yang diijinkan, yaitu 1,5 cm;
3) bagian yang lemah seperti terlalu basah atau kurang padat harus
diperiksa secara visual dan ditangani menurut ketentuan yang berlaku.
Pemeriksaan Penggemburan
Pemeriksaan penggemburan dapat dilakukan dengan mengambil satu
contoh tanah yang sudah diproses untuk setiap 2 m2; proses kegemburan
dapat dikontrol dengan rumus :
PK = A/B x 100% . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . (2)
Keterangan :
PK = proses kegemburan
A = berat kering tanah yang lolos saringan tanah No. 4
B = berat kering total contoh (tidak termasuk kerikil yang tertahan
saringan No. 4).
Pemeriksaan Pencampuran
Pemeriksaan pencampuran, sebagai berikut :
Pemeriksaan Kepadatan
Pemeriksaan kepadatan, sebagai berikut :
1) kepadatan harus diperiksa minimal satu titik untuk setiap 500 m2;
2) dilakukan dengan memakai alat kerucut pasir, silinder tekan atau
gelembung balon karet bila masih kurang padat maka lintasan harus
ditambah seperlunya.
Pemeriksaan Ketebalan
Pemeriksaan ketebalan, sebagai berikut :
1) ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan kapur harus diperiksa pada
setiap jarak 50 m;
2) tebal padat stabilisasi tanah dengan kapur yang sudah selesai tidak
boleh kurang dari 1,25 cm dari tebal rencana.
Perawatan
Selama waktu perawatan perlu dilakukan pengamatan kelembaban
secara periodik setiap 24 jam, selama waktu perawatan.
CARA PENGERJAAN
Langkah-langkah cara pengerjaan stabilisasi tanah dengan kapur di
lapangan, sebagai berikut :
SUMBER : http://unitedgank007.blogspot.com/2016/01/stabilisasi-tanah-
kapur.html
enis-jenis tanah yang ada di dunia berbeda dari satu daerah ke daerah
lainnya tergantung pada lingkungan yang ada di dalam daerah tersebut
(Baca : fungsi lingkungan hidup bagi manusia).
1. Tanah Aluvial
Karakteristik
Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun
palawija seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena
teksturnya yang lembut dan mudah digarap sehingga tidak perlu
membutuhkan kerja yang keras untuk mencangkulnya.
Persebaran
Tanah ini banyak tersebar di Indonesia dari sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, papua dan jawa.
2. Tanah Andosol
Karakteristik
Warna dari tanah andosol coklat keabu-an. Tanah ini sangat kaya
dengan mineral, unsure hara, air dan mineral sehingga sangat baik
untuk tanaman. Tanah ini sangat cocok untuk segala jenis tanaman
yang ada di dunia. persebaran tanah andosol biasanya terdapat di
daerah yang dekat dengan gunung berapi.
Persebaran
Di Indonesia sendiri yang merupakan daerah cincin api banyak terdapat
tanah andosol seperti di daerah jawa, bali, sumatera dan nusa tenggara.
3. Tanah Entisol
Tanah entisol merupakan saudara dari tanah andosol namun biasaya
merupakan pelapukan dari material yang dikeluarkan oleh letusan
gunung berapi seperti debu, pasir, lahar, dan lapili.
Karakteristik
Tanah ini juga sangat subur dan merupakan tipe tanah yang masih
muda. Tanah ini biasanya ditemukan tidak jauh dari area gunung berapi
bisa berupa permukaan tanah tipis yang belum memiliki lapisan tanah
dan berupa gundukan pasir seperti yang ada di pantai parangteritis
Jogjakarta.
Persebaran
Persebaran tanah entisol ini biasanya terdapat disekitar gunung berapi
seperti di pantai parangteritis Jogjakarta, dan daerah jawa lainnya yang
memiliki gunung berapi.
4. Tanah Grumusol
Karakteristik
Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim
kemarau dan memiliki warna hitam. Ph yang dimiliki netral hingga
alkalis. Tanah ini biasanya berada di permukaan yang tidak lebih dari
300 meter dari permukaan laut dan memiliki bentuk topografi datar
hingga bergelombang. Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah
grumusol sangat nyata ketika panas dan hujan.
Persebaran
Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa Tengah (Demak, Jepara,
Pati, Rembang), Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Nusa Tenggara Timur.
Karena teksturnya yang kering maka akan bagus jika ditanami vegetasi
kuat seperti kayu jati.
5. Tanah Humus
Karakteristik
Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam
karena kandungannya yang sangat subur dan baik untuk tanaman.
Tanah ini memiliki unsur hara dan mineral yang banyak karena
pelapukkan tumbuhan hingga warnanya agak kehitam hitaman.
Persebaran
Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya di
Indonesia meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan
sebagian wilayah dari Sulawesi.
6. Tanah Inceptisol
Inceptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna
agak kecoklatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-
abuan. Tanah ini juga dapat menopang pembentukan hutan yang asri.
Karakteristik
Ciri-ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini
kurang dari 25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik. Tanah ini
cocok untuk perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit.Serta untuk
berbagai lahan perkebunan lainnya seperti karet.
Persebaran
Tanah inseptisol tersebar di berbagai derah di Indonesia seperti di
sumatera, Kalimantan dan papua.
7. Tanah Laterit
Karakteristik
Tanah laterit termasuk dalam jajaran tanah yang sudah tua sehingga
tidak cocok untuk ditanami tumbuhan apapun dan karena kandungan
yang ada di dalamnya pula.
Persebaran
Persebarannya sendiri di Indonesia meliputi Kalimantan, Lampung, Jawa
Barat, dan Jawa Timur.
8. Tanah Latosol
Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia, tanah ini
terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf.
Karakteristik
Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning,
teksturnya lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran tanah
litosol ini berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan
kelembapan yang tinggi pula serta pada ketinggian berkisar pada 300-
1000 meter dari permukaan laut. Tanah latosol tidak terlalu subur
karena mengandung zat besi dan alumunium.
Persebaran
Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi, lampung, Kalimantan
timur dan barat, Bali dan Papua.
9. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan
merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan
iklim, topografi dan adanya vulkanisme.
Karakteristik
Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara
menanam pohon supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang
cukup. tekstur tanah litosol bermacam-macam ada yang lembut,
bebatuan bahkan berpasir.
Persebaran
Biasanya terdapat pada daerah yang memiliki tingkat kecuraman tinggi
seperti di bukit tinggi, nusa tenggara barat, Jawa tengah, Jawa Barat
dan Sulawesi.
Seperti dengan namanya tanah kapur berasal dari batuan kapur yang
mengalami pelapukan.
Karakteristik
Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah
ini tidak subur dan tidak bisa ditanami tanaman yang membutuhkan
banyak air. Namun jika ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan lama
seperti pohon jati dan pohon keras lainnya.
Persebaran
Tanah kapur tersebar di daerah yang kering seperti di gunung kidul
Yogyakarta, dan di daerah pegunungan kapur seperti di Jawa Tengah,
Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur.
Karakteristik
Tanah ini subur dan bisa ditanami oleh persawahan dan perkebunan.
Selain itu juga terdapat banyak mineral dan air di dalamnya.
Persebaran
Tanah ini banyak terdapat di daerah dataran rendah seperti di Solo
(Jawa Tengah), Madiun dan Kediri (Jawa Timur).
Karakteristik
Ketebalan dari tanah ini sangat minim hanya 0.5 mm saja dan memiliki
diferensiasi horizon yang jelas, kandungan organic di dalam tanah
organosol lebih dari 30% dengan tekstur lempung dan 20% untuk tanah
yang berpasir. Kandungan unsur hara rendah dan memiliki tingkat
kelembapan rendah (PH 0,4) saja.
Persebaran
Tanah ini biasanya ditemukan di daerah pantai dan hampir tersebar di
seluruh pulau di Indonesia seperti sumatera, papua, Kalimantan, jawa,
Sulawesi dan nusa tenggara.
Tanah oxisol merupakan tanah yang kaya akan zat besi dan alumunium
oksida. Tanah jenis ini juga sering kita temui di daerah tropis di
Indonesia dari daerah desa hingga perkotaan.
Karakteristik
Ciri-ciri dari tanah oxisol ini antara lain adalah memiliki solum yang
dangkal dan ketebalannya hanya kurang dari 1 meter saja. warnanya
merah hingga kuning dan memiliki tekstur halus seperti tanah liat.
Persebaran
Biasanya terdapat di daerah beriklim tropis basah dan cocok untuk
perkebunan subsisten seperti tebu, nanas, pisang dan tumbuhan
lainnya.
Karakteristik
Hal ini dikarenakan kandungan air didalamnya hampir tidak ada karena
tanah padas sangat padat bahkan tidak ada air. Unsur hara yang ada di
dalamnya sangat rendah dan kandungan organiknya sangat rendah
bahkan hampir tidak ada. Tanah padas tidak cocok digunakan untuk
bercocok tanam.
Persebaran
Jenis tanah ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia secara
merata.
Karakteristik
Tanah pasir tidak memiliki kandungan air dan mineral karena teksturnya
yang sangat lemah. Tanah pasir akan sangat mudah ditemukan di
daerah yang berpasir di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia
adalah salah satu negara dengan jumlah tanah pasir terluas di dunia.
Jenis tanaman yag cocok untuk tanah ini adalah umbi-umbian.
Persebaran
Hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki persebaran tanah pasir.
Karakteristik
Ciri-ciri dari tanah podsol antara lain tidak memiliki perkembangan
profil, warnanya kuning hingga kuning keabuan serta memiliki tekstur
pasir hingga lempung. Kandungan organiknya sangat rendah karena
terbentuk dari curah hujan yang tinggi tapi suhunya rendah.
Persebaran
Persebaran tanah ini antara lain meliputi Kalimantan utara, Sulawesi
utara dan papua serta daerah lainnya yang tidak pernah kering alias
selalu basah.
Persebaran
Tanah ini dapat digunakan untuk perkebunan dan persawahan serta
dapat ditemukan di Sumatera, Sulawesi, Papua, Kalimantan dan Jawa
terutama jawa bagian barat.
Karakteristik
Tanah liat tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia secara merata.
Biasanya digunakan untuk membuat kerajinan hingga keperluan
lainnya. Tanah liat biasanya memiliki warna abu abu pekat atau hampir
mengarah ke warna hitam, biasanya terdapat di bagian dalam tanah
ataupun di bagian permukaan.
Persebaran
Tanah liat hampir tersebar secara merata di seluruh wilayah di
Indonesia, hanya yang membedakannya adalah kedalaman tanah
tersebut. Selain 18 Jenis tanah ada 10 jenis tanah lainnya yang ada di
Indonesia ataupun di dunia.
Sumber : https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/jenis-jenis-tanah
Profile Tanah
Jika terdapat tanah campuran dengan susunan dari dua tanah yang berbeda,
maka penamaannya mengutamakan campuran yang paling domonan sebagai
kata benda dimana yang tidak dominan sebagai kata sifat. Misalkan:
Lempung pasiran merupakan tanah yang memiliki kandungan dominan sifat-
sifat lempung dengan sedikit kandungan pasir.
Untuk penamaan secara kualititatif, agregat pasir dan kerikil harus dinyatakan
dalam istilah: desnse (padat), medium (sedang), dan loose (lepas).
Sedangkan untuk penamaan lempung, harus dinyatakan dengan istilah: soft
(lunak), medium (sedang), stiff (kaku), dan hard (keras).
Tanah berbutir halus merupakan tanah yang dapat lolos saringan 200
mesh lebih dari 50%.
Tanah berbutir kasar merupakan tanah yang dapat lolos saringan >
200 mesh lebih dari 50%.
Tanah organik.
Tanah dibagi dalam 15 simbol tertentu, yang berisi dari gabungan
atau individu dimana terdapat simbol-simbol komponen, gradasi dan batas
cair (wL). Berikut pembagiannya:
Simbol komponen:
Kerikil (G, gravel)
Pasir (S, sand)
Lanau (M, mo)
Lempung (C, clay)
Organik (O, organic)
Gambut (Pt, peat)
Simbol gradasi:
Bergradasi baik (W, well graded)
Bergradasi buruk (P, poor graded)
Simbol batas cair:
Batas cair tinggi (H, high plasticity)
Batas cair rendah (L, low plasticity)
(catatan : batas cair didapat dari serangkaian test)
Pasir S Lanauan M SM
Pasir S Lempungan C SC
Gambut Pt
Dimana:
SM = Pasir lanauan
GP = Kerikil gradasi buruk
MH = Lanau plastisitas tinggi (wL<50%)
CL = Lempung plastisitas rendah (wL>50%)
Contoh:
SC = Pasir (S) lempungan (C)
Daftar Artikel:
2. Petrologi
Perputaran Rantai Siklus Batuan
Penjelasan Perbedaan Antara Diskontinu dan Kontinu
Pada Deret Bowen
Jenis dan Klasifikasi Batuan Beku
Deskripsi Batuan Beku
Batuan Sedimen Hasil PETSL
Deskripsi Batuan Sedimen
3. Geologi Struktur
Apa Pengertian dari Divergen, Konvergen, dan Transform?
Gerak Vertikal dan Horizontal Kulit Bumi
Are You “Pure”? Or “Simple”? Let’sTalk to The Shear Rock!
Duplex Transtension - Transpression, Kombinasi Sesar Geser
4. Geoteknik
Geologi Teknik Sebagai Kekuatan dan Kelemahan Geologi
Batuan vs Tanah, Tidak serupa Tetapi Berhubungan
Klasifikasi dan Deskripsi Tanah
5. Stragrafi
o Fluktuasi Naik dan Turun Muka Air Laut
6. Geomigas
o Drill Stem Test (DST) Formasi Geologi
Disini saya juga masih belajar mengenai geologi yang saya sharing kan dari
apa yang sudah saya dapat di bangku perkuliahan. Kritik, saran, dan koreksi
sangat saya hargai dan saya sangat berterima kasih. Terima kasih sudah mau
merelakan waktunya untuk membaca blog saya yang sederhana ini. Sekian
artikel saya mengenai Klasifikasi dan Deskripsi Tanah.
Sumber: Buku Responsi 2009, 2010, blog dosen saya Pak Zulfialdi, dan
bahan ajar selama kuliah.
Sumber : https://ilmubatugeologi.blogspot.com/2015/06/klasifikasi-dan-deskripsi-
tanah.html